YOGYAKARTA
SURGA WISATAWAN DI PULAU JAWA
Disusun oleh:
SHERLYSTA ELGA AFRISKA
Kelas IX-A
No.Induk: 5175
Karya tulis ilmiah sederhana ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan limpahan karunia-Nya Karya Tulis
Ilmiah sederhana ini dapat terselesaikan secara maksimal dan didukung oleh keluarga saya,bapak
dan ibu guru panitia penyelenggara karya wisata serta ibu Sri Madu Ratnawati S,Pd. selaku
pembimbing,telah memberikan banyak inspirasi untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.
Karya wisata ini memberikan banyak sekali tambahan wawasan dan pengetahuan kepada
siswa siswi SMPN 1 Prigen,khususnya bagi saya selaku penulis. Didalam karya tulis ini saya
selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan,sebagai tuntutan tugas dengan topik
YOGYAKARTA SURGA WISATAWAN DI PULAU JAWA .Dimana didalam topik tersebut
ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya tempat tempat wisata yang ada di
Yogyakarta yang indah dan menawan.
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang kota
yogyakarta, menjadikan keterbatasan saya pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam
tentang masalah ini.Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Harapan saya, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk
sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang kota Yogyakarta. Saya juga berharap Karya
tulis ini bermanfaat dan memberikan kesan positif terhadap pembaca. Untuk menumbuhkan daya
nalar,kreativitas,dan pola berpikir,saya sajikan aktivitas yang menuntut peran aktif dalam
melakukan suatu kegiatan.
Demikian persembahan karya tulis ini untuk dunia pendidikan.
- Candi Brahma
Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di dalam satu-satunya ruangan yang
ada, berdirilah arca brahma berkepala 4 dan bertangan 4. Arca ini sebenarnya sangat indah tetapi
sudah rusak salah satu tangannya memegang tasbih yang satunnya lagi emmegang kamandalu
tempat air. Ke empat wajahnya menggambarkan ke empat kitab suci Weda masing-masing
menghadap ke arah mata angin. Ke empat lengannya menggambarkan ke empat arah mata angin.
Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih menggambarakan
waktu dasar kaki candi juga di kelilingi oleh selasar yang di batasi pagar langkah dimana pada
dinding langkah ceritera Ramayana dan Relief serupa pada candi siwa sehingga tamat.
- Candi Wisnu
Bentuk ukuran relief dan hiasan dindingnya sama dengan candi Brahma. Di dalam satu-satunya
ruangan yang ada berdirilah arca wisnu bertangan 4 yang memegang gada, cakra, tiram pada
dinding langkah sebelah dalam terpahat relief cerita kresna sebagai Avatar atau penjelmaan
wisnu dan balamara (Baladewa) kakanya.
- Candi Nandi
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter. Di dalam satu-satunya ruangan yang ada
terbaring arca seekor lembu jantan dalam sikap merderka dengan panjang + 2 meter. Di sudut
belakangnya terdapat arca dewa candra, candra yang bermata tiga berdiri di atas kereta yang
ditarik oleh 7 ekor kuda. Candi ini sudah runtuh.
- Candi Angsa
Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 m2 dan tingginya
22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai untuk kandang angsa hewan yang biasa di kendarai
oleh Brahma.
- Candi Garuda
Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang berwujud seekor garuda diatas
seekor naga, Garuda adalah kendaraan Wisnu.
- Candi Apit
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 m. ruangan ini kosong mungkin candi ini di gunakan untuk
bersemedi sebelum memasuki candi-candi induk.
- Candi Kelir
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk.
Fungsinya sebagai penolak bala.
- Candi Sudut
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.
2.2 Museum Dirgantara Mandala (AURI)
2.2.1 Lokasi Museum Dirgantara Mandala (AURI)
Lokasi Museum berada di Jl. Kolonel Sugiyono komplek Landasan Udara Adisutjipto
Yogyakarta, 10 km kearah timur dari pusat kota atau sebelah timur jembatan laying janti.
Museum ini lebih dikenal dengan nama Museum Dirgantara. Museum ini menempati area seluas
kurang lebih 5 Ha dengan luas bangunan sebesar 7.600 m2. Museum ini merupakan museum
terbesar dan paling lengkap koleksinya yang mengiungkap sejarah keberadaan TNI AU di
Indonesia.
2.2.2 Kronologi berdirinya Museum Dirgantara Mandala (AURI)
Museum Dirgantara Mandala adalah museum terbesar dan terlengkap mengenai sejarah
keberadaan TNI-AU di Indonesia. Lokasi museum sendiri berada di atas area seluas + 5 hektar,
dengan luas bangunan sekitar 7.600 m2. Sebelum berlokasi di daerah Wonocatur, Yogyakarta,
Museum Pusat TNI-AU berada di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit
Jakarta. Museum tersebut diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin
Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969.
Berdasarkan pertimbangan bahwa Yogyakarta pada periode 19451949 mempunyai
peranan penting dalam kelahiran dan perjuangan TNI-AU, serta menjadi pusat pelatihan (kawah
candradimuka) bagi para Taruna Akademi Udara, maka museum tersebut akhirnya dipindahkan
ke Yogyakarta. Museum Pusat TNI-AU kemudian digabung dengan Museum Ksatrian AAU
(Akademi Angkatan Udara) yang sebelumnya sudah ada di Yogyakarta. Peresmian museum baru
tersebut dilakukan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti
TNI AU.
Namun, karena lokasinya tidak lagi memadai untuk menampung berbagai koleksi
Alutsista yang ada, maka Museum Dirgantara Mandala dipindah ke lokasi yang baru, yaitu di
gudang bekas pabrik gula di Wonocatur yang masih berada dalam wilayah Landasan Udara
Adisutjipto. Pada zaman Jepang, gedung bekas pabrik gula ini digunakan sebagai gudang senjata
dan hanggar pesawat terbang, sehingga memang cukup sesuai untuk digunakan sebagai lokasi
museum yang baru. Setelah direnovasi, gedung museum yang baru tersebut kemudian
diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 (bertepatan dengan Hari Bhakti TNI-AU) oleh Kepala Staf
TNI AU, Marsekal TNI Sukardi.
2.2.3 Keistimewaan
Mengunjungi Museum Dirgantara, wisatawan akan disambut oleh beberapa pesawat
tempur dan pesawat angkut yang dipajang di halaman museum. Salah satu koleksi terbaru
museum ini adalah pesawat tempur tipe A4-E Skyhawk yang dipajang di muka gedung museum.
Hingga tahun 2003, TNI-AU telah mengoperasikan sebanyak 37 pesawat A4-E Skyhawk,
sebelum akhirnya beberapa pesawat digantikan oleh pesawat Sukhoi tipe Su-27SK dan Su-
30MK.
Memasuki gedung museum, pengunjung akan disambut oleh patung empat tokoh perintis
TNI-AU, yaitu Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta
Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan
Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi. Para perintis TNI-AU ini telah ditetapkan sebagai
pahlawan nasional, dan diabadikan menjadi nama bandar udara di berbagai kota di tanah air.
Pada ruangan selanjutnya, pengunjung akan dikenalkan pada sejarah awal pembentukan
angkatan udara di Indonesia. Di Ruang Kronologi I ini, Anda dapat melihat foto dan informasi
yang berhubungan dengan pembentukan angkatan udara indonesia, semisal Penerbangan
Pertama Pesawat Merah Putih pada 27 Oktober 1945 yang melakukan misi pembalasan atas
serangan Belanda, berdirinya Sekolah Penerbangan Pertama di Maguwo pada 7 November
1945 yang dipimpin oleh A. Adisutjipto, berdirinya Tentara Rakyat Indonesia (TRI) Angkatan
Udara pada 9 April 1946, serta berbagai perlawanan udara untuk melawan agresi militer Belanda
lainnya. Di ruangan ini juga dipamerkan berbagai peralatan radio dan foto penumpasan berbagai
pemberontakan di tanah air, seperti pemberontakan DI/TII, Penumpasan G 30 S/PKI, serta
Operasi Seroja. Pada ruangan selanjutnya, dipajang berbagai jenis pakaian dinas yang biasa
digunakan oleh para personel TNI-AU, meliputi pakaian tempur, pakaian dinas sehari-hari,
hingga pakaian untuk tugas penerbangan.
Ruangan yang akan membuat Anda berdecak kagum adalah Ruangan Alutsista atau Alat
Utama Sistem Senjata yang pernah digunakan oleh TNI-AU. Alutsista ini meliputi pesawat
tempur dan pesawat angkut, model mesin-mesin pesawat, radar pemantau wilayah udara, serta
senjata jarak jauh seperti rudal. Koleksi pesawat di ruangan ini mencapai puluhan, mulai dari
pesawat buatan Amerika, Eropa, hingga buatan dalam negeri. Salah satu pesawat pemburu taktis
yang cukup terkenal adalah pesawat P-51 Mustang buatan Amerika Serikat. Dalam sejarahnya,
pesawat ini telah digunakan dalam berbagai operasi menjaga keutuhan negara, terutama dalam
penumpasan pemberontakan DI/TII, Permesta, dan G 30 S/PKI, serta ikut andil dalam Operasi
Trikora dan Operasi Dwikora. Pesawat lainnya yang tak kalah menarik adalah pesawat buatan
Inggris, namanya Vampire tipe DH-115. Pesawat ini merupakan pesawat jet pertama yang
diterbangkan di Indonesia pada tahun 1956 oleh Letnan Udara I Leo Wattimena.
Koleksi lainnya yang sangat penting dalam sejarah TNI-AU adalah replika pesawat C-47
Dakota dengan nomor registrasi VT-CLA yang ditembak jatuh di daerah Ngoto, Bantul, oleh
Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo Yogyakarta pada 29 Juli 1947. Pesawat ini semula
berangkat dari Singapura dengan misi kemanusiaan, yaitu mengangkut bantuan obat-obatan.
Penerbangan tersebut sebetulnya telah diumumkan dan disetujui oleh kedua belah-pihak
(Belanda-Indonesia). Namun, oleh Belanda pesawat tersebut kemudian ditembak jatuh dan
menewaskan para pionir Angkatan Udara, antara lain Komodor Muda Udara Adisutjipto,
Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, serta Opsir Muda Udara I Adisumarmo
Wirjokoesoemo.
Seperti diutarakan oleh F Djoko Poerwoko, untuk menghormati gugurnya para pahlawan
udara tersebut, maka nama-nama pioner TNI-AU itu kemudian diabadikan sebagai nama
pangkalan udara di Jawa sejak tahun 1952, antara lain Adisutjipto di Yogyakarta, Abdulrahman
Saleh di Malang, dan Adisumarmo di Solo. Tanggal 29 Juli sebagai tanggal gugurnya para
pahlawan TNI-AU tersebut juga diperingati sebagai Hari Berkabung AURI sejak tahun 1955,
kemudian diganti menjadi Hari Bhakti Angkatan Udara sejak tahun 1961.
2.4 Malioboro
2.4.1 Lokasi Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara
keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani.
Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
2.4.2 Nama Malioboro
Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi
kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan,
Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.
2.4.3 Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota
Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak
ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan
yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang
disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.Barang yang
diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan
barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik,
wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing,
bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki
lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang
ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.
Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan,
kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan
rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi
khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para
pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang
hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling
berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya
pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke
pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing
juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu sangat
banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya.agar
menarik para wisatawan untuk berlibur ke Yogyakarta
Selain itu,kota Yogyakarta yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-
budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga
budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.
Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun
banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap antusias
menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
Yogyakarta disebut kota pelajar karena kualitas pendidikan di kota Jogja sudah terjamin
kualitasnya. Kota Jogja disebut kota pelajar karena di daerah Jogja juga terdapat fasilitas sekolah
dan universitas yang megah, berkualitas, terjamin mutunya dan sudah terakreditasi secara baik
didunia pendidikan Indonesia.
Budaya mungkin di Indonesia mungkin bermacam-macam dan beragam sekali di
Indonesia. Mungkin salah satu budaya di Indonesia adalah budaya Jawa. Budaya tersebut masih
sangat erat hubungannya dengan kota Jogja. Maka dari itu,Yogyakarta juga disebut dengan kota
budaya dan berbudaya.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda dan sebagai salah satu pengunjung di objek wisata,penulis
menyarankan kepada :
- Pemerintah, khususnya pengelola objek wisata agar meningkatkan pelayanan pada para
wisatawan dan menjaga kelestarian objek-objek wisata .Serta berinovasi agar ada penambahan
wahana wisata baru untuk mengikuti perkembangan wahana wisata diluar agar wisatawan betah
karena ini merupakan devisa.
- Generasi muda Indonesia,agar mau menjaga dan melestarikan tempat-tempat wisata terutama
yang berbasis budaya dan religi. Karena Negara kita dikenal sebagai Negara yang
beranekaragam namun bisa hidup berdampingan dengan latar belakang yang berbeda.
LAMPIRAN
1. Candi Prambanan
Kompleks candi Prambanan dibuka untuk umum dari pukul 08.00 - 17.00 WIB. Setiap malam
bulan purnama, digelar Sendratari Ramayana dari pukul 20.00 - 22.00. WIB. Harga tiket masuk
Candi Prambanan bagi turis lokal atau pemegang KITAS adalah 15.000 (Senin-Jumat) dan
17.500 (Sabtu-Minggu). Sedangkan untuk turis asing umum adalah 13 US$, sedangkan
mahasiswa asing adalah US$ 7.
Museum ini buka tiap hari Minggu hingga Kamis pukul 08.0013.00 WIB dan hari
Jumat sampai Sabtu pukul 08.0012.00 WIB. Sedangkan pada hari Senin dan libur nasional
tutup.
Wisatawan yang berkunjung ke Museum Dirgantara akan dipungut biaya sebesar Rp
3.000,00 per orang.
3. Candi Borobudur
Harga tiket masuk Taman Wisata Candi Borobudur :
1. Pengunjung domestik Rp 10.000,00/orang
2. Pengunjung mancanegara 12 US$/orang
Waktu buka:
Senin Minggu pukul 07.00 18.00
4. Malioboro
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang
membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Kawasan
Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1995 .Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa . 1993 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro
www.yogyes.com
www.jogjatrip.com
www.srandilmandalagiri.blogspot.com
Poskan Komentar
Arsip Blog
2013 (2)
o Februari (2)
Wajah 9-A
Laporan hasil kunjungan karya wisata Yogyakarta