Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN HASIL OBSERVASI

STUDY TOUR KE YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Kelompok Kelas IX G
1. Aji Fajri Rahmatillah.
2. Ilham.
3. Nisa Natasya Nurfadillah.
4. Siti Asiah.
5. Widia Risnawati

SMP NEGERI 1 CIJEUNGJING


TAHUN 2023

Jl. Raya Ciamis – Banjar No. 388 Cijeungjing 46271


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil observasi study tour ke Yogyakarta ini telah diperiksa dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui
Kepala Sekolah

Uus Rusmawan, S.Pd., M.Pd.

Wali Kelas Guru Pembimbing

Aan Mujiwati S.Pd Darsono Al Nuur, S.Ag


.

i
ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Hasil Observasi
Study Tour ke Yogyakarta” dengan baik. Adapun laporan kegiatan ini kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan hasil
observasi ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari laporan hasil observasi ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberi inspirasi terhadap pembaca.

Cijeungjing, 9 Februari 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................................1
C. Objek wisata yang dikunjungi di Yogyakarta.................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Objek wisata yang dikunjungi di Yogyakarta.................................................................3
1. Candi Prambanan.........................................................................................................3
2. Lava Tour Merapi........................................................................................................5
3. Tebing Breksi..............................................................................................................6
4. Museum TNI-AU Dirgantara Mandala.......................................................................6
5. Museum TNI-AD Dharma Wiratama..........................................................................9
6. Malioboro..................................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tidak hanya  berorientasi kepada penyajian materi ataupun teori yang
disampaikan oleh bapak/ibu guru saat di kelas saja, tetapi lebih dari itu kemampuan
untuk berorientasi pada kegiatan study tour sangatlah menunjang terutama kecakapan
pelajar dalam membangun potensi diri dan pengembangan kualitas pendidikan. Kegiatan
study tour di samping sebagai sarana refreshing namun juga sebagai wujud pendidikan
luar kelas (out door) dengan melalui praktek dan melihat secara langsung objek-objek
keilmuan yang baru. Maka dari itu SMP Negeri 1 Cijeungjing mengadakan program
study tour ke Daerah Istimewa Yogyakarta untuk kelas VIII dan IX.
Pariwisata merupakan sektor utama bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Banyaknya objek dan daya tarik wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan,
baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Yogyakarta yang kaya akan
wisata keindahan alam dan wisata sejarah. Hal ini menjadikan kota Yogyakarta sebagai
salah satu tujuan wisata terbesar di Indonesia. Banyak tempat wisata yang bisa
dikunjungi di kota ini seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata
pendidikan dan wisata malam.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata
yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor
kegiatan perekonomian DIY secara umum bertumpu pada empat sektor andalan, yaitu:
jasa-jasa, perdagangan, restoran dan pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek
pengganda yang nyata bagi sektor perdagangan dengan meningkatnya kunjungan
wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian
daerah sangat signifikan.
Dengan karya tulis yang berjudul “Laporan Hasil Observasi Study Tour ke
Yogyakarta” kami akan menjelaskan tempat wisata yang kami kunjungi.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

5
1. Membuat siswa untuk terlatih dalam pembuatan laporan karya tulis dengan baik dan
benar.
2. Melaporkan hal-hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan study tour.
3. Mengetahui sejarah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi.
4. Melaporakan dan mendeskripsikan tempat-tempat wisata yang telah dikunjungi.

C. Objek wisata yang dikunjungi di Yogyakarta


Adapun objek wisata yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut:
1. Candi Prambanan
2. Lava Tour Merapi
3. Tebing Breksi
4. Museum TNI AU Dirgantara Mandala
5. Museum TNI AD
6. Malioboro

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Objek wisata yang dikunjungi di Yogyakarta

B. Candi Prambanan
 Lokasi Candi Prambanan

Kompleks candi ini terletak di


kecamatan Prambana Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan
kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah kurang lebih 17 kilometer timur
laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer
selatan Semaranag, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.  Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu
masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo,
Prambanan, Klaten Jawa Tengah.
 Sejarah Candi Prambanan
a. Memuliakan Dewa Siwa
Menurut prasasti Syiwargha, pembangunan candi ini ditujukan untuk
memuliakan Dewa Syiwa. Berangkat dari situ, kompleks candi ini dikenal
juga dengan nama Syiwargha yang artinya Rumah Syiwa dan Syiwalaya yang
artinya Ranah Siwa atau Alam Siwa.
b. Menjadi Kompleks
Bangunan Candi Prambanan disempurnakan terus-menerus oleh raja-
raja Medang Mataram, seperti Raja Daksa dan Raja Tulodong. Pembangunan
kompleks Candi Prambanan juga diperluas dengan membangun ratusan candi
tambahan di sekitar candi utama. Candi ini juga berfungsi sebagai tempat
pergelaran upacara-upacara penting Kerajaan Mataram.

7
Kompleks Candi Pramabanan mempunyai empat arah penjuru mata
angin. Candi utama menghadap ke timur. Kompleks candi sendiri terdiri dari
3 Candi Trimukti, yaitu Candi Syiwa, Wisnu dan Brahma, lalu 3 Candi
Wahana yaitu Candi Nandi, Garuda dan Angsa, 2 Candi Apit di antara candi-
candi Trimukti dan Wahana di utara dan selatan, 4 Candi Kelir di 4 mata
angin tepat di belakang pintu masuk zona inti, 4 Candi Patoh di 4 sudut zona
inti dan 224 Candi Perwara.
Candi Perwara tersusun dalam 4 bagian memusat dengan jumlah candi
per baris sebanyak 44, 52, 60 dan 68 candi. Dengan demikian, ada 20 candi di
Candi Prambanan.
Ciri khas arsitektur Candi Prambanan yaitu berpedoman pada tradisi
arsitektur Hindu dalam kitab Wastu Sastra. Candinya mengikuti pola mendala
dan tinggi menjulang khas Hindu.
Bentuk Candi Prambanan mengikuti gunung suci Mahameru yang
sidebut sebagai tempat dewa bersemayam. Model kompleksnya sendiri
mengikuti model alam semesta yang menurut konsep kosmologi Hindu
terbagi atas beberapa lapisan tanah, alam atau loka.
c. Penemuan dan Penjarahan Candi Prambanan
Candi Prambanan ditemukan pada tahun 1733 oleh C.A. Lons,
surveyor Belanda di bawah Sir Thomas Stamford Raffless. Raffless
memerintahkan penyelidikan lebih lanjut. Namun, reruntuhan Candi
Prambanan tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun.
Penggalian lalu dilakukan pada tahun 1880-an. Namun, upaya ini
malah menyuburkan penjarahan ukiran dan batu candi.
Dokter Belanda pemerhati arkeologi dan budaya Isaac Groneman lalu
melakukan pembongkaran besaran pada candi ini. Batu-batu candi diletakkan
sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca dan relief candi diambil warga
Belanda untuk dijadikan hiasan taman. Sementara itu, batu candi digunakan
warga lokal untuk bahan bangunan dan fondasi rumah.
d. Perawatan dan Situs Warisan Dunia UNESCO
Pada tahun 1902-1903, pemimpin pemugaran Candi Borobudur
Theodoor van Erp mulai memelihara bagian Candi Prambanan yang rawan
runtuh. Pemeliharaan dilanjutkan pada tahun 1918 oleh Jawatan Purbakala

8
(Oudhiedkundige Dienst) di bawah P.J Perquin dengan cara sesuai kaidah
arkeologi.
Perawatan Candi Prambanan diteruskan De Haan pada tahun 1926
hingga akhir hayat pada tahun 1930. Ia digantikan Ir. V.R van Romondt
hingga tahun 1942.
Renovasi Candi Prambanan lalu diserahkan pada Pemerintah Indonesia
dan berlanjut hingg tahun 1993. Pemugaran Candi Syiwa, candi utama
kompleks Candi Prambanan sendiri selesai pada tahun 1953.
Pada tahun 1999, Candi Prambanan ditetapkan sebagai Situs Warisan
Dunia oleh UNESCO.

C. Lava Tour Merapi

Lava Tour Merapi yang berada di Jogja merupakan salah


satu destinasi wisata yang menawarkan sensasi petualangan yang seru. Lokasinya
berada di kaki Gunung Merapi, di Kaliadem dan Kaliurang. Pasca terjadinya erupsi
dahsyat yang terjadi pada Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu. Erupsi tersebut telah
merubah wajah Kaliadem yang dahulu merupakan daerah perkemahan yang hijau
dengan hamparan tanah yang luas, menjadi bekas erupsi Merapi yang digunakan
untuk destinasi wisata baru, yakni Jeep Lava Tour Merapi.
Para wisatawan bisa melihat dari dekat seperti apa material bekas letusan dari
Gunung Merapi. Wisatawan bisa menyaksikan bunker tempat perlindungan yang
telah merenggut nyawa 2 relawan kala itu.
Berikut beberapa tempat yang kami lewati saat Jeep Lava Tour Merapi :
1. Museum Mini Sisa Hartaku
Museum ini terbilang unik dan berbeda,
museum ini berisi berbagai macam barang yang

9
sudah rusak dan sebagian meleleh. Ini merupakan barang peninggalan warga
sekitar yang rusak diterjang erupsi Merapi.
Tempat ini telah dijadikan sebagai museum oleh warga sekitar guna
mengenang dahsyatnya peristiwa letusan gunung Merapi. Di depan museum, ada
kerangka motor yang terbakar dan kerangka sapi utuh. Ketika masuk ke dalam
ruangan juga ada jam dinding yang meleleh. Jam dinding ini menjadi satu-
satunya penunjuk waktu kapan bencana awan panas tersebut melanda.
2. Kali Kuning

Di tempat ini, anda akan diajak untuk bermain air sampai puas. Cukup
terkena cipratan air saja atau basah kuyup, semuanya akan dilayani. Anda
tinggal request ke driver Jeep. Di sini ada beberapa Jeep yang bergantian masuk
ke dalam sungai dengan kecepatan tidak stabil. Sehingga akan menciptakan
cipratan air yang cukup tinggi. Ini merupakan lokasi yang paling seru. Sebab
disini anda bisa berteriak sekencang mungkin. Jadi bagi anda yang banyak
pikiran, bisa meluapkan semua di sini.

10
3. Batu alien
Kemunculan Batu Alien ini terjadi akibat
erupsi besar Gunung Merapi pada tahun 2010.
Tingginya lebih dari 2 meter dan terlempar jauh
sampai Dusun Jambu. Sekilas mata
memandang, Batu Alien ini hanya berbentuk
batu vulkanik biasa dengan diameter yang sangat besar. Tetapi jika dilihat dengan
lebih seksama, batu ini tampak membentuk gradasi wajah manusia. Guratan-
guratan pada batu tersebut membentuk mata, hidung, mulut dan telinga, dengan
posisi menghadap atas. Sehingga, banyak orang menamakan batu ini dengan
sebutan batu alien.

D. Tebing Breksi

Tebing Breksi merupakan tempat wisata yang berada di


kawasan Kabupaten Sleman. Lokasinya berada di sebelah selatan Candi Prambanan
dan berdekatan dengan Candi Ijo serta kompleks Keraton Boko.
 Sejarah Tebing Breksi Yogyakarta
Sebelum menjadi tempat wisata, lokasi Taman Tebing Breksi sebelumnya
adalah tempat penambangan batuan alam. Di sekitar lokasi penambangan terdapat
tempat-tempat pemotongan bantuan hasil penambangan untuk dijadikan bahan
dekorasi bangunan.
Sejak tahun 2014, kegiatan penambangan di tempat ini ditutup oleh
pemerintah. Penutupan ini berdasarkan hasil kajian yang menyatakan bahwa
batuan yang ada di lokasi penambangan ini merupakan batuan yang berasal dari
aktivitas vulkanis Gunung Api Purba Nglanggeran, kemudian lokasi
penambangan ditetapkan sebagai tempat yang dilindungi dan tidak diperkenankan
untuk kegiatan penambangan.

11
Masyarakat sekitar memanfaatkan bekas penambangan tersebut menjadi
sebuah tempat wisata. Masyarakat mendekorasi lokasi bebas pertambangan ini
menjadi tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Seperti yang sudah diuraikan
diatas, awalnya tempat wisata Tebing Breksi Jogja merupakan lokasi
penambangan batu alam. Batu alam yang berada di tempat ini adalah batuan jenis
batu kapur breksi.

E. Museum TNI-AU Dirgantara Mandala

 Kronologi berdirinya Museum Dirgantara


Mandala
Museum Dirgantara Mandala adalah museum terbesar dan terlengkap
mengenai sejarah keberadaan TNI-AU di Indonesia. Lokasi museum sendiri
berada di atas area seluas + 5 hektar, dengan luas bangunan sekitar 7.600 m2.
Sebelum berlokasi di daerah Wonocatur, Yogyakarta, Museum Pusat TNI-AU
berada di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta.
Museum tersebut diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana
Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969.
Berdasarkan pertimbangan bahwa Yogyakarta pada periode 1945—1949
mempunyai peranan penting dalam kelahiran dan perjuangan TNI-AU, serta
menjadi pusat pelatihan (kawah candradimuka) bagi para Taruna Akademi Udara,
maka museum tersebut akhirnya dipindahkan ke Yogyakarta. Museum Pusat
TNI-AU kemudian digabung dengan Museum Ksatrian AAU (Akademi
Angkatan Udara) yang sebelumnya sudah ada di Yogyakarta. Peresmian museum
baru tersebut dilakukan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum
Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan
dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU.
Namun, karena lokasinya tidak lagi memadai untuk menampung berbagai
koleksi Alutsista yang ada, maka Museum Dirgantara Mandala dipindah ke lokasi

12
yang baru, yaitu di gudang bekas pabrik gula di Wonocatur yang masih berada
dalam wilayah Landasan Udara Adisutjipto. Pada zaman Jepang, gedung bekas
pabrik gula ini digunakan sebagai gudang senjata dan hanggar pesawat terbang,
sehingga memang cukup sesuai untuk digunakan sebagai lokasi museum yang
baru. Setelah direnovasi, gedung museum yang baru tersebut kemudian
diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 (bertepatan dengan Hari Bhakti TNI-AU)
oleh Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Sukardi.
 Keistimewaan
Mengunjungi Museum Dirgantara, wisatawan akan disambut oleh beberapa
pesawat tempur dan pesawat angkut yang dipajang di halaman museum. Salah
satu koleksi terbaru museum ini adalah pesawat tempur tipe A4-E Skyhawk yang
dipajang di muka gedung museum. Hingga tahun 2003, TNI-AU telah
mengoperasikan sebanyak 37 pesawat A4-E Skyhawk, sebelum akhirnya
beberapa pesawat digantikan oleh pesawat Sukhoi tipe Su-27SK dan Su-30MK.
Memasuki gedung museum akan disambut oleh patung empat tokoh perintis
TNI-AU, yaitu Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda
Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul
Halim Perdanakusuma, dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi. Para perintis
TNI-AU ini telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, dan diabadikan menjadi
nama bandar udara di berbagai kota di tanah air.
Pada ruangan selanjutnya, pengunjung akan dikenalkan pada sejarah awal
pembentukan angkatan udara di Indonesia. Di Ruang Kronologi I ini, Anda dapat
melihat foto dan informasi yang berhubungan dengan pembentukan angkatan
udara indonesia, semisal ‘Penerbangan Pertama Pesawat Merah Putih‘ pada 27
Oktober 1945 yang melakukan misi pembalasan atas serangan Belanda,
berdirinya ‘Sekolah Penerbangan Pertama di Maguwo‘ pada 7 November 1945
yang dipimpin oleh A. Adisutjipto, berdirinya Tentara Rakyat Indonesia (TRI)
Angkatan Udara pada 9 April 1946, serta berbagai perlawanan udara untuk
melawan agresi militer Belanda lainnya. Di ruangan ini juga dipamerkan berbagai
peralatan radio dan foto penumpasan berbagai pemberontakan di tanah air, seperti
pemberontakan DI/TII, Penumpasan G 30 S/PKI, serta Operasi Seroja. Pada
ruangan selanjutnya, dipajang berbagai jenis pakaian dinas yang biasa digunakan

13
oleh para personel TNI-AU, meliputi pakaian tempur, pakaian dinas sehari-hari,
hingga pakaian untuk tugas penerbangan.
Ruangan yang akan membuat Anda berdecak kagum adalah Ruangan
Alutsista atau Alat Utama Sistem Senjata yang pernah digunakan oleh TNI-AU.
Alutsista ini meliputi pesawat tempur dan pesawat angkut, model mesin-mesin
pesawat, radar pemantau wilayah udara, serta senjata jarak jauh seperti rudal.
Koleksi pesawat di ruangan ini mencapai puluhan, mulai dari pesawat buatan
Amerika, Eropa, hingga buatan dalam negeri. Salah satu pesawat pemburu taktis
yang cukup terkenal adalah pesawat P-51 Mustang buatan Amerika Serikat.
Dalam sejarahnya, pesawat ini telah digunakan dalam berbagai operasi menjaga
keutuhan negara, terutama dalam penumpasan pemberontakan DI/TII, Permesta,
dan G 30 S/PKI, serta ikut andil dalam Operasi Trikora dan Operasi Dwikora.
Pesawat lainnya yang tak kalah menarik adalah pesawat buatan Inggris, namanya
Vampire tipe DH-115. Pesawat ini merupakan pesawat jet pertama yang
diterbangkan di Indonesia pada tahun 1956 oleh Letnan Udara I Leo Wattimena.
Koleksi lainnya yang sangat penting dalam sejarah TNI-AU adalah replika
pesawat C-47 Dakota dengan nomor registrasi VT-CLA yang ditembak jatuh di
daerah Ngoto, Bantul, oleh Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo
Yogyakarta pada 29 Juli 1947. Pesawat ini semula berangkat dari Singapura
dengan misi kemanusiaan, yaitu mengangkut bantuan obat-obatan. Penerbangan
tersebut sebetulnya telah diumumkan dan disetujui oleh kedua belah-pihak
(Belanda-Indonesia). Namun, oleh Belanda pesawat tersebut kemudian ditembak
jatuh dan menewaskan para pionir Angkatan Udara, antara lain Komodor Muda
Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, serta
Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokoesoemo.
Seperti diutarakan oleh F Djoko Poerwoko, untuk menghormati gugurnya
para pahlawan udara tersebut, maka nama-nama pioner TNI-AU itu kemudian
diabadikan sebagai nama pangkalan udara di Jawa sejak tahun 1952, antara lain
Adisutjipto di Yogyakarta, Abdulrahman Saleh di Malang, dan Adisumarmo di
Solo. Tanggal 29 Juli sebagai tanggal gugurnya para pahlawan TNI-AU tersebut
juga diperingati sebagai ‘Hari Berkabung AURI‘ sejak tahun 1955, kemudian
diganti menjadi ‘Hari Bhakti Angkatan Udara‘ sejak tahun 1961.

14
F. Museum TNI-AD Dharma Wiratama
Museum TNI AD Dharma Wiratama
merupakan museum perjuangan yang terletak di
Yogyakarta. Museum ini berdiri sebagai salah satu
upaya penghayatan dan penjiwaan  motivasi atau
semangat 45 dalam rangka pelestarian nilai-nilai ’45 dan nilai-nilai TNI ’45 untuk
generasi penerus bangsa. Museum TNI AD Dharma Wiratama dirintis sejak tahun
1956 oleh DISJARAHAD atau Dinas Sejarah Angkatan Darat, awalnya dikenal
dengan SMAD. 
Cita-cita SMAD sejalan dan bersamaan waktunya dengan panitia Setengah
Abad Kebangkitan Nasional. Waktu itu akan mendirikam monumen yang sekarang
dikenal sebagai Museum Perjuangan Yogyakarta. Saat itu  diadakanlah kerjasama
dengan Sri Sultan Hamengku Buwana IX sebagai ketua panitia Setengah Abad
Kebangkitan Nasional. Diberikanlah izin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX
untuk menggunakan tanah komplek ndalem Brotokusuman 24. Sehingga lokasi
museum awalnya berada di ndalem Brotokusuman.
Namun tidak berjarak lama, lokasinya dipindahkan ke JL. Bintaran Wetan
No.3 (bekas kediaman Jenderal Sudirman). Kemudian dengan persetujuan pimpinan
TNI AD, maka  akan direncanakan pembangunan musem TNI AD di tempat lain.
Sehingga berpindah dari Jl  Bintaran Wetan No 3 (sekarang menjadi Museum
Sasmitaloka Jenderal Besar Sudirman) menuju tempat baru. Semula akan
menggunakan bangunan benteng Vredeburg. Namun setelah menimbang berbagai hal
akhirnya diputuskan final akan menggunakan bangunan bekas korem 072/Pamungkas
di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Yogyakarta.
 Sejarah Singkat Gedung
Bangunan bekas Makorem 072/Pamungkas yang kini menjadi museum TNI
AD Dharma Wiratama memiliki luas 1.564 M2. Dulu gedung ini sebagai
perumahan pejabat administratur perkebunan Belanda di daerah Jawa Tengah dan
Yogyakarta. Setelah terjadinya pindah alih kekuasaan oleh Jepang maka  gedung
ini diduduki Jepang sebagai markas/instansi Tentara Jepang di Daerah Istimewa
Yogyakarta (Syudokan). Setelah proklamasi kemerdekaan gedung ini digunakan
sebagai markas tertinggi TKR. Pada gedung ini pula Urip Sumoharjo menyusun
Angkatan Perang Republik Indonesia.

15
Pada gedung ini pernah menjadi saksi peristiwa pemilihan Pimpinan
Tertinggi TKR, Jenderal Besar Sudirman saat itu yang terpilih. Selain itu Letjend.
Urip Sumoharjo berperan dalam meletakkan dasar organisasi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (saat ini dikenal dengan TNI). Setelah itu
bangunan gedung museum digunakan sebagai makorem 072/Pamungkas, serta
pernah menjadi saksi peristiwa G 30/S/PKI.
Lokasi museum TNI AD akhirnya diputuskan untuk menggunakan gedung
yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 47 karena melihat latar belakang
gedung yang pernah menjadi Markas Tertinggi TKR. Rencana ini akhirnya
mendapatkan persetujuan oleh Kasad dan dikeluarkannya surat perintah nomor:
Sprin/823/U/1980 tanggal 27 Mei 1980. Dalam surat ini menyatakan bahwa
Pangdam VII/Diponegoro menyerahkan gedung bekas Makorem 072/Pamungkas
kepada Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) untuk dijadikan museum TNI
AD, Disjarahad sebagai pengelolanya. 
Museum TNI AD saat ini masih berada di Jl. Jenderal Sudirman No. 47
Yogyakarta. Museum ini diberikan nama "Dharma Wiratama" berdasarkan pada
surat keputusan Kasad Nomor: Skep/547/VII/1982 tentang pengesahan museum
TNI AD. Saat ini gedung museum TNI AD Dharma Wiratama memiliki berbagai
koleksi. Terdiri dari ruang pengantar, ruang Jenderal Sudirman, Ruang Letjend.
Urip Sumoharjo, ruang Palagan, ruang Senjata Modal Perjuangan Kemerdekaan,
ruang Dapur Umum, ruang Alkes dan Alhub, ruang perang kemerdekaan, ruang
panji-panji, ruang Gamad, ruang peristiwa, ruang Alpal, ruang Pengendapan,
ruang Pahlawan Revolusi, Ruang G.30 S/PKI.

G. Malioboro
Asal nama Malioboro berasal dari bahasa
sansekerta malyabhara yang berarti karangan
bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat
asal kata nama Malioboro berasal dari nama
seorang kolonial Inggris yang bernama
Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada
tahun 1811- 1816 M.

16
Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat
perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada
era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng
Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Malioboro. Belanda juga membangun Dutch
Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor’s
Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos.
Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya
perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun
1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun. Malioboro
juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di
jalan ini pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan
kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki
Yogyakarta setelah enam jam bertempur.
Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan
konsep aslinya dulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-
tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk
Beringharjo, Teras Malioboro hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di
kawasan ini.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terus melakukan perbaikan untuk
menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Pada tahun 2016
ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan
tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan
hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro.
Kemudian pada tahun 2022, seluruh PKL di Jalan Malioboro dipindahkan ke
Kawasan Teras Malioboro sehingga jalan ini menjadi lebih rapi dan nyaman untuk
dilewati.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam laporan hasil observasi study tour ini dapat disimpulkan:

17
 Kegiatan study tour merupakan sarana belajar diluar ruangan, sehingga para pelajar
dapat mengetahui dan mengamati peninggalan-peninggalan yang bersejarah secara
nyata.
 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang kaya akan wisata keindahan
alam dan wisata sejarah, sehingga menjadi daya tarik para wisatawan.

H. Saran
 Saya menyarankan agar menambah waktu kunjungan di setiap objek karena saya
merasa waktu yang di berikan sangat singkat.

18

Anda mungkin juga menyukai