Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN IDENTIFIKASI

MUSEUM ULLEN SENTALU YOGYAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah


Sejarah dan Kebudayaan Indonesia

Disusun Oleh:

Angga Pratama Putra (01219)


Mutiarani Mufti (02238)
Thomas Aji Budi Utomo (02334)
Purwani Ramadhani Wulansari (02335)

( Kepariwisataan A )

Universitas Gadjah Mada


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatNya kami dapat
menyelesaikan laporan identifikasi Museum Ullen Sentalu Yogyakarta.
Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
ingin mengetahui secara mendalam mengenai sejarah Museum Ullen Sentalu
Yogyakarta.
Terselesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan laporan ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Dalam menyusun laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan keterbatasan yang ada. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian untuk perbaikan kedepannya.

Yogyakarta, 2 Desember 2012


Penyusun,

Kelompok 4
( Kepariwisataan A )
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
II. IDENTIFIKASI MUSEUM ULLEN SENTALU
1. Sejah Museum
2. Letak Geografis Museum
3. Perkembangan Museum
4. Visi Museum
5. Profil per Ruangan
5.1 Ruang Selamat Datang
5.2 Ruang Seni Tari dan Gamelan
5.3 Guwa Sela Giri
5.4 Kampung Kambang
a. Ruang Syair untuk Tineke
b. Royal Room Ratoe Mas
c. Ruang Batik Vorstendlanden
d. Ruang Batik Pesisiran
e. Ruang Putri Dambaan
5.5 Koridor Retja Landa
5.6 Ruang Budaya / Sasana Sekar Bawana
6. Sarana Pendukung
6.1 Taman
6.2 Beukenhof Restaurant
6.3 Muse
III. KRITIK DAN SARAN
IV. PENUTUP
V. DAFTAR PUSTAKA
VI. LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca
Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-
iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di
Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul
Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta,
Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang
termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler
(Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton,
Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul
(Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik
yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh
karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
IDENTIFIKASI KERATON

1. Sejah Museum

Museum Ullen Sentalu mulai dirintis pada tahun 1994 dan diresmikan pada tanggal 1 Maret
1997, yang merupakan tanggal bersejarah bagi kota Yogyakarta. Peresmian museum
dilakukan oleh KGPAA Paku Alam VIII, Gubernur DIY pada waktu itu. Secara kepemilikan,
museum swasta ini diprakarsai keluarga Haryono dari Yogyakarta dan berada di bawah
payung Yayasan Ulating Blencong dengan penasehat antara lain: I.S.K.S. Paku Buwono XII,
KGPAA Paku Alam VIII, GBPH Poeger, GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, Ibu Hartini
Soekarno, serta KP. dr. Samuel Wedyadiningrat, Sp.(B). K.(Onk).

2. Letak Geografis Museum

Museum Ullen Sentalu Terletak di kawasan wisata Kaliurang tepatnya di dalam Taman
Kaswargan dengan luas tanah 11.990 m2. Secara filosofis, nama Kaswargan dipilih karena
terletak di ketinggian lereng Gunung Merapi, di mana kultur masyarakat Jawa menganggap
Gunung Merapi sebagai tempat sakral. Taman Kaswargan berada dalam suatu
“HISTORICAL DISTRICT”, yaitu kawasan bersejarah seperti Pesanggrahan Ngeksigondo
dan Wisma Kaliurang. Pesanggrahan Ngeksigondo dibangun atas perintah Sultan
Hamengku Buwono VII sebagai tempat peristirahatan keluarga Kasultanan Ngayogyakarta,
sedang Wisma Kaliurang pernah digunakan untuk perundingan Komisi Tiga Negara, yaitu
Amerika, Australia, dan Belgia pada masa revolusi kemerdekaan negara RI. Kaliurang
merupakan kawasan wisata gunung dengan jarak 25 km dari pusat kota Yogyakarta,
sehingga merupakan tujuan wisata yang sangat menarik dan potensial. Selain itu, terletak
pada jalur wisata strategis yang menghubungkan obyek wisata Candi Borobudur dan Candi
Prambanan.

3. Perkembangan Museum
Dalam perkembangannya, Museum Ullen Sentalu berpijak pada paradigma baru yang
cenderung memaknai warisan budaya berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda
(intangible heritage). Kecenderungan ini berawal dari suatu kondisi dimana Dinasti Mataram
Islam cenderung menghasilkan budaya yang sifatnya intangible dibanding warisan budaya
tangible yang lebih pada kebendaan. Padahal intangible heritage yang mencakup semua
ekspresi, pengetahuan, representasi, praktek, ketrampilan yang dikenali sebagai bagian
warisan budaya lebih rentan untuk pudar dan punah, apalagi dengan perkembangan arus
globalisasi yang semakin tak terelakkan.

Bertolak dari kondisi tersebut, maka Museum Ullen Sentalu berupaya mengembangkan
paradigma baru sebagai suatu terobosan yaitu dengan pemilihan lokasi yang berada di
daerah pegunungan (resort), dan bukan di downtown; tidak menempati bangunan cagar
budaya, tapi bangunan baru pada landscape kosong; dikelola sebagai private corporation
dan bukan state institution; bersifat eclectic (carefully selected) collection dan tidak
mengandalkan jumlah koleksi massive; lebih banyak memaknai warisan budaya berupa
kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage) dan tidak selalu
mengandalkan warisan budaya kebendaan (tangible heritage); tidak semua koleksi terdiri
dari artefak dan benda memorabilia tetapi sebagian terdiri dari ambiance kebudayaan materi
masa kini; tidak menggunakan label pada koleksi yang dipamerkan tetapi mengandalkan
tour guide; bersifat movement dan bukan monument; sebagai a-muse-ment dan bukan
muse-um dan saat ini tengah dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan
“dead” museum.

Salah satu upaya Museum Ullen Sentalu dalam memvisualisasikan berbagai warisan
intangible dari Dinasti Mataram adalah dengan memanfaatkan media interpretasi dalam
bentuk Conceptual and Imaginary Narrative Paintings.

4. Visi dan Misi Museum

Visi : Sebagai Jendela peradaban seni dan budaya Jawa

Misi : Mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni dan budaya


Jawa yang terancam pudar guna menumbuhkan kebanggaan masyarakat pada kekayaan
budaya Jawa sebagai jati diri bangsa

5. Profil per Ruangan


Profil per Ruang Hingga saat ini Museum Ullen Sentalu sudah memiliki beberapa ruang,
yaitu Ruang Selamat Datang, Ruang Seni Tari dan Gamelan, Guwa Sela Giri, 5 ruang di
Kampung Kambang, Koridor Retja Landa, serta Ruang Budaya / Sasana Sekar Bawana.

5.1 Ruang Selamat Datang

Selain sebagai “Ruang Penyambutan tamu/pengunjung museum”, di bagian ruang ini juga
terdapat banner latar belakang pendirian museum Ullen Sentalu serta arca Dewi Sri, simbol
kesuburan.

5.2 Ruang Seni tari dan Gamelan

Ruang ini memamerkan seperangkat gamelan yang merupakan hibah dari salah seorang
pangeran Kasultanan Yogyakarta dan pernah dipergunakan dalam pertunjukkan wayang
orang dan pagelaran tari di kraton Yogyakarta. Selain itu, di ruang ini juga terdapat
beberapa lukisan tari.

5.3 Guwa Sela Giri

Suatu ruang pamer yang dibangun di bawah tanah, karena menyesuaikan dengan kontur
tanah yang tidak rata. Ruang ini berupa lorong panjang yang merupakan perpaduan Sumur
Gumuling Taman Sari dan gaya Gothic. Arsitektur Guwa Sela Giri didominasi dengan
penggunaan material bangunan dari batu Merapi. Ruang ini memamerkan karya-karya lukis
dokumentasi dari tokoh-tokoh yang mewakili figur 4 kraton Dinasti Mataram. Melalui karya-
karya lukis dokumentasi para tokoh yang dikemas dalam karya fine arts serta didukung
kelengkapan data sejarah yang berkaitan, maka suatu interaksi antara karya seni,
pengungkapan data-data seni budaya dan sejarah dari suatu peradaban yang intangible
dapat terkomunikasikan secara kaya dan bebas.

5.4 Kampung Kambang

Merupakan areal yang berdiri di atas kolam air dengan bangunan berupa ruang-ruang di
atasnya. Konsep areal ini diambil dari konsep Bale Kambang dan konsep Labirin. Kampung
Kambang terdiri dari lima ruang pamer museum, yaitu: Ruang Syair untuk Tineke, Royal
Room Ratoe Mas, Ruang Batik Vorstendlanden, Ruang Batik Pesisiran, dan Ruang Putri
Dambaan.

a. Ruang Syair untuk Tineke


Ruang yang menampilkan syair-syair yang diambil dari buku kecil GRAj Koes
Sapariyam (putri Sunan PB XI, Surakarta) dan ditemukan di suatu ruang di dalam
Kaputren Kasunanan Surakarta. Syair-syair itu ditulis dari tahun 1939-1947, oleh
para kerabat dan teman-teman GRAj Koes Sapariyam yang akrab dipanggil Tineke
sebagai puisi-puisi kenangan. Melalui syair-syair tersebut terungkap kemampuan
intelektual dalam seni sastra para putri di balik tembok kraton.

b. Royal Room Ratu Mas

Suatu ruang yang khusus dipersembahkan bagi Ratu Mas, permaisuri Sunan Paku
Buwana X. Di ruang ini dipamerkan lukisan Ratu Mas, foto-foto beliau bersama
Sunan serta putrinya, serta pernak-pernik kelengkapan beliau, seperti topi, kain
batik, dodot pengantin, dodot putri, asesori, dll.

c. Ruang Batik Vorstendlanden

Menampilkan koleksi batik dari era Sultan HB VII - Sultan HB VIII dari Kraton
Yogyakarta serta Sunan PB X hingga Sunan PB XII dari Surakarta. Melalui koleksi
tersebut terlihat suatu proses seni dan daya kreasi masyarakat Jawa dalam
menuangkan filosofi yang dianutnya melalui corak motif batik. Perpaduan keindahan
seni batik dan makna-makna filosofis yang dikandungnya menguak suatu warisan
budaya intangible yang sangat kaya.

d. Ruang Batik Pesisiran

Ruang ini melengkapi proses akulturasi budaya yang ada di Jawa. Dipamerkan
kostum, yaitu keindahan bordir tangan dari kebaya-kebaya yang dikenakan kaum
peranakan mulai jaman HB VII (1870-an) serta kain batik yang lebih kaya warna.

e. Ruang Putri Dambaan

Ruang ini dikatakan sebagai album hidup GRAy Siti Nurul Kusumawardhani, putri
tunggal Mangkunegara VII dengan permaisuri GKR Timur. Menampilkan
dokumentasi foto pribadi dari masa kanak-kanak hingga pernikahannya (1921-1951).
Melalui foto-foto tersebut tersaji muatan budaya yang bersifat intangible, seperti:
ritual-ritual tahapan kehidupan seorang putri kraton beserta segala pernak-perniknya
yang merupakan kekayaan warisan budaya Jawa. Ruang ini sangat istimewa karena
terasa kedekatannya dengan Sang Tokoh, yang meresmikan sendiri Ruang Putri
Dambaan tersebut pada ulang tahun ke-81 pada tahun 2002. Seperti ada ikatan
batin antara tokoh dan Ruang Putri Dambaan karena album perjalanan hidup putri
Mangkunegaran ini dititipkan secara pribadi dalam ruang tersebut di Museum Ullen
Sentalu.
Gusti Nurul adalah putri Mangkunegaran yang memberi inspirasi para pangeran
Mataram untuk tidak berpoligami. Beliau merupakan putri permaisuri yang gemar
berkuda, yang tidak lazim pada era tersebut.

5.5 Koridor Retja Landa

Merupakan museum outdoor yang memamerkan arca-arca dewa-dewi dari abad VIII-IX M.
pada masa itu berkembang agama dan budaya Hindu Budha, sehingga ada pemujaan pada
dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk penyembahan pada arca-arca dewa tertentu.

5.6 Ruang Budaya

Di ruang ini dipamerkan beberapa lukisan raja Mataram, lukisan serta patung dengan tata
rias pengantin gaya Surakarta serta Yogyakarta. Di akhir kunjungan semua tamu mendapat
suguhan minuman spesial, resepnya merupakan warisan Gusti Kanjeng Ratoe Mas, Putri
Sultan HB VII yang disunting sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan Paku Buwono X.
Konon, minuman ini memberi kesehatan dan awet muda.

6. Sarana Pendukung

Sarana yang mendukung pada Museum Ullen Sentalu yaitu terdapat Taman dan Muse.

6.1 Taman

Selain bangunan fisik, areal Taman Kaswargan didominasi oleh hutan alami dan bagian-
bagian taman yang menonjolkan atmosfer pegunungan. Pada bagian-bagian tertentu
terdapat patung-patung yang menjadi museum outdoor.

6.2 Beukenhof Restaurant

Rancang bangun Taman Kaswargan sebagai obyek wisata budaya dan alam tak terelakkan
harus dilengkapi dengan sarana pendukung lain, seperti restaurant. Restaurant Beukenhof
diambil dari bahasa Belanda yang berarti bangunan yang dikelilingi pohon-pohon, seperti
yang dapat pengunjung nikmati di restaurant dengan bangunan yang dirancang bergaya
arsitektur kolonial .

6.3 Muse

Toko souvenir didirikan sebagai pendukung dalam unsur pariwisata kawasan Taman
Kaswargan. Dalam toko souvenir terdapat brbagai macam oleh-oleh, mulai dari tas kain,
handycraft, kain batik, baju, dan lain-lain.

Alamat : Jl.Boyong Taman wisata Kaliurang,

telp (62-0274) 895161, 895131

Sekretariat : Jl. Plemburan 10 Yogyakarta 55581

Telephon : (62-0274) 880158,

Fax : (62-0274) 881743

Jam buka tiket : Selasa – Minggu, pk. 09.00 – 16.00 WIB

Hari Libur Nasional tetap buka

Tiket : Rp. 25 000 (nusantara)

Rp. 25 000 (pelajar mancanegara)

US $ 5.00 (manca negara = Rp.50.000)


PENUTUP

Kesimpulan :

Mempelajari secara teori memang sudah seharusnya dilakukan, tetapi alangkah


lebih baiknya jika teori yang dipelajari di kelas dibarengi dengan praktek langsung
dilapangan, dalam hal ini yang dipelajari adalah mengenai kekayaan wisata budaya kita
khususnya Indonesia dan tepatnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah berkunjung langsung ke lokasi Museum Ullen Sentalu Yogyakarta itu
berada,sungguh pengalaman yang sangat besar karena kita bisa dapat menyaksikan secara
langsung maha karya sebagai warisan dunia yang tentunya sebagai salah satu asset
pariwisata dan kebanggaan Indonesia.

Saran :

Sebagai insan pariwisata yang peduli akan budaya bangsa sebagai salah satu aset
besar penunjang dunia pariwisata, tentu kita tidak akan acuh begitu saja, karena banyak
saran yang sifatnya membangun untuk kemajuan cagar budaya khususnya Museum Ullen
Sentalu Yogyakarta ini. Secara Keseluruhan memang pengelolaan Museum ini sudah cukup
baik.
Berbagai alasan vital yang menjadi point untuk perbaikan kawasan yaitu :
1. Kondisi Lokasi
Cukup bersih, tapi yang menjadi catatan penting adalah kurangnya tempat sampah.
Dan kalaupun ada letaknya bukan ditempat-tempat strategis itupun berjauhan.
2. Pengelolaan Pedagang
Pedagang yang ada seringkali membuat pengunjung jengkel karena seringkali
mengikuti pengunjung ( walaupun hanya di kawasan depan Museum ).
3. Pengelolaan Parkir
4. Petugas Guide Museum
Supaya lebih menyegarkan suasana seharusnya petugas / guide Museum ini yang
masih berusia muda.
5. Ticket
Untuk tiket yang dikisaran Rp. 25 000 (nusantara), Rp. 25 000 (pelajar
mancanegara) , US $ 5.00 (manca negara = Rp.50.000), menurut kami sedikit
mahal, namun dengan suasana dan tatanan bangunan yang di design secara bagus
berarsitektur kolonial dan berkesan, kami rasa itu cukup impas dengan harga tiket
masuk yang bisa di bilang lumayan mahal.
Demikian saran dari kami, dan kami berharap perhatian pemerintah terhadap Cagar budaya
ini lebih ditingkatkan lagi karena akan menambah devisa untuk masyarakat didaerah sekitar,
pemerintah daerah bahkan untuk Negara.
LAMPIRAN
SUMBER

Anda mungkin juga menyukai