Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan
berwisata sudah menjadi kebutuhan sekunder bagi setiap orang. Semakin padatnya
aktivitas yang dilakukan seseorang akan berimbas pada besarnya kebutuhan untuk
mendapatkan hiburan yang menyenangkan untuk melepaskan penat dari rutinitas
sehari-hari ataupun sekedar berkumpul bersama keluarga. Hal ini menjadi peluang
bagi pelaku usaha pariwisata untuk dapat menyediakan sarana dan prasarana
pariwisata apabila ditinjau dari tingginya kenaikan jumlah kedatangan wisatawan di
Indonesia.

Kota Batu memiliki peluang untuk lebih dikembangkan sebagai daerah wisata
yang lebih menarik, hal ini didasarkan pada kondisi alam dan letak geografis yang
sangat mendukung. Kota Batu juga banyak menyediakan tempat rekreasi dan
edukasi yang bisa dijadikan tempat berliburan yang sangat diminati oleh keluarga
dan bahkan banyak sekolah yang mengajak liburan siswanya untuk berkunjung ke
Kota Batu salah satu nya wisata petik apel. Sebagai salah satu penghasil apel
terbesar di Kota Batu, banyak potensi wisata lainnya di Desa Tulungrejo. Mulai
dari wisata agro, wisata peternakan, wisata alam, wisata seni dan budaya hingga
wisata industri rumahan. Wisata industri perumahan menjadi salah satu andalan
Desa Wisata Tulungrejo. Buah apel yang dihasilkan dari kebun diolah menjadi
berbagai bahan olahan, seperti keripik buah apel, sari apel dan lain sebagainya. Ada
pula wisata kebun apel yang lahannya mencapai 576 Ha.

Wisatawan bisa menikmati kesegaran buah apel jenis rome beauty, anna,
manalagi, dan grany smith langsung dari pohonnya, dengan hanya membayar

1
20.000 hingga 40.000 rupiah per orangnya. Desa Wisata Tulungrejo merupakan
salah satu desa yang ditunjuk Pemerintah Kota Batu sebagai desa percontohan
dalam rangka pengembangan wilayah kepariwisataan, khususnya pertanian. Dalam
pelaksanaannya, kelompok pengembang yang bernama TFE (Tulungrejo
Funducation Experience) bekerja sama dengan masyarakat yang berdomisili di
daerah Tulungrejo dan memiliki aset yakni lahan pertanian yang berpotensi wisata
untuk dijadikan sebagai investor dalam perkembangan paket wisata bersama
pengelola. Salah satu permasalahan yaitu Promosi agrowisata kebun apel di desa
Tulungrejo Kota Batu oleh Dinas pariwisata Kota Batu, karena wisata agro kebun
apel di desa Tulungrejo berbasis dari para kelompok Tani.

Banyaknya pengunjung yang setiap tahunnya melakukan wisata agro kebun


apel Batu, membuat perkebunan apel menjadi sektor utama perekonomian di
wilayah Batu. Dari data jumlah pengunjung wisata agro pada tahun 2017 sebanyak
15.414 pengunjung, ditahun 2018 naik drastis sebanyak 163.852 pengunjung, dan
di tahun 2019 sangat drastis naiknya pengunjung yang datang yaitu sebanyak
283.053.2 Setiap tahunnya akan selalu ada pengunjung yang mencoba merasakan
sensasi bertani buah apel dan menikmati kesegarannya langsung di tempat. Mereka
juga menjual apel-apel tersebut dengan harga petani apabila pengunjung ingin
menjadikannya sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara di rumah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan mengangkat judul “Dampak Wisata Petik Apel Bagi
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo

2
1.2.2 Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur
1.2.3 Kendala Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah, maka penulis melakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1.3.1 Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo
1.3.2 Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur
1.3.3 Kendala Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam batasan masalah, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimana Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo?
1.4.2 Bagimana Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tulungrejo Kota Batu
Jawa Timur?
1.4.3 Apa Faktor Yang Menjadikan Kendala Pengembangan Wisata Petik
Apel?
1.4.4 Apa Dampak Perekonomian Kesejahteraan Masyarakat Desa
Tulungrejo Dalam Wisata Petik Apel?

1.5 Tujuan Observasi


Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah, maka tujuan dari observasi yang
kami lakukan adalah untuk:
1.5.1 Mengetahui Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo
1.5.2 Mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota
Batu Jawa Timur

3
1.5.3 Mengetahui Kendala Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kota
Batu Jawa Timur

1.6 Manfaat Observasi


Berdasarkan uraian dalam tujuan observasi, maka manfaat dari observasi yang
kami lakukan adalah:
1.6.1 Dapat mengetahui Sejarah Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo
1.6.2 Dapat mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel
1.6.3 Dapat mengetahui Kendala Pengembangan Wisata Petik Apel

1.7 Ruang Lingkup Observasi


Adapun ruang lingkup observasi kami adalah:
Objek Observasi : Wisata Petik Apel
Subjek Observasi : Bapak Hartono Penjaga Dan Perkebun Kebun Apel
Tempat Observasi : Taman Agrowisata Petik Apel Kota Batu, Jawa Timur
Waktu Observasi : 12 Maret 2020

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dampak

Pengertian dampak dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat

yang mendatangkan suatu akibat tertentu (baik positif maupun negatif). Dampak

secara sederhana dapat diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dampak juga

diartikan sebagai suatu perubahan yang timbul didalam lingkungan masyarakat

akibat adanya aktifitas manusia. Dalam setiap keputusan yang diambil maka akan

mendatangkan suatu dampak, baik itu berupa dampak positif maupun negatif.

Dampak positif merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari suatu perbuatan yang

berakibat baik bagi seseorang ataupun lingkungan. Dampak negatif adalah

pengaruh yang ditimbulkan dari suatu perbuatan yang berakibat tidak baik/ buruk

bagi seseorang ataupun lingkungan.

2.2 Pengertian Wisata Petik Apel

Wisata Petik Apel adalah salah satu tempat wisata buah yang berada di jalan
Abdul Gani Atas Kabupaten Malang , Provinsi Jawa Timur. Wisata Petik Apel
Malang adalah Tempat wisata yang ramai wisatawan pada hari hari biasa maupun
pada weekand atau hari libur. Tempat sangat indah dan bisa memberikan suasana
yang menghibur kejenuhan akan aktivitas kita sehari hari. Harga tiket masuk ke
Wisata Petik Apel Malang terbilang sangat murah, tetapi jangan salah menilai
pesona keindahan yang di hidangkan oleh Wisata Petik Apel Malang , bukanlah

5
yang murahan. Sangat di sayangkan jika anda berada di kota Malang , tidak
menggunjungi wisata buah , yang mempunyai pesona keindahan yang tiada duanya.
Wisata Petik Apel Malang , sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan anda,
apalagi saat liburan panjang seperti libur nasional, Hari libur Lebaran, Hari libur
Kemerdekaan, Hari libur nyepi, Hari libur idul adha, Hari libur idul fitri, Hari libur
tahun baru, Keindahan Wisata Petik Apel Malang , ini sangatlah cocok bagi anda
semua yang berada di didekat atau di kejauhan untuk merapat menggunjungi tempat
Wisata Petik Apel di kota Batu Malang.

2.3 Pengertian Pengembangan Desa Wisata


Pengembangan desa wisata merupakan model atau suatu konsep untuk
memaksimalkan poteni yang ada di desa tersebut dan pemberdayaan masyarakat
yang berbasis pada kearifan lokal. Pendekatan ini merupakan solusi yang umum
dalam sebuah desa melalui sektor dengan menggunakan standar-standar khusus
dalam megontrol perkembangan dan menerapan aktivitas konservasi. Di dalam
pengembangan desa wisata terdapat beberapa prinsip dasar yang harus
diperhatikan, antara lain :
a. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta
pelayanan di dalam atau dekat desa.
b. Fasilitas-faslitas dan pelayanan dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk
desa, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang memiliki.
c. Pengembangan desa wisata di dasarkan pada salah satu sifat budaya
tradisional yang melekat pada satu desa. Atau sifat atraksi yang dekat
dengan alam pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi
wisatawan yang mengunjungi atraksi tersebut.

2.4 Pengertian Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan


Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

6
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari
Undang– Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan
dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya
memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita
hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan
pangan, sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita
hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.
Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Jadi
kesimpulan meningkatan kesejahteraan masyarakat ialah bertambah baiknya
keadaan masyarakat sehingga mencapai tujuan yang diinginkan dapat memenuhi
semua kebutuhan sehari-hari, dan mampu mengembangkan diri menjadi lebih baik
dari sebelumnya.

2.5 Pengertian Desa Tulungrejo Kota Batu Jawa Timur

Desa Tulungrejo terletak di ujung utara Kota Batu dengan luas wilayah 807.019
Ha (80.701 Km²) pada ketinggian 1300 m dibawah permukaan laut. Suhu rata - rata
berkisar antara 18 ° C sampai dengan 24 ° C, dengan curah hujan 30 mm dengan
jumlah hujan yang tidak tentu dalam satu tahun. Bentang wilayah Desa Tulungrejo
berbukit, warna tanah hitam dengan tekstur tanah gembur dengan kondisi pada
umumnya sangat subur. Wilayah Desa Tulungrejo disebelah utara berbatasan
dengan Desa Sumberbrantas, sebelah timur Desa Sumbergondo, Sebelah Selatan
Desa Punten dan Sebelah Barat Hutan Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Dari
segi orbitasi atau jarak desa dengan Pemerintah Kecamatan Bumiaji ± 1,5 Km,
jarak desa dengan Pemerintah Kota Batu 6 Km, jarak desa dengan Pemerintah
Propinsi Jawa Timur 133 Km, Jarak desa dengan Pemerintah Kota Negara 980 km.
Sarana umum kendaraan sebagai angkutan ke pusat pemerintahan adalah mikrolet.

7
Dilihat dari penggunaan tanah di Desa Tulungrejo terbagi atas tanah sawah irigasi
yang sekarang berubah fungsi menjadi tanah kebun apel 24.210 Ha, tanah sawah
setengah tehnis 16.045 Ha, tanah ladang / tegal 559.227 Ha, tanah pemukiman
102.257 Ha, tanah pemukiman Purnawirawan TNI AU 8.000 Ha, fasilitas umum
termasuk: Perkantoran 0,277 Ha, Sekolahan 1,902 Ha, Jalan 21 Ha, Taman Desa
400 m2, lapangan olah raga 3 Ha taman rekreasi 17 Ha, tempat ibadah 2 Ha,
pemakaman umum 2,317 Ha. Desa Tulungrejo dengan kesuburan tanahnya pada
kategori sangat subur mencapai 264.752 Ha, suburban 397.400 Ha, sedang 99.283
Ha.

8
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode-metode penelitian yang kami gunakan sebagai rujukan dalam


penyusunan karya tulis ini adalah :

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat : Wisata Petik Apel, Desa Tulungrejo, Kota Batu, Provinsi
Jawa Timur.
Tanggal : 12 Maret 2020
Waktu : 14.00 s/d selesai
Tahun Penelitian : 2020

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Metode Observasi
Metode observasi dalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu
dan pencatatan secara sistematis tengan hal-hal yang diamati.

2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dalam bentuk
komunikasi langsung antara peneliti dan narasumber di tempat untuk
mendapatkan informasi tentang objek penelitian.

3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kegiatan mengambil foto ketika kegiatan
observasi dan wawancara, sehingga dapat dijadikan bukti bahwa penelitian
ini benar dilaksanakan.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Di Desa Tulungrejo

Kota Batu merupakan sentra penghasil apel di Indonesia. Lahan apel di Kota
Batu seluas 2.993,89 Ha terpusat di Kecamatan Bumiaji yang tersebar di Desa
Tulungrejo, Sumbergondo, Sumberbrantas, Punten, Bulukerto, Bumiaji, Giripurno
dan Gunungsari. Luas lahan apel di desa Tulungrejo 400 Ha dengan jumlah pohon
apel 24.000 pohon, total produksi apel 11.000 ton per musim panen dengan
produktivitas 27.5 ton/Ha/tahun (BPS Kota Batu, 2016). Namun meskipun
dikaruniai dengan tanah yang subur serta hasil pertanian yang melimpah tidak
menjadikan masyarakat petani Kota Batu sejahtera secara ekonomi. Hal ini
dikarenakan produksi apel semakin lama semakin menurun. Penyebabnya
bermacam-macam mulai dari kondisi kesuburan tanah yang menurun, adanya
serangan hama penyakit, hingga masyarakat petani yang tidak mampu menentukan
harga jual produknya sendiri melainkan pasrah dengan harga yang ditentukan oleh
tengkulak. Terkadang petani harus merugi dengan hasil panennya dikarenakan
harga yang ditawarkan tengkulak terlalu rendah dan tidak dapat menutupi
pengeluaran semasa merawat kebunnya yang terbilang cukup tinggi. Hal ini
mengakibatkan banyak petani apel yang mulai berpindah menjadi petani jeruk atau
petani sayur. Hal ini tentu merisaukan karena Kota Batu merupakan kota dengan
ikon buah apel, namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa buah apel mulai
mengalami penurunan produksi. Dikarenakan hal-hal tersebut maka masyarakat
petani harus mencari cara agar penjualan apelnya dapat meningkat. Salah seorang
petani dari Desa Tulungrejo menjadi pionir untuk memulai sebuah usaha petik apel
yang dapat membuat petani menentukan harga jual apelnya. Pada tahun 2010 usaha
wisata petik apel Top Apel Mandiri terbentuk sebagai sebuah usaha yang

10
dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat lokal. Sehingga usaha wisata petik
apel ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata yang berbeda
di Kota Batu karena dalam usaha wisata petik apel melibatkan sektor pertanian
serta melibatkan masyarakat lokal secara penuh. Wisata petik apel juga merupakan
sarana yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

4.2 Strategi Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk Meningkatkan


Kesejahteraan Masyarakat Desa Tulungrejo Kota Batu

Untuk dapat terciptanya kesejahteraan masyarakat desa Tulungrejo dalam


pengembangan wisata petik apel Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Batu harus
melakukan usaha berikut:
4.2.1 Penyediaan Sarana Dan Prasarana
Dengan adanya konsep pengembangan desa wisata petik apel, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu perlu memperhatikan
infrastruktur yang ada di desa tersebut. Untuk menunjang keberhasilan
pengembangan desa wisata pemerintah daerah perlu memperbaiki
infrastruktur yang saat ini masih dapat dikatakan belum layak.
Perbaikan insfrastruktur yang perlu dilakukan yaitu perbaikan dan
pembangunan jalan untuk mempermudah akses menuju wisata petik
apel, penerangan jalan, penambahan lahan parkir, serta memperbaiki
fasilitas angkutan umum. Hal ini perlu dilakukan guna untuk
meningkatkan daya ketertarikan wisatawan, dan kenyamanan
wisatawan petik apel, serta kesejahteraan masyarakat.

4.2.2 Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)


Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dibentuk bertujuan untuk
membantu Pemerintah Daerah Kota Batu dalam mengelola desa menjadi
desa wisata. Selain mengelola Kelompok Sadar Wisata ini juga bertujuan
untuk menarik masyarakat sekitar desa wisata agar ikut berpartisipasi

11
dalam pengembangan desa wisata. Obyek wisata petik apel menawarkan
suasana alam yang berada di pedesaan dengan nuansa alami. Para
wisatawan dapat dengan mudah berwisata petik apel dengan menikmati
pemandagan alam dan kesejukan udara di daerah pegunungan. Dengan
adanya pengembangan desa wisata, hal ini menambah atau membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan dapat meningkatkan
pendapatan kesejateraan masyarakat.

4.2.3 Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) Pengelola Wisata


Dengan Cara Pertama Workshop, Dengan Workshop dapat bertujuan
untuk membina sekaligus mengelola kepariwisataan dan juga
memberikan pengetahuan kepada para pengelola desa wisata bahwa
dengan adanya desa wisata dapat memberikan kontribusi bagi PAD dan
juga memberikan kontribusi bagi masyarakat setempat sehingga dapat
mensejaterakan dan kelancaran masyarakat. Kedua, Study Banding,
Study Banding perlu dilakukan oleh pengelola desa wisata guna
meningkatkan dan mengembangkan desa wisata yang ada di desa
tersebut. Dengan melakukan studi banding pengelola dapat mengambil
hal-hal positif yang belum pernah diketahui sebelumnya yang mana dapat
diterapkan di desa wisata tersebut. Ketiga, Pelatihan dengan pelatihan
dan penyuluhan harus dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Batu. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan yang terus
menerus, maka pengelola desa wisata dapat mengelola area wisata
khususnya petik apel dengan baik. Selain itu pelatihan dapat bertujuan
untuk memberikan pengarahan dan pemahaman kepada pengelola desa
wisata, sehingga mereka menyadari apa yang harus dibenahi dan di
kembangkan di desa wisatanya.

12
4.3 Faktor Pendukung Dan Penghambat Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
Kota Batu Dalam Pengembangan Wisata Petik Apel Untuk
Kesejahteraan Masyarakat Tulungrejo

Berikut adalah Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan


Wisata Petik Apel:

4.3.1 Faktor Pendukung:


1. Pemanfaatan kebun apel sebagai sajian dalam desa wisata
2. Adanya perhatian dari pemerintah daerah khusunya Dinas Pariwisata
Kebudayaan Kota Batu dalam pengembangan obyek wisata petik
apel menjadi alternatif wisata baru di Kota Batu.
3. Pemanfaatan kelompok masyarakat setempat sebagai fasilitator pada
pengembangan desa wisata.
4. Pemanfaatan tempat tinggal masyarakat setempat sebagai fasilitas
penginapan bagi wisatawan.

4.3.2 Faktor Penghambat:


1. Kurang lengkapnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan desa
Wisata Petik Apel.
2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wsata.
3. Kurangnya anggaran dari Pemerintah Daerah Kota Batu yang
dialokasikan untuk pengembangan desa wisata.
4. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
5. Kurangnya kerjasama antara pihak pemerintah Desa Tulungrejo
dengan masyarakat setempat.

13
4.4 Dampak Perekonomian Kesejahteraan Masyarakat Desa Tulungrejo
Dalam Wisata Petik Apel

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri di


Desa Tulungrejo juga menghasilkan dampak ekonomi yang baik, Adapun dampak
positif berdasarkan segi ekonomi dari keterlibatan masyarakat adalah sebagai
berikut , Pertama meningkatnya kesejahteraan masyarakat Desa Tulungrejo melalui
naiknya penjualan hasil perkebunan apel mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
Top Apel Mandiri yang ingin mengangkat taraf hidup masyarakat desa. Biasanya
masyarakat hanya bisa pasrah dengan harga yang ditawarkan tengkulak namun
melalui agrowisata masyarakat dapat turut serta untuk menentukan harga dengan
berunding terlebih dahulu bersama pihak Top Apel Mandiri. Harga apel di
tengkulak kurang lebih Rp. 10.000- Rp.15.000 untuk perkilonya sedangkan melalui
agrowisata harga jual apel dapat terangkat menjadi Rp.20.000-Rp.30.000
perkilonya. Apabila kebun petani yang dijadikan lokasi agrowisata Top Apel
Mandiri diborong maka petani akan diajak berunding untuk menentukan jumlah
dan harga jualnya. Pada kebun dengan luas 2000-4000m2 biasanya petani akan
mendapatkan hasil sebesar 30 juta maka melalui agrowisata hasilnya mampu
mencapai 40 juta rupiah.

Kedua, masyarakat non petani juga turut merasakan dampak positif dari
kegiatan agrowisata di Desa Tulungrejo karena dengan ramainya wisatawan yang
berkunjung maka membuka peluang untuk masyarakat non petani terlibat dalam
kegiatan pariwisata misalnya dengan pembangunan villa atau homestay, kemudian
membuat sebuah rumah makan, menjual berbagai olahan khas Kota Batu, dan lain-
lain.Sebelumnya masyarakat hanya memiliki satu pekerjaan sebagai petani,
peternak atau tidak memiliki pekerjaan seperti ibu rumah tangga. Sekarang
masyarakat juga dapat mendapatkan penghsilan tambahan dengan menjadi tour
guide, pembuat oleh-oleh dan pembuat kerajinan

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Wisata Petik Apel adalah salah satu tempat wisata buah yang berada di jalan
Abdul Gani Atas Kabupaten Malang , Provinsi Jawa Timur.
2. Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo:
1. Pengembangan berbasis kemasyarakatan
2. Pengembangan berbasis sektoral
3. Pengembangan berbasis kewilayahan
3. Kendala Strategi Pengembangan Wisata Agro Kebun Apel Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Tulungrejo
1. Kendala musim apel di wisata agro kebun apel.
2. Anggaran terbatas dari Dinas Pariwisata.
3. SDM aparatur yang kurang kompeten.
5.1 Saran
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya,
maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat melestarikan
atau memperkenalkan wista petik apel kepada para wistawan.
2. Diharapkan lebih dikenalkan kembali kepada masyarakat khususnya kota
Tulungrejo atau masyarakat luas akan potensi yang dimiliki Kota Batu,
Malang, Jawa Timur.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://pemerintahan.umm.ac.id/files/file/Intan%20Dia%20Prastiti(1).pdf
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/61852-1141-159808-1-10-20200713.pdf
http://eprints.umm.ac.id/21741/2/jiptummpp-gdl-yutariamal-39243-2-babi.pdf
http://eprints.umm.ac.id/39875/2/BAB%20I.pdf
https://medium.com/@Agent_Bromotour/wisata-petik-apel-batu-malang-
b87472f982fd

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai