Anda di halaman 1dari 4

PUNAKAWAN

Punakawan itu berasal dari kata-kata Puna dan Kawan. Puna berarti susah; sedangkan kawan berarti
kanca, teman atau saudara. Jadi arti Punakawan itu juga bisa diterjemahkan teman/saudara di kala
susah.
Ada penafsiran lain dari kata-kata Punakawan. Puna bisa juga disebut Pana yang berarti terang,
sedangkan kawan berarti teman atau saudara. Jadi penafsiran lain dari arti kata Punakawan adalah
teman atau saudara yang mengajak ke jalan yang terang.
Penafsiran lainnya, Puna atau Pana itu berarti fana. Jadi Punakawan juga bisa ditafsirkan
teman/saudara yang mengajak ke jalan kefanaan. Jadi jika digabungkan maka arti dari tokoh Semar,
Nala Gareng, Petruk, Bagong itu memiliki arti 'bergegaslah memperoleh kebaikan, tinggalkanlah
perkara buruk'.

SEMAR

Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal
usul dari keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan Semar
menjadi rujukan para kesatria untuk meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun
karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesame dapat menjadi contoh
karakter yang baik. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.
Filosofi : Semar, dengan jari telunjuk seolah menuding,melambangkan KARSA/keinginan yang kuat
untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam
menciptakan.

GARENG

Nala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Gareng adalah anak Semar yang
berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa
yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Nala gareng
merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami
cacat kaki, cacat tangan, dan mata.Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan
manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia
bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia
harus memahami realitas kehidupan
Filosofi : anak pertama Semar,dengan tangan yang cacat,kaki yang pincang,mata yg
juling,melambangkan CIPTA.bahwa menciptakan sesuatu, dan tidak sempurna, kita tidak boleh
menyerah.bagaimanapun kita sudah berusaha.apapun hasilnya,pasrahkan padaNya.

PETRUK

Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua Semar. Tokoh petruk
digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani
hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang,
biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Petruk merupakan tokoh yang nakal dan cerdas, serta
bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, panda berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka
menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya.
Filosofi : anak kedua Semar. Dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. dengan tangan dan
kaki yg panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung,wujud dari CIPTA, yang kemudian diberi
RASA, sehingga terlihat lebih indah dengan begitu banyak kelebihan.

BAGONG

Bagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk).Bagong adalah punakawan Jawa. Bagong adalah
anak bungsu Semar atau punakawan ke 4. Dalam cerita pewayangan, Bagong adalah tokoh yang
diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertumbuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Namun
seperti anak-anak semar yang lain, Bagong juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan
yang teramat serius. serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat
lucu. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak
terlalu kagum pada kehidupan di dunia
Filosofi : anak ketiga Semar. Wujud dari KARYA. dialah yg dianggap sebagai manusia yang
sesungguhnya. walau petruk lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan, tapi bagong lah yang
dianggap sebagai manusia utuh. karena dia memiliki kekurangan. Jadi manusia yang sejati adalah
manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. jadi jangan takut atau malu karena kekurangan kita.
karena kekurangan itulah yang menjadikan kita manusia seutuhnya.yang perlu kita pikirkan sekarang
adalah, bagaimana meminimalkan kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita. karena
bagaimanapun kekurangan dan kelebihan itu tidak bisa kita buang atau kita hilangkan.
PANDAWA LIMA

YUDISTIRA / PUNTADEWA
Yudistira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia
merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Kunti. Sifatnya
sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah
berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka
mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah.
Memiliki julukan Dhramasuta (putera Dharma), Ajathasatru (yang
tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia
menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Kurukshetra
berakhir dan mengadakan upacara Aswamedha demi
menyatukankerajaan-kerajaan India Kuno agar berada di bawah
pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung
Himalaya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan
akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia
mendapatkan surga.

WERKUDARA / BIMA
Bima merupakan putra kedua Kunti dengan Pandu. Nama
bhimā dalam bahasa Sanskerta memiliki arti "mengerikan". Ia
merupakan penjelmaan dari DewaBayu sehingga memiliki
nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang,
tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-
saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik.
Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama
Rujakpala dan pandai memasak. Bima juga gemar makan
sehingga dijuluki Werkodara. Kemahirannya dalam berperang
sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu
memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di
Kurukshetra. Ia memiliki seorang putera dari ras rakshasa
bernama Gatotkaca, turut serta membantu ayahnya berperang,
namun gugur. Akhirnya Bima memenangkan peperangan dan
menyerahkan tahta kepada kakaknya, Yudistira. Menjelang
akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Himalaya. Di sana ia
meninggal dan mendapatkan surga. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkaca
ialah Antareja dan Antasena.

ARJUNA
Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan Pandu. Namanya
(dalam bahasa Sanskerta) memiliki arti "yang bersinar", "yang
bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa
perang. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan
dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Drona. Kemahirannnya dalam
ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa
agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di
Kurukshetra. Arjuna memiliki banyak nama panggilan, seperti
misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil
mengumpulkan upeti saat upacaraRajasuya yang diselenggarakan
Yudistira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota
indah oleh Dewa Indra saat berada di surga); Partha (puteraKunti –
karena ia merupakan putra Perta alias Kunti). Dalam pertempuran di
Kurukshetra, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira
diangkat menjadi raja. Setelah Yudistira mangkat, ia melakukan
perjalanan suci ke gunung Himalaya bersama para Pandawa dan
melepaskan segala kehidupan duniawai. Di sana ia meninggal
dalam perjalanan dan mencapai surga.
NAKULA
Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan
Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin,
Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Sadewa, yang
lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Aswin juga.
Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh
oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Nakula pandai memainkan senjata
pedang. Dropadi berkata bahwa Nakula merupakan pria yang paling
tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang
tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya.
Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang
lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup
kembali atas permohonan Yudistira. Dalam penyamaran di Kerajaan
Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan sebagai
pengasuh kuda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan
suci ke gunungHimalaya bersama kakak-kakaknya. Di sana ia
meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai surga.

SADEWA

Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Madri dan


Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin,
Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakula,
yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa
Aswin juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama
kakaknya diasuh oleh Kunti, istri Pandu yang lain. Sadewa
adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga
merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Yudistira
pernah berkata bahwa Sadewa merupakan pria yang bijaksana,
setara dengan Brihaspati, guru para Dewa. Ia giat bekerja dan
senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di
Kerajaan Matsya yang dipimpin oleh Raja Wirata, ia berperan
sebagai pengembala sapi. Menjelang akhir hidupnya, ia
mengikuti pejalanan suci ke gunung Himalaya bersama kakak-
kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya
mencapai surga.

Anda mungkin juga menyukai