MAKALAH
Oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II : Pembahasan
A. Sejarah Ngurawan, Gelang Gelang dan Pandansalas............................. ............ 4
B. Situs Ngurawan Madiun ..................................................................................... 5
C. Benda Sejarah di Situs Kedhaton Ngurawan, Madiun ....................................... 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya kota/kab madiun dengan munculnya gedung-
gedung bertingkat dan taman hiburan masyarakat, jangan dilupakan bahwa asal
muasal munculnya nama madiun menjadi salah satu kota/kabupaten di
Indonesia. Menurut berbagai sumber, dulu wilayah madiun berasal dari dua
desa yaitu desa wonorejo (sumber lain menyebutkan wonoasri) dan desa
purbaya/purabaya. Ketika tahun 1568 Kesultanan Demak mengalami
perpecahan dengan adanya perang saudara yang dimenangkan oleh Mas
Karebet atau Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, dengan restu para wali
menggantikan kedudukan mertuanya Sultan Trenggono sebagai Sultan.
Namun, Sultan Hadiwijaya tidak mau bertempat tinggal di Demak. Sultan
Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Pajang. Putra
Sultan Trenggono lainnya atau adik ipar Sultan Hadiwijaya yang bernama Ki
Panembahan Ronggo Jumeno oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali
diangkat menjadi Bupati Madiun pada tanggal 18 Juli 1568. Ki Panembaha
Ronggo Jumeno memerintah wilayah tersebut pada tahun 1568 – 1586.
Wilayah yang tadinya bernama Purbaya/Purabaya kemudian berganti nama
menjadi Madiun. Ada beberapa versi yang menyebabkan munculnya kata
Madiun. Pertama, gabungan dari kata “medi” dan “ayun” yang bermakna
“hantu” dan “bergerak ke depan-belakang atau ke samping secara teratur”. Jika
kedua kata itu digabungkan, maka terwujudlah kata bentukan “mediayun” yang
maknanya “hantu yang berayun-ayun”. Kedua, kata “madya” dan “ngayun”
masing-masing kata bermakna “di tengah” dan “di depan”, jika digabungkan
menjadi kata bentukan “madyangayun”. Makna dari penggabungan kudua kata
ini tidak dijelaskan ada penjelasan lebih lanjut. Ketiga, gabungan kata “beji”
dan “ayun” jika digabungkan menjadi “bejiayun”. Makna dari bejiayun ini
berarti “pertempuran di sendang”. keempat asal kata „madiun” terkait dengan
kata “madya” yang artinya „tengah‟. Dari keempat versi asal kata madiun ini,
yang paling mashur dikalangan masyarakat adalah versi pertama dan ketiga.
Menurut cerita, Ketika Ki Mpu Umyang/Ki Sura bersemedi untuk membuat
sebilah keris di sendang panguripan (sendang amerta) di Wonosari (Kuncen)
diganggu gendruwo/hantu yang berayun-ayun di pinggir sendang, maka keris
tersebut diberi nama ”Tundung Mediun”. Kemudian cerita lain berasal dari
“Mbedi” (sendang) “ayun-ayunan” (perang tanding) yaitu perang antara
Prajurit Mediun yang dipimpin oleh Retno Djumilah di sekitar sendang.
Pemerintahan Kabupaten Madiun awalnya berada di Desa Ngurawan,
Dolopo, kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Desa Sogaten. Pada
tahun 1575 berpindah lagi ke Desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun
sampai tahun 1590. Pusat pemerintahan Kota Madiun semula adalah "Kuto
Miring" terletak di Desa Demangan Kecamatan Taman Kota Madiun,
kemudian digeser ke utara lagi yaitu ditengah Kota Madiun (sekarang di
Komplek Perumahan Dinas Bupati Madiun). Pada tanggal 1 Januari 1832
Madiun secara resmi dikuasai oleh Pemerintah Hindia belanda dan dibentuk
suatu Tata Pemerintahan yang berstatus "Karisidenan". Ibu Kota Karisidenan
berlokasi di Desa Kartoharjo (tempat Patih Kartohardjo) yang berdekatan
dengan Istana Kabupaten Madiun di Pangongangan. Pada tahun 1906 Kerajaan
Belanda mengeluarkan Undang-Undang yang bertujuan untuk memisahkan
wilayah perkotaan Madiun dari Pemerintah Kabupaten Madiun dan sampai
sekarang pemerintahan di wilayah Madiun terbagi menjadi Kotamadya Madiun
dan Kabupaten Madiun.
Desa Ngurawan yang dulunya sempat menjadi pusat pemetintahan
Madiun sebelum dipindah di tengah kota, ternyata menyimpan peninggalan
sejarah berupa situs. Situs Kedhaton yang letaknya di desa Ngurawan, Dolopo
merupakan situs cagar budaya yang keberadaannya saat ini telah dilindungi dan
dilestarikan. Meskipun belum semua peninggalan di daerah ini berhasil digali,
namun situs yang letaknya di kecamatan Dolopo ini telah menjadi salah satu
wisata sejarah yang ada di Madiun. Hingga saat ini situs cagar budaya
Kedhaton terus diupayakan dan dikembangkan menjadi salah satu ikon wisata
sejarah di Kota Madiun. Situs Kedhaton ini dikatakan merupakan peninggalan
dari kerajaan Ngurawan atau Gelang Gelang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Penggalian Situs Kedhaton
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di halaman salah satu penduduk Desa Ngurawan Madiun
pada 5 Desember 2016
Sumber : Foto diambil di makam Desa Ngurawan Madiun pada 5 Desember 2016
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Desa Ngurawan Kecamatan Dolopo, Madiun telah banyak ditemukan
peninggalan sejarah baik itu berupa bangunan batu bata, arca, patung, dan
penemuan lainnya. Namun, saat pertama kali ditemukan benda peninggalan
sejarah tersebut warga desa Ngurawan Kecamatan Dolopo tidak menyadari bahwa
benda-benda yang ditemukan tersebut merupakan peninggalan sejarah yang
penting untuk dilestarikan. Banyak penemuan seperti batu bata tersebut digunakan
untuk keperluan pribadi seperti untuk membuat tembok dan lain sebagainya.
Bahkan benda-benda yang mereka temukan diantaranya ada yang mereka jual
belikan untuk kepentingan pribadi, dan juga disimpan untuk dirinya sendiri.
Sejak situs Kedhaton Desa Ngurawan Kecamatan Dolopo, Madiun
dinyatakan sebagai situs cagar budaya barulah warga desa tidak berani untuk
melakukan penggalian liar bahkan untuk mencuri benda-benda cagar budaya
tersebut. Setelah dilakukan penelitian dan penggalian di situs Kedhaton oleh
pemerintah Madiun situs ini dinyatakan sebagai salah satu wisata Sejarah di kota
Madiun. Situs Kedhaton desa Ngurawan ini memiliki keterkaitan dengan kerajaan
Ngurawan, Gelang Gelang. Dan dalam situs ini diperkirakan telah tertimbun
kerjaan Ngurawan yang sempat berdiri selama lima abad yakni pada abad 10
hingga abad ke 15.
Tidak diragukan lagi bahwa situs Kedhaton ini merupakan situs sejarah
yang perlu dijaga dan dikembangkan lebih lanjut, karena dalam situs tersebut
telah banyak benda peninggalan yang sangat penting dan berhasil ditemukan,
bahkan diperkirakan lagi masih banyak benda-benda lainnya yang masih terkubur.
Dan diperkirakan juga bahwa kerjaan Ngurawan ini dulunya merupakan kerajaan
yang cukup besar dengan kata lain peninggalan yang terkubur di dalam tanah bisa
saja sangat luas tersebar di desa Ngurawan itu sendiri. Hal tersebut bisa diprediksi
dari temuan Arca Yoni yang ditemukan di makam Islam dekat Masjid Desa
Ngurawan yang memiliki tekstur Arcanya yang sangat halus, karena bisa
dikatakan bahwa peradaban sebuah kerajaan yang besar dan maju bisa dilihat dari
tekstur Arca Lingga dan Yoni nya, semakin halus maka peradabannya semakin
tinggi. Namun, hingga saat ini Lingga yang ada di Desa Ngurawan belum berhasil
ditemukan sementara hanya terdapat arca Yoni saja.
Daftar Pustaka
Stevani, Louis Rika. 2016. Balai Arkeologi Gali Situs Ngurawan Madiun.Diakses
online di : http://www.antarajatim.com/lihat/berita/184681/balai-
arkeologi-yogyakarta-gali-situs-ngurawan-madiun. Pada 5 Desember
2016.
Informan :
Nama : Ruri
Usia : 28 tahun
Status : Juru Kunci Situs Kedhaton, Kecamatan Dolopo, Madiun
Alamat : Ds. Ngurawan, Kecamatan Dolopo, Kota Madiun