Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH LOKAL SITUS KEDHATON KOTA MADIUN

MAKALAH

Oleh:

Sharfina Nur Amalina S861608019

MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS PASCASARJANA KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
Kata Pengantar

Puji Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya, kami haturkan


kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang
telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam berfikir, kemudahan dan
kelancaran dalam mencetuskan ide, kemudahan dan kelancaran dalam menyusun
kata demi kata serta memberikan petunjuk-petunjuk-Nya sehingga penyusunan
makalah yang berjudul Sejarah Lokal Situs Kedhaton Kota Madiun ini dapat di
selesaikan.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap Mahasiswa dalam perkuliahan


membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah, guna memenuhi tugas sebagai
salah satu syarat pada mata kuliah Strategi dan Pengembangan Bahan Ajar
Sejarah. Dan dalam Penulisan makalah ini kami penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Surakarta, 12 Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 3

BAB II : Pembahasan
A. Sejarah Ngurawan, Gelang Gelang dan Pandansalas............................. ............ 4
B. Situs Ngurawan Madiun ..................................................................................... 5
C. Benda Sejarah di Situs Kedhaton Ngurawan, Madiun ....................................... 9

BAB III : Penutup


Kesimpulan.............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 19
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya kota/kab madiun dengan munculnya gedung-
gedung bertingkat dan taman hiburan masyarakat, jangan dilupakan bahwa asal
muasal munculnya nama madiun menjadi salah satu kota/kabupaten di
Indonesia. Menurut berbagai sumber, dulu wilayah madiun berasal dari dua
desa yaitu desa wonorejo (sumber lain menyebutkan wonoasri) dan desa
purbaya/purabaya. Ketika tahun 1568 Kesultanan Demak mengalami
perpecahan dengan adanya perang saudara yang dimenangkan oleh Mas
Karebet atau Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, dengan restu para wali
menggantikan kedudukan mertuanya Sultan Trenggono sebagai Sultan.
Namun, Sultan Hadiwijaya tidak mau bertempat tinggal di Demak. Sultan
Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Pajang. Putra
Sultan Trenggono lainnya atau adik ipar Sultan Hadiwijaya yang bernama Ki
Panembahan Ronggo Jumeno oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali
diangkat menjadi Bupati Madiun pada tanggal 18 Juli 1568. Ki Panembaha
Ronggo Jumeno memerintah wilayah tersebut pada tahun 1568 – 1586.
Wilayah yang tadinya bernama Purbaya/Purabaya kemudian berganti nama
menjadi Madiun. Ada beberapa versi yang menyebabkan munculnya kata
Madiun. Pertama, gabungan dari kata “medi” dan “ayun” yang bermakna
“hantu” dan “bergerak ke depan-belakang atau ke samping secara teratur”. Jika
kedua kata itu digabungkan, maka terwujudlah kata bentukan “mediayun” yang
maknanya “hantu yang berayun-ayun”. Kedua, kata “madya” dan “ngayun”
masing-masing kata bermakna “di tengah” dan “di depan”, jika digabungkan
menjadi kata bentukan “madyangayun”. Makna dari penggabungan kudua kata
ini tidak dijelaskan ada penjelasan lebih lanjut. Ketiga, gabungan kata “beji”
dan “ayun” jika digabungkan menjadi “bejiayun”. Makna dari bejiayun ini
berarti “pertempuran di sendang”. keempat asal kata „madiun” terkait dengan
kata “madya” yang artinya „tengah‟. Dari keempat versi asal kata madiun ini,
yang paling mashur dikalangan masyarakat adalah versi pertama dan ketiga.
Menurut cerita, Ketika Ki Mpu Umyang/Ki Sura bersemedi untuk membuat
sebilah keris di sendang panguripan (sendang amerta) di Wonosari (Kuncen)
diganggu gendruwo/hantu yang berayun-ayun di pinggir sendang, maka keris
tersebut diberi nama ”Tundung Mediun”. Kemudian cerita lain berasal dari
“Mbedi” (sendang) “ayun-ayunan” (perang tanding) yaitu perang antara
Prajurit Mediun yang dipimpin oleh Retno Djumilah di sekitar sendang.
Pemerintahan Kabupaten Madiun awalnya berada di Desa Ngurawan,
Dolopo, kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Desa Sogaten. Pada
tahun 1575 berpindah lagi ke Desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun
sampai tahun 1590. Pusat pemerintahan Kota Madiun semula adalah "Kuto
Miring" terletak di Desa Demangan Kecamatan Taman Kota Madiun,
kemudian digeser ke utara lagi yaitu ditengah Kota Madiun (sekarang di
Komplek Perumahan Dinas Bupati Madiun). Pada tanggal 1 Januari 1832
Madiun secara resmi dikuasai oleh Pemerintah Hindia belanda dan dibentuk
suatu Tata Pemerintahan yang berstatus "Karisidenan". Ibu Kota Karisidenan
berlokasi di Desa Kartoharjo (tempat Patih Kartohardjo) yang berdekatan
dengan Istana Kabupaten Madiun di Pangongangan. Pada tahun 1906 Kerajaan
Belanda mengeluarkan Undang-Undang yang bertujuan untuk memisahkan
wilayah perkotaan Madiun dari Pemerintah Kabupaten Madiun dan sampai
sekarang pemerintahan di wilayah Madiun terbagi menjadi Kotamadya Madiun
dan Kabupaten Madiun.
Desa Ngurawan yang dulunya sempat menjadi pusat pemetintahan
Madiun sebelum dipindah di tengah kota, ternyata menyimpan peninggalan
sejarah berupa situs. Situs Kedhaton yang letaknya di desa Ngurawan, Dolopo
merupakan situs cagar budaya yang keberadaannya saat ini telah dilindungi dan
dilestarikan. Meskipun belum semua peninggalan di daerah ini berhasil digali,
namun situs yang letaknya di kecamatan Dolopo ini telah menjadi salah satu
wisata sejarah yang ada di Madiun. Hingga saat ini situs cagar budaya
Kedhaton terus diupayakan dan dikembangkan menjadi salah satu ikon wisata
sejarah di Kota Madiun. Situs Kedhaton ini dikatakan merupakan peninggalan
dari kerajaan Ngurawan atau Gelang Gelang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang mengenai kota Madiun dan peninggalan


situs Kedhaton tersebut, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penjelasan mengenai Kerajaan Ngurawan dan Gelang Gelang?
2. Bagaimana Situs Kedaton Madiun dikatakan sebagai wisata sejarah?
3. Benda peninggalan sejarah apa sajakah yang bisa ditemukan di situs
Kedhaton Madiun?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat yang dapat diambil dari makalah ini ialah
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan mengenai Kerajaan Ngurawan dan Gelang Gelang.
2. Untuk menjelaskan mengenai Situs Kedhaton yang ada dikota Madiun
3. Untuk mengetahui benda-benda apa sajakah yang menjadi peninggalan
sejarah di situs Kedhaton Madiun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ngurawan, Gelang Gelang dan Pandansalas

Keberadaan Ngurawan dan Gelang Gelang secara jelas termuat dalam


prasasti Mula Malurung bertarikh 1255 M. Prasasti ini antara lain menyebut sanak
kadang dan keturunan Seminingrat yang dinobatkan sebagai raja di Negara bagian
Tumapel Singasari. Di antaranya menyebutkan bahwa nararya Turukbail, putri
sang prabu Seminingrat yang menjadi permaisuri Jayakatwang, ditetapkan sebagai
ratu di Gelang Gelang di daerah Wurawan.

Prasasti ini belum menulis Jayakatwang sebagai raja Gelang Gelang.


Prasasti ini baru menulis Jayakatwang sebagai kemenakan sang Prabu
Seminingrat dan menantunya. Tentu ini karena Jayakatwang adalah putra mahkota
raja Kediri Sstrajaya. Pada masa itu Kertanegara jadi raja Daha atau di timur
sungai Brantas. Baru pada tahun 1271 M Sastrajaya digantikan putranya bernama
Jayakatwang (Buku Girindra: Pararaja Tumapel-Majapahit). Pada tahun ini Sri
Kertanegara mengangkat Jayakatwang sebagai raja Kadiri menggantikan ayahnya
Sastrajaya, sementara Turukbali tetap bersemayam di Gelang Gelang.

Sampai kemudian pada tahun 1292 M, Jayakatwang yang berkuasa atas


Kediri dan Gelang Gelang berhasil menghancurkan pemerintahan Kertanegara di
Singasari. Tapi setahun kemudian Jayakatwang dihancurkan raden Wijaya. Sejak
saat itu perlahan keberadaan Gelang Gelang surut. Ketika Majapahit berdiri, bekas
wilayah Gelang Gelang berganti nama sebagai keraton Pandansalas. Nama
keraton Pandansalas ditemukan dalam berita Pararaton. Buku Girindra Pararaja
Tumapel Majapahit menulis tiga raja yang memerintah di Pandansalas antaranya
Ranamanggala dyah Sumirat memerintah antara tahun 1375M-1400M, raden
Jagulu sebagai bhre Pandansalas II memerintah antara tahun 1400M-1430M, dan
bhre Pandansalas III adalah Singawikramawardhana dyah Sura Prabhawa
memerintah antara tahun 1430M-1447M. Bhre Pandansalas III ini sejak tahun
1447M menjadi raja di keraton Tumapel dan akhirnya menjadi maharaja
Majapahit pada tahun 1466M-1478M.

B. Situs Ngurawan Madiun


Kerajaan Ngurawan atau Kerajaan Gelang-Gelang. Situs Kerajaan
Ngurawan ini merupakan peninggalan sejarah yang berkaitan dengan kerajaan-
kerajaan Nusantara pada masa lalu. Kerajaan Ngurawan sendiri kemungkinan
berdiri pada abad ke 10 sampai abad ke 15 masehi. Situs Kerajaan Ngurawaan
sendiri saat ini masih tertutup dengan tanah yang di atasnya merupakan
perkampungan. Situs Kerajaan Ngurawan ini terletak di Dusun Ngrawan, Desa
Dolopo, Kecamatan Dolopo, Madiun. Cerita daerah Ngurawan ada 3 versi, mulai
dari cerita babad pertama masa Kerajaan Panjalu Kediri, babad ke dua masa
Kerajaan Mataram Kuno, dan babad ketiga pada masa masuknya agama Islam.
Untuk babad pertama, kerajaan Ngurawan erat hubunganya dengan kerajaan
Panjalu Kediri. Hal tersebut berdasarkan nama daerah sekitar Ngurawan yang
hampir sama dengan nama nama daerah di Kediri, seperti doho dan pamenang.
Awal mula ditemukan situs Kerajaan Ngurawan ini didasarkan atas
temuan warga yang sering menemukan benda-benda jaman dulu seperti yoni, batu
bata, arca, dll. Ada warga dusun mengaku pengungkapan temuan benda bersejarah
itu berasal dari sebuah mimpi yang dia alami. Di halaman rumahnya ada sebuah
bangunan istana yang luas dan megah. Bangunan megah di dalam mimpinya itu
seperti sebuah istana kerajaan-kerajaan Jawa. Mimpi tersebut ini sesuai dengan
cerita rakyat yang berkembang di warga Ngurawan. Bahwa di dusun tersebut
tersembunyi bangunan bekas kerajaan Gegelang Ngurawan, yang sempat berdiri
di era Majapahit. Warga setempat juga meyakini keberadaan kerajaan tersebut.
Keyakinan itu juga terus diperkuat dengan maraknya temuan benda-benda
bersejarah seperti patung maupun bentuk lainnya.
susunan batu bata yang berhasil digali

Berdasarkan mimpi tersebut, beberapa warga dan didampingi tokoh


pengamat Ngurawan mulai menggali situs tersebut dan menemukan suatu yang
luar biasa. Berawal dari satu titik ekskavasi sedalam 8 meter, mereka menemukan
sebuah susunan batu bata dengan karakteristik tidak biasa. Batu bata itu
bentuknya besar dengan ukuran 40 sentimeter dengan corak batu bata yang
berbeda-beda. Hal ini menandakan bahwa ketika corak dan susunan batu bata
berbeda maka fungsi ruangan itu juga berbeda. Titik ekskavasi ini diprediksi
merupakan bangunan Kedaton Kerajaan Ngurawan. Jika situs Kerajaan Ngurawan
digali lebih lanjut diperkirakan luas bangunan bisa mencapai 1,4 ribu meter
persegi. Selain temuan susunan batu bata, disekitaran lahan ekskavasi tersebut
juga ditemukan terakota (gerabah kuno) dalam bentuk patung. Pada titik yang
lain, ditemukan juga sebuah cangkir bertuliskan huruf Mandarin. Penanda bahwa
cangkir itu berasal dari dataran Cina. Menurut beberapa sumber, hal ini
menandakan telah terjadi hubungan antara kerajaan Ngurawan dengan kerajaan
Majapahit atau bahkan bisa jadi Kerjaan Ngurawan telah menjalin hubungan
dagang dengan Cina.
Umpak Batu dan Patung Dewi Parwati

Sumber : foto diambil di situs Kedhaton Madiun pada 5 Desember 2016

Benda peninggalan Kerajaan Ngurawan dapat dilihat di depan Masjid


Maqamul Hidayah dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqatul Huda dusun Ngrawan. Pada
halaman masjid terdapat Umpak dengan posisi terbalik di sebelah kiri kanan
gerbang masuk. Selain itu, ada patung arca Dewi Parwati. Kemudian ada Jobong
Sumuran yang terletak di depan madrasah Toriqul Huda sebagai pot tanaman.
Jobong Sumuran ini posisinya terbalik dan salah satu sudutnya berukir kronogram
angka tahun 1320 Saka (1398 Masehi). Sebenarnya di areal ini dahulu pernah ada
bangunan gerbang kuno, tepatnya di barat masjid, pada areal makam. Namun,
gerbang tersebut telah tidak ada lagi, bahkan batu bata kunonya telah
dimanfaatkan masyarakat setempat untuk semen merah. Ada yang masih tersisa,
yaitu batu bata kuno yang dijadikan batu nisan pada makam di areal Masjid
Toriqul Huda. Selain itu, di bawah masjid dahulu merupakan lokasi
dikuburkannya arca-arca dari sekitar Ngrawan. Banyak sekali arca maupun batu
bertulis yang dijadikan pondasi masjid Ngrawan ini. Dahulu ada peninggalan
susunan batu bata bekas pagar istana yang membujur melewati dusun. Namun,
batu-batuan ini sebagian sudah hilang atau dimanfaatkan warga untuk
membangun rumah dan kandang ayam. Sebagian lagi sudah hilang karena banyak
yang dijual. Sebagian besar dijual warga sekitar kepada pemburu barang antik
yang sering datang ke daerah itu untuk mencari koleksi, harga yang tinggi.
Menurut sumber yang tinggal di dusun Ngurawan, banyak kejadian aneh yang
menimpa warga yang berkunjung dengan niat jelek. Dulu pernah ada warga yang
mencuri benda-benda peninggalan Kerajaan Ngurawan untuk dijual. Ketika
hendak pulang, orang itu tidak bisa menemukan jalan untuk keluar dusun
ngurawan dan hanya berputar-putar mengelilingi dusun.

gerbang kuno peninggalan kerajaan Ngurawan

Menurut sumber, dusun Ngrawan akan dijadikan lokasi wisata budaya.


Rencananya, tahun ini akan dibangun gapura dijalan masuk dusun Ngrawan
tepatnya di pinggir jalan raya Madiun Ponorogo. Jika anda ingin kesan tidak
banyak petunjuk jalan untuk mencapai titik situs peninggalan Kerajaan Ngurawan.
Anda harus sering bertanya kepada warga sekitar untuk menunjukkan tempat-
tempat peninggalan kerajaan berada. Peninggalan tersebut masih tersebar di
beberapa tempat dan belum dikumpulkan menjadi satu dalam satu museum. Hal
ini sangat menyulitkan ketika ada pengunjung yang ingin melihat dan
memperoleh fakta sejarah tentang kerajaan Ngurawan. Semoga proses penggalian
dan proses penataan wisata situs kerajaan Ngurawan segera diproses oleh pihak
pemerintah maupun pihak swasta yang ingin terlibat. Dengan terbukanya situs
Kerajaan Ngurawan ini, dari segi ekonomi dapat mengangkat sektor pariwisata
Madiun umumnya dan warga dusun Ngrawan khususnya. Dari segi pendidikan,
penemuan situs kerajaan Ngurawan dapat menjadi fakta sejarah dengan berbagai
bukti di lapangan. Seperti dalam Prasasti Kadudu 1216 saka/1294 masehi tertulis
bahwa ketika Paduka Sri Jayakatwang Raja Glang Glang i bhumi Wurawan
menyerang kerajaan Tumapel menggunakan bendera berwarna merah dan putih
sebagai bendera kebesarannya. Bisa jadi, bendera pertama kali digunakan oleh
Kerajaan Ngurawan. Dari segi kebudayan, dapat menambah khasanah budaya
nusantara sehingga membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya.

C. Benda Sejarah di Situs Kedhaton Ngurawan, Madiun


Situs sejarah Kedhaton yang terletak di dusun Ngurawan desa Dolopo
Madiun terdapat beberapa peninggalan sejarah diantaranya berupa umpak
batu besar yang merupakan penyangga tiang pada zaman dahulu, batu bata
kuno yang berbentu persegi dan memiliki ukuran yang sangt besar, terdapat
pula miniatur candi, lumpang batu atau juga dikatakan sebagai sumur yang
terletak di halaman sekolah atau masjid memiliki angka tahun 1320 saka,
serta banyak ornamen yang dipamerkan dalam ruangan di salah satu rumah
warga yang dijadikan sebagai tempat pameran benda situs. Menurut
penuturan dari salah satu anggota Kompas Madya Van Madioen, masih
banyak peninggalan sejarah semacam arcca dan batu kuna yang tertanam di
tanah maupun di bangunan rumah desa dan juga masjid.
Batu Bata Ukuran Besar

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember
2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016
Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016
Penggalian Situs Kedhaton

Sumber : Foto diambil di tempat pameran arca situs Kedhaton pada 5 Desember

2016

Umpak Batu Berangka Tahun 1320 Saka

Sumber : Foto diambil di halaman sekolah Desa Ngurawan Madiunpada 5


Desember 2016
Dua umpak batu besar yang ditemukan tersebut berada di salah satu
tempat yang merupakan kebun warga desa Ngurawan yakni di utara
kediaman bapak Saiful Huda. Kedua umpak batu tersebut diletakkan secara
berjejer. Umpak batu ini dikatakan sebagai batu penyangga tiang pada masa
tersebut.

Dua Umpak Batu Sebagai Penyangga Tiang

Sumber : Foto diambil di halaman salah satu penduduk Desa Ngurawan Madiun
pada 5 Desember 2016

Di barat masjid terdapat makam Islam. Pada makam tersebut


ditemukan batu Yoni yang cukup besar. Namun belum dapat dipastikan
apakah batu ini sejak awal sudah berada di dalam makam tersebut atau sudah
dipindahkan dari tepat lain.
Arca Yoni yang ditemukan di makam Islam di dekat Masjid Desa Ngurawan

Sumber : Foto diambil di makam Desa Ngurawan Madiun pada 5 Desember 2016
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Desa Ngurawan Kecamatan Dolopo, Madiun telah banyak ditemukan
peninggalan sejarah baik itu berupa bangunan batu bata, arca, patung, dan
penemuan lainnya. Namun, saat pertama kali ditemukan benda peninggalan
sejarah tersebut warga desa Ngurawan Kecamatan Dolopo tidak menyadari bahwa
benda-benda yang ditemukan tersebut merupakan peninggalan sejarah yang
penting untuk dilestarikan. Banyak penemuan seperti batu bata tersebut digunakan
untuk keperluan pribadi seperti untuk membuat tembok dan lain sebagainya.
Bahkan benda-benda yang mereka temukan diantaranya ada yang mereka jual
belikan untuk kepentingan pribadi, dan juga disimpan untuk dirinya sendiri.
Sejak situs Kedhaton Desa Ngurawan Kecamatan Dolopo, Madiun
dinyatakan sebagai situs cagar budaya barulah warga desa tidak berani untuk
melakukan penggalian liar bahkan untuk mencuri benda-benda cagar budaya
tersebut. Setelah dilakukan penelitian dan penggalian di situs Kedhaton oleh
pemerintah Madiun situs ini dinyatakan sebagai salah satu wisata Sejarah di kota
Madiun. Situs Kedhaton desa Ngurawan ini memiliki keterkaitan dengan kerajaan
Ngurawan, Gelang Gelang. Dan dalam situs ini diperkirakan telah tertimbun
kerjaan Ngurawan yang sempat berdiri selama lima abad yakni pada abad 10
hingga abad ke 15.
Tidak diragukan lagi bahwa situs Kedhaton ini merupakan situs sejarah
yang perlu dijaga dan dikembangkan lebih lanjut, karena dalam situs tersebut
telah banyak benda peninggalan yang sangat penting dan berhasil ditemukan,
bahkan diperkirakan lagi masih banyak benda-benda lainnya yang masih terkubur.
Dan diperkirakan juga bahwa kerjaan Ngurawan ini dulunya merupakan kerajaan
yang cukup besar dengan kata lain peninggalan yang terkubur di dalam tanah bisa
saja sangat luas tersebar di desa Ngurawan itu sendiri. Hal tersebut bisa diprediksi
dari temuan Arca Yoni yang ditemukan di makam Islam dekat Masjid Desa
Ngurawan yang memiliki tekstur Arcanya yang sangat halus, karena bisa
dikatakan bahwa peradaban sebuah kerajaan yang besar dan maju bisa dilihat dari
tekstur Arca Lingga dan Yoni nya, semakin halus maka peradabannya semakin
tinggi. Namun, hingga saat ini Lingga yang ada di Desa Ngurawan belum berhasil
ditemukan sementara hanya terdapat arca Yoni saja.
Daftar Pustaka

Bangunan Hidrolik Kuno Dari Masa Majapahit Ditemukan. diakses online di


http://sains.kompas.com/read/2015/01/05/22000651/Bangunan.Hidrolik.K
uno.dari.Masa.Majapahit.Ditemukan. Pada 5 Desember 2016.

Kriswanto. 2016. Balai Yogyakarta Gali Situs Ngurawan Majapahit. Diakses


online di : http://jtvmadiun.com/index.php/kota-madiun/107-balar-
yogyakarta-gali-situs-ngurawan-majapahit.html. Pada 5 Desember 2016.

Priswanto, Heri. Penelitian Arkeologi Situs Ngurawan Kabupaten Madiun Jawa


Timur. Diakses online di :
http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=204&ju
dul=PENELITIAN%20ARKEOLOGI%20SITUS%20NGURAWAN%20
KABUPATEN%20MADIUN%20JAWA%20TIMUR. Pada 5 Desember
2016.

Puzzle Misteri Ngurawan Terkuak. Diakses Online di


http://surabaya.tribunnews.com/2016/09/27/video-permukiman-kuno-ini-
ditemukan-di-situs-kedaton-madiun. Pada 5 Desember 2016.

Stevani, Louis Rika. 2016. Balai Arkeologi Gali Situs Ngurawan Madiun.Diakses
online di : http://www.antarajatim.com/lihat/berita/184681/balai-
arkeologi-yogyakarta-gali-situs-ngurawan-madiun. Pada 5 Desember
2016.

Informan :

Nama : Ruri
Usia : 28 tahun
Status : Juru Kunci Situs Kedhaton, Kecamatan Dolopo, Madiun
Alamat : Ds. Ngurawan, Kecamatan Dolopo, Kota Madiun

Anda mungkin juga menyukai