ANTROPOLOGI SOSIAL
GLANG GLANG NGURAWAN
Oleh:
1. Ana Kumalasari (14320003-http://koemalasari.blogspot.com/)
2. Bagus Ebfian M. A (14320006-http://bema-nd.blogspot.com/)
3. Wiwit Wijanarko (14320020-http://wikoblog.blogspot.com/)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang salah satu situs budaya yang ada di
Madiun, yaitu Glang Glang Ngurawan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Madiun,
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................
1
1
1
2
2
Kesimpulan.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..
10
11
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Data Arkeologis
Sumber data Arkeologis-epigrafis terdiri dari tiga jenis, yaitu Prasasti
(tekstual), Artefaktual dan Fitur (lingkungan).
Sumber Data Prasasti
Dalam Prasasti Taji (823 Saka/901M) disebutkan nama seorang pejabat, yang
disebut rakryn i burawan. Atau seorang pejabat ke-rakai-an yang berkuasa di
daerah burawan. Nama burawan memiliki kemiripan dengan namaWurawan.
Prasasti Pucangan (963 Saka/1041 M) menyebutkan bahwa Raja Airlangga
pada tahun 951 Saka /1029 M menyerang Kerajaan Wuratan. Nama Wuratan
memiliki kemiripan pula dengan Wurawan. Dalam huruf Jawa Kuna, huruf tha
dengan huruf wa/va memiliki kemiripan bentuk. Hal tersebut dapat dilihat dari
table evolusi bentuk huruf tha dengan huruf wa/va dari abad ke abad sebagai
berikut:
Ada kemungkinan telah terjadi salah baca pada nama Wuratan dari yang
seharusnya dibaca Wurawan. Perlu dilakukan pembacaan ulang terhadap Prasasti
Pucangan (963 Saka) untuk mengidentifikasi kebenaran hipotesis tersebut. Jika
hipotesis tersebut benar adanya, maka dapat dibayangkan bahwa ekspedisi militer
Airlangga menuju ke arah selatan dari daerah kekuasaannya.
2. Umpak
Umpak 1 dan Umpak 2 berada di gerbang masuk areal masjid Maqomul
Hidayah dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda, dengan posisi terbalik.
Sedangkan Umpak 3 berada di sebelah utara masjid, di pinggir Sungai
Ngrawan. Ada satu temuan lagi, yaitu Umpak 4, namun sekarang telah di ukir
dan dijadikan kemuncak kubah masjid. Umpak 1 memiliki ketinggian 33 cm,
dan lebarnya 70 cm. Umpak 2 memiliki tinggi 30 cm, sedangkan lebarnya 73
cm.
4. Jobong Sumuran
Jobong ini terletak di depan madrasah Toriqul Huda sebagai vas tanaman.
Posisinya terbalik, dimana di salah satu sudutnya berukir kronogram angka
tahun 1320 Saka (1398 Masehi). Tinggi Jobong 50 cm, diameter bagian
puncak (terbalik di bawah) sebesar 70 cm. Sedangkan bagian dasar (terbalik
di atas) berdiameter 95 cm
Sebenarnya di areal ini dahulu pernah ada bangunan gerbang kuno, tepatnya
di barat masjid, pada areal makam. Namun, gerbang tersebut telah tidak ada lagi,
bahkan batu bata kunonya telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk semen
merah. Ada yang masih tersisa, yaitu batu bata kuno yang dijadikan batu nisan pada
makam di areal Masjid Toriqul Huda. Selain itu, di bawah masjid dahulu merupakan
lokasi dikuburkannya arca-arca dari sekitar Ngrawan. Banyak sekali arca maupun
batu bertulis yang dijadikan pondasi masjid Ngrawan ini
SITUS DATON
Lokasi Situs Daton berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun. Jaraknya sekitar 100 m sebelah timur dari situs Masjid Toriqul
Huda Ngrawan. Temuan di situs ini adalah sebagai berikut:
Puntuk Daton
Puntuk Daton ini merupakan pusat dari kesakralan daerah Dolopo. Situs ini
berada di pekarangan kosong milik desa, yang tidak ada seorangpun berani
memanfaatkannya. Puntuk Daton berupa gundukan tanah (puntuk), yang
ditumbuhi semak belukar. Di sekitar puntuk ditemukan banyak bata kuno dan
dua buah umpak berukuran besar.
Menurut Bapak Saiful Huda (30) dahulu sebagian arca dan umpak yang
berada di Masjid Toriqul Huda berasal dari Situs Daton. Selain itu, terdapat
struktur bata yang banyak ditemukan dalam areal Situs Daton. Namun sayang,
kini bata-bata kuno tersebut telah diambil oleh masyarakat untuk
dimanfaatkannmenjadi bahan pembangunan rumah. Nama Daton sangat
mungkin berasal dari istilah Kedaton atau Kadatwan, yaitu istana, sebagai
tempat tinggal raja beserta keluarganya.
Umpak Daton
Pada Situs Daton ditemukan 4 buah umpak batu, mirip dengan yang
berada di Situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan. Kedua umpak tersebut
terletak berdampingan di sebelah selatan Puntuk Daton dengan posisi terbalik
tembok di Gelang. Namun sekarang tidak dapat ditemukan lagi satu strukturpun. Hal
tersebut karena sebelum jalan diaspal banyak batu bata yang dijual dan dibawa
pulang masyarakat setempat untuk dijadikan bahan bangunan rumah mereka.
SITUS GEDONGSTONO
Situs Gedongstono berada di Dukuh Gedong, Desa Doho, Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun, tepatnya di areal pemakaman belakang MTsN Dolopo.
Situs ini berupa dua buah makam kuno, yang dipercaya sebagai makam Pangeran
Jati Kusuma dan Pangeran Jati Ngalam.
SENDANG GANTER
Sendang Ganter berada di lembah blok Ganter, Dukuh Krajan, Desa Doho,
Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Sekitar 200 m sebelah selatan sendang. ini
terdapat Sendang Petrukan yang lebih kecil ukurannya. Kedua sendang tersebut
berada pada sebuah lembah yang lebih rendah dari tanah yang ada di barat dan
timurnya.
Nama Ganter mengingatkan pada peristiwa runtuhnya kekuasaan Raja
Ktajaya
dari
Kerajaan
Pajalu
karena
serangan
Kerajaan
Tumapel. Pararatonmenceritakan pertempuran Ganter sebagaimana berikut:
Ganter memiliki arti taman (Zoetmulder, 1995: 273). Jadi peristiwa pada
tahun 1144 Saka /1222 M yang disebut aprang loring Ganter dapat diartikan
dengan bertempur di sebelah utara taman. Lokasi Ganter yang berada
dinagara Daha, sesuai dengan lokasi Sendang Ganter yang berada di wilayah Doho.
Namun, bukanlah nagara Daha itu sama dengan Desa Doho ini. Lokasinagara Daha
berada
di
wilayah
Kabupaten
Kediri.
Sedangkan
keberadaan
toponiminagara Daha dengan Desa Doho di Madiun, dapat ditafsirkan sebagai
upaya pemindahan kosmologi oleh keturunan Raja Ktajaya dari Kadiri. Hal ini
mirip dengan upaya pemindahan kosmologi Hindu, dengan cara memindahkan
puncak Gunung Meru dari tanah India ke Pulau Jawa yang diceritakan
dalam Kitab Tantupanggelaran.
Lokasi Sendang Ganter berada di utara Dukuh Ngrawan. Jadi, jika
diasumsikan keratonnya berada di Dukuh Ngrawan, maka Ganter adalah taman
kerajaan yang ada di sebelah utara. Taman (ganter) berupa sumber mata air yang
disebut sendang. sesuai dengan cerita Malat yang menyebutkan, bahwa tokoh Panji
saat menghamba di Kerajaan Gegelang pada suatu hari pergi menuju Ganter untuk
menangkap ikan (Poerbatjaraka, 1968: 337). Tentunya menangkap ikan haruslah
berada di daerah berair. Hal ini sesuai dengan keberadaan Sendang Ganter yang
berada di utara bekas ibukota Glang-Glang. Bahkan sesungguhnya disetiap ibukota
suatu kerajaan memiliki ganter (taman) masing-masing.
Mbah Mujarot juga menjelaskan, mulai dari masa awal berdiri hingga masuknya
agama Islam, ada tiga bagian dalam cerita daerah Ngurawan. Wilayah Ngurawan
sangat erat hubungannya dengan kerajaan Panjalu Kediri. Salah satu indikasinya
adalah, nama daerah di sekitar Ngurawan sanga mirip dengan yang ada di daerah
Kerajaan Panjalu saat itu.
Cerita daerah ngurawan ada 3 cerita, mulai dari cerita babad pertama masa
Kerajaan Panjalu Kediri, babad ke dua masa Kerajaan Mataram Kuno, dan babad
ketiga pada masa masuknya agama Islam. Untuk babad pertama, kerajaan Ngurawan
erat hubunganya dengan kerajaan Panjalu Kediri. Hal tersebut berdasarkan nama
daerah sekitar Ngurawan yang hampir sama dengan nama nama daerah di Kediri,
seperti doho dan pamenang, ujarnya.
Namun, seiring majunya zaman, semua peninggalan hampir semua hilang tak
berbekas. Sebagian besar dijual warga sekitar kepada pemburu barang antik yang
sering datang ke daerah itu untuk mencari koleksi, harga yang tinggi.
Bahkan situs tatanan batu pondasi yang merupakan bekas dinding kerajaan serta
bangunan keraton sudah hilang tak berbekas, karena batu-batu tersebut ada yang
dijual ada pula yang dibuat kandang ayam. Ada juga yang terkubur aspal jalan desa.
Yang ada tinggal beberapa arca di gerbang pintu masjid, sebuah pot bertuliskan
tahun saka 1320, saka serta yoni di makam kuno belakang masjid, terang Mbah
Mujarot.
Perlahan namun pasti, jejak-jejak Kerajaan Ngurawan makin hilang. Entah untuk
ke depannya apakah masih ada yang mengenalnya, karena kerajaan ini sendiri tidak
pernah tercatat dalam sejarah resmi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Situs budaya Ngurawan atau Glang Glang Ngurawan adalah salah satu
peninggalan sejarah dari kerajaan Majapahit. Dalam situs budaya ini, banyak artefak
artefak yang ditinggalkan. Diantaranya adalah Umpak, Yoni, Arca Dewi Parwati,
Jobong Sumuran, dan bata merah.
Dari situs budaya Ngurawan ini, kita dapat mengetahui bahwa masih banyak
situs sejarah yang harus kita pelajari berkaitan dengan perkembangan sejarah pada
masa modern seperti sekarang ini. Dari perjalanan kami ini, semoga situs budaya
Ngurawan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan dapat menjadi
warisan kebudayaan Indonesia yang mendunia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=OlmKVdjzLc2GuASomaboCg#q=situ+budaya+nguraw
an
http://atikwinarsih82.blogspot.com/2014/02/kerajaan-glang-glang-dingrawan-madiun.html
http://www.antarajatim.com/lihat3/berita/147732/balai-arkeologiyogyakarta-gali-situs-ngurawan-madiun
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/118818-arkeolog-ekskavasisitus-ngurawan.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/29/myeyp4-nasibmengenaskan-cagar-budaya
http://www.lensaindonesia.com/2013/09/14/warga-madiun-temukan-batucandi-peninggalan-majapahit.html
Warga Desa Ngurawan
Juru Kunci Situs Ngurawan