Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANTROPOLOGI SOSIAL
GLANG GLANG NGURAWAN

Oleh:
1. Ana Kumalasari (14320003-http://koemalasari.blogspot.com/)
2. Bagus Ebfian M. A (14320006-http://bema-nd.blogspot.com/)
3. Wiwit Wijanarko (14320020-http://wikoblog.blogspot.com/)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang salah satu situs budaya yang ada di
Madiun, yaitu Glang Glang Ngurawan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Madiun,

April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................

1
1
1

BAB II. PEMBAHASAN


2.1.
2.2.

Sejarah Situs Budaya Ngurawan...................................


Peninggalan Sejarah di Desa Ngurawan. .................................

2
2

BAB III. PENUTUP


3.1.

Kesimpulan.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..

10

11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selain untuk mengetahui benda benda apa saja yang menjadi peninggalan
sejarah di Desa Ngurawan, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun makalah ini juga
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropoogi Sosial.
Situs budaya Ngurawan atau yang lebih dikenal dengan Glang Glang
Ngrawan mempunyai kaitan yang erat dengan budaya yang berkembang saat ini.
Namun, tidak banyak bagian dari situs budaya ini yang perlahan mulai hilang dan
dilupakan. Tetapi, bagi warga Desa Ngurawan adat istiadat, kepercayaan, dan
kebudayaan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena
semuanya saling berkaitan.
Artefak artefak yang ditinggalkan oleh para penguasa di masa yang lalu
banyak tersebar di perumahan penduduk dan di masjid kuno desa tersebut.
Sayangnya, artefak artefak tersebut tidak lagi pada keadaan seperti awal mula
dibuat, tetapi sudah menjadi bagian bagian yang terpotong. Menurut warga, artefak
yang tidak lagi utuh ini karena dihancurkan oleh Umat Islam yang tidak
mempercayai menyembah berhala, seperti menyembah patung, dan sebagainya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Bagaimana sejarah dari Situs Budaya di desa Ngurawan?
b) Apa saja peninggalan sejarah di desa tersebut?
c) Situs apa saja yang terdapat di desa Ngurawan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a) Mengetahui bagaimana sejarah dari Situs Budaya Ngurawan
b) Memberikan pemahaman tentang benda benda peninggalan sejarah
Kerajaan Majapahit
c) Mengerti situs situs apa saja yang tercipta karena adanya Situs Budaya di
Desa Ngurawan ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH SITUS BUDAYA NGURAWAN


Beberapa penelitian sejarah menunjukkan bahwa pusat kerajaan klasik
Wurawan atau Ngurawan dan Gelang Gelang atau Gegelang Gelanggang dan
keraton Pandansalas, tepat berada di dusun Ngrawan, Kecamatan Dolopo, Kabupaten
Madiun.
Di dusun Ngrawan desa Dolopo Madiun terdapat beberapa peninggalan
sejarah berupa umpak batu besar, beberapa arca binatang dan manusia, miniatur
candi, batu bata kuna, sumur kuna terbuat dari batu bata, lumpang batu berangka
tahun, juga bangunan batu bata yang diperkirakan sebagai pintu gerbang dan
pentirtaan.
Terdapat dua umpak batu besar yang kini ditempatkan berjejer pada satu
tempat di kebun warga di utara kediaman Saiful Huda, Juru Pelihara [Jupel]
Kepurbakalaan Ngrawan Dolopo Madiun. Berdasarkan penuturan Jupel Saiful Huda,
pusat keraton Ngrawan dan Gelang Gelang berada di titik ini atau di dusun Ngrawan.

2.2 PENINGGALAN SEJARAH DI DESA NGURAWAN


Perjalanan kami untuk menuju desa ini cukup rumit. Karena salah satu dari
kita tidak ada yang mengetahui dimana letak desa ini. Akhirnya, kita memutuskan
untuk bertanya pada orang. Setelah bertanya pada beberapa orang, sampailah kita ke
desa Ngurawan yang letaknya lumayan jauh dari perkotaan. Sesampainya di
Ngurawan, kami berhenti di salah satu Masjid kuno, tanpa mengetahui pada siapa
kita akan bertanya untuk melanjutkan perjalanan ini.

Ketidakmungikan untuk terus berada disana membuat kaki kita melangkah ke


perumahan penduduk dan bertanya kepada mereka.

Data Arkeologis
Sumber data Arkeologis-epigrafis terdiri dari tiga jenis, yaitu Prasasti
(tekstual), Artefaktual dan Fitur (lingkungan).
Sumber Data Prasasti

Dalam Prasasti Taji (823 Saka/901M) disebutkan nama seorang pejabat, yang
disebut rakryn i burawan. Atau seorang pejabat ke-rakai-an yang berkuasa di
daerah burawan. Nama burawan memiliki kemiripan dengan namaWurawan.
Prasasti Pucangan (963 Saka/1041 M) menyebutkan bahwa Raja Airlangga
pada tahun 951 Saka /1029 M menyerang Kerajaan Wuratan. Nama Wuratan
memiliki kemiripan pula dengan Wurawan. Dalam huruf Jawa Kuna, huruf tha
dengan huruf wa/va memiliki kemiripan bentuk. Hal tersebut dapat dilihat dari
table evolusi bentuk huruf tha dengan huruf wa/va dari abad ke abad sebagai
berikut:
Ada kemungkinan telah terjadi salah baca pada nama Wuratan dari yang
seharusnya dibaca Wurawan. Perlu dilakukan pembacaan ulang terhadap Prasasti
Pucangan (963 Saka) untuk mengidentifikasi kebenaran hipotesis tersebut. Jika
hipotesis tersebut benar adanya, maka dapat dibayangkan bahwa ekspedisi militer
Airlangga menuju ke arah selatan dari daerah kekuasaannya.

Sumber Data Artefaktual


a) Situs Masjid Maqomul Hidayah, Dsn Ngrawan
Situs ini berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun. Di areal masjid Maqomul Hidayah terdapat banyak tinggalan
arkeologis masa Hindu-Budha, sebagaimana berikut:
1. Yoni (Yoni (Sanskerta: ; yoni) adalah kata yang mempunyai arti
bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan. Kata ini mempunyai banyak
arti, di antaranya adalah sumber, asal, sarang, rumah, tempat duduk,
kandang, tempat istirahat, tempat penampungan air, dan lain-lain. Dalam
buku Kama Sutra dan dalam kaitannya dengan batu candi, yoni berarti
pasangan lingga yang merupakan simbol dari alat kelamin wanita. Pasangan
lingam-yoni dalam arti ini juga dikenal pada situs sejarah warisan dunia
Mohenjo-daro di Pakistan. Di beberapa daerah di Indonesia yoni disebut juga
lesung batu karena menyerupai sebuah lesung yang terbuat dari batu).
Lokasi Yoni ini berada di areal makam masjid Maqomul Hidayah Ngrawan,
tepatnya di depan pengimaman masjid. Tinggi: 60 cm, panjang Yoni: 90 cm,
panjang cerat: 30 cm, diameter lobang Yoni: 18 cm dan kedalaman lubang
Yoni 34 cm.

2. Umpak
Umpak 1 dan Umpak 2 berada di gerbang masuk areal masjid Maqomul
Hidayah dan Madrasah Ibtidaiyah Toriqul Huda, dengan posisi terbalik.
Sedangkan Umpak 3 berada di sebelah utara masjid, di pinggir Sungai
Ngrawan. Ada satu temuan lagi, yaitu Umpak 4, namun sekarang telah di ukir
dan dijadikan kemuncak kubah masjid. Umpak 1 memiliki ketinggian 33 cm,
dan lebarnya 70 cm. Umpak 2 memiliki tinggi 30 cm, sedangkan lebarnya 73
cm.

3. Arca Dewi (Parwati (Sanskerta: ; Prvat) adalah salah


satu dewi dalamagama Hindu. Menurut mitologi Hindu, Parwati merupakan
puteri
dari
raja
gunung
bernama Himawan,
dan
seorang apsari bernama Mena. Parwati dianggap sebagai pasangan kedua
dari Siwa, Dewa pelebur dan penghancur dalam agama Hindu. Parwati juga
merupakan ibu dari Ganesha dan Kartikeya(Skanda). Beberapa aliran
meyakininya sebagai adik dari Wisnu dan banyak pengikut aliran
filsafat Shakta meyakininya sebagai dewi yang utama. Dalamsusastra Hindu,
Parwati juga dihormati sebagai perwujudan dari Sakti atauDurga.
Dalam bahasa Sanskerta, kata Prvat berarti "mata air pegunungan". Parwati
juga dikenal dengan berbagai nama, antara lain: Um, Gaur, Iswar, Durg,
Ambik,
Girij,
dan
lain
lain.)
Arca Dewi Parwati ini terletak disebelah Umpak 2. Tinggi arca Dewi ini yang
tersisa adalah 110 cm, sedangkan lebarnya 40 cm.

4. Jobong Sumuran
Jobong ini terletak di depan madrasah Toriqul Huda sebagai vas tanaman.
Posisinya terbalik, dimana di salah satu sudutnya berukir kronogram angka
tahun 1320 Saka (1398 Masehi). Tinggi Jobong 50 cm, diameter bagian
puncak (terbalik di bawah) sebesar 70 cm. Sedangkan bagian dasar (terbalik
di atas) berdiameter 95 cm

Sebenarnya di areal ini dahulu pernah ada bangunan gerbang kuno, tepatnya
di barat masjid, pada areal makam. Namun, gerbang tersebut telah tidak ada lagi,

bahkan batu bata kunonya telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk semen
merah. Ada yang masih tersisa, yaitu batu bata kuno yang dijadikan batu nisan pada
makam di areal Masjid Toriqul Huda. Selain itu, di bawah masjid dahulu merupakan
lokasi dikuburkannya arca-arca dari sekitar Ngrawan. Banyak sekali arca maupun
batu bertulis yang dijadikan pondasi masjid Ngrawan ini

SITUS DATON
Lokasi Situs Daton berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun. Jaraknya sekitar 100 m sebelah timur dari situs Masjid Toriqul
Huda Ngrawan. Temuan di situs ini adalah sebagai berikut:

Puntuk Daton
Puntuk Daton ini merupakan pusat dari kesakralan daerah Dolopo. Situs ini
berada di pekarangan kosong milik desa, yang tidak ada seorangpun berani
memanfaatkannya. Puntuk Daton berupa gundukan tanah (puntuk), yang
ditumbuhi semak belukar. Di sekitar puntuk ditemukan banyak bata kuno dan
dua buah umpak berukuran besar.
Menurut Bapak Saiful Huda (30) dahulu sebagian arca dan umpak yang
berada di Masjid Toriqul Huda berasal dari Situs Daton. Selain itu, terdapat
struktur bata yang banyak ditemukan dalam areal Situs Daton. Namun sayang,
kini bata-bata kuno tersebut telah diambil oleh masyarakat untuk
dimanfaatkannmenjadi bahan pembangunan rumah. Nama Daton sangat
mungkin berasal dari istilah Kedaton atau Kadatwan, yaitu istana, sebagai
tempat tinggal raja beserta keluarganya.

Umpak Daton
Pada Situs Daton ditemukan 4 buah umpak batu, mirip dengan yang
berada di Situs Masjid Toriqul Huda Ngrawan. Kedua umpak tersebut
terletak berdampingan di sebelah selatan Puntuk Daton dengan posisi terbalik

KUMPULAN ARCA DI KEDIAMAN BAPAK MULYANI TOHIR


Rumah Bapak Mulyani Tohir berada di Dukuh Ngrawan, Desa Dolopo,
Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Beliau adalah juru pelihara Cagar Budaya
yang berada di Kecamatan Dolopo. Di depan rumahnya terdapat arca Nandi yang
telah putus kepalanya. Kemudian di samping barat rumah diletakkan kumpulan
Benda Cagar Budaya, yang terdiri dari dua buah Jaladwara, sebuah arca Dewi
Parwati, dan sebuah miniatur candi. Benda-benda cagar budaya tersebut berasal dari
pekarangan, sekitar 200 m di sebelah barat daya masjid Maqomul Hidayah.
(Menurut keterangan bapak Saiful Huda (30), dahulu di pekarangan tersebut juga
ditemukan struktur bata dan beberapa arca dewa Hindu.
Namun struktur bata tersebut telah digali dan dibongkar untuk dijadikan
semen merah serta sebagai bahan bagunan rumah warga. Begitu pula arca-arca dewa
Hindu yang ditemukan telah ikut terkubur di bawah masjid Maqomul
Hidayah Ngrawan beserta arca-arca dan batu bertulis dari sekitar Situs Daton.

SITUS GELANG (Dul Boto)


Situs Dul Boto terletak di Dukuh Gelang, Desa Glonggong, Kecamatan
Dolopo, kabupaten Madiun. Dul Boto adalah nama yang diberikan oleh masyarakat
sekitar Dukuh Gelang untuk menyebut sebuah jalan yang menghubungkan antara
Desa Glonggong di timur dengan Desa Doho di baratnya. Dul Boto berasal dari
kata Kidul Boto, yang memiliki arti Selatan (batu) Bata.
Menurut informasi dari bapak Saiful Huda (30)151, dahulu di sebelah utara
jalan tersebut membujur panjang struktur batu bata kuno seperti tembok. Pada awal
tahun sembilan puluhan, struktur bata masih dapat dilihat pada beberapa sudut desa,
yang membentuk tembok memanjang dari timur ke barat Dukuh Gelang. Selain itu
ditemukan struktur yang sama di Desa Doho, yang memiliki garis lurus dengan

tembok di Gelang. Namun sekarang tidak dapat ditemukan lagi satu strukturpun. Hal
tersebut karena sebelum jalan diaspal banyak batu bata yang dijual dan dibawa
pulang masyarakat setempat untuk dijadikan bahan bangunan rumah mereka.

SITUS GEDONGSTONO
Situs Gedongstono berada di Dukuh Gedong, Desa Doho, Kecamatan
Dolopo, Kabupaten Madiun, tepatnya di areal pemakaman belakang MTsN Dolopo.
Situs ini berupa dua buah makam kuno, yang dipercaya sebagai makam Pangeran
Jati Kusuma dan Pangeran Jati Ngalam.

SITUS UMBUL AIR PANAS


Situs Umbul Air Panas merupakan situs yang berada di sebuah sumber mata
air panas. Terletak di Dukuh Umbul, Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo,
Kabupaten Madiun. Di depan mata air didirikan sebuah cungkup untuk melindungi
temuan berupa Benda Cagar Budaya masa Hindu-Budha. Benda Cagar Budaya yang
ada di Taman Rekreasi Umbul sekarang tinggal dua buah arca Nano sebuah arca
dewa, sebuah pecahan Yoni, sebuah miniatur rumah, dan sebuah jaladwara.

SENDANG GANTER
Sendang Ganter berada di lembah blok Ganter, Dukuh Krajan, Desa Doho,
Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Sekitar 200 m sebelah selatan sendang. ini
terdapat Sendang Petrukan yang lebih kecil ukurannya. Kedua sendang tersebut
berada pada sebuah lembah yang lebih rendah dari tanah yang ada di barat dan
timurnya.
Nama Ganter mengingatkan pada peristiwa runtuhnya kekuasaan Raja
Ktajaya
dari
Kerajaan
Pajalu
karena
serangan
Kerajaan
Tumapel. Pararatonmenceritakan pertempuran Ganter sebagaimana berikut:
Ganter memiliki arti taman (Zoetmulder, 1995: 273). Jadi peristiwa pada
tahun 1144 Saka /1222 M yang disebut aprang loring Ganter dapat diartikan
dengan bertempur di sebelah utara taman. Lokasi Ganter yang berada
dinagara Daha, sesuai dengan lokasi Sendang Ganter yang berada di wilayah Doho.
Namun, bukanlah nagara Daha itu sama dengan Desa Doho ini. Lokasinagara Daha
berada
di
wilayah
Kabupaten
Kediri.
Sedangkan
keberadaan
toponiminagara Daha dengan Desa Doho di Madiun, dapat ditafsirkan sebagai
upaya pemindahan kosmologi oleh keturunan Raja Ktajaya dari Kadiri. Hal ini
mirip dengan upaya pemindahan kosmologi Hindu, dengan cara memindahkan

puncak Gunung Meru dari tanah India ke Pulau Jawa yang diceritakan
dalam Kitab Tantupanggelaran.
Lokasi Sendang Ganter berada di utara Dukuh Ngrawan. Jadi, jika
diasumsikan keratonnya berada di Dukuh Ngrawan, maka Ganter adalah taman
kerajaan yang ada di sebelah utara. Taman (ganter) berupa sumber mata air yang
disebut sendang. sesuai dengan cerita Malat yang menyebutkan, bahwa tokoh Panji
saat menghamba di Kerajaan Gegelang pada suatu hari pergi menuju Ganter untuk
menangkap ikan (Poerbatjaraka, 1968: 337). Tentunya menangkap ikan haruslah
berada di daerah berair. Hal ini sesuai dengan keberadaan Sendang Ganter yang
berada di utara bekas ibukota Glang-Glang. Bahkan sesungguhnya disetiap ibukota
suatu kerajaan memiliki ganter (taman) masing-masing.

SUMUR GUMULING (Sumur Guling)


Sumur Gumuling atau yang disebut pula Sumur Guling berada di Dukuh
Umbul, Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Lokasinya satu
dusun dengan Situs Umbul, hanya berjarak sekitar 300 m ke arah timur laut Taman
Rekreasi Umbul. Sesungguhnya sumur ini merupakan arung Yaitu, salah satu jenis
instalasi keairan yang terdapat pada masa Jawa Kuna, berbentuk saluran air yang
terletak di bawah permukaan tanah (Cahyono & Suprapto, 1999: 14).
Data-data tersebut di atas dapat membantu dalam pemetaan pusat
bekasnagara Glang-Glang i bhumi Wurawan Dari temuantemuan tersebut, dapat
dikuatkan bahwa nagara Glang-Glang berada di sebelah barat Gunung Wilis, antara
Madiun-Ponorogo. Sedangkan bhumi Wurawan merupakan nama tanah (wilayah)
yang mencakup daerah lembah Sungai Madiun, atau dataran antara Gunung LawuGunung Wilis.

2.3 KERAJAAN GLANG GLANG NGRAWAN DI MADIUN


Sebenarnya di wilayah Madiun banyak terdapat peninggalan sejarah yang
berkaitan dengan kerajaan-kerajaan Nusantara pada masa lalu. Salah satunya berupa
beberapa situs di Desa Ngrawan, Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Sayang,
rekam jejak kebesaran Nusantara di situ hilang lantaran dijual orang-orang tak
bertanggung jawab.
Menurut penutusan Mbah Mujarot, warga Desa Ngrawan sekaligus mantan
Jogoboyo Desa Dolopo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, situs-situs yang ada
di desanya adalah peninggalan Kerajaan Ngurawan, atau lebih dikenal dengan
kerajaan Gelang-gelang. Ada pula yang menyebut kerajaan Gegelang

Mbah Mujarot juga menjelaskan, mulai dari masa awal berdiri hingga masuknya
agama Islam, ada tiga bagian dalam cerita daerah Ngurawan. Wilayah Ngurawan
sangat erat hubungannya dengan kerajaan Panjalu Kediri. Salah satu indikasinya
adalah, nama daerah di sekitar Ngurawan sanga mirip dengan yang ada di daerah
Kerajaan Panjalu saat itu.
Cerita daerah ngurawan ada 3 cerita, mulai dari cerita babad pertama masa
Kerajaan Panjalu Kediri, babad ke dua masa Kerajaan Mataram Kuno, dan babad
ketiga pada masa masuknya agama Islam. Untuk babad pertama, kerajaan Ngurawan
erat hubunganya dengan kerajaan Panjalu Kediri. Hal tersebut berdasarkan nama
daerah sekitar Ngurawan yang hampir sama dengan nama nama daerah di Kediri,
seperti doho dan pamenang, ujarnya.
Namun, seiring majunya zaman, semua peninggalan hampir semua hilang tak
berbekas. Sebagian besar dijual warga sekitar kepada pemburu barang antik yang
sering datang ke daerah itu untuk mencari koleksi, harga yang tinggi.
Bahkan situs tatanan batu pondasi yang merupakan bekas dinding kerajaan serta
bangunan keraton sudah hilang tak berbekas, karena batu-batu tersebut ada yang
dijual ada pula yang dibuat kandang ayam. Ada juga yang terkubur aspal jalan desa.
Yang ada tinggal beberapa arca di gerbang pintu masjid, sebuah pot bertuliskan
tahun saka 1320, saka serta yoni di makam kuno belakang masjid, terang Mbah
Mujarot.
Perlahan namun pasti, jejak-jejak Kerajaan Ngurawan makin hilang. Entah untuk
ke depannya apakah masih ada yang mengenalnya, karena kerajaan ini sendiri tidak
pernah tercatat dalam sejarah resmi Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Situs budaya Ngurawan atau Glang Glang Ngurawan adalah salah satu
peninggalan sejarah dari kerajaan Majapahit. Dalam situs budaya ini, banyak artefak
artefak yang ditinggalkan. Diantaranya adalah Umpak, Yoni, Arca Dewi Parwati,
Jobong Sumuran, dan bata merah.
Dari situs budaya Ngurawan ini, kita dapat mengetahui bahwa masih banyak
situs sejarah yang harus kita pelajari berkaitan dengan perkembangan sejarah pada
masa modern seperti sekarang ini. Dari perjalanan kami ini, semoga situs budaya
Ngurawan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan dapat menjadi
warisan kebudayaan Indonesia yang mendunia.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=OlmKVdjzLc2GuASomaboCg#q=situ+budaya+nguraw
an
http://atikwinarsih82.blogspot.com/2014/02/kerajaan-glang-glang-dingrawan-madiun.html
http://www.antarajatim.com/lihat3/berita/147732/balai-arkeologiyogyakarta-gali-situs-ngurawan-madiun
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/118818-arkeolog-ekskavasisitus-ngurawan.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/29/myeyp4-nasibmengenaskan-cagar-budaya
http://www.lensaindonesia.com/2013/09/14/warga-madiun-temukan-batucandi-peninggalan-majapahit.html
Warga Desa Ngurawan
Juru Kunci Situs Ngurawan

Anda mungkin juga menyukai