Anda di halaman 1dari 2

KISAH ANAK PUTUS SEKOLAH

Tasya, anak berumur 12 tahun yang tinggal bersama neneknya. Karena, kedua orang
tuanya mengalami kecelakaan. Tasya hidup sederhana dengan neneknya. Tasya dan neneknya
membuat warung yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari.
Tiap Tasya pulang sekolah, Tasya bergantian dengan neneknya untuk menjaga
warung. Tasya melakukan itu tanpa rasa mengeluh sedikitpun, justru dia merasa senang.
Karena bisa membantu neneknya mencari nafkah. Tasya jadi fasih berhitung dan selalu
mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran menghitung.
Hari ini, Tasya pulang sekolah terlambat, dia menjumpai neneknya terbaring lemas di
atas kasur. Suhu tubuh nenek sangat tinggi, neneknya menggigil kedinginan. Tasya
mengompres dahi nenek dengan air hangat, agar suhu tubuhnya menurun, Keesokan harinya,
Tasya merasa tidak tega untuk meninggalkan neneknya yang sakit di rumah. Jadi, Tasya
memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Tasya tidak masuk sekolah selama 3 hari tanpa
adanya surat dan izin yang diterima guru. Karena khawatir dengan keadaan Tasya, guru
Tasya berniat mampir ke rumah Tasya untuk melihat keadaan Tasya.
Guru Tasya melihat Tasya duduk sambil termenung, melamun di pos kampling. Guru
Tasya menghampiri Tasya dan bertanya “Tasya, kenapa kamu nggak pergi sekolah?”, Tasya
menjawab “Tadinya mau berangkat, terus nggak jadi hehe.” guru Tasya berkata “Aku perlu
bertemu nenekmu.” “Nenek ada di dalam rumah sedang mandi, bu.” jawab Tasya. “Yasudah,
ibu tunggu di warung.” ucap guru Tasya sambil berjalan menuju rumah Tasya. Betapa
terkejutnya guru Tasya, melihat bendera putih di warung Tasya. “Tasya, ada bendera putih di
warungmu.” ucap guru Tasya “Ya, bu guru. Tadi pagi, nenek meninggal, jenazahnya sedang
mandi.” ucap Tasya menjelaskan “Bu guru, sepertinya Tasya nggak bisa sekolah lagi.”
lanjutnya. Ya, Tasya memutuskan untuk berhenti sekolah.
Tasya diajak tinggal di kota bersama pamannya. Awalnya, Tasya menolak, karena dia
tidak ingin membebani pamannya. Pamannya bertanya “Kamu mau melanjutkan sekolah
lagi?” “Tidak, aku tidak mau sekolah lagi!” jawab Tasya dengan tegas “Yasudah, kalau
maunya Tasya begitu, paman tidak mau memaksa. Tapi, Tasya harus tinggal bersama paman
yaa.” bujuk paman “Aku tidak mau membebani paman.” jawab Tasya “Kamu dapat
membantuku beres-beres rumah, cuci baju, menyapu, ngepel. Dengan begitu, kamu tidak
merasa membebani paman dan paman akan bantu kamu belajar dirumah. Bagaimana,
setuju?” paman menjelaskan “Aku setuju!” jawab Tasya dengan semangat.
Sesampainya di rumah paman Tasya. Pamannya mengantarkan Tasya ke kamar yang
sudah disiapkan. “Satu kamar ini buat aku sendiri?” tanya Tasya “Iya Tasya, sekarang kamu
boleh membereskan barangmu dan beristirahat. Besok aku beritahu tugas-tugas yang lain.”
paman menjelaskan. Pagi harinya, paman mengajak Tasya sarapan bersama. Setelah selesai
sarapan, Tasya mencuci piring dan paman bersiap akan berangkat kerja, dan paman teringat
“Oh iyaa, hari ini harus cuci baju, aku nggak punya baju bersih buat besok.” “Apakah ada
papan penggilasan, kalau ada papan penggilasan tidak masalah.” tanya Tasya memastikan
“Ha ha paman punya mesin cuci, kok” ucap paman sambal menunjukkan Tasya mesin cuci
miliknya
“Waahhhh, ini kan mesin cuci yang tinggal pencet-pencet, kalau pakai ini cuci baju jadi lebih
mudah.” Tasya jadi lebih bersemangat mencuci baju “Paman ajarin ya cara pakainya.” “Ahh
gampang, kan cuma tinggal pencet-pencet. Paman berangkat saja, nanti terlambat lho.” ucap
Tasya dengan percaya diri “Yasudah, kalau ada apa-apa, ini nomor telepon paman.” “Iya
paman. Tenang saja, serahkan padaku.” Akhirnya, paman berangkat bekerja dan Tasya
melanjutkan tugasnya mencuci baju. “Apa susahnya nyuci tinggal pencet-pencet doang.”
Mampus. “Aku harus mencet yang mana?” Tasya kebingungan. Tasya menelepon pamannya,
“Paman, aku …” “Ada apa? Paman sedang ada rapat.” “Aku … nggak tahu cara pakai mesin
cuci…” “Ada buku petunjuknya di laci meja depan, yang ada gambar mesin cucinya.”, Lalu
Tasya mencari dan akhirnya… “Aha! Aku selamat!!” Tasya sangat senang, karena
menemukan buku petunjuknya. “Ada apa lagi?!” “Aku… nggak bisa bahasa Inggris paman..”
“Di rak buku ada kamus Bahasa inggris, warnanya biru”. Karena bantuan kamus Bahasa
inggris, Tasya bisa menggunakan mesin cuci dan menyelesaikan mencuci baju milik paman.
“Kalau kerjaan sudah selesai semua, aku ngapain paman?” “Terserah, kamu bisa mulai
dengan baca-baca buku yang ada di rak.” “Aku boleh baca komik?” “Bebas, buku yang
nggak boleh kamu baca sudah paman simpan di lemari.” “Oh iya paman, aku heran kenapa
kalau komik berwarna, tapi komik jepang hitam?” “Sini, paman ajarin kamu tanya Mbah
Google. Dia tahu hampir apa saja. Pertama, kamu tekan tombol ini.” “Ohh, komputer… aku
pernah main ini di sekolah” “ Kamu klik gambar yang ini.”
Tasya juga mulai fasih berbicara Bahasa inggris, karena setiap harinya dia selalu membaca
kamus Bahasa inggris dan belajar dari “Mbah Google”. Pamannya mengajari Tasya dengan
cara yang disebut “Sekolah Raya”, pamannya mengajarkan lewat hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari yang membuat Tasya senang, dengan apa yang dia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai