Anda di halaman 1dari 13

PORTOFOLIO

BAHASA INDONESIA

XII MIPA 9

Disusun oleh :

- Alfian Ekklesia Damanik


- Dwina Agustin Putri
- Setyo Aji Sasongko
- Windy Octafiani Poetri
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 0


KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 3
LATAR BELAKANG .................................................................................................................................... 3
RUMUSAN MASALAH............................................................................................................................... 3
TUJUAN .................................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................... 4
PENGERTIAN PANTUN ............................................................................................................................. 4
STRUKTUR PANTUN ................................................................................................................................. 4
CIRI-CIRI PANTUN..................................................................................................................................... 5
PERAN DAN FUNGSI PANTUN .................................................................................................................. 6
SEJARAH PANTUN .................................................................................................................................... 6
SYARAT-SYARAT PANTUN ........................................................................................................................ 7
JENIS PANTUN .......................................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................................................................... 12
KESIMPULAN .......................................................................................................................................... 12
SARAN .................................................................................................................................................... 12

1
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas kami hanturkan kecuali hanyalah puji syukur ke hadirat Tuhan
Yang Maha esa yang telah memberikan segala macam kenikmatan, kekuatan, dan
kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan portofolio pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 kota Bekasi tepat pada waktunya.

Penyusunan portofolio ini merupakan salah satu tugas yang diberikan untuk kelas 12
sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dewan guru, khususnya kepada
Ibu Dra. Eli Laelinah selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia.

Semoga melalui penjelasan dalam makalah ini, para pembaca dapat bertambah
wawasannya. Kami juga berharap agar tulisan ini mampu menguraikan peristiwa sejarah
tersebut dengan tepat dan jelas. Jika ada kesalahan dan kekurangan, kami siap untuk
menerima masukan dari para pembaca.

2
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Di dalam makalah ini kami membahas mengenai pantun, sebagaimana telah kita ketahui
pantun termasuk karya sastra puisi lama. Pantun sering kita dengar di mana saja, dalam
percakapan, acara-acara penting, kegiatan sehari-sehari, bahkan sering kita di radio ada
acara yang mengkhususkan untuk berpantun. Pantun kerap kali kita ketahui hanya sastra
lisan semata, tetapi perlu diketahui bahwa pantun kini terdapat pantun tertulis, pantun
yang ditulis, dikumpulkan, dan dipublikasikan secara luas, tetapi pantun juga harus
dibacakan secara lisan agar terlihat nilai estetika yang terkandung di dalamnya.

Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya
Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun
yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu.Genre pantun merupakan
genre yang paling bertahan lama. Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan
dan ditulis dalam bentuk prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk
puisi, seperti puisi lama yang disebutpantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama
lainnya, seperti pantun kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.

 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pantun?


2. Bagaimanakah sejarah dari pantun?
3. Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4. Apa sajakah peran dan fungsi pantun?
5. Bagaimanakah struktur sebuah pantun?
6. Apa sajakah jenis-jenis pantun ?
7. Bagaimankah kriteria dalam membaca pantun ?

 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas portofolio mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagai syarat kelulusan kelas 12 dan memberikan pengetahuan kepada
pembaca agar mengetahui mengenai pantun dengan baik dan benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian Pantun

Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang
menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia
(Waluyo,1987:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia
seperti “parika” dalam sastra jawa atau“paparikan” dalam sastra sunda. Orang yang
pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert
dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der
Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini
dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni
lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula.

Menurut Surana (2001:31) pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait
berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya
berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV
dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4
perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya
hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan
rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

 Struktur Pantun

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama
untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun
merupakan sastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi
kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di
bawah ini:

4
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh

Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya.
Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan
ini tak selalu berlaku.

 Ciri-Ciri Pantun

Abdul Rani (2006:23) mengatakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut:

 Terdiri atas empat baris.


 Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.
 Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si
pemantun. Bagian ini disebut isi pantun.
 Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/.
Maksudnya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris
kedua sama dengan baris keempat.

Secara Umum ciri – ciri pantun:

 Pantun Memiliki Bait, setiap bait pantun disusun oleh baris – baris. Satu bait terdiri dari
4 baris.
 Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
 Setiap baris terdiri dari 4 – 6 kata.
 Setiap bait pantun terdiri atas sampiran dan isi. Baris pertama dan kedua merupakan
sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi. (Walaupun sampiran tidak
berhubungan langsung dengan isi, namun lebih baik apabila kata – kata pada sampiran
merupakan cerminan dari isi yang hendak disampaikan).
 Pantun Bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau sajak lain)

5
 Peran dan Fungsi Pantun

1. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata
kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun Pantun terdiri dari sejumlah baris yang
selalu genap, yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.

2. Pantun turut berfungsi sebagai media untuk menyampaikan hasrat yang seni atau
rahasia yang tersembunyi melalui penyampaian yang berkias. Orang melayu
mencipta pantun untuk melahirkan perasaan mereka secara berkesan tetapi
ringkas,kemas,tepat dan menggunakan bahasa yang indah-indah.

3. Pantun sering digunakan dalam upacara peminangan dan perkahwinan atau sebagai
pembuka atau penutup bicara dalam majlis-majlis resmi.

4. Pantun sering dijadikan sebagai alat komunikasi.

 Sejarah Pantun

Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang,
1993 : 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat
popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan.
Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya
paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama
atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun
berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya
dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog
ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu, dalam bahasa Jawa
kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang
berarti memimpin, dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan,
kehormatan.

Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-
daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk
menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga
dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan
harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R.J. Wilkinson dan R.O. Winsted dalam

6
Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti duga an
Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature ” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson
malah balik bertanya ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang
berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.

Zaman dahulu pantun menduduki tempat yang pentin g dalam kehidupan masyarakat,
khususnya masyarakat Melayu. Pantun banyak digunakan dalam permainan kanak-kanak,
dalam percintaan, upacara peminangan dan pernikahan, nyanyian, dan upacara adat.
Secara umum setiap tahap kehidupan masyarakat Melayu dihiasi oleh pantun.

 Syarat-Syarat Pantun

Adapun syarat-syarat membuat pantun sebagai berikut :


a. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris
b. Baris ke-1 dan ke-2 adalah sampiran dan baris ke-3 dan ke-4 adalah isi pantun
c. Satu baris pantun terdiri dari 8 – 12 suku kata
d. Pantun bersajak a-b-a-b

 Jenis-Jenis Pantun

Suroto (1989:44-45) membagi pantun menjadi dua bagian yaitu:


a) Menurut isinya:
 Pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.
 Pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.
 Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini
disebut juga pantun nasihat.
 Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.

b) Menurut bentuknya atau susunannya:


 Pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu dengan bait
kedua, bait kedua dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya
adalah baris kedua bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua, baris
keempat bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan seterusnya.

 Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris,
baris pertama merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya

7
asal mula pantun ini juga terdiri atas empat baris, tetapi karena barisnya pendek-
pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan sebagai sebuah kalimat,
demikian pula kedua baris yang terakhir.

Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:

1. Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


o Pantun bersukacita
o Pantun berdukacita
o Pantun jenaka atau pantun teka-teki

2. Pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


o Pantun dagang atau pantun nasib
o Pantun perkenalan
o Pantun berkasih-kasihan
o Pantun perceraian

3. Pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:


o Pantun nasihat
o Pantun adat
o Pantun agama

PENJELASAN DAN CONTOH SERTA MAKNA PANTUNNYA


Berikut merupakan makna dan nilai- nilai luhur yang terkandung dalam pantun nusantara.
Penggalian makna pantun dibagi berdasarkan jenis pantun.

1. Pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


o Pantun bersukacita: Pantun yang mengungkapkan perasaan suka cita orang
tersebut. Dilontarkan dalam situasi yang suka cita.

Burung merpati burung dara


Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas

8
o Pantun berdukacita : Pantun yang mengungkapkan kesedihan seseorang. Pantun
ini juga dilontarkan oleh seseorang untuk menghapus suasana duka cita yang ada.

Memetik manggis di kota Kedu


Membeli tebu uangnya hilang
Menangis adik tersedu-sedu
Mencari ibu belum juga pulang

o Pantun jenaka atau pantun teka-teki: Pantun jenaka atau pantun teka teki
merupakan pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang mendengar,
terkadang dijadikan sebagai media untuk saling menyindir dalam suasana yang
penuh keakraban.

Pohon mangis di tepi rawa


Tempat nenek tidur beradu
Sedang menangis nenek tertawa
Melihat kakek bermain gundu

2. Pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


o Pantun dagang atau pantun nasib: Pantun dagang atau pantun nasib merupakan
rangkaian kata-kata yang merefleksikan nasib atau keadaan seseorang. Pantun ini
biasanya dinyanyikan/dibacakan oleh orang-orang yang berada di perantauan jika
mereka ingat akan kampung halamannya atau nasibnya yang tak seberuntung
temannya.

Tudung saji hanyut terapung


Hanyut terapung di air sungai
Niat hati hendak pulang kampung
Apa daya tangan tak sampai

o Pantun perkenalan: Pantun yang berisi ungkapan untuk mengenal seseorang dan
ucapannya berupa pantun. Pantun tersebut menggambarkan bagaimana keinginan
seseorang untuk berkenalan dengan orang yang ditemuinya.

9
Dari mana hendak kemana
Manggis dipetik dengan pisau
Kalau boleh kami bertanya
Gadis cantik siapa namamu

o Pantun berkasih-kasihan: Pantun yang berisi ungkapan yang ditujukan pada


orang yang dicintainya.

Jalan lurus menuju Tuban


Terus pergi mengangkat peti
Badan kurus bukan tak makan
Kurus memikir si jantung hati

o Pantun perceraian: Pantun yang berisi ucapan perpisahan atau perceraian. Pantun
ini dilontarkan ketika kedua pasangan sedang memiliki masalah dan mungkin berniat
untuk berpisahataupun diputuskan hubungannya.

Jaga tugu di tengah jalan


Menjala ikan mendapat kerang
Tega nian aku kau tinggalkan
Hidup di dunia hanya seorang

3. Pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:

o Pantun nasihat: Rangkaian kata-kata yang mempunyai makna mengarahkan atau


menegur seseorang untuk menjadi lebih baik.

Bau paku sedin telabah


Buaq randu masak odaq
Pacu-pacu pada sekolah
Jari sangu sak uwah toak

o Pantun adat : Pantun yang menggunakan gaya bahasa bernuansa kedaerahan dan
kental akan unsur adat kebudayaan tanah air. jenis pantun ini bertutur lebih kepada
kearifan lokal dimana pantun adat tersebut beredar,masing masing daerah di
Nusantara ini pasti memiliki pantun adat yang berbeda beda.

10
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah

o Pantun agama: pantun yang didalamnya mengandung kata-kata nasehat atau


petuah yang memiliki makna mendalam sebagai sebuah pedoman dalam menjalani
hidup, yang biasanya berisi kata kata yang bisa mendorong kita untuk berbuat yang
tidak melanggar aturan agama baik untuk kepentingan diri maupun bagi orang lain.

Aqu lalo beli tembage Saya pergi beli tembaga


Te ngadu ngelim parang Saya pakai untuk merekatkan parang
Lamun mele tame surge Apabila ingin masuk surge
Girang-girang ngaji sembahyang Sering-sering mengaji dan sembahyang

11
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Pantun termasuk ke dalam puisi lama, puisi lama merupakan latar belakang lahirnya puisi
modern dan puisi kontemporer. Puisi lama memiliki banyak aturan yang mengikatnya
berbeda dengan puisi modern yang tidak terikat oleh beberapa aturan. Puisi lama sangat
patuh terhadap konvensi yang ada, seperti jumlah bait, rima, maupun baris.

Pantun sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh orang tua, anak-anak, maupun
muda-mudi. Walaupun pantun merupakan karya sastra yang terhitung tua karena
kehadirannya telah ada sudah lama namun pantun tetap bisa bertahan hingga abad ke-20
ini. Banyak karya sastra lain yang merambah luas di masyarakat kini, pantun tetap menjadi
pilihan sebagian orang dikarenakan sifatnya yang elastis, bisa dipakai dalam situasi apapun.
Seiring perkembangan pantun, pantun memiliki bentukan baru yang disebut seloka, talibun,
dan karmina.

 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan
lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai