Anda di halaman 1dari 14

Kajian Stuktural terhadap Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

Abdul Hadi WM

Pengertian Kajian Struktural

Kajian struktural merupakan sebuah pengkajian terhadap puisi dengan

anggapan bahwa suatu karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri atas

bermacam-macam unsur pembentuk struktur. Antara unsur-unsur pembentuknya

itu terdapat jalinan yang erat (koherensi). Makna unsur-unsur puisi itu hanya

dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi unsur itu

secara keseluruhan (Suroso, dkk. 2008:79 dalam Sulistyowati dan Tarsyad.

2010:89).

Menurut pandangan struktural, puisi merupakan sesuatu yang otonom,

yang apabila ingin dipahami harus berdasarkan struktur yang terdapat pada puisi

tersebut sebagai pembangunnya. Struktur memiliki bagian yang kompleks. Untuk

memahaminya tidak bisa hanya sebagian dari struktur, tetapi harus secara

keseluruhan. Hal itu karena setiap unsur yang ada pada struktur tidak berdiri

sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan (Sulistyowati dan Tarsyad. 2010:89).

Kajian puisi dengan pendekatan struktural merupakan upaya menganalis

puisi secara objektif dan terlepas dari soal-soal yang ada di luar teks puisi. Puisi

tidak dibenarkan didekati dengan cara menelaah unsur lain di luar teks puisi

tersebut. Dalam kajian struktural teks puisi dianggap sebagai kebulatan makna

yang berdiri sendiri secara otonom dengan koherensi intern (Abrams via Teeuw,

1983:60 dalam Sulistyowati dan Tarsyad, 2010:90).

1
Rasmus menyatakan bahwa struktur sebuah puisi merupakan struktur

makna, evaluasi, interpretasi yang menggunakan prinsip kesatuan dalam bentuk

dan keharmonisan dalam konotasi, sikap, dan arti (Djojosuroto, 2005: 34 dalam

Sulistyowati dan Tarsyad. 2010:90). Menurut pandangan tersebut, struktur-

struktur kecil yang membangun puisi, jalin menjalin secara harmonis membentuk

satu-kesatuan yang utuh.

Pendekatan strukturalisme berusaha untuk mendeskripsikan semua

fenomena yang tampak pada struktur instrinsik teks puisi secara obyektif-empiris.

Pendekatan ini mengacu pada pemahaman struktur instrinsik puisi yang akan

mengkaji aspek isi dan metode puisi. Aspek isi meliputi bahan cipta puisi,

suasana, sikap penyair, tema, dan intensi. Aspek metode puisi meliputi

pemahaman terhadap puisi bahasa yang meliputi pemahaman diksi (pilihan kata),

gramatika, semantis, struktur wacana, sudut penceritaan yang berupa pemahaman

pencitraan, persajakan (rima), dan tipografi (Djojosuroso, 2005:34 dalam

Sulistyowati dan Tarsyad, 2010:90)

Ruang Lingkup Kajian Struktural

Dalam struktur puisi terdapat keseluruhan makna yang padu dan bulat.

Untuk mencapai keseluruhan makna yang padu dan bulat itu sebuah karya puisi

harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu (1) ide kesatuan, (2) ide

transformasi, dan (3) ide pengaturan diri sendiri (Suroso, dkk. 2009:81 dalam

Sulistyowati dan Tarsyad, 2010:91)

2
Pertama, ide kesatuan, sebuah strukrur harus merupakan satu kesatuan

yang bulat dan utuh. Artinya, bagian-bagian atau unsur-unsur yang membentuk

struktur tidak dapat berdiri sendiri. Unsur yang satu dengan unsur yang lainnya

harus saling berhubungan atau saling kait-mengait.

Kedua , sebuah struktur itu berisi gagasan transformasi, dalam arti struktur

itu tidak statis, tetapi dinamis. Sebuah struktur mampu melakukan prosedur-

prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru dapat diolah melalui

prosedur tersebut.

Ketiga, sebuah struktur itu harus mengatur dirinya sendiri. Artinya,

struktur itu tidak memerlukan pertolongan atau bantuan dari luar dirinya untuk

mengesahkan prosedur transformasinya.

Berdasarkan teori struktur di atas, ruang lingkup pengkajian terhadap puisi

dapat dilakukan dengan metode tersebut yang meliputi (1) struktur global, (2)

struktur fisik, dan (3) struktur batin. Dalam struktur global dikemukakan, antara

lain, puisi yang dikaji termasuk puisi apa, apakan bentuk konvensional atau

inkonvensional, juga memahami bait-bait atau larik-larik serta memahami secara

global pokok persoalan yang dikemukakan. Dalam struktur fisik dikemukakan,

antara lain, bagaimana mengenai bunyi, rima, kata (diksi) pemajasan, maupun

pencitraan pada puisi yang tengah dikaji. Dalam struktur batin dikemukakan,

antara lain, mengenai pemahaman struktur fisik yang digunakan penyair untuk

mengungkapkan pokok persoalan dan amanat yang hendak disampaikan.

Kemampuan memahami struktur fisik yang baik merupakan dasar yang digunakan

untuk menghayati makna yang hendak disampaikan oleh penyair, karena pokok

3
persoalan, perasaan, nada, dan amanat disampaikan melalui struktur puisi

(Djojosuroto, 2005:42 dalam Sulistyowati dan Tarsyad, 2010:91-92).

Struktur Global Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

TUHAN KITA BEGITU DEKAT

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya

Kita begitu dekat

Dalam gelap
kini aku nyala
pada lampu padammu

4
1976
(Abdul Hadi WM, 1977:40)

Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi WM termasuk puisi sufi
karena puisi itu mengandung nilai – nilai tasawuf, pengalaman tasawuf, dan
biasanya mengungkapkan kerinduan penyairnya akan Tuhan, hakikat hubungan
makhluk dan khalik, dan perilakunya tergolong dalam pengalaman religius.
Penyair menggunakan persona pertama, yaitu aku. Sebagai puisi sufi, puisi
tersebut ditulis secara konvensional, terdiri dari lima bait namun tidak semua bait
mempunyai jumlah larik yang sama . Bait pertama dan kedua mempunyai empat
larik, bait ketiga mempunyai tiga larik, bait keempat satu bait, dan yang terakhir
bait ke lima mempunyai tiga larik. Jumlah larik keseluruhan pada puisi “Tuhan
Kita Begitu Dekat“ yaitu sebanyak lima belas larik. Kalau dirinci kelima belas
larik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Tuhan
2) Kita begitu dekat
3) Sebagai api dengan panas
4) Aku panas dalam apimu
5) Tuhan
6) Kita begitu dekat
7) Seperti kain dengan kapas
8) Aku kapas dalam kainmu
9) Tuhan
10) Kita begitu dekat
11) Seperti angin dan arahnya
12) Kita begitu dekat
13) Dalam gelap
14) kini aku nyala
15) pada lampu padammu

Berdasarkan rincian larik di atas, puisi tersebut secara global dapat


dikemukakan bahwa:

5
Pada bait pertama, larik pertama, kedua, ketiga, dan keempat
menggambarkan bagaimana kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya seperti yang
diungkapkan pada larik “Sebagai api dengan panas”, dan sebaliknya
menggambarkan bagaimana kedekatan seorang hamba dengan Tuhan seperti larik
“Aku panas dalam apimu”.

Pada bait kedua, larik kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan juga
menggambarkan bagaimana kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya seperti yang
diungkapkan pada larik “Seperti kain dengan kapas”, dan sebaliknya
menggambarkan bagaimana kedekatan seorang hamba dengan Tuhan seperti yang
diungkapkan pada larik “Aku kapas dalam kainmu”.

Pada bait ketiga, larik kesembilan, kesepuluh, dan kesebelas juga


menggambarkan bagaimana kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya seperti yang
diungkapkan pada larik “Seperti angin dan arahnya”,

Pada bait keempat, larik kedua belas menyatakan ungkapan kedekatan


seorang hamba dengan Tuhan.

Pada bait kelima, larik ketiga belas, keempat belas, dan kelima belas
menggambarkan bagaimana kedekatan seorang hamba terhadap Tuhan-Nya
seperti diungkapkan pada larik “Dalam gelap”, “kini aku nyala”, dan “pada
lampu padammu”.

Secara keseluruhan pokok persoalan yang ingin dikemukakan penyair


pada puisi tersebut yaitu mengenai bagaimana kedekatan Tuhan dengan hamba-
Nya begitu juga sebaliknya menggambarkan bagaimana kedekatan seorang hamba
dengan Tuhan-Nya sangat dekat, tanpa jarak, tanpa batas, kapanpun, dan
dimanapun Tuhan itu bersama kita.

Struktur Fisik Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

Berdasarkan kajian pada struktur fisik, dapat diketahui lebih jauh


mengenai gambaran puisi Tuhan Kita Begitu Dekat. Tokoh Tuhan dan aku pada

6
puisi tersebut merupakan dua tokoh utama. Secara eksplisit penyair menyebut tiga
kali tokoh Tuhan pada puisi tersebut yaitu pada awal bait pertama, kedua, dan
ketiga, kemudian secara implisit dengan kata ganti –mu sebanyak tiga kali yaitu
pada larik keempat “Aku panas dalam apimu”, larik kedelapan “Aku kapas dalam
kainmu”, dan pada larik kelima belas “pada lampu padammu”. Tokoh aku
disebutkan tiga kali yaitu pada larik keempat ”Aku panas dalam apimu”, larik
kedelapan “Aku kapas dalam kainmu”, dan larik keempat belas ”kini aku nyala”.

Penyair juga menyebut kita yang merupakan kata ganti majemuk untuk
Tuhan dan aku. Kata kita disebut penyair sebanyak empat kali yaitu pada larik
kedua, keenam, kesepuluh, dan kedua belas “Kita begitu dekat”.

Pada puisi Tuhan Kita Begitu Dekat ditulis larik demi larik, dan hanya
ditemukan dua enjambemen yaitu pada bait terakhir “Dalam gelap”, “kini aku
nyala”, “pada lampu padammu”. Sementara dari aspek bunyi, pada puisi tersebut
terdapat beberapa persamaan bunyi yang berupa asonansi vokal u, yaitu pada larik
keempat pada kata Aku dan apimu, larik kedelapan pada kata Aku dan kainmu, dan
larik kelima belas pada kata lampu dan padammu. Pada puisi tersebut juga
terdapat persamaan bunyi berupa aliterasi yaitu pada larik ketujuh dan kedelapan
terdapat aliterasi konsonan k pada kata kain dan kapas, kapas dan kainmu. Pada
larik kelima belas terdapat aliterasi konsonan p pada kata pada dan padammu.

Masih berkenaan dengan aspek bunyi, pada puisi tersebut terdapat


beberapa persamaan bunyi akhir, baik persamaan bunyi akhir vokal maupun
konsonan. Persamaan bunyi akhir vokal yaitu pada larik ketiga terdapat
persamaan bunyi akhir vocal i pada kata sebagai dan api. Persamaan bunyi akhir
konsonan, yaitu pada larik ketujuh terdapat persamaan bunyi akhir konsonan n
pada kata kain dan dengan.

Secara keseluruhan pada puisi tersebut dominan ditemukan unsur bunyi


yang bernada lembut, terutama bunyi e dan i. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan penyair pada puisi tersebut. Puisi tersebut berbicara tentang
kedekatan sang pencipta (Tuhan) dengan hambanya, yang diibaratkan penyair

7
“Sebagai api dengan panas”, “Seperti kain dengan kapas”, dan “Seperti angin
dan arahnya”.

Mengenai pilihan kata, sesuai dengan suasana yang ingin disampaikan,


pada puisi tersebut terdapat kata-kata yang mengandung bunyi vocal e dan i,
misalnya kita, begitu, dekat, sebagai, api, dengan, kain, seperti, angin, gelap, dan
kini.

Mengenai pemajasan pada puisi tersebut dominan dengan majas


perumpamaan, seperti pada ungkapan “Sebagai api dengan panas”, Seperti kain
dengan kapas”, dan “Seperti angin dan arahnya”. Ungkapan tersebut merupakan
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap
sama, tetapi hal yang dibandingkan tersebut masih dapat dikaitkan. Perbandingan
yang terdapat dalam puisi tersebut merupakan perbandingan secara eksplisit yang
dijelaskan dengan pemakaian kata sebagai dan seperti. Dalam hal ini penyair
membandingkan kedekatan Tuhan dengan hambanya seperti api dan panas, kain
dan kapas, dan angin dan arahnya. Semua perbandingan tersebut memiliki
hubungan, seperti jika ada api pasti ada rasa panas, kain berasal dari kapas, dan
jika ada angin pasti ada arah angin.

Pada puisi tersebut juga terdapat majas refetisi baik berupa pengulangan
kata ataupun kelompok kata yang sama. Refetisi yang berupa pengulangan kata
seperti pada awal bait pertama, kedua, dan ketiga yaitu kata Tuhan. Refetisi yang
berupa pengulangan kelompok kata seperti pada larik kedua, keenam, kesepuluh
dan kedua belas, yaitu pada ungkapan ”Kita begitu dekat”. Ungkapan dengan
majas refetisi ini terutama untuk menekankan bahwa antara Tuhan dengan
hambanya itu begitu dekat. Selain itu juga terdapat majas hiperbola pada
ungkapan “Dalam gelap kini aku nyala”. Ungkapan dengan majas hiperbola ini
memberikan gambaran bahwa kedekatan Tuhan dengan hambanya dapat
memberikan kekuatan dan petunjuk pada hamba-hambanya yang tersesat.

Dilihat dari segi pencitraan, puisi tersebut terdapat citraan lihatan dan
citraan rabaan. Beberapa citraan lihatan yang terdapat pada puisi tersebut, terdapat
pada larik “Seperti kain dengan kapas”, dan “pada lampu padammu”, sedangkan

8
citraan rabaan yang terdapat pada puisi tersebut, terdapat pada larik “Sebagai api
dengan panas” dan “Seperti angin dan arahnya”.

Struktur Batin Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

Sesuai dengan judulnya Tuhan Kita Begitu Dekat sudah jelas diketahui

bahwa puisi tersebut menggambarkan bahwa Tuhan (sang khalik) yang sangat

dekat dengan hamba-Nya. Penyair dalam puisi tersebut memberikan gambaran

bagaimana kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya, dan begitu juga sebaliknya

dengan seorang hamba dengan Tuhan.

Dikemukakan beberapa ungkapan berupa larik yang menayatakan bahwa

kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya itu sangat dekat sekali yaitu “Sebagai api

dengan panas”, “Seperti kain dengan kapas”, dan “Seperti angin dan arahnya”.

Kemudian dikemukakan lagi beberapa ungkapan berupa larik yang menyatakan

bahwa seorang hamba yang dekat dengan Tuhan itu juga sangat dekat sekali yaitu

“Aku panas dalam apimu”, dan “Aku kapas dalam kainmu”.

Penyair juga menggambarkan bahwa seorang hamba kepada Tuhan

diibartkan dengan ungkapan pada larik “Dalam gelap”, “kini aku nyala” itu

menunjukkan bahwa seorang hamba yang sangat dekat dengan Tuhan akan

memberikan ketenangan jiwa, raga, dan hidupnya dalam batin manusia.

Adapun amanat yang dapat diperoleh dari puisi Tuhan Kita Begitu Dekat,

yaitu di mana pun kita berada Tuhan selalu bersama kita, dalam keadaan susah,

sedih, dan bahagia, Tuhan dekat dengan kita. Kita juga harus meyakini bahwa

Tuhan itu benar-benar ada, oleh karena itu kita harus menjauhi larangan-Nya dan

9
menaati perintah-Nya. Dengan Tuhan yang dekat kepada kita, hidup ini seperti

bercahaya, kita tahu mana yang baik dan tidak, kita juga tahu tujuan akhir hidup

kita yaitu kembali kepada-Nya. Hidup juga akan terarah.

Lebih luasnya puisi Tuhan Kita Begitu Dekat juga memberi amanat bahwa

kita jangan pernah melupakan Tuhan apalagi menyekutukan-Nya karena tiada

Tuhan selain Allah dan Tuhan selalu ada di mana pun kita berada.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyowati, Endang dan Tarman Effendi Tarsyad. 2010. Pengkajian Puisi: Teori
dan Aplikasi. Cetakkan Kedua. Banjarmasin: Tahura Media.

11
LAMPIRAN

Pertanyaan

1. Martadelana, Kelompok 7

Pendekatan strukturalisme berusaha untuk mendeskripsikan semua

fenomena yang tampak pada struktur intrinsik teks puisi secara obyektif-

empiris. Apa yang terdapat pada struktur intrinsik puisi Tuhan Kita Begitu

Dekat secara obyektif-empiris?

1) Sellda Rahayu

Struktur intrinsik secara objektif adalah puisinya tidak

memperhatikan siapa pengarangnya dan tahun berapa dibuat puisi

tersebut, sedangkan sttruktur intrinsik secara empiris adalah

pengalaman yang didapat dalam puisi tersebut.

2) Noor Sittin

Maksudnya struktur intrinsik pada puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

dapat dilihat pada struktur fisik pada puisi tersebut, karena di dalam

struktur fisik terdapat unsur-unsur intrinsik puisi yaitu unsur-unsur

yang membangun dari dalam puisi, seperti: unsur bunyi, pemilihan

kata (diksi), gramatika (kalimat), pemajasan, dan pencitraan.

2. Khairudin, Kelompok 8

Antara unsur-unsur puisi itu ada koherensi atau pertautan erat; unsur-unsur

itu tidak otonom, melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan

dari hubungannya dengan bagian yang lain, unsur-unsur itu mendapatkan

artinya. Jelaskan dari pernyataan tersebut!

Khairina

12
Setiap unsur-unsur puisi seperti rima, unsur bunyi, pemilihan kata (diksi),

gramatika (kalimat), pemajasan, dan pencitraan pada puisi tersebut saling

berhubungan satu sama lain, sehingga unsur-unsur tersebut tidak otonom

atau berdiri sendiri.

3. Nor Hasanah, Kelompok 2

Bagaimana pencitraan terhadap puisi Tuhan Kita Begitu Dekat?

Lazman Taris

Citraan yang terdapat pada puisi Tuhan Kita Begitu Dekat, yaitu citraan

lihatan pada larik: “Sebagai api dengan panas”, “Seperti kain dengan

kapas”, “Seperti angin dan arahnya”, dan “pada lampu padammu”.

4. Edy Wardoyo, Kelompok 7

Apa amanat dari puisi “Tuhan Kita Begitu Dekat”?

Nofa Novian Hadi

Amanat yang dapat diperoleh dari puisi Tuhan Kita Begitu Dekat, yaitu di

mana pun kita berada Tuhan selalu bersama kita, dalam keadaan susah,

sedih, dan bahagia, Tuhan dekat dengan kita. Kita juga harus meyakini

bahwa Tuhan itu benar-benar ada, oleh karena itu kita harus menjauhi

larangan-Nya dan menaati perintah-Nya. Dengan Tuhan yang dekat

kepada kita, hidup ini seperti bercahaya, kita tahu mana yang baik dan

tidak, kita juga tahu tujuan akhir hidup kita yaitu kembali kepada-Nya.

Hidup juga akan terarah.

5. Ika Priskila, Kelompok 9

Sebuah struktur itu berisi gagasan transformasi, dalam arti struktur itu

tidak statis, tetapi dinamis. Jelaskan pernyataan tersebut dan mengapa

13
dalam ruang lingkup kajian struktural antara point pertama dan kedua

berbeda?

Yuli yanti

Maksudnya tidak statis, tetapi dinamis itu sebuah struktur puisi yang kita

kaji dapat berubah-rubah sesuai dengan pemikiran orang yang mengolah

bahan tersebut. Contoh antara kelompok satu dengan kedua berbeda

pemikirannya dengan puisi yang akan dikaji itu, walaupun sama puisinya

sama dan kajiannya. Sedangkan point pertama dan kedua berbeda, karena

pada point pertama itu stuktur puisi tersebut unsur-unsurnya saling

berhubungan, tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan, point yang kedua itu

contohnya struktur dalam puisi tersebut dapat berubah-rubah sesuai

dengan pemikiran orang tersebut.

6. Yunihar Khairunnisa, Kelompok 2

Makna apa yang terkandung dalam puisi Tuhan Kita Begitu Dekat?

Noor Sittin

Makna yang terkandung dalam puisi tersebut dapat dilihat pada struktur

global, karena dalam struktur global dirincikan maknanya secara larik-

perlarik.

7. Saran dari Wahyu Agung Prayogi

Dalam citraan pada puisi Tuhan Kita Begitu Dekat seharusnya pada larik

“Seperti kain dengan kapas”, dan “pada lampu padammu” termasuk

citraan lihatan, sedangkan larik “Sebagai api dengan panas” dan

“Seperti angin dan arahnya” termasuk citraan rabaan. Bukan, keempat

larik tersebut semuanya citraan lihatan.

14

Anda mungkin juga menyukai