SMT/Jurusan : PGMI_6A
NIM : 1708107034
MK : Lagu dan Permainan Anak
Judul Lagu : O INA NI KEKE
O INA NI KEKE
1
Karena permintaan mas kawin yang tidak masuk akal itu, si Keke dan
Bapaknya lalu menegur Mak Rokos.
“Mak, kalau tidak senang, tolaklah dengan sopan. Jangan bertindak seperti
itu. Mak membuat kita semua malu dengan bersikap sombong terhadap
kawanua”.
“Tutup mulutmu”.
“Mak….aku akan jadi perawan tua, jika mak bersikap terus begitu”.
“Brani kau menentang aku, ibumu…”.
“Bukan menentang yang baik, tetapi menentang yang salah.
“Apa yang mak inginkan?” seluruh dunia ini barangkali, kasihan anak kita,
Mak”. Sela Bapaknya.
Mak Rokos tetap berkeras hati. Jangankan taguran, nasehatpun tidak
dihiraukannya. Peristiwa itu tidak membuat Nopo mundur. Diam-diam dia
meminang si Keke melalui ayahnya. Sang ayah menyetujui pinangan itu dan si
Keke menerima keputusan anaknya.
Keesokan harinya tersiarlah kabar, bahwa si dara manis Keke hilang tak
tentu rimbanya. Tidak lama kemudian Nopo pun menghilang. Hiruk-piuk dalam
desa itupun terjadi. Bagaimanakah Mak Rokos menghadapi persoalan itu? Ia
mengembara mencari anaknya. Masuk kampong, keluar kampong, namun tidak
berita dimana anak gadisnya. Sindiran yang ditujukan kepadanya mulai
terdengar. Mula-mula hanya dengan berbisik-bisik, lama-kelamaan sindiran itu
menjadi syair yang dilagukan berbalas-balasan berikut.
O… ina Ni Keke, mange wisa ko? (Hai, Ibu si Keke kemanakah gerangan)
Melampang-lampang menero si keke (Mau berjalan-jalan mencari si Keke)
Rai’mo siapa e ko taro manero (sudah taka da lagi baru kau cari)
Mak Rokos menyangka bahwa lagu sindiran itu akhirnya akan segera lenyap.
Akan tetapi ternyata ,alah menjadi popular. Ia jadi sadar dan sangat malu dengan
kelakuannya. Mencari kekayaan dengan jalan ingin mengeruk mas kawin telah
menjadi kutukan bagi dirinya. Bukankah anak gadisnya telah hilang begitu saja?
Menyesal ia tetapi apa adanya, nasi telah menjadi bubur. Beberapa waktu
kemudian didengarnya syair itu telah bertambah dengan bait yang berikut :
O, ina Ni Keke, menesolo woo? (Hai ibu si Keke. Telah menyesalkah?)
Leoso si Keke, menestare ko (Telah baik si Keke. Diam sajalah saja kau)
Leoso si Keke menes tare ko (telah baik si keke diam saja kau)
Sejak itu Mak Rokos jarang keluar rumah. Ia malu sekalian namun walupun
hatinya hancur luluh karena perlakuan anaknya, dia tidak mau mengutuk si Keke.
Ia sadar akan kesalahannya karena akibat sikapnya yang angkuh.
2
Selang beberapa tahun si Keke bersama suaminya, si Nopo membawa
pulang anak-anaknya. Meraka bersumpah dikaki Ma Rokos sambil meminta
maaf. Dengan suara serak Ma Rokos berkata, “Opo Wailan, mapulu loos”
(Tuhan Yang Maha Kaya, terima kasih). Terobatlah hati Mak Rokos karena Keke
dengan anak-anaknya kembali dengan segar bugar. Maka ia pun tak
henti-hantinya bersyukur kepada Tuhan.
Kisah tentang asal usul lagu o ina ni Keke di atas
belum di ketahui kebenarannya karna lirik lagunya yang
memang sedikit misterius, dan ada pula yang mengatakan
bahwa lagu ini menceritakan tentang rasa sayang kepada
anak yang sangat disayangi oleh ibunya, akan tetapi sang
anak ternyata justru menganggap bahwa rasa kasih sayang
ibunya sebagai rasa kemanjaan yang pada akhirnya tidak
terdapat timbal balik jalinan rasa kasih sayang dari ibu dan anaknya tersebut.
Namun, secara garis besar lagu o ina ni Keke ini bercerita tentang ibu dan
anaknya yang sedang berdialog, berbalas balasan,
lirik lagu ini seperti berdialog. Liriknya yang berbalas-balasan ini, sangat
mirip dengan budaya orang Minahasa masa lampau atau sudah menjadi suatu ciri
khas masyarakat ini yang suka menyanyi berbalas-balasan ketika melakukan
suatu kegiatan Mapalus (Gotong Royong), misalnya kegiatan pergi berkebun
atau mungkin mendirikan rumah baru atau bahkan pada saat diselenggarakannya
pesta rakyat.
Jadi sampai sekarang lagu o ina ni Keke ini belum di ketahui tentang
kebenaran asal usul terciptanya. namun, masyarakat Minahasa percaya bahwa
lagu ini sudah ada sejak masa yang lampau, bahkan kemungkinan sebelum
datangnya bangsa Barat ke tanah Minahasa.
B. Arti Lagu O ina ni keke
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange aki Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
Tumeles baleko = Membeli ‘Baleko’
Weane, weane, weane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Daimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare makiwe = Kamu baru meminta
3
C. Makna Lagu O ina ni keke
Makna yang terkandung dalam lagu o ina ni keke adalah rasa sayang kepada
anak yang sangat disayangi oleh seorang ibu, akan tetapi sang anak ternyata
justru menganggap bahwa rasa kasih sayang ibunya sebagai rasa kemanjaan
yang pada akhirnya tidak terdapat timbal balik jalinan rasa kasih sayang dari ibu
dan anaknya tersebut.
Lagu O INA NI KEKE bercerita tentang kasih sayang yang besar dari
seorang ibu terhadap anaknya. pesan dalam lagu O INA NI KEKE adalah
pengorbanan besar ibu terhadap anak. Namun, anak tersebut justru menanfaatkan
rasa sayang tersebut untuk menjadikan dia Manja, sehingga tidak terjalin kasih
yang timbal balik antara anak dan ibu.
D. Informasi Lagu O ina ni keke
Lagu nusantara o ina ni keke merupakan sebuah lagu khas daerah dari salah
satu oleh sekian banyaknya warisan budaya di Indonesia dalam bentuk karya
lagu. Nyanyian o ina ni keke adalah sebuah lagu yang berasal dari provinsi
Sulawesi Utara. Adapun lagu o ina ni keke diciptakan oleh R. C. Hardjosubroto.
Lagu Oh ina ni keke aslinya berasal dari masyarakat Tombulu, oleh karena
itu lagu ini memiliki lirik dalam bahasa Tombulu. Namun dalam
perkembangannya, lagu ini banyak dipengaruhi etnis Minahasa yang lain
sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam bahasanya atau mungkin dapat
dikatakan kejanggalan yang terdapat di lirik lagunya karena bahasa Tombulu
yang dicampur dengan bahasa dan dialek suku lain.
Sebagai contoh bahwa lirik lagu ini dipengaruhi oleh dialek suku lain
adalah kata ‘Baleko’ dimana seharusnya ‘Walekow’ dalam dialek Tombulu. Hal
lain yang berbeda dari lirik ini adalah kalimat ‘Mange aki Benang’ dimana dalam
versi bahasa Tombulu seharusnya ‘Mange wi ti Wenang’. Selain dialek-dialek
sebelumnya, terdapat juga perubahan bahasa, misalnya dalam kalimat ‘Daimo
siapa ko tare makiwe’ dimana dalam bahasa Tombulu seharusnya menjadi
‘Zeimo siapa ko tare mahaley’.
Berikut lirik lagu O ina ni keke versi bahasa Tombulu dan versi sekarang
yang sudah terjadi percampuran bahasa:
Lirik lagu O ina ni Keke dalam bahasa Tombulu
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange wi ti Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
4
Tuməles Walekow = Membeli ‘Walekow’
Wehane, wehane, wehane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Zeimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare mahaley = Kamu baru meminta
5
Berilah, berilah, berilah sedikit
Sudah tidak ada, kamu baru meminta
(Dalam lirik ini, sang ibu sudah balik dari Manado)
Tidak ada yang tahu mengapa lagu ini berbunyi demikian atau apakah
liriknya yang dahulu banyak berubah. Kata kerja atau sifat dalam bahasa
Tombulu sendiri mengenal keterangan waktu seperti bentuk lampau, bentuk
sekarang, atau bentuk yang akan datang. Apabila lirik lagu ini ceritanya
disejajarkan bahwa ibu dari Keke sudah balik dari Manado, maka kata ‘Mange’
akan berubah ke bentuk lampau menjadi ‘Mangeme’ dan kata ‘Tuməles’ menjadi
‘Timəlese’, sehingga liriknya seharusnya demikian:
O ina ni Keke, mangeme wisa ko? = Oh ibunya keke, darimanakah engkau?
Mangeme ti Wenang, Timelese walekow = Baru pergi dari Manado, membeli
walekow
Lagu ini memang memiliki keunikannya sendiri. Lepas dari mana lirik yang
paling benar atau mengapa pencipta lagu ini membuat lirik yang demikian,
sampai sekarang tetap menjadi misteri.
6
instrumen tadi.
5. Guru mengajak anak untuk ikut mengenal instrumen bisa dengan cara ber
"hemm hemmm" menggunakan mulut tanpa mengeluarkan lirik, hanya
nadanya saja.
6. Setelah anak mulai familyar dengan nadanya guru bisa
mengaplikasikannya dengan lirik, contohnya memberi instrumen lalu
mulai mengucapkan liriknya.
7. Setelah siswa mulai terbiasa, ajak anak anak untuk mulai bernyanyi
sesuai instrumen yg sudah di perdengarkan. Cara ini cocok untuk lagu
yang pendek dan mudah dimengerti.
8. Saat mengajak anak-anak ikut bernyanyi guru dapat memberi isyarat
dengan tangan (tanpa komentar) untuk mengajak anak-anak bernyanyi
bersama.
9. Saat mengajak anak bernyanyi bersama, guru menggunakan suara yang
lembut agar suara guru masih jelas terdengar dan anak-anak masih dapat
mengikutinya. Dengan demikian mereka dapat belajar sambil menyanyi.
10. Ulangi beberapa kali sampai mereka cukup mengenal kata-kata maupun
lagunya. Bila ada kesalahan, tentu harus diperbaiki. Pada umunya guru
akan lebih berhasil menyampaikan amanat sebuah lagu bila ia menyanyi
dan mengajak anak-anak menyanyi berulang-ulang daripada bila ia
banyak berbicara dan memberi keterangan.
11. Setelah lancar, ajaklah mereka berdiri dan menyanyikannya sekali lagi
dengan sikap sesuai dengan arti kata-katanya.