Anda di halaman 1dari 8

Nama : ISMI INDRIYANTI

SMT/Jurusan : PGMI_6A
NIM : 1708107034
MK : Lagu dan Permainan Anak
Judul Lagu : O INA NI KEKE
O INA NI KEKE

A. Sejarah Lagu O ina ni keke


Lagu O ina ni Keke adalah salah satu lagu Nusantara yang berasal dari
daerah Sulawesi Utara. Lagu ini banyak dikenal sampai ke luar daerah Sulawesi
Utara karena telah menjadi salah satu lagu daerah di Nusantara dan disejajarkan
dengan lagu-lagu daerah lainnya di tiap-tiap provinsi di Indonesia. Arti judul
lagu O ina ni keke ini adalah ‘Oh ibunya Keke’. Kata ‘Keke’ sendiri dalam
beberapa bahasa Minahasa dapat diartikan sebagai sebutan atau panggilan
kesayangan untuk anak perempuan.
Lirik lagu O ina ni Keke ini apabila diartikan per kalimatnya dapat dilihat
bahwa lagu ini terkandung suatu makna tentang kedekatan antara ibu dan anak
perempuannya. Apabila dilihat pula arti lagu ini per kalimatnya, dapat ditemukan
juga bahwa lirik lagu ini seperti sedang berbalas-balasan.
Lagu O ina ni Keke ini memceritakan tentang dialog antara ibu dan anak
gadisnya,
Asal usul lagu o ina ni keke
Alkisah disebuah desa hiduplah seorang wanita yang dijuluki Ma Rokos
seorang anak gadisnya. Keke nama gadis itu. Keke memiliki wajah yang sangat
cantik, Keke juga memiliki sopan santun, ramah dan rendah hati. Dia tidak
segan-segan memberikan bantuan apabila melihat orang dalam kesulitan. Itulah
sebabnya Keke sangat disenangi dikampungnya bahkan semua orang
menyebutnya bunga desa. Karena kecantikan dan sifat santunnya itu banyak
pemuda yang menaruh hati pada si Keke.
Sifat dan perangai Keke sangat berbeda dengan ibunya. Ibunya sangat
sombong. Mak Rokos terlalu membanggakan kecantikan yang dimiliki anaknya.
Tidak satupun anak gadis desa yang dipandang sederajat dengan anaknya.
Bahkan dia merasa paling pintar dalam segala hal.
Menyusul kemudian Napo dan keluarganya atas persetujuan si Keke dan
Bapaknya datang meminang Keke. Ketika menghadapi pinangan Nopo, Mak
Rokos langsung menetapkan mas kawin yang sangat berat. Dimintanya dua
petak sawah, dua ratus pohon kelapa, satu pasang lembu, Sembilan ekor babi
yang besar, empat lusin piring, tiga blok kain putih dan setengah lusin kain
sarung.

1
Karena permintaan mas kawin yang tidak masuk akal itu, si Keke dan
Bapaknya lalu menegur Mak Rokos.
“Mak, kalau tidak senang, tolaklah dengan sopan. Jangan bertindak seperti
itu. Mak membuat kita semua malu dengan bersikap sombong terhadap
kawanua”.
“Tutup mulutmu”.
“Mak….aku akan jadi perawan tua, jika mak bersikap terus begitu”.
“Brani kau menentang aku, ibumu…”.
“Bukan menentang yang baik, tetapi menentang yang salah.
“Apa yang mak inginkan?” seluruh dunia ini barangkali, kasihan anak kita,
Mak”. Sela Bapaknya.
Mak Rokos tetap berkeras hati. Jangankan taguran, nasehatpun tidak
dihiraukannya. Peristiwa itu tidak membuat Nopo mundur. Diam-diam dia
meminang si Keke melalui ayahnya. Sang ayah menyetujui pinangan itu dan si
Keke menerima keputusan anaknya.
Keesokan harinya tersiarlah kabar, bahwa si dara manis Keke hilang tak
tentu rimbanya. Tidak lama kemudian Nopo pun menghilang. Hiruk-piuk dalam
desa itupun terjadi. Bagaimanakah Mak Rokos menghadapi persoalan itu? Ia
mengembara mencari anaknya. Masuk kampong, keluar kampong, namun tidak
berita dimana anak gadisnya. Sindiran yang ditujukan kepadanya mulai
terdengar. Mula-mula hanya dengan berbisik-bisik, lama-kelamaan sindiran itu
menjadi syair yang dilagukan berbalas-balasan berikut.
O… ina Ni Keke, mange wisa ko? (Hai, Ibu si Keke kemanakah gerangan)
Melampang-lampang menero si keke (Mau berjalan-jalan mencari si Keke)
Rai’mo siapa e ko taro manero (sudah taka da lagi baru kau cari)
Mak Rokos menyangka bahwa lagu sindiran itu akhirnya akan segera lenyap.
Akan tetapi ternyata ,alah menjadi popular. Ia jadi sadar dan sangat malu dengan
kelakuannya. Mencari kekayaan dengan jalan ingin mengeruk mas kawin telah
menjadi kutukan bagi dirinya. Bukankah anak gadisnya telah hilang begitu saja?
Menyesal ia tetapi apa adanya, nasi telah menjadi bubur. Beberapa waktu
kemudian didengarnya syair itu telah bertambah dengan bait yang berikut :
O, ina Ni Keke, menesolo woo? (Hai ibu si Keke. Telah menyesalkah?)
Leoso si Keke, menestare ko (Telah baik si Keke. Diam sajalah saja kau)
Leoso si Keke menes tare ko (telah baik si keke diam saja kau)
Sejak itu Mak Rokos jarang keluar rumah. Ia malu sekalian namun walupun
hatinya hancur luluh karena perlakuan anaknya, dia tidak mau mengutuk si Keke.
Ia sadar akan kesalahannya karena akibat sikapnya yang angkuh.

2
Selang beberapa tahun si Keke bersama suaminya, si Nopo membawa
pulang anak-anaknya. Meraka bersumpah dikaki Ma Rokos sambil meminta
maaf. Dengan suara serak Ma Rokos berkata, “Opo Wailan, mapulu loos”
(Tuhan Yang Maha Kaya, terima kasih). Terobatlah hati Mak Rokos karena Keke
dengan anak-anaknya kembali dengan segar bugar. Maka ia pun tak
henti-hantinya bersyukur kepada Tuhan.
Kisah tentang asal usul lagu o ina ni Keke di atas
belum di ketahui kebenarannya karna lirik lagunya yang
memang sedikit misterius, dan ada pula yang mengatakan
bahwa lagu ini menceritakan tentang rasa sayang kepada
anak yang sangat disayangi oleh ibunya, akan tetapi sang
anak ternyata justru menganggap bahwa rasa kasih sayang
ibunya sebagai rasa kemanjaan yang pada akhirnya tidak
terdapat timbal balik jalinan rasa kasih sayang dari ibu dan anaknya tersebut.
Namun, secara garis besar lagu o ina ni Keke ini bercerita tentang ibu dan
anaknya yang sedang berdialog, berbalas balasan,
lirik lagu ini seperti berdialog. Liriknya yang berbalas-balasan ini, sangat
mirip dengan budaya orang Minahasa masa lampau atau sudah menjadi suatu ciri
khas masyarakat ini yang suka menyanyi berbalas-balasan ketika melakukan
suatu kegiatan Mapalus (Gotong Royong), misalnya kegiatan pergi berkebun
atau mungkin mendirikan rumah baru atau bahkan pada saat diselenggarakannya
pesta rakyat.
Jadi sampai sekarang lagu o ina ni Keke ini belum di ketahui tentang
kebenaran asal usul terciptanya. namun, masyarakat Minahasa percaya bahwa
lagu ini sudah ada sejak masa yang lampau, bahkan kemungkinan sebelum
datangnya bangsa Barat ke tanah Minahasa.
B. Arti Lagu O ina ni keke
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange aki Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
Tumeles baleko = Membeli ‘Baleko’
Weane, weane, weane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Daimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare makiwe = Kamu baru meminta

3
C. Makna Lagu O ina ni keke
Makna yang terkandung dalam lagu o ina ni keke adalah rasa sayang kepada
anak yang sangat disayangi oleh seorang ibu, akan tetapi sang anak ternyata
justru menganggap bahwa rasa kasih sayang ibunya sebagai rasa kemanjaan
yang pada akhirnya tidak terdapat timbal balik jalinan rasa kasih sayang dari ibu
dan anaknya tersebut.
Lagu O INA NI KEKE bercerita tentang kasih sayang yang besar dari
seorang ibu terhadap anaknya. pesan dalam lagu O INA NI KEKE adalah
pengorbanan besar ibu terhadap anak. Namun, anak tersebut justru menanfaatkan
rasa sayang tersebut untuk menjadikan dia Manja, sehingga tidak terjalin kasih
yang timbal balik antara anak dan ibu.
D. Informasi Lagu O ina ni keke
Lagu nusantara o ina ni keke merupakan sebuah lagu khas daerah dari salah
satu oleh sekian banyaknya warisan budaya di Indonesia dalam bentuk karya
lagu. Nyanyian o ina ni keke adalah sebuah lagu yang berasal dari provinsi
Sulawesi Utara. Adapun lagu o ina ni keke diciptakan oleh R. C. Hardjosubroto.
Lagu Oh ina ni keke aslinya berasal dari masyarakat Tombulu, oleh karena
itu lagu ini memiliki lirik dalam bahasa Tombulu. Namun dalam
perkembangannya, lagu ini banyak dipengaruhi etnis Minahasa yang lain
sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam bahasanya atau mungkin dapat
dikatakan kejanggalan yang terdapat di lirik lagunya karena bahasa Tombulu
yang dicampur dengan bahasa dan dialek suku lain.
Sebagai contoh bahwa lirik lagu ini dipengaruhi oleh dialek suku lain
adalah kata ‘Baleko’ dimana seharusnya ‘Walekow’ dalam dialek Tombulu. Hal
lain yang berbeda dari lirik ini adalah kalimat ‘Mange aki Benang’ dimana dalam
versi bahasa Tombulu seharusnya ‘Mange wi ti Wenang’. Selain dialek-dialek
sebelumnya, terdapat juga perubahan bahasa, misalnya dalam kalimat ‘Daimo
siapa ko tare makiwe’ dimana dalam bahasa Tombulu seharusnya menjadi
‘Zeimo siapa ko tare mahaley’.
Berikut lirik lagu O ina ni keke versi bahasa Tombulu dan versi sekarang
yang sudah terjadi percampuran bahasa:
 Lirik lagu O ina ni Keke dalam bahasa Tombulu
O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange wi ti Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)

4
Tuməles Walekow = Membeli ‘Walekow’
Wehane, wehane, wehane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Zeimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare mahaley = Kamu baru meminta

 Lirik lagu O ina ni Keke yang populer saat ini


O ina ni keke = Oh ibunya keke
Mange wisa ko = Mau kemanakah engkau
Mange aki Wenang = Pergi ke Manado (Wenang)
Tuməles baleko = Membeli ‘Baleko’
Weane, weane, weane toyo = Berikan, berikan, berikan sedikit
Daimo siapa = Sudah tidak ada
Ko tare makiwe = Kamu baru meminta
Lepas dari dialek dan bahasa diatas, sampai saat ini kata ‘Walekow’ atau
‘Baleko’ pada lagu O ina ni keke masih sukar untuk diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu. Arti kata ‘Walekow’ ini banyak diartikan oleh masyarakat
dengan pengertian yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa ‘Walekow’
atau ‘Baleko’ berasal dari kata ‘Bale’ yang artinya rumah dan kata ‘Koki’ yang
artinya kecil. Kelihatannya pada versi ini apabila lirik lagu ini diartikan
sepenuhnya, agak mustahil kalau ibunya si Keke pergi membeli rumah di
Manado dan kemudian Keke memintanya untuk dibagi sedikit.
Pada versi yang lain, kata ‘Walekow’ diartikan oleh beberapa masyarakat
sebagai jenis kue zaman dahulu. Kemungkinan kue ini sudah tidak ada lagi di
masa sekarang ini, atau mungkin kue ini masih ada namun penyebutannya sudah
berbeda dengan era sebelumnya. Sementara di versi lain, kata ‘Walekow’
diartikan sebagai tembakau yang disimpan dalam bambu dimana tembakau ini
biasanya dipakai bahan rokok yang digulung dengan kulit jagung, dan juga
sebagai pelengkap ramuan bersama bahan-bahan lainnya yakni sirih dan pinang.
Tembakau sendiri zaman dahulu dipercaya dapat dipergunakan untuk kesehatan.
Dari ketiga versi ini, kelihatannya ‘Walekow’ sebagai kue dan tembakau masih
lebih dapat diterima daripada sebuah rumah kecil.
Selain hal-hal diatas, terdapat kejanggalan lain pada lagu ini yakni
percakapan dalam lirik lagu diatas seakan-akan berada pada masa yang berbeda.
Perhatikan lirik lagu ini dalam bahasa Indonesia:
O ibunya keke, mau kemanakah engkau?
Mau pergi ke Manado, membeli Walekow/Baleko
(Dalam lirik ini, sang ibu baru akan pergi ke Manado)

5
Berilah, berilah, berilah sedikit
Sudah tidak ada, kamu baru meminta
(Dalam lirik ini, sang ibu sudah balik dari Manado)
Tidak ada yang tahu mengapa lagu ini berbunyi demikian atau apakah
liriknya yang dahulu banyak berubah. Kata kerja atau sifat dalam bahasa
Tombulu sendiri mengenal keterangan waktu seperti bentuk lampau, bentuk
sekarang, atau bentuk yang akan datang. Apabila lirik lagu ini ceritanya
disejajarkan bahwa ibu dari Keke sudah balik dari Manado, maka kata ‘Mange’
akan berubah ke bentuk lampau menjadi ‘Mangeme’ dan kata ‘Tuməles’ menjadi
‘Timəlese’, sehingga liriknya seharusnya demikian:
O ina ni Keke, mangeme wisa ko? = Oh ibunya keke, darimanakah engkau?
Mangeme ti Wenang, Timelese walekow = Baru pergi dari Manado, membeli
walekow
Lagu ini memang memiliki keunikannya sendiri. Lepas dari mana lirik yang
paling benar atau mengapa pencipta lagu ini membuat lirik yang demikian,
sampai sekarang tetap menjadi misteri.

E. Cara Mengajarkan Lagu O ina ni keke pada Anak


Setiap individu memang memiliki cara masing masing untuk bisa hafal lagu
baru, ada yg di beri contoh langsung hafal dan ada pula yg hanya bisa mengingat
lirik ataupun nadanya saja. Namun, umumnya orang cenderung akan lebih
mengingat nadanya dari pada liriknya, maka dari itu menurut saya, jika memang
seorang guru tidak boleh atau tidak bisa mencontohkan lagu yang akan di
perkenalkan dengan langsung bernyanyi maka cara yang efektif atau cara lain yg
bisa digunakan adalah dengan memperkenalkan instrumennya dulu ( nadanya
dulu), memperkenalkan instrumen musik ini bisa dilakukan dengan cara
memperdengarkan instrumen lewat Mp3 ataupun video atau bisa juga dengan
guru yg memainkan sendiri alat musik seperti pianika ataupun recorder.

Cara mengajarkan lagu dengan alat musik menurut saya


1. Pilih alat nusik yg akan dimainkan, saya memilih pianika ataupun
recorder.
2. Catat teks lagu di papan tulis atau di atas karton.
3. Guru memainkan alat musik sesuai instrumen lagu baru tersebut
sebanyak 1 atau 2 kali.
4. Setelah guru memperkenalkan instrumen lagu berulang kali tanpa
berhenti, ajaklah anak-anak untuk ikut mencoba mengikuti bunyi

6
instrumen tadi.
5. Guru mengajak anak untuk ikut mengenal instrumen bisa dengan cara ber
"hemm hemmm" menggunakan mulut tanpa mengeluarkan lirik, hanya
nadanya saja.
6. Setelah anak mulai familyar dengan nadanya guru bisa
mengaplikasikannya dengan lirik, contohnya memberi instrumen lalu
mulai mengucapkan liriknya.
7. Setelah siswa mulai terbiasa, ajak anak anak untuk mulai bernyanyi
sesuai instrumen yg sudah di perdengarkan. Cara ini cocok untuk lagu
yang pendek dan mudah dimengerti.
8. Saat mengajak anak-anak ikut bernyanyi guru dapat memberi isyarat
dengan tangan (tanpa komentar) untuk mengajak anak-anak bernyanyi
bersama.
9. Saat mengajak anak bernyanyi bersama, guru menggunakan suara yang
lembut agar suara guru masih jelas terdengar dan anak-anak masih dapat
mengikutinya. Dengan demikian mereka dapat belajar sambil menyanyi.
10. Ulangi beberapa kali sampai mereka cukup mengenal kata-kata maupun
lagunya. Bila ada kesalahan, tentu harus diperbaiki. Pada umunya guru
akan lebih berhasil menyampaikan amanat sebuah lagu bila ia menyanyi
dan mengajak anak-anak menyanyi berulang-ulang daripada bila ia
banyak berbicara dan memberi keterangan.
11. Setelah lancar, ajaklah mereka berdiri dan menyanyikannya sekali lagi
dengan sikap sesuai dengan arti kata-katanya.

Anda mungkin juga menyukai