Secara etimologi, kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantikos ‘penting; berarti’,
yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan; menyatakan’ yang berasal pula dari
sema ‘tanda’ seperti yang terdapat pada kata semaphore yang berarti ‘tiang sinyal yang
dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api’. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti
“menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini
sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Perancis: signe linguistique) (Chaer,
2009:2). Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sematik menelaah serta
menggarap makna kata dan makna yang diperoleh masyarakat dari kata-kata (Dale, 1971:
196; Tarigan, 1985: 155).
2. Jelaskan dengan singkat perbedaan dan persamaan kajian semantik dan pragmatik!
Perbedaan :
Konsep semantik terbentuk menjadi segitiga semantik, yaitu simbol atau lambang
adalah unsur linguistik berupa kata atau kalimat, acuan adalah objek, peristiwa, fakta atau
proses yang berkaitan dengan dunia pengalaman manusia sedangkan konsep thought atau
reference, atau menaning adalah apa yang ada di dalam pikiran seseorang (mind) tentang
objek yang ditentukan lambang.
Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran
kita, sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita.
Contoh: runtunan bunyi m a s j i d (signifiant). Signifienya: rumah ibadah umat Islam, tempat
medirikan shalat dan kegiaan ibadah lainnya
Hubungan signified dan significant dalam kajian semantik terletak pada setiap tanda
linguistik yang terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam
bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada suatu referen yang merupakan
unsur luar bahasa (ekstralingual). Hubungan antara significant dengan signifie sangat erat,
karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai tanda linguistik,
significant dan signifie itu biasanya mengacui pada sebuah acuan atau referen yang berbeda
di alam nyata, sebagai seseuatu yang diandai oleh tanda linguistik itu sendiri.
5. Apakah manfaat praktis dari kajian semantik dalam kehidupan manusia sehari-
hari?
Secara umum, manfaat praktis dari kajian semantik dalam kehidupan manusia sehari-
hari adalah untuk memahami hakikat sebenarnya manusia melalui pengkajian isi mentalnya
yang tercemari pada pemahaman tentang gejala dunia dan isinya. Karena secara tidak
langsung dalam kehidupan manusia selalu terhubung dengan berbagai simbol-simbol dalam
kebahasaan sehari-hari (baca: Homo Symbolicum)
Secara khusus, manfaat praktis kajian semantik bisa dibagi menjadi beberapa hal,
diantaranya adalah:
Menurut Ogden dan Richard, simbol mewakili gagasan yang ada dalam pikiran.
Gagasan yang ada dalam pikiran itu merupakan makna dari simbol bahasa. Gagasan mengacu
ke acuan atau referen (benda, kegiatan, atau sesuatu yang lain). Contoh, jika ada simbol yang
berupa leksem sapi, makna leksem itu adalah gagasan, yaitu ‘binatang berkaki empat,
pemakan rumput, dan yang diperah susunya’. Gagasan itu mengacu ke benda (sesuatu) yang
sebenarnya, yaitu hewan yang berupa sapi.
Kelemahan yang sangat ketara pada teori ini ialah ia tidak dapat menunjukkan
hubungan referen dengan lambang sesuatu perkara. Ini kerana kita tidak dapat
menggambarkan sesuatu benda itu seperti bentuk khususnya setiap kali kita menyebut
nama atau perkataan yang merujuk kepadanya. Tidak semestinya jika penutur dan
pendengar itu merujuk kepada rujukan yang sama. Ini mungkin berbeza dari segi saiz,
bentuk, warna dan lain-lain lagi.
Kelemahan lain teori segitiga semiotik ini juga dapat diketahui melalui penggunaan
metafora iaitu penggunaan kata-kata yang menerbitkan makna yang lain daripada
makna tersurat, atau disebut sebagai bahasa kiasan. Penggunaan perkataan yang
bersifat metafora tidak mampu untuk dijelaskan dalam teori segitiga semiotik ini
kerana sifat metafora adalah tidak tetap dan berubah jika dilihat dari sudut referen
atau rujukan. Sebagai contoh, perkataan <ibu> merujuk kepada konsep seorang
wanita yang sudah berkahwin dan mempunyai anak tetapi jika ia merujuk kepada
<ibu kota> referennya sudah berlainan daripada makna leksikal. Jika dilihat dari segi
lambang <ibu> setentu mempunyai hubungan langsung kepada konsep. Tetapi konsep
dan rujukan tidak dapat dihubungkan kerana mungkin sahaja konsep yang difikirkan
itu merujuk kepada ibu sebenar atau ibu kota.
Pada asasnya, makna sesuatu perkataan diperolehi dengan merujuk kepada maksud
sesuatu benda. Namun, apabila sesuatu perkataan itu tidak mempunyai benda yang
hendak ditunjuk dan bersifat abstrak, seperti perasaan, maka perkataan tersebut tidak
akan dapat diberikan makna. Abstrak juga mempunyai bentuk atau ciri-ciri yang sukar
untuk difikirkan atau dilambangkan ke dalam otak. Oleh itu, benda yang bersifat
abstrak tidak dapat diaplikasikan kepada teori ini.