Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi bekerja sama, dan
mengidentifikasi diri dalam masyarakat. Anggota masyarakat bahasa biasanya terdiri atas berbagai status
sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut berdampak pada timbulnya variasi
penggunaan bahasa oleh masyarakat dalam berkomunikasi. Terjadinya variasi bahasa bukan hanya
disebabkan oleh penutur yang beragam, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan juga sangat
beragam. Dalam hal ini ada kaitannya dengan munculnya bahasa yang digunakan oleh kalangan
mahasiswa perantau, dan biasanya bahasa-bahasa tersebut muncul dalam kegiatan mereka di kampus.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik pengamatan, rekam, dan catat, sedangkan
metode cakap dengan teknik pancing dan cakap semuka. Metode ini digunakan untuk mengungkap
penggunaan bahasa gaul oleh mahasiswa perantau di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Medan.
Abstract
Language is a communication tool used to interact, work together, and identify themselves in society.
Members of the language community are usually consisting of various social status and different cultural
backgrounds. The difference impacts the variation of the use of language by the community in
communicating. The occurrence of language variations is not only caused by a varied speaker, but
because of the social interactions that are also very diverse. In this case there is a relationship with the
emergence of the language used by the students of the Liahtasu, and usually the languages appear in
their activities on campus. This study includes field research by using qualitative descriptive method. The
research method used is the method of seek with observation, record, and note, techniques, whereas the
method of capture with fishing technique and the square. This method is used to uncover the use of slang
by the students of the Lordasion at the Faculty of Language and Art of Medan University of Medan.
Masyarakat dan bahasa merupakan sebuah satu kesatuan yang keberadaannya saling berkaitan
dalam membentuk sebuah interaksi sosial. Bahasa akan terus digunakan oelh manusia karena bahasa
merupakan media komunikasi dalam membangun hubungan antar sesame. Ditengah masyarakat, kita
mengenal banyak sekali variasi bahasa. Lalu, mengapa bahasa itu bervariasi? Hal ini berkaitan dengan
kondisi masyarakat yang bersifat majemuk. Lebih tepatnya, variasi bahasaterjadi karena penutur dan
lawan tutur bahas memiliki kondisi yang berbeda. Variasi bahas lahir dari berbagai penutur bahasa yang
memiliki latar belakang budaya dan ststus sosial yang tidak sama.
Bahasa bervariasi, artinya setiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk
dalam satuan masyarakat bahasa tidak hanya satu atau dua bahasa saja tetapi beraneka ragam. Anggota
masyarakat bahasa biasanya terdiri atas berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda.
Perbedaan tersebut berdampak pada timbulnya variasi penggunaan bahasa oleh masyarakat dalam
berkomunikasi. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya tidak sama, maka bahasa yang digunakan
menjadi bervariasi atau beragam, sehingga variasi yang satu dengan yang lainnya seringkali mempunyai
perbedaan yang besar. Terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh penutur yang beragam,
tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang dilakukan juga sangat beragam. Dalam hal ini ada kaitannya
dengan munculnya bahasa yang digunakan oleh kalangan mahasiswa perantau, dan biasanya bahasa-
bahasa tersebut muncul dalam kegiatan mereka di kampus.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah bagaimana variasi bahasa
mahasiswa perantau pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan dan faktor apa saja yang
menyebabkan variasi bahasa mahasiswa perantau tersebut. Hasil penelitian ni diharapkan dapat
memberikan sumbangan material terhadap khasanah penelitian bidang sosiolinguistik. Diharapkan pula
dengan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat memperluas wawasan pembaca terhadap kajian
bahasa. Kemudian, dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya,
khususnya temuan tentang variasi-variasi bahasa pada mahasiswa perantau.
LANDASAN TEORI
Variasi dari segi sarana dilihat dari sarana yang digunakan. Berdasarkan sarana yang
digunakan maka dibagi menjadi dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam
bahasa lisan disampaikan secara lisan dan dibantu oleh unsur-unsur suprasegmental, sedangkan
ragam bahasa tulis disampaikan secara tertulis dan tidak ada unsur suprasegmental.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau Fakultas
Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, dengan jumlah sembilan informan yang berasal dari luar
propinsi Sumatera Utara. Kemudian, sampel dalam penelitian adalah berupa penggalan tuturan.
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dan cakap. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode simak, yakni pengamatan (observasi), rekam,
dan catat. Sedangkan, metode cakap dalam penelitian ini digunakan karena adanya kontak antara peneliti
dan informan. Metode ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara (Sudaryanto, 2015: 209). Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode cakap ini adalah teknik pancing dan teknik
cakap semuka. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode
padan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik dasar PUP (pilah unsur
penentu). Metode padan dengan teknik dasar PUP digunakan untuk mengetahui faktor penyebab
terjadinya variasi bahasa pada mahasiswa perantau Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Mahasiswa perantau di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan umumnya
menggunakan Bahasa Indonesia. Tetapi menurut hasil data di lapangan, bahasa yang digunakan oleh
mahasiswa perantau di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan tidak hanya Bahasa
Indonesia saja, tetapi bervariasi. Terdapat penggunaan Bahasa daerah, bahasa Inggris, bahasa Arab,
bahasa Korea, dan bahasa gaul atau prokem dalam berkomunikasi hingga dialek yang beragam. Di dalam
penelitian ini ada empat variasi bahasa yang dianalisis, yakni variasi bahasa dari segi penutur, variasi
bahasa dari segi pemakaian, variasi bahasa dari segi keformalan, dan variasi bahasa dari segi sarana.
Peristiwa tutur 1:
Pada tuturan penutur dan mitra tutur sekaligus yang merupakan mahasiswa perantau. Variasi
bahasa dari segi penutur tampak pada kronolek atau dialek temporalnya, terlihat dalam tuturan mitra
tutur, Insecure. Kosakata yang digunakan mitra tutur merupakan gaya bahasa gaul atau masa kini. Hal
tersebut ditunjukkan dengan penggunaan kata gaul bahasa Inggris pada kata Insecure yang merupakan
yang berarti ‘merasa tidak aman/ tidak percaya diri'
Dengan demikian, kata Insecure pada tuturan tersebut memiliki maksud bahwa Teguh yang
menjelaskan bahwa ia merasa tidak percaya diri akan presentasinya nanti. Sebagai bahasa asing, tentunya
kata 'Insecure' merupakan salah satu kata yang kurang dapat dipahami oleh semua kalangan. Kata tersebut
termasuk dalam bahasa gaul variasi bahasa slang. Meski tuturan Teguh termasuk variasi bahasa gaul,
namun aksen Nias masih terdengar sangat kental. Dengan demikian, dialog di atas termasuk dalam variasi
bahasa kolokial, yakni variasi bahasa sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Variasi bahasa dari segi keformalan, tuturan di atas termasuk ragam santai. Keduanya adalah
teman kuliah di kampus yang sama, maka komunikasi yang berlangsung sangat santai. Jadi, penutur dan
mitra tutur sama-sama mengerti dan memahami satu sama lain. Dari segi sarana, tuturan di atas
menggunakan sarana lisan.
Peristiwa tutur 2 :
B sebagai mitra tutur adalah mahasiswa perantau dari Sibolangit. Jika dilihat dari segi
penuturnya, pada tuturan Naik Angkot, Kereta ku pe rusak, B menggunakan dialek suku Karo. Terlihat
penggunaan pe yang menjadi ciri khas orang Karo ketika berbicara, yang memiliki arti pun dan kata
Kereta merupakan penggunaan dialek Medan, yang berarti sepeda motor.
Variasi bahasa dari segi keformalan, tuturan di atas termasuk ragam santai. Keduanya adalah
teman kuliah di kampus yang sama, maka komunikasi yang berlangsung sangat santai. Jadi, penutur dan
mitra tutur sama-sama mengerti dan memahami satu sama lain. Dari segi sarana, tuturan di atas
menggunakan sarana lisan.
Peristiwa tutur 3
A juga menggunakan kata pulak terjadi penambahan fonem yang mana sebelumnya adalah pula
tidak ada huruf K dibelakangnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh dialek Medan yang sering kali
menmabhkan fonem dari setiap kata.
Peristiwa tutur 4
Pada tuturan diatas, A merupakan mahasiswa unimed yang memakai bahasa Medan dengan
dialek batak yang berbicara dengan B yang merupakan mahasiswa perantau dari Padang. Dalam
peristiwa tutur tersebut, B mencampurkan bahasa Minang dengan Bahasa Indonesia sehingga kekentalan
dialek minangnya jelas terasa.
Dari segi keformalan, kedua tuturan penutur dan mitra tutur termasuk dalam ragam santai.
Dimana mereka membahas tentang diskusi tugas melalui tuturan dialek bahasa mereka masing-masing
dengan campuran bahasa Indonesia, namun karena tuturan yang digunakan merupakan kata yang singkat,
mereka masih dapat berkomunikasi karena mereka masih menggunakan kosakata daerah yang masih
memiliki makna tidak jahu dari bahasa Indonesianya sendiri.
PENUTUP
1. Munculnya variasi pada kalangan mahasiswa perantau di fakultas Bahasa dan Seni disebabkan
oleh beberapa factor, antara lain faktol sosial dan faktor situasional. Factor sosial adalah factor
yang penyebabnya adalah lingkungan yang mempengaruhi Bahasa para mahasiswa perantau.
Factor situasional adalah factor yang berada dalam unsur kebahasaan atau factor situasi dan
kekerabatan. Dikarenakan mahasiswa perantau pasti memiliki keakrabatan dengan sesama
mahasiswa perantau atau mahasiswa local atau dosen dll, hubungan kekarabatan atau hubugan
perihal adanya hubungan mempengaruhi variasi Bahasa.
2. Variasi bahasa dari segi penutur, yakni dialek Batak, dialek Melayu, dialek Dayak , dialek Batak
Karo, dialek Medan, dialek Jawa, dialek Papua, dialek Aceh, dan dialek Nias. Kemudian, dari
sosioleknya ditemukan variasi bahasa kolokial, jargon, slang, dan ken. Selain dialek dan sosiolek
ditemukan juga variasi bahasa lain, seperti penggunaan bahasa Inggris, bahasa jerman, bahasa
Korea dan kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan pada masa kini
atau disebut bahasa gaul atau bahasa prokem. Walaupun, bahasa yang digunakan oleh mahasiswa
perantau bervariasi, tetapi aksen yang digunakan dan yang terdengar adalah aksen daerah mereka
masing-masing, yakni bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia non baku.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraita, F. (2020). Pemakaian Variasi Bahasa Tulis Dalam Tuturan Informal Pada Mahasiswa Rantau
Anggota Borneo Unair: Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).
Liyana, C. I. (2018). Alih kode dan campur kode dalam komunitas mahasiswa perantauan Aceh di
Yogyakarta. Community: Pengawas Dinamika Sosial, 3(2).
Muliawati, H. (2017). Variasi Bahasa Gaul pada Mahasiswa Unswagati Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Tahun 2016. Deiksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), 42-
53.
Ningsih, T. W. R., & Purwaningsih, E. (2008, January). Pengaruh Lingkungan Bahasa Tcrhadap
Pemertahanan Dialek Lokal Pada Mahasiswa. In Seminar antar bangsa dialek-dialek austronesia
di Nusantara III (Vol. 2).
Wati, U., Rijal, S., & Hanum, I. S. (2020). Variasi bahasa pada mahasiswa perantau di fakultas ilmu
budaya universitas mulawarman: Kajian sosiolinguistik. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra,
Seni, Dan Budaya, 4(1), 21-37.