Anda di halaman 1dari 6

Rinintha Anggie Mahakarti 180410100181

V Tinjauan Semantik Struktural dalam Pengkajian Makna

Kajian struktur yang dimaksud disini bukan merupakan teori linguistic yang dikembangkan oleh Leonard Bloomfield, melainkan teori yang dikembangkan oleh Saussure. Semantik structural, menurut Palmer semantic struktural disini membahas masalah makna dalam hubungannya dengan struktur kata maupun kelompok kata. Teori ini meliputi pengkajian teori medan makna dan kolokasi, hiponimi sinonimi, antonimi, polisemi dan homonimi, serta analisis komponen.

Dalam kajian kebahasaan yang dilakukan oleh Saussure mengandung konsep-konsep dikotomis meliputi hubungan Antara langue dengan parole, Antara form dengan substance, antara bunyi dengan signifikasi, antara significant dengan signifie, antara relasi paradigmatic dengan sintagmatik, antara sinkronik dengan diakronik, serta antara informasi tanda dengan informasi semantis. Konsep dengan istilah tersebut memiliki hubungan erat denga masalah makna sehingga dari istilah tersebut itulah kajian makna dapat membuahkan hasil yang memadai. Kajian strukturalis Saussure juga membahas tentang relativitas bahasa, yang mana bahasa memiliki hubungan erat dengan pandangan masyarakat penuturnya, yang meskipun terlihat berbeda namun pada dasarnya memiliki kesamaan. Intinya, makna selain bersifat referensial, juga bersifat konseptual. Selain terdapat makna ekstensial juga ada intensional.

Teori medan makna dianalisis secara sinkronis, diakronis, maupun paradigmatic. Teori medan makna juga, pada dasarnya memiliki hubungan erat dengan konsep anteseden dalam fenomenologi sebagai unsur inti dalam proses berpikir. Kolokasi merupakan asosiasi hubungan makna kata yang satu dengan yang lain yang berhubungan relatif tetap. Hubungannya sendiri dengan teori medan makna meliputi asosiasi hubungan kesejajaran ciri maknanya dengan makna dalam kata yang lain. Kolokasi sinonim berfungsi memperjelas makna.

Hiponimi berkaitan dengan proses pelibatan sejumlah makna yang terkandung di dalam kata. Apabila sinonim memiliki hubungan simetris, makan hiponimi memiliki hubungan transitif. Sedangkan sinonimi itu digunakan untuk memaknai persamaan makna. Terdapat empat kata yang harus diperhatikan dalam menentukan sinonim. Pertama, seperangkat sinonim mungkin saja merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda tetapi memiliki makna dasar sama. Dua, suatu kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang

berbeda-beda. Tiga, suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, emotif, dan evaluative, mungkin saja akhirannya menunjukan adanya karakteristik tersendiri meeskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lain. Empat, suatu kata yang memiliki kolokasi yang sangat ketat sering dipakai secara tumpang tindih karena masing-masingnya dianggap memiliki kesinoniman. Lima, kesalahpahaman dalam menentukan sinonim.

Oposisi, jika diistilahkan seperti lelaki dan wanita. Dengan kata lain, kata yang melambangkan keragaman namun masih dapat digradasikan. Sedangkan antonimi merupakan kata yang melambangkan pertentangan seperti baik dan buruk. Istilah yang mencakup baik oposisi maupun antonimi adalah kontras.

Polisemi merupakan hubungan antara bentuk kebahasaan dengan perangkat makna tertentu, contoh. Berjalan, bisa bermakna terlaksana atau berlangsung. Kata atau frase tersebut adalah polisemik. Unsur penyebab polisemi diantaranya karena spesifikasi dalam ilmu pengetahuan, spesialisasi pemakaian dalam kehidupan social masyarakat, pemakaian dalam gaya bahasa, dan tuturan lisan maupun tulisan yang salah. Homonimi adalah beberapa kata yang memiliki bentuk ujaran yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda-beda. Polisemi dapat menjadi penyebab homonimi atau sebaliknya. Dalam memahami batas homonimi dan polisemi, perlu diperhatikan, etimologinya, konteks pemakaiannya, makna intinya, dan mengkaji hubungan strukturalnya. Homofoni ialah dua kata yang memiliki makna dan penulisannya beda tapi bunyinya sama, sedangkan homografi berbeda maknanya namun sama penulisannya.

Jenis asosiasi hubungan menjadi enam macam, yaitu, relasi abstrak, relasi ruang, relasi benda, relasi intelektual, relasi ekspresi, relasi moral. Keragaman relasi tersebut menyebabkan kehadiran perangkat makna yang menjadi klas makna dari bentuk kebahasaan tertentu. Dalam konseptualisme, konsep objektif, konsep yang berkaitan dengan hubungan pikiran, pengetahuan dan pandangan terhadap dunia luar, dan konsep mental, konsep yang berkaitan dengan hubungan pikiran, dan pengetahuan terhadap hasil konseptualisasi itu sendiri. Komponen adalah wujud dari perangkat makna suatu kata. Fitur adalah variable hubungan sejumlah makna dalam suatu kata yang masing-masingnya memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Ciri khusus yang dimiliki setiap anggota khas makna disebut pemarkah.

Perkembangan, pergeseran, dan perubahan makna ada yang meluas, yaitu penambahan makna yang digunakan secara umum, dan menyempit yang makna cenderung hanya untuk spesialisasi. Degradasi yakni apabila makna suatu kata akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau memiliki konotasi negative. Elevasi yakni apabila suatu kata memiliki makna yang memiliki nilai maupun konotasi lebih baik dari makna sebelumnya.

Penyebab pergeseran, dan perkembangan itu dikarenakan karena akibat ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa, adanya proses gramatik, sifat generic kata, adanya spesifikasi ataupun spesialisasi, unsur kesejarahan, emotif, dan tabu bahasa.

VI Semantik, Logika dan Tata Bahasa

Bahasa tak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga menyertai proses berpikir manusia; maka bahasa memiliki fungsi komunikatif, kognitif dan emotif. Selain itu, bahasa juga memiliki fungsi instrumental, regulatory, interaksional, personal, informatif, heuristik dan imajinatif. Ketika bahasa tidak mampu menunjuk satu realitas objektif secara pasti, maka bahasa tidak lagi berkaitan dengan konsep objektif melainkan konsep mental. Dalam teorinya, the copy theory, Aristoteles mengatakan bahwa kata-kata sebagai alat ujaran dapat digunakan sebagai penanda sikap maupun kesan kejiwaan. Sementara, teori relativitas mengatakan bahwa bahasa memiliki efek tersendiri pada aktivitas mental pada penggunaannya, yang berarti meskipun realitas luar bersifat obyektif, tanggapan terhadapnya lewat bahasa bersifat subyektif.

Bahasa memiliki batasan dalam memberikan gambaran mengenai sesuatu yang bersifat emosional. Di sisi lain, karena bersifat arbitrer, perolehan makna dalam bahasa dibedakan menjadi intensional, ekstensional, konseptual dan referensial. Untuk menghindari informasi menjadi kabur, seorang penutur harus mampu menata strukturnya secara logis. Maka dari itu perlu dibahas masalah loika bahasa dengan berfokus pada proposisi kategorial, logika proposisional dan logika predikatif. Proposisi merupakan hasil pengolahan ide yang berasal dari pengamatan, sementara term adalah kata yang mengandung pengertian tertentu. Sebuah term dapat dirangkai dengan term lainnya menggunakan konektor atau kapula.

Pengambilan kesimpulan dalam logika proposisional behubungan dengan dua proposisi yang menggambarkan terdapatnya dua nilai. Berikut sejumlah konektif yang sering digunakan: 1. Negasi, bentuk negatif. 2. Konjungsi, berhubungan dengan penyimpulan adanya hubungan antara dua proposisi yang masingmasing memiliki hubungan kompleks. 3. Disjungsi, bentuk konektif yang berhubungan dengan kehadiran dua proposisi. 4. Implikasi adalah konektif yang menghubungjan proposisi yang berkedudukan sebagai anteseden dengan proposisi yang berkedudukan sebagai konsekuen. 5. Ekuivalensi, konektif yang menyiratkan adanya implikasi bilateral.

Jika logika proposisional proposisinya terdiri dari frasa atau klausa, logika predikatif cenderung berhubungan dengan kalimat. Dalam logika predikatif, jika pengambilan keputusan dilaksanakan dengan

bertolak dari ciri kategori pada setiap proposisi, silogisme tersebut dinamakan silogisme kategorial. Penerapan silogisme seperti di atas harus memperhatikan adanya prinsin persamaan dan prinsip perbedaan. Prinsip persamaan menunjuk pada adanya keharusan kesesuaian fitur semantis antara subjek yang menjadi arah konkluasi, term yang menjadi titik perbandingan, serta predikat yang menjadi pembandingan. Prinsip perbedaan berkaitan dengan prinsip yang menyatakan bahwa dua premis itu berbeda apabila salah satu di antaranya saja yang memiliki persamaan atau perbedaan dengan term predikat yang terdapat konklusi. Dalam logika proposisional, hubungan antara proposisi dibagi menjadi tiga jenis: 1. Hubungan simetris 2. Hubungan transitif 3. Hubungan refleksif

Kajian logika bahasa pada dasarnya tidak bertolak dari bahasa yang digunakan dalam pemakaian seharihari. Pierce mengungkapkan bahwa lambang dan relasi lambang, selain menunjuk dunia luar juga menunjuk dirinya sendiri. Dalam pendekatan referensial, semantik tidak hanya berkaitan dengan teori makna yang membahas makna dari makna dalam abstraksi pure syntax, tetapi pada tataran berikut, yang menjadi sasaran akhirnya adalah melakukan teori referensi, yakni kajian makna dalam kaitannya dengan realitas. Ketaksaan makna dalam kajian logika bahasa adalah sebagai berikut: 1. Ekuivokasi 2. Amfiboli 3. Aksentuasi 4. Komposisi 5. Devisi

Leksikon menurut Filmore memiliki delapan fungsi, yakni unsur struktur dalam, butir yang menyiratkan kaidah gramatikal yang harus digunakan, butir yang membantu penentuan predikatdan argumen hingga menghasilkan konseptualisasi, membantu penentuan role atau peran, yakni sebagai penentu hubungan predikator dengan nomina, pengisi presuposisi yang membantu dalam kegiatan pemilihan dan penataan butir-butir leksikal secara tepat, menyiratkan kaidag morfologis, makna dan memberikan gambaran dalam penentuan representasi fonologis. Gramatika fungsional berangkat dari sejumlah prinsip dasar, antara lain: 1. Bahasa adalah seperangkat kalimat 2. Kerangka dasar kajian bahasa harus bertolak dari kerangka sistem bahasa itu sendiri

3. Semantik adalah unsur yang baru dapat dikaji setelah berada dalam tingkat pragmatik 4. Dalam kaitan dengan pemakaian tingkat sintaktik tidak otonom, tetapi ditentukan oleh unsur semantik.

Anda mungkin juga menyukai