Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUBUNGAN SOSIOLINGUISTIK DENGAN


ILMU YANG LAIN
Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sosiolinguistik
yang diampu oleh Azza Aulia Ramadhani, M.Pd

OLEH:

HERI FASHA PRATAMA (2191000310039)


CHOLIFAH MAY LISTYONINGRUM (2191000310068)
YOHANA LEONORA RANGKOLY (2191000310050)
AKNA KUMALA FITRIANI (2191000310047)
YURIKE LESTARINI (2191000310044)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


BUDI UTOMO MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosiolinguistik ,dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,seperti ilmu
ekonomi, sosiologi , atau dengan linguistik sendiri,merupakan ilmu yang relatif baru.
Namun sosiolinguistik memiliki 3 batasan dalam pembahasanya, yakni : bahasa
,masyarakat dan hubungan antara bahas dan masyarakat .( Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik.
Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak
hanya dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa
tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun
sintaksisnya, melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di
luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam
kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik
dengan bahasa sebagai objek kajiannya.Namun satu hal yang harus digarisbawahi
bahwasanya bahasa sebagai objek kajian sosiolinguistik tidak dilihat maupun didekati
sebagai bahasa, melainkan dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi
di dalam masyarakat manusia.
Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu sebenarnya dan bagaimana
hubungannya dengan disiplin ilmu lain. Atas dasar di atas makalah ini kami susun agar
dapat memberikan gambaran mengenai pengertian serta hubungan sosiolinguistik dengan
disiplin ilmu yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasar pada latar belakang di atas, adapun rumusan yang menjadi masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu:
1. Apakah sosiolinguistik itu?
2. Bagaimana hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mendeskripsikan pengertian sosiolinguistik.
2. Untuk menunjukkan hubungan sosiolinguistik dengan ilmu lain.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiolinguistik


Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua
bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi sendiri dapat diartikan
sebagai kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalammasyarakat, dan
mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi
berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada.
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Menurut Abdul Caher, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari
bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Didalam bukunya Abdul
Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai
dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar
dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam
bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum.
Sosiolinguistik (selanjutnya disingkat SL) dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya ,seperti ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu relatif
baru . Ditinjau dari nama ,SL menyangkut sosiologi dan linguistik ,kerena itu SL
mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat,dan
linguistik adalah kajian bahasa . Jadi SL adalah kajian tentang bahasa yang dikaikan
dengan kondisi masyarakat . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.
SL menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial
perilaku bahasa , tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja ,melainkan juga sikap-
sikap bahasa , perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa. Batasan semacam ini ingin
menarik SL ke bidang sosiologidaripada ke linguistik . Dalam kajian SL memang ada
kemungkinan orang memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan
bahasa ,tetapi bisa pula berlaku sebaliknya ,memulai dari bahasa kemudian mengaitkan
dengan gejala-gejala kemasyarakatan.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik.

2.2 Hubungan Sosiolinguistik dengan Ilmu Lain


A. Hubungan Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai dasar kajian dan memandang struktur
sosial sebagai faktor penentu variabel. Keduanya dipandang sebagai gegenseitige
einbettung dan gegenseitige determination, dan hubungan antara keduanya ditentukan
oleh persyaratan manusia, organisasi pikiran manusia (dalam bentuk argumen lahiriah),
serta tuntutan intrinsik dari sebuah bidang yang sistematis, kuat, dan efektif
(Hymes,1966).
Apa yang terdapat dalam sosiologi, yang berupa fakta-fakta sosial ditransfer ke
dalam sosiolinguistik, sehingga muncullah keyakinan bahwa bahasa berhubungan dengan
strata sosial. Meskipun demikian, hubungan antara sosiolinguistik dan sosiologi
sebenarnya bersifat timbal-balik (simbiosis mutualisma). Hubungan sosiologi dengan
sosiolinguistik diantaranya adalah :
1) Kemajuan teori sosiologi seperti kelompok politik, mobilisasi massa interferensi antar
kelompok digunakan dalam sosiolinguistik
2) Metodologi dalam sosiologi seperti angket, wawancara, pengamatan terlibat.
Digunakan juga sebagai metode dalam sosiolinguistik;
3) Istilah-istilah sosiologi seperti funktion, rolle, dan soziale dimension juga digunakan
dalam sosiolinguistik
4) Fakta-fakta sosial dalam sosiologi ditransfer ke dalam sosiolinguistik yang meliputi
transfer terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan dan terhadap struktur bahasa itu
sendiri
Dengan memperhatikan fakta-fakta sosial ini, sosiolinguistik pun
mempertimbangkan situasi berbahasa, siapa yang berbicara, di mana, dan sebagainya,,
karena bagaimanapun sosiolinguistik muncul karena adanya bantuan sosiologi. Hubungan
sosiolinguistik dengan sosiologi dapat dinyatakan sebagai berikut :
1) Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi
barometer untuk sosiologi;
2) Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu
masyarakat;
3) Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan
penegetahuan menegenai sosiologi.
Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata
sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan dalam
masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.
B. Hubungan Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi merupakan ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul aneka
warna bentuk fisik, adat-istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi
memandang bahwa dalam budaya terkandung aspek bahasa. Dengan demikian apabila di
daerah terdapat persamaan bahasa berarti mempunyai kekerabatan budaya yang dekat.
Berarti pula, kesamaan bahasa menandai kesamaan budaya, dan bahasa dipakai dalam
proses pembentukan budaya seperti mantra, pantun berbalas, debat, musyawarah, dan
upacara-upacara adat. Antropologi membicarakan bahasa secara garis besar guna
menjelaskan aspek budaya.
Sosiolinguistik berusaha untuk memanfaatkan penggolongan masyarakat melalui
budaya yang dilakukan antropologi serta memandangnya sebagai faktor pemengaruh
bahasa. Sosiolinguistik berusaha menguji ulang data linguistik yang ditemukan
antropologi itu.Pandangan hidup (yang tercermin dalam perilaku) dipakai sebagai faktor
penyebab variasi bahasa terutama aspek kosakata dan struktur. Hal ini tampak antara lain
dalam hipotesis Sapir-Whorf.
Antropologi mendekati objek secara naturalistik. Antropologi berusaha memasuki
“setting” penelitian dengan rapport sebelum mengadakan observasi partisipatoris. Metode
ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik guna menemukan data bahasa secara akurat
sekaligus menemukan faktor pemengaruhnya secara terperinci. Dalam Atropologi
terdapat prinsip perkembangan dan perubahan. Prinsip ini ditransfer ke dalam
sosiolinguistik sehingga muncullah istilah kronolek, tempolek, serta istilah-istilah tabu
dalam sosiolinguistik. Antropologi juga memberikan konsep tentang struktur kebudayaan
dan transformai kebudayaan kepada sosiolinguistik. Hal itu ditunjukkan dengan
munculnya istilah grandfather (karena adanya konsep dan penghargaan kepada kakek
sebagai orang tua yang mempunyai sifat dan kedudukan yang agung), serta simbok
(sebagai orang tua yang dapat melengkapi dan memberi kesempurnaan atau tombok).
Kebudayaan dalam antropologi disampaikan lewat bahasa, yang karenanya harus
ada kemampuan komunikatif. Prinsip inipun diambil oleh sosiolinguistik demikian pula,
pengetahuan tentang budaya diperoleh bersamaan dengan pemerolehan bahasa, seperti
sapaan, penggunaan bahasa sesuai konteks. Melalui inipun dapat diketahui bagaimana
budaya itu hidup dalam suatu masyarakat lengkap dengan nilai-nilai filosofi yang
berkembang di dalamnya.
Bahasa dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Dengan demikian,
apa yang dipandang penting, pastilah akan ditonjolkan. Dalam suatu masyarakat
ditemukan berbagai istilah, sesuai dengan tingkat budayanya. Di Mesir misalnya, terdapat
500 kosakata untuk singa, 200 kata untuk ular, 80 kata untuk madu, dan 4644 kata untuk
unta. Demikian pula, dalam budaya Jawa yang menonjolkan rasa (hingga ada istilah
rumangsa bisa lan bisa rumangsa) memiliki cukup banyak kosakata ajektiva afektif,
seperti sedih, susah, ngenes, nelangsa, miris, wedi, dan gila,
C. Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi
Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang
sebagai ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa
linguistik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi
dalam cara berpikir manusia.
Chomsky melihat bahasa sebagai dua unsur yang bersatu, yakni competence dan
performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep structure) dan
menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur, sedangkan competence merupakan
unsur yang terlihat dari parole. Dengan demikian, Chomsky memandang bahwa bahasa
bukanlah gejala tunggal. namun dipengaruhi oleh faktor kejiwaan penuturnya. Chomsky
juga mulai merambah wilayah makna walaupun akhirnya mengakui bahwa wilayah
makna merupakan wilayah yang paling sulit dalam kajian linguistik.
Apa yang dikemukakan Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar
digunakan oleh sosiolinguistik sebagai pedoman bahwa tuturan yang nampak sebenarnya
hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik
membuka diri untuk menelaah perbedaan bentuk tuturan itu.
Kaitan antara competence dan performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur.
Orang dikatakan mempunyai kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat
menggunakan berbagai variasi bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang berperformansi
baik tentulah memiliki kompetensi yang baik, dan memungkinkan penggunaan kode luas
(elaborated code). Sebaliknya, orang yang kompetensinya rendah, akan muncul kode
terbatas (restricted code).
Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan. mulai menangis
(tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan.
Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya. Dalam
sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur,
(orang mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal
juga variasi bahasa remaja dan manula.
Dari sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan
wanita. Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik
mentransfer konsep ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau
jenis kelamin
D. Hubungan Sosiolinguistik dengan Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tujuan dan dampak berbahasa
yang dikaitkan dengan konteks, atau penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan topik
pembicaraan, tujuan, partisipan, tempat, dan sarana. Sebagaimana sosiolinguistik,
pragmatik juga beranggapan bahwa bahasa (tuturan) tidaklah monostyle.
Pragmatik memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang keberadaannya (baik
bentuk maupun maknanya) ditentukan oleh penutur dan ditentukan dan keberagamannya
ditentukan oleh topik, tempat, sarana, dan waktu. Fakta-fakta ini dimanfaatkan oleh
sosiolinguistik untuk menjelaskan variasi-variasi bahasa atau ragam bahasa.
Pragmatik sangat menekankan aspek tujuan dalam berkomunikasi, seperti yang
dikemukakan oleh Searle dalam tindak tuturnya. Bahasa akan berbeda karena adanya
tujuan yang berbeda. Hal-hal ini pun dimanfaatkan oleh sosiolinguistik dengan
menekankan variasi bahasa karena (berdasarkan) fungsi bahasa tersebut.
Penggunaan bahasa dalam pragmatik juga sangat mempertimbangkan faktor
interlokutor, yakni orang-orang yang terlibat dalam proses berkomunikasi dan
berinteraksi. Karenanya, kode (meminjam istilah sosiolinguistik) yang digunakan pun
berbeda. Dalam sosiolinguistik, aspek interlokutor ini dikembangkan lebih jauh dengan
faktor sosial atau dialek sosial seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia,
jenis kelamin, hubungan sosial, dan sebagainya. Apabila tuturan “3 X 4 berapa?” akan
memiliki makna dan jawaban yang berbeda. Pragmatik memandang, perbedaan itu
disebabkan faktor tempat, tujuan, dan penutur. Sosiolinguistik memandangnya dari sudut
register. Meskipun demikian, keduanya memerlukan “pengetahuan bersama” atau
common ground untuk sampai kepada pemahaman yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ditinjau dari nama sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik ,kerena itu
sosiolinguistik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah
masyarakat,dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi sosiolinguistik adalah kajian tentang
bahasa yang dikaikan dengan kondisi masyarakat.
Sosiolinguistik memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu yang lain,
diantaranya dengan ilmu sosiologi, antropologi, psikologi dan juga pragmatik. Hubungan
antara sosiolinguistik dan sosiologi bersifat timbal-balik (simbiosis mutualisma) saling
menguntungkan dan saling melengkapi satu sama lain. Hubungan sosiolinguistik dengan
antropologi sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa dan kebudayaan karena
bahasa dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Sosiolinguistik juga
sangat erat hubungannya dengan psikologi. Sosiolinguistik berpedoman bahwa tuturan
yang nampak sebenarnya hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Begitu
juga dengan ilmu pragmatik. Pragmatik memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang
keberadaannya (baik bentuk maupun maknanya) ditentukan oleh penutur dan ditentukan
dan keberagamannya ditentukan oleh topik, tempat, sarana, dan waktu. Pragmatik sangat
menekankan aspek tujuan dalam berkomunikasi. Hal-hal ini pun dimanfaatkan oleh
sosiolinguistik dengan menekankan variasi bahasa karena (berdasarkan) fungsi bahasa
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: PerkenalanAwal. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer , Abdul . 1994 : Linguistik Umum . Jakarta : Rineka cipta
Sumarsono .2002 : Sosiolinguistik . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai