Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE DALAM BELAJAR BAHASA KEDUA


Makalah ini disusun untuk meyelesaikan tugas mata kuliah teori belajar bahasa
Dosen pengampu: Hemas Haryas Harjas Susetya, M.Pd

Disusun oleh:
Dewi Ananta NPM 221201460129
Indah Lestari NPM 221201460134
Lailatul Romdhania NPM 22120146013
Rangga Kurniawan NPM 221201460143

PRODI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TADRIS UMUM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN-PROBOLINGGO-JAWA TIMUR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT atas segala rahmat taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Teori Belajar Bahasa, dengan judul: “Metode
Dalam Belajar Bahasa Kedua”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalaah ini tidak terlepas


dari kekompakan tim kami yang dengan tulus berkontribusi sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk serta saran masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak, terlebih Ibu Dosen Hemas Haryas Harjas
Susetya, M.Pd, selaku dosen pengampu. Kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan maanfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5
2.1. Metode Tradisional..................................................................................................5
2.2. Metode-Metode dalam metode tradisional..............................................................6
2.3. Metode Off-beat......................................................................................................9
2.4. Metode-Metode Dalam Off-bat.............................................................................10
2.5 Metode Kontemporer..............................................................................................12
2.6. Metode dalam Metode Kontemporer.....................................................................12
BAB III KESIMPULAN..............................................................................................15
3.1.Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2.Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses belajar bahasa kedua terjadi setelah seseorang telah memperoleh
dan menguasai bahasa pertama atau merupakan proses seoseorang dalam
mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan bahasa kedua. Dalam
metode ini ada tiga yang meliputi, yakni metode tradisional, ofbit, dan
kontemporer. Seseorang harus mampu mengembangkan setiap metode yang
ada pada metode ini, agar menguasainya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dalam metode tradisional?
2. Apa saja metode dalam metode tradisional?
3. Bagaimana penjelasan tentang metode ofbit dalam bahasa kedua?
4. Metode apa yang digunakan dalam metode ofbit?
5. Bagaimana maksud dari metode kontemporer?
6. Macam apa saja yang mencakup dalam metode kontemporer?

1.3. Tujuan
1. Mendeskripksikan metode-metode dalam belajar bahasa kedua.
2. Membantu pembaca dalam memahami metode yang terdapat dalam
pemerolehan bahasa kedua
3. Mengidentifikasi seorang anak dalam perkembangan pemerolehan
bahasanya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Metode Tradisional.
Metode terjemah (metode tradisional) adalah metode yang sering dipakai
dalam pengajaran bahasa asing. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran
diperlukan adanya struktur metode tradisional ini. Struktur metode tradisional
terdiri atas 4 hal, yakni:
1) Tujuan
1. Membekali siswa dengan kaidah- kaidah kebahasaan dan kemampuan terjemah
untuk menjaga kebenaran bahasa dari kesalahan
2. Membiasakan siswa cermat dalam pengamatan, perbandingan, dan
penyimpulan serta mengembangkan bahasa dan sastra
3. Melatih siswa untuk dapat menirukan dan mencontoh kalimat, ungkapan, dan
mengucapkan kebahasaan dengan benar
4. Mengembangkan kemampuan untuk memahami isi teks dengan baik
5. Membantu siswa agar dapat membaca, menulis, dan menerjemahkan isi teks
dengan baik dan benar (Wahab, 2008).

2) Jenis kegiatan pembelajaran


1. Guru menjelaskan aturan dalam metode tradisional atau tata bahasa ini
2. Guru membandingkan tata bahasa terjemah bahasa asing yang diajarkan dengan
bahasa pertama
3. Mengadakan pelatihan atau kursus yang berhubungan dengan kemampuan tata
bahasa dan terjemah
4. Guru memberikan tugas untuk menghafal kosa kata yang dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa siswa.
3) Ciri-ciri
1. Tujuan studi bahasa asing adalah untuk
belajar bahasa agar dapat membaca sastra dalam
bahasa asing. Hal ini untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
intelektual dan disiplin siswa
2. Pengajaran bahasa terdiri atas hafalan kaidah dan fakta tentang tata bahasa agar
dapat dipahami dan menerapkan kaidah morfologi serta sintaksis bahasa asing
3. Proses pembelajaran fokus pada aspek membaca, mengarang, dan terjemah

5
4. Mengajarkan kosa kata melalui studi kamus dan hafalan
5. Pembelajaran tata bahasa diadakan secara deduktif dengan penyajian kaidah
bahasa secara umum
6. Bahasa pertama digunakan sebagai bahasa pengantar dalam menerjemahkan
bahasa kedua yang diasumsi oleh siswa (Nababan, 1993).

4) Peranan Siswa, Guru, dan Bahan Ajar


Siswa diharapkan lebih aktif dalam rangka untuk meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan dalam bidang tata bahasa dan terjemah melalui
sumber-sumber bacaan yang berkualitas seperti kamus.
Peran guru sebagai fasilitator supaya dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan
dalam berbahasa. Hal ini dapat dikaitkan dengan bahan ajar yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sosial siswa.
Metode ini melihat bahwa bahasa ibu atau bahasa pertama merupakan sistem yang
menjadi landasan atau referensi untuk memperoleh keterampilan bahasa kedua
(Efendi, 2012).
Metode ini sering digunakan untuk pembelajaran bahasa asing. Dasar yang
dijadikan landasan dalam metode ini adalah melalui latihan terjemahan dari
bahasa yang diajarkan ke dalam bahasa ibu atau sebaliknya. Latihan merupakan
metode utama untuk menguasai dan memahami bahasa yang dipelajari. Metode
ini lebih diutamakan pada bahasa tulis. Oleh karena itu tujuan utama metode ini
adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca, mengarang, dan terjemahan.
Faktor penting metode tata bahasa terjemah ( metode tradisional) dalam belajar
bahasa meliputi beberapa hal, diantaranya:
1. Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran sesuai perkembangan zaman
2. Bahan ajar menggunakan media pembelajaran untuk mempermudah proses
pembelajaran
3. Guru dapat menguasai berbagai variasi metode pembelajaran yang menarik,
inovatif, dan menyenangkan untuk memperoleh hasil yang maksimal.

2.2. Metode-Metode dalam metode tradisional


2.2.1. Metode TGT (Team Games Tournament)
Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) merupakan
model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam
kelas yang terdiri dari tiga sampai lima siswa yang beragam.

6
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikembangkan oleh David
De Vries dan Keath Edward. Dalam pembelajaran model ini siswa memainkan
berbagai permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh poin bagi
kelompoknya. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari
ilmu eksak, sosial maupun bahasa, dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran yang
melibatkan aktivitas seluruh siswa dari berbagai latar belakang serta melibatkan
peran siswa sebagai pembimbing sesama dan mengandung unsur permainan dan
penguatan (reinforcement). TGT menambahkan suasana kegembiraan yang
diperoleh dari permainan tersebut. Teman dalam satu tim akan saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain dan memastikan masing-masing
individu telah bertanggung jawab akan tugasnya (Slavin, 2009).

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Davidson


dalam Anita Lie (2002) terdiri dari: 1. Class presentation

2. Teams

3. Games

4. Individual improvement scores

5. Team recognition

Keunggulan pembelajaran tipe TGT adalah adanya turnamen akademik


dalam proses pembelajaran. Dimana setiap anggota kelompok mewakili
kelompoknya untuk melakukan turnamen. Karakteristik TGT yaitu peserta didik
belajar dalam kelompok kecil dimana dalam proses pembelajaran terdapat games
tournament yang nantinya akan ada penghargaan kelompok (Respati, 201).
Aktivitas belajar dengan permainan dalam pembelajaran kooperatif model TGT
memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, berani, percaya diri, menghargai sesama, disiplin, kompetitif,
sportif, dan kerja sama.

Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat dirasakan melalui model


pembelajaran kooperatif tipe TGT. Aktivitas belajar dengan permainan yang

7
dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan peserta didik
dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja
sama, persaingan yang sehat dan keterlibatan belajar

2.2.1. Metode Langsung

Metode langsung (direct method) ini biasanya di tandai dengan


penggunaan bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dan pengajaran di dalam
kelas, Dan dengan menghindari penggunaan bahasa pertama. Metode ini
berasumsi bahwa belajar bahasa kedua sama saja dengan belajar bahasa pertama.
Secara linguistik, belajar bahasa ini harus di dasarkan pada fonetik dan tatabahasa
yang terpadu di mantapkan secara ilmiah.

Kemunculan metode ini langsung di awali dengan adanya praktik-praktik


penggunaan metode ilmiah yang di landasi oleh pengajaran bahasa asing ini
berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, Sama seperti pada proses pemerolehan bahasa
pertama.

Adapun ini beberapa ciri utama dalam metode langsung, Yaitu;

1. Penggunaan kosakata sehari-hari dan sruktur sederhana

2. Tata bahasa yang di ajarkan sesuai dengan situasi

3. Penggunaan objek-objek baru dalam pengajaran yang sama agar timbul


penggunaan bahasa yang baik dan keberanian yang wajar

4. Pengajaran kosakata dan tatabahasa secara lisan

5. Tatabahasa di gambarkan lewat penampilan visual

6. Mendengarkan dan menirukan dengan leluasa sampai bentuk-bentuk tatabahasa


dan kosakata muncul dengan baik

7. Kegiatan ini di laksanakan paling banyak di dalam kelas

8. Beberapa minggu pada awalnya di fokuskan pada ujaran atau ucapan

9. Semua materi pelajaran-bacaan di sajikan secara lisan.

8
2.2.3. Metode Natural

Metode Alamiah disebut ( Natural Method) atau metode natural


demikian karena dalam proses belajar, siswa dibawa ke alam seperti halnya
pelajaran bahasa kepada ibu nya sendiri. Dalam pelaksanakannya, metode ini
tidak jauh berbeda dengan metode lengsHung (direct) dimana guru hanya
menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa asing tanpa diterjemahkan
sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak didik
dapat digunakan.

Ciri-ciri Metode Ilmiah

Adapun ciri-ciri dari metode ini antara lain sebagai berikut :

A. Urutan pelajaran mula- mula yang diberikan melalui menyimak/


mendengarkan, baru kemudian percakapan, membaca, menulis dan yang terakhir
baru gramatika.

b. Pelajaran disajikan mula- mula memperkenalkan kata- kata yang sederhana


yang telah diketahui peserta didik, kemudian mempraktikan benda- benda mulai
dari benda- benda yang ada di sekitar kita , dirumah dan di kelas, bahkan
mengenal luar negri.

c. Alat peraga dan kamus yang dapat yang dapat digunakan sewaktu- waktu
sangat diperlukan, misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata- kata sulit
dalam bahasa asing.

d. Oleh karena itu kemampuan dan kelancaran membaca dan bercakap- cakap
sangat diutamakan dalam metode ini maka pelajaran gramatikal (tata bahasa)
kurang diperhatikan.

e. Menggunakan beberapa pengajar secara bergantian, sehingga anak didik


mendengar bunyi kata dan kalimat dari orang yang berbeda.

2.3. Metode Off-beat


Metode Off-Beat adalah metode timbul tenggelam. Metode Off-Beat
muncul setelah kejatuhan metode audiolingual pada tahun 1960-an. Meskipun

9
demikian, dari metode-metode itu yang mampu bertahan hanya sejumlah kecil.
Dua diantaranya:

2.4. Metode-Metode Dalam Off-bat


2.4.1. Metode Sillent Way
MEMBISU (SILENT WAY) Rasional : Pebelajar Bicara, Guru
Diam ü Dikembangkan oleh Gattegno ü Didasarkan pada nilai yang radikal bahwa
guru menjadi sependiam mungkin, dan sebaliknya pebelajar menerapkan
kecakapannya sendiri untuk menemukan dan mengkreasi bahasanya sendiri. ü
sudut pandang belajar B2 sama dengan belajar B1 Gattegno berargumentasi
bahwa proses B1 dan B2 berbeda, karena pada pada saat belajar B2, pebelajar
telah tahu B1 dan telah memiliki kecakapan kognitif orang dewasa. Akibatnya,
guru harus meletakkan pendekatan natural yang bersifat artifisial, dan untuk
beberapa tujuan langsung dikontrol

2 Pendekatan metode ini diletakkan pada aspek kreatif belajar bahasa ð


belajar dipandang sebagai sebuah proses menemukan dan berkreasi. Pebelajar
menebak sendiri kaidah gramatika dan strukturnya yang inheren dalam situasi
yang dipaparkan pada mereka. Ini sangatlah sulit bagi pebelajar karena guru diam
dan pebelajar memperoleh sedikit sekali data untuk dianalisis. Kediaman guru
sangatlah aneh karena belajar dari model, dari yang dikatakan dan ditulis, sangat
esensial untuk metode lain yang telah dikemukakan

3 Produksi Mendahului Komprehensi Metode silent way menentang


urutan alamiah karena produksi mendahului komprehensi. Guru sedikit berbicara
dan mendorong pebelajar untuk berbicara. Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, ini sangatlah sulit karena pebelajar tidak tahu bagaimana mulai
mengatakan sesuatu. Guru tidak menjadi model berlafal, tetapi menunjukkan
huruf-huruf pada kartu kata, dan menunggu lafal terbaik dari pebelajar di kelas
dan membiarkannya menjadi model. Guru meminta pebelajar untuk berbicara
sebanyak mungkin dan seawal mungkin.

4 Materi Guru menggunakan seperangkat objek fisik tertentu, seperti


balok-balok berwarna yag dibuat khusus untuk menyampaikan makna dan kaidah
gramatika melalui kalimat yang dikonstruksi. Beberapa pebelajar tampak antusias

10
mengikuti metode ini. Meskipun demikian, beberapa peserta yang baik bereaksi
secara negatif untuk menekan keharusan menemukan kaidah gramatika dengan
tanpa kehadiran model ujaran. Meskipun pebelajar diharapkan mampu bekerja
secara kooperatif dan bukan kompetitif (Richard & Rodgers, 1986), karena
mereka tidak bergantung pada guru tetapi pada teman sekelas, kompetisi
seringkali terjadi.

5 Petualangan dengan SW David P. Aline pernah mengikuti kursus


metode silent way di Cina. Dia menemukan bahwa 1 dr 5 peserta sangatlah baik,
yang lain baik, biasa saja (menggantung: tidak baik baik tidak buruk), & 2
berhenti. Metode ini tidak mampu melayani perbedaaan individual dalam gaya
belajar para pesertanya. Selain itu, meskipun para pebelajar didorong untuk
mengambil inisiatif dalam proses belajar, hanya sebagian kecil siswa saja yang
dapat melakukannya tanpa kehadiran guru (dalam pengertian kehadiran kartu,
objek bergerak, dan sebagainya. Meskipun metode ini mungkin berhasil untuk
beberapa tingkat dengan beberapa peserta dengan setting yang sangat terkontrol,
beberapa keberhasilan mungkin tidak mudah diperoleh di luar setting tersebut.

2.4.2. Metode Sugestopedia

Membangkitkan Super Memori dengan Relaksasi Diperkenalkan


oleh Lozanov (1978) dan dikenal dengan "Magic Method" untuk pengajaran
bahasa kedua. Bertujuan untuk membuat pebelajar memasuki wilayah kesadaran
yang kondusif untuk belajar. Bentuk hypermnesia atau super memori dihasilkan
melalui teknik relaksasi yang dibuat untuk membangun kepercayaan pelajar dan
kemudian menghancurkan rintangan antisugestif. Relaksasi dicapai melalui
kegiatan menyimak bagian musik klasik tertentu yang dimainkan dengan tempo
tertentu sehingga mampu membangkitkan kesiapan mental pelajar. Musik yang
terbaik untuk sugestopedia adalah musik instrumental lembut dari dawai.

Menurut Lozanov, Peran Guru dan Klaim Fantastik Pelajar harus diberi
kursi dan ruangan yang nyaman. Kepercayaan diri pelajar dibangun melalui apa
yang dikatakan dan dilakukan guru. Guru memberikan sugesti tertentu kepada
pelajar dan melakukan hal itu dengan otoritas dan kepercayaan diri yang tinggi
pula. Hasilnya : Pelajar B2 dapat belajar 1800 kata, berbicara dalam kerangka

11
kesuluruhan tata bahasa yang esensial dan mampu membaca beberapa teks, hanya
dalam 24 hari. Pada penyajian pertama, pelajar mengikuti membaca. Pada
penyajian kedua dan ketiga, guru membaca dan pebelajar hanya menyimak. Pada
penyajian ketiga itulah music dimainkan dan mendukung terjadinya hypermnesia
dan proses belajar. Sebenarnya, sugestopedia sedikit di atas metode translasi
gramatika dengan musik.

Apa yang dapat kita katakan tentang pengakuan kesuksesan yang luar
biasa yang telah dibuat oleh Lozanov dan sejumlah kecil pendukungnya
(Bancroft, 1972; Stevick, 1976)? Tak ada satu pun kesalahan dengan ide
peningkatan memori. Jika suatu metode pengajaran B2 berjalan dan diakui seperti
sugestopedia, yakni meningkatkan memori melalui relaksasi dan musik, dan
mampu meningkatkan pemerolehan bahasa secara luar biasa hanya dalam
hitungan minggu, tidak seharusnya ditolak. Namun kenyataannya, hampir 30
tahun setelah sugestopedia diperkenalkan dan diujicobakan di beberapa negara,
belum diperoleh bukti yang meyakinkan untuk mendukung pengakuan yang luar
biasa tersebut.

2.5 Metode Kontemporer


Metode Kontemporer adalah metode masa kini, yang relatif natural, relatif
berkembang. Sebenarnya metode ini merupakan inovasi dari metode-metode
terdahulu. Yang mana metode kontemporer meliputi metode respon fisik total,
metode komunikatif, dan pendekatan natural.

2.6. Metode dalam Metode Kontemporer


2.6.1. Metode Respon Fisik Total
Total Physical Response atau TPR adalah sebuah tipe metode yang
sangat
alamiah, meliputi pemahaman tuturan mendahului produksi tuturan, dan itu
berarti
mendahului membaca dan menulis. Bahasa target dipakai dalam ruang kelas dan
makna/pengertian diperoleh dari objek-objek dan situasi-situasi yang nyata. Siswa
didorong untuk memasukkan aturan-aturan dalam dirinya dan berbicara ketika
siap.
Sesuai dengan tipe metode yang alamiah, metode ini berhasil hanya dengan
sedikit
siswa (kelas kecil). James Asher, penemu TPR pada 1970, menyatakan bahwa

12
karakter unik
penampilan pembelajar berupa respon aksi fisik ketika para pengajar memberi
perintah
dalam bahasa sasaran.
2.6.2. Metode Komunikatif
Communicative language teaching sengaja diterjemahkan sebagai
metode
komunikatif agar pembicaraan lebih berfokus pada pembelajaran (bukan
pengajaran). Meskipun aplikasi metode sangat ditentukan guru, implementasi di
kelas tetap berfokus
pada siswa. Metode ini adalah metode hakikat bahasa, yakni metode yang kembali
pada
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Meskipun demikian, untuk mencapai
tujuan
tersebut banyak hal perlu dipersiapkan dan dipelajari dengan baik.
CLT berasumsi awal bahwa para siswa ingin berkomunikasi dan ini
memungkinkan untuk dilakukan. Pembelajaran sering dimulai dengan membaca
secara
silmultan dan mendengarkan dasar dialog dalam kehidupan nyata situasi sehari-
hari,
seperti suatu pertemuan seorang kawan atau membeli sesuatu di sebuah toko.
Tandanya, tidak ada terjemahan dan tidak ada keterangan terkait struktur,
meskipun
metode itu tidak meniadakan bantuan bahasa asli jika siswa merasa perlu sebagai
poin
utama/penting. Hal ini merupakan bergantung total pada situasi dan keinginan
siswa
untuk berkomunikasi dalam situasi tersebut.
Sejak berkomunikasi ditekankan pada pengajaran, telah dikembangkan sebuah
fleksibilitas yang memungkinkan banyak hal masuk ke dalam ruang kelas
sepanjang hal
itu lebih lanjut/ menambah kepandaian komunikasi para siswa. Hal ini bisa
memasukkan
terjemahan dan menerangkan gramatika dalam B1, jika pengajar percaya bahwa
hal ini
akan menguntungkan. Dan seandainya pengajar merasa bahwa teknik
Audiolingual
seperti membagi sebuah frase satu kali mungkin akan membantu siswa dalam
mengerjakan, hal itu pun akan digunakan dalam situasi tersebut.
2.6.3. Metode Pendekatan Natural.
Natural Approach (NA) adalah nama yang diberikan oleh Terrell
dan Krashen

13
melalui buku yang berjudul New Philosophy of language Teaching dikembangkan
di
awal 1980. Hal ini berbeda metode alamiah atau natural method (NM) abad ke-19.
Meskipun NA memiliki sejumlah kemiripan dengan dasar metode tuturan alamiah
seperti
Direct Method dan TPR (ternyata tidak juga baru sesudahnya). NA lebih dari
sekedar
percobaan untuk meyakinkan kaitan antara akuisisi bahasa kedua dengan teknik
inovasi
pembelajaran.
Selain penjelasan di atas, memasuki NA, DM dan TPR, penting dalam
pemahaman pendengaran dan kelambatan produksi tuturan. Kesemua itu
ditekankan
dalam NA. Produksi dilambatkan sampai siswa percaya sudah siap. Gagasannya
adalah
bahwa produksi hanya akan efektif apabila siswa telah menangkap aspek
pengertian
atau pengertian mendahului produksi tuturan pada akuisisi bahasa asli.

14
BAB III
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
Seseorang Akan memperoleh dan bisa menguasai bahasa kedua jika ia telah
memperoleh bahasa pertama, karena keduanya sangat erat hubungannya, sebagaimana
pendapat yang kami kutip, Bahasa pertama dan bahasa kedua sama-sama memiliki
urgensi dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semua kegiatan
memerlukan bahasa, tetapi tidak semua bahasa diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa
merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer sekaligus konvensional.
Kesewenangan bahasa diterima oleh masyarakat karena adanya kesepakatan bersama,
sehingga hal ini yang menjadikan setiap bahasa memiliki kekhasannya masing-masing.
Pengunaan istilah bahasa pertama perlu dibedakan dengan istilah bahasa ibu. Bahasa
pertama mengacu pada bahasa yang dikuasai anak sejak lahir sedangkan bahasa ibu
mengacu pada bahasa yang dikuasai oleh ibu si anak (sejak lahir). Sebagai contoh ,
seorang ibu yang menguasai bahasa Indonesia sejak lahir tetapi hanya berkomunikasi
dengan anaknya dalam bahasa Inggris menyebabkan bahasa Inggris sebagai bahasa
pertama si anak.

3.2.Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Busri Hasan, Moh Badrih, dkk. (2020). Linguistik Terapan. Batu: Literasi
Nusantara

https://www.google.com/-Metode-metode-off-beat-metode-yg-timbul-
tenggelam.html

https://www.google.com/-Metode-metode-off-beat-metode-yg-timbul-
tenggelam.html

Imam Jaka. (2020). How To Teach Arabic. Malang: Guepedia

Lozanov, 1978, Metode Timbul Tenggelam, -, Diunduh pada 09 maret

Mariyaningsih Nining, Mistina Hidayati. (2018). Bukan Kelas Biasa. Surakarta:


CV Oase Group

Musfiroh, Tadzkirontun. 2016. Psikolinguistik Edukasional. UNY Press.


Musfiroh Tadkiroatun, 2019, Metode off-beat, -, Diunduh Pada 09 maret

Wicaksono Andri, Ahmad Subhan Roza. (2015). Teori Pembelajaran Bahasa.


Yogyakarta: Garudhawaca

16

Anda mungkin juga menyukai