Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Memiliki Wawasan Penilaian Kompetensi Berbahasa Dan Bersastra

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan


Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Ery Rahmawati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Nur Rohmah Lailiyah (1986206037)


2. Risma Ambarani (1786206031)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP PGRI SIDOARJO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia,
taufik dan hidayah- Nya, Kami dapat menyelesaikannya. Makalah tentang Memiliki
Wawasan Penilaian Kompetensi Berbahasa dan Bersastra ini dengan sesuai. Penulisan
makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, Penulisan Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu
alternatif panduan dan menambah wawasan kita semua.

Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada Dosen Pembimbing yaitu Ery
Rahmawati, S.Pd., M.Pd yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga
Makalah selesai tepat waktu.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan. Kami juga menyadari sepenuhnya di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan Makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Sidoarjo, 19 November 2020

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kompetensi Tes Bahasa..................................................................................3
B. Jenis Tes Bahasa.............................................................................................4
C. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif dan Produktif.......................................9
D. Tes Kompetensi Bersastra............................................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat
memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah, dari berbagai sumber dan
tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat
karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan kepada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif, kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis,
logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pendidikan Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada jenjang
pendidikan dasar. Materinya berhubungan dengan cara mencari tahu tentang kebahasaan
yang sistematis.
Pendidikan Bahasa Indonesia diharapkan menjadi wahana bagi para peserta untuk
mempelajari cara membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Pendidikan Bahasa
Indonesia juga diterapkan di dalam  kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa
Indonesia sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan
nasional adalah sumber daya manusia yang memiliki kekuatan spiritual atau keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pengajaran berbahasa dan bersastra mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan 
bahasa baik dan benar, pada hakikatnya pembelajaran berbahasa dan bersastra diarahkan
untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa.
Secara khusus pembelajaran berbahasa dan bersastra secara komunikatif menekankan
pada dikuasainya keterampilan berkomunikasi oleh siswa, yaitu mampu memahami dan
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Untuk memgukur ketercapaian
keterampilan dan hasil belajar siswa dibutuhkan adanya suatu penialain. Penilaian dalam
pembelajaran dapat berupa tes dan non tes. Dalam implementasi di sekolah sering terjadi
kesalah pahaman dalam penilaian, sehingga berakibat hasil penilaian kurang sesuai
dengan kenyataannya. Selain itu juga untuk menilai dibutuhkan beberapa isntrumen
untuk mendapatkan hasil penilaian yang memuaskan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan dari Kompetensi Tes Bahasa ?
2. Jelaskan Jenis-Jenis Tes Bahasa ?
3. Jelaskan dari Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif dan Produktif ?
4. Jelaskan dari Tes Kompetensi Bersastra ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Kompetensi Tes Bahasa
2. Untuk mengetahui tentang Jenis-Jenis Tes Bahasa
3. Untuk mengetahui tentang Kompetensi Berbahasa Reseptif dan Produktif
4. Untuk mengetahui tentang Tes Kompetensi Bersastra
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Tes Bahasa


Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kompetensi berbahasa merupakan tindak memengunakan
bahasa secara nyata untuk tujuan berkomunikasi. Kegiatan berbahasa atau kompetensi
berunjuk kerja bahasa merupakan manifestasi nyata kompetensi kebahasaan seseorang.
Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dalam
kemampuan berbahasanya.
Berbagai aspek kebahasaan dan fungsi komunikatif pemahaman dan penggunaan
bahasa haruslah terintegrasi dalam tes kompetensi berbahasa. Artinya,melalui tes
kebahasaan akan diukur pengetahuan kebahasaan seseorang, tetapi ia harus terintegrasi
dalam bentuk pemahaman dan penggunaan bahasa secara wajar dan kontekstual. Tes
kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukurkompetensi gramatikal yang merupakan
kemampuan dasar untuk berkomunikasi memang perlu mendapatkan perhatian
tersendiri. Akan tetapi, ia tidak boleh lepasdari fungsi komunikatif bahasa, dan jika
dipaksakan akan berubah menjadi jenis tes kebahasaan yang lain yang tidak mengukur
kompetensi berbahasa. Dengan demikian, tes kompetensi berbahasaakan berwujud tes
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan bahasa. Secara konkret, tes kompetensi
berbahasa akan melibatkan keempat aspek itu harus kontekstual. Artinya, ia harus berada
dalam situasi pemakaian yang sesungguhnya, wajar, dan berada dalam konteks tertentu.
Jika mengabaikan hal-hal tersebut, tes terhadap keempat keterampilan berbahasa itu pun
dapat terjerumus ke dalam tes yang terisolasi dan artifisial. Kecenderungan tes yang
demikian inilah sebenarnya yang merupakan masalah dalam tes bahasa dewasa ini
(Brown, 2004:10).
Dewasa ini tes tradisional masih saja digunakan dalam pengukuran kompetensi
berbahasa. Tes tradisional di sini dimaksudkan sebagai tes yang memiliki karakteristik
yang hanya menuntut aktivitas seseorang untuk memilih jawaban, menunjukkan
penguasaan pengetahuan, memanggil kembali atau rekognisi. Jika demikian,tinggi
rendahnya skor seseorang belum tentu sekaligus mencerminkan tingkat kompetensinya.
Berbagai bentuk soal tes yang telah menyediakan jawaban, misalnya bentuk soal tes
objektif seperti benar-salah dan pilihan ganda, merupakan contoh tes tradisional.
Berbagai soal yang mengukur kompetensi bahasa seperti tes struktur dan kosakata,
apalagi yang bersifat diskret jelas dikategorikan sebagai soal tes tradisional. Bahkan,
soal-soal yang mengukur kompetensi berbahasa seperti menyimak dan membaca yang
dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat dikategorikan sebagai tes tradisional.
Berbagai ujian yang mempergunakan soal pilihan ganda, misalnya ulangan umum, ujian
semester, ujian masuk perguruan tinggi, ujian masuk pegawai, juga masuk kategori tes
tradisional.
Pusat Bahasa sudah berhasil merancang instrumen tes yang digunakan untuk
mengukur kemahiran berbahasa Indonesia seseorang. Tes tersebut dikenal dengan uji
kemahiran berbahasa Indonesia yang selanjutnya disebut UKBI. UKBI merupakan tes
baku yang dikembangkan sesuai dengan teori pengujian modern dan dirancang untuk
mengukur kemahiran seseorang dalam berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun
tulis. UKBI telah diujikan kepada penutur bahasa Indonesia yang berasal dari beragam
strata sosial, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan. Selain itu, UKBI juga telah
diujikan kepada penutur asing (Solihahdan Dony, 2005:1).
Materi UKBI berupa penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan dalam berbagai
bidang, seperti sejarah, kebudayaan, hukum, dan ekonomi. Materi itu diambil dari
berbagai sumber, antara lain, media massa (elektronik dan cetak) dan/atau buku-buku.
Dengan materi itu, UKBI menguji kompetensi berkomunikasi lisan dan tulis dalam
bahasa Indonesia, baik yang menyangkut kemampuan reseptif maupun kemampuan
produktif. Kemampuan reseptif berkaitan dengan pemahaman isi wacana lisan dan isi
wacana tulis serta kepekaan terhadap kaidah bahasa Indonesia. Kemampuan reseptif
diujikan dalam bentuk soal pilihan ganda dengan empat opsi. Kemampuan produktif
berkaitan dengan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia secara tulis dan lisan.
Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia tulis diukur melalui penyusunan wacana
tulis. Keterampilan menggunakan bahasa Indonesia lisan diukur melalui wawancara
yang meliputi monolog dan dialog (Tim UKBI, 2003: 4).

B. Jenis Tes Bahasa

1. Jenis Tes Bahasa berdasarkan Pendekatan Kajian Bahasa


Berdasarkan kriteria bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah, maka tes dikembangkan
berdasarkan pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa. Dari latar belakang
pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a) Tes Bahasa Diskret
Adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan diskret dalam linguistik. Tes diskret
dimaksudkan untuk menilai penggunaan satu bagian dari kemampuan dan komponen bahasa
tertentu. Contoh tes diskret meliputi tes membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa
yang lain, melafalkan bunyi bahasa tertentu dan menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.

b) Tes Bahasa Integratif


Adalah tes bahasa yang cara mengerjakannya dituntut untuk menguasai dua atau lebih
dari komponen bahasa. Tes bahasa ini yang menjadi dasar penggabungan dari unsur yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks.
c) Tes Bahasa Pragmatik
Adalah tes bahasa yang cara mengerjakannya dituntut penggunaan kemampuan
pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur
kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan
lain-lain) serta kemampuan ekstra linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar
belakang isi dan pokok bahasan wacana).
d) Tes Bahasa Komunikatif
Adalah tes yang biasanya tidak digunakan untuk mengukur kemampuan gramatikal,
yang lebih menitikberatkan pada komunikasi. Tes yang dimaksud untuk memberi tugas
kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu, termasuk
kemampuan komunikatif. Tes komunikatif  perlu dikembangkan dengan kaitan yang jelas
dengan konteks nyata.
2. Jenis Tes Bahasa berdasarkan Sasaran Tes Bahasa
Yaitu kemampuan atau komponen bahan mana yang dijadikan fokus pengukuran
tingkat penguasaannya. Sasaran utamanya adalah tingkat penguasaan kemampuan bahasa,
dan tingkat penguasaan melafalkan atau penguasaan tata bahasa.
Jenis tes berdasarkan sasaran tes bahasa antara lain :
 a) Tes Kemampuan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk
memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau
sekedar rekaman.
b) Tes Kemampuan Berbicara
Tes kemampuan berbicara dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan
mengungkapkan diri secara lisan. Tingkat kemampuan berbicara ini ditentukan oleh
kemampuan untuk mengungkapkan isi pikiran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan
yang sedang dilakukan, bagaimana isi pikiran disusun sehingga jelas dan mudah dipahami,
dan diungkapkan dengan bahasa yang dikemas dalam susunan tata bahasa yang wajar, pilihan
kata-kata yang tepat, serta lafal dan intonasi sesuai dengan tujuan dan sifat kegiatan berbicara
yang sedang dilakukan.

c) Tes Kemampuan Membaca


Sasaran tes kemampuan membaca adalah memahami isi teks yang dipaparkan secara
tertulis. Tes membaca dapat berisi butir-butir tes yang menanyakan pemahaman rincian teks
yang secara eksplisit disebutkan, rincian teks yang isinya terdapat dalam teks meskipun
dengan kata-kata dan susunan bahasa yang berbeda, menarik kesimpulan tentang isi teks,
memahami nuansa sastra yang terkandung dalam teks, memahami gaya dan maksud
penulisan di balik yang terungkap dalam teks.

d) Tes Kemampuan Menulis


Tes kemampuan menulis bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan
mengungkapkan pikiran kepada orang lain secara tertulis. Pengukuran tingkat
kemampuannya pada dasarnya mengacu pada relevansi isi, keteraturan penyusunan isi dan
bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa pada tes menulis lebih menekankan
penyusunannya, karena waktu yang lebih longgar untuk memilih kata-kata dan menyusunnya
dengan lebih tepat bahkan peluang untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang
jelas.
e) Tes Kemampuan Melafalkan
Tes kemampuan melafalkan bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan
mengucapkan kata-kata, kalimat, dan wacana pada umumnya, secara jelas dan tepat, sehingga
apa yang diungkapkan mudah dimengerti. Tes melafalkan menitikberatkan pada unsur-unsur
yang penting  untuk membuat pelafalan itu mudah dipahami. Unsur-unsur itu meliputi
kejelasan dan ketepatan pelafalan, serta kelancaran dan kewajaran.
f) Tes Kemampuan Kosakata
Tes kemampuan kosakata bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan
tentang makna kata-kata, baik pada tataran kemampuan pemahaman yang pasif-reseptif,
maupun kemampuan penggunaan aktif-produktif. Kedua sisi penguasaan kosakata ini perlu
dicermati untuk menentukan jenis tes yang akan digunakan. Pada umumnya jenis tes objektif
hanya dapat digunakan untuk pengukuran kemampuan pasif-reseptif, sedangkan pengukuran
kemampuan aktif-produktif menggunakan tes subjektif.

g) Tes Kemampuan Tata Bahasa


Sasaran tes kemampuan tata bahasa adalah kemampuan memahami dan menggunakan tata
bahasa yang baik dan benar. Cakupan tata bahasa meliputi susunan kalimat pada tataran
sintaksis yang bagian dari wacana, yaitu frasa dan klausa serta susunan kata pada tataran
morfologi, yang berkaitan dengan pembentukan kata-kata dengan melalui afiksasi atau
imbuhan (prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran dan konfiks atau
gabungan berbagai imbuhan).
3. Jenis Tes Bahasa berdasarkan Tes Bahasa Khusus
Disamping tes bahasa yang telah diuraikan secara khusus sudah dikenal, terdapat pula tes
bahasa khusus yang tidak mudah dan konsisten digolongkan ke dalam salah satu tes bahasa
meliputi :
a) Tes Dikte
Tes dikte menyangkut lebih dari satu jenis kemampuan atau komponen bahasa dan
menugaskan peserta tes untuk menulis suatu wacana yang dibacakan oleh seorang
penyelenggara tes. Dalam penyelenggaraan tes dikte, seorang peserta tes hanya dapat
menuliskan apa yang didengarkan dari pemberi dikte dengan benar apabila dia mampu
mendengar dan memahami dengan baik wacana yang didiktekan (kemampuan menyimak).
Apabila peserta tidak mendengarkan secara utuh, ada kalanya peserta tes menggunakan
kemampuan bahasa yang lain berupa  kemampuan tata bahasa dan kosakata.
b) Tes Cloze
Tes cloze bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan pragmatik, yaitu
kemampuan memahami wacana atas dasar penggunaan kemampuan linguistik dan
ekstralinguistik. Pengukuran tingkat penguasaan kemampuan pragmatik itu dilakukan dengan
menugaskan peserta tes untuk mengenali, dan untuk mengembalikan seperti aslinya, bagian-
bagian suatu wacana yang telah dihilangkan.
4. Jenis Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan Belajar Peserta
Didik.
a) Tes Seleksi
Adalah yang sering disebut dengan “ujian saringan/ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam
rangka penerimaan siswa baru, hasil tes ini digunakan untuk memilih calon peserta didik
yang paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi dapat dilaksanakan
secara lisan, secara tertulis dengan tes perbuatan, dan dapat juga ketiga jenis tes ini
dilaksanakan secara serempak.
b) Tes Awal
Sering disebut dengan istilah pre-test. Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik. Materi tes awal ditekankan pada bahan-bahan
penting yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta didik sebelum pembelajaran diberikan.
Tes jenis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
c) Tes Akhir
Sering disebut dengan istilah post-test. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.
Materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan
kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal.
d) Tes Formatif
Yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran
berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.
Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
•    Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit
pembelajaran.
•    Merupakan penguatan bagi peserta didik.
•    Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik
mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
•    Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
e) Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta
didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.
f) Tes Penempatan
Adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta
didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
belajar.
g) Tes Diagnosis
Adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang
baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

C. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif dan Produktif

1. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif


Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptip pada hakikatnya merupakan
kemampuan menerima, proses decodin, kemampuan untuk memahami bahasa yang
dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan.
Pengertian memahami bahasa dalam proses komunikasi lebih dimaksudkan
memahami pesan yang dikandung yang ingin disampaikan. pemahaman bahasa
lewat saran bunyi merupakan kegiatan menyimak, sedangkan yang lewat secara
tulisan merupakan kegiatan membaca. Kegiatan menyimak dan membaca
mempunyai persamaan, sama-sama bersifat reseptif, aktif untuk memahami isi
pesan. Letak perbedaan nya adalah terdapat pada sarana yang dipergunakan, yaitu
sarana yang dipergunakan, yaitu sarana bunyi dan tulisan tersebut. Baik sistem
bunyi maupun tulisan pada hakikatnya hanya merupakan lambang, yaitu lambang
bahasa, lambang yang bersifat Arbitrer, untuk menyampaikan informasi dari
seseorang penutur bahasa pada pihak lain
Lazimnya tes kompotensi menyimak dan membaca disajikan dalam bentuk
tradisional dalam bentuk pilihan ganda. Namun sebenarnya tes ini cukup potensial
untuk disusun menjadi prakadar pragmatif atau otentik hal itu berdasarkan
pertimbangan bahwa yang dijadikan bahan untuk disimak dan dibaca terdiri dari
berbagai aspek kebahasaan yang bersifat intergral dengan tekanan penyampaian
informasi. Pemahaman terhadap informasi yang dikandung wacana merupakan hal
yang harus diutamakan dalam tes kemampuan reseptif, dan bukan nya terhadapap
aspek- aspek lain yang kurang secara langsung perkaitan dengan pemahaman
informasi tersebut. Aspek-aspek kebahasaan dan karenanya bersifat diskret, kurang
penting. Artinya,tidak demikian perlu diperhatikan secara khusus. Namun, untuk
mengintegrasikan tes kompensi ini dengan tes. kompetensi kebahasaan, sebagai
mana ditunjukan sebelumnya, pembuatan tes struktur dan kosakata disarankan
berangkat dari wacana yang dipakai untuk tes membaca atau menyimak.
Untuk tes kemampuan menyimak jika tes hanya menuntut perserta didik untuk
mengenal bunyi-bunyi tertentu secara teliti, tergolong tes diskret. Misalnya, peserta
didik sekedar diminta mengenali perbedaan penem-ponem tertentu ( biasanya
bersifat minimal pairs) seperti pada kata  akta dengan fakta ,kapan dengan kafan,
masa dengan massa, foof dengan foot. Whell dengan will, write dengan right, sheep
dengan ship dan sebagai berikutnya Untuk tes kemampuan membaca misalnya
sekedar meminta peserta didik untuk mengucap fonem, kata, atau lagu lagu kalimat
tertentu.misalnya, melafalkan diftong seperti kata gemilau dengan gemulai,
perbedaan pelafalan sarat dan syarat lagu kalimat perintah, tanya, dan sebagai
berikutnya walau hal-hal tersebut penting untuk pembelajaran pemula.
2. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif
Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif adalah kemampuan yang
menuntut kegiatan untuk menyampaikan bahasa kepada orang lain, baik secara
tertulis maupun lisan. Penyampaian bahasa dapat berarti penyampaian gagasan,
pikiran, perasaan, pesan, atau informasi oleh pihak penutur Nurgiyantoro, 2010:
397. 1 Tes kemampuan berbicara Tugas untuk mengukur kompetensi berbicara
siswa sebaiknya adalah tes yang memungkinkan siswa tidak hanya
mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainkan juga untuk
mengungkapkan gagasan, perasaan, atau menyampaikan informasi. Pemberian
tugas berbicara dapat berdasarkan rangsang gambar, berbicara dengan rangsang
suara, berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara, bercerita, wawancara,
berdiskusi, dan berpidato.

D. Tes Kompetensi Bersastra


Tes kesastraan dapat dibedakan menjadi tes kompetensi sastra ( pengetahuan tentang
sastra ) dan kompetensi bersastra. Pengetahuan tentang sastra mencakup bahan yang
bersifat teoretis  dam historis. Pentingnya pengetahuan tentang sastra tersebut karena ia
merupakan alat bantu mengapresiasikan karya sastra. Sesuai dengan peranannya
sebagai “alat bantu”, tes pengetahuan tentang sastra harus bukan merupakan prioritas.
Tes kesastraan harus diprioritaskan pada usaha menggungkap kompetensi
mengapresiasi sastra peserta didik atau kompetensi bersastra, dan secara langsung
berhubungan dengan berbagai karya sastra. Tes yang bersifat apresiatif akan menopang
tercapainya tujuan pembelajaran sastra yang berkadar apresiatif. Apapun bentu dan
jenis tes kompetensi bersastra, “kata kunci” yang mesti diperhatikan oleh para guru
adalah bahwa tes mesti berangkat dari teks-teks kesastraan. Dalam salah satu
pandangan tentang tes kompetensi bersastra, tes tersebut dapat dibedakan ke dalam
beberapa tingkatan,yaitu dari tingkatan yang sederhana ketingkatan yang lebih
kompleks.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat
memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah, dari berbagai sumber dan
tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat
karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan kepada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif, kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis,
logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pendidikan Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada jenjang
pendidikan dasar. Materinya berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
kebahasaan yang sistematis. Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan,
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kompetensi berbahasa merupakan
tindak memengunakan bahasa secara nyata untuk tujuan berkomunikasi. Kegiatan
berbahasa atau kompetensi berunjuk kerja bahasa merupakan manifestasi nyata
kompetensi kebahasaan seseorang. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan
seseorang pada umumnya tercermin dalam kemampuan berbahasanya. Kompetensi
berbahasa yang bersifat aktif reseptip pada hakikatnya merupakan kemampuan
menerima, proses decodin, kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh
pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan. Pengertian
memahami bahasa dalam proses komunikasi lebih dimaksudkan memahami pesan
yang dikandung yang ingin disampaikan Tes kesastraan dapat dibedakan menjadi
tes kompetensi sastra ( pengetahuan tentang sastra ) dan kompetensi bersastra.
Pengetahuan tentang sastra mencakup bahan yang bersifat teoretis  dam historis.
Pentingnya pengetahuan tentang sastra tersebut karena ia merupakan alat bantu
mengapresiasikan karya sastra. Sesuai dengan peranannya sebagai “alat bantu”, tes
pengetahuan tentang sastra harus bukan merupakan prioritas.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah di atas masih banyak kesalahan
dalam tulisan maupun ejaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

http://mettaadnyana.blogspot.com/2017/01/makalah-penilaian-dalam-pembelajaran.html
http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/tes-bahasa/
http://minaltimay.wordpress.com/2010/12/16/pengertian-tes-jenis-jenis-tes/

https://text-id.123dok.com/document/9ynp8x5pz-tes-kompetensi-berbahasa-reseptif.html

https://text-id.123dok.com/document/myjj6kpmy-tes-kompetensi-berbahasa-produktif.html

Anda mungkin juga menyukai