Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL POGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

E-COUNSELING SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI KONSELOR DALAM


MENGHADAPI PERMASALAHAN KONSELI DI SAAT PANDEMI

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

DIUSULKAN OLEH

WIDYA KHAIRANDI 1193151021 / 2019


ADELIA MAURITIA SHALSA 1192451008 / 2019
MUHAMMAD AKBAR 1193151023 / 2019
LIDYA MUNAWARAH SIREGAR 1193151026 / 2019
SANTI FLORIDA SITUNGKIR 1193351029 / 2019

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


SUMATERA UTARA
2021

i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN

1. Judul Kegiatan : E-Counseling Sebagai Alternatif Strategi


Konselor Dalam Menghadapi Permasalahan
Konseli Di saat Pandemi
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Widya Khairandi
b. NIM : 1193151021
c. Jurusan : Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
d. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Medan
e. Alamat Rumah dan NoHP : Jl. Nusa Indah Raya blok F 100, Galang
Kota
f. Email : khairandiwidya26@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Achmad Yuhdi, S.Pd., M.Pd
b. NIDN/NIDK :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : 085261675200
6. Biaya KegiatanTotal
a. Kemristekdikti : Rp . ……………
b. Sumber lain (sebutkan . ..) : Rp (Maksimum 50% nilai)
7. Jangka Waktu Pelaksanaa : 2 Bulan

Menyetujui Medan, 11 Mei 2021


Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua
Jurusan/Departemen/Program Studi/
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa
( ) NIM.
Dosen Pendampin

( ) NIP/NIK.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/


Direktur Politeknik/ Ketua Sekolah
Tinggi,
( ___________________ ) NIP/NIK

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii
RINGKASAN..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori Ilmiah ....................................................................................4
2.2 Penelitian Terkait .......................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Pengembangan................................................................................17
3.2 Prosedur Pengembangan ............................................................................17
3.3 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................18
3.4 Teknik Analisis Data..................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................21
Lampiran 1 Biodata Ketua Dan Anggota, Biodata Dosen
Pendamping .....................................................................................................21
Lampiran 2 Justifikasi Anggaran .....................................................................26
Lampiran 3 Susunan Organisasi Dan Pembagian Tugas .................................28

ii
RINGKASAN

Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang
bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke
lebih dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease
2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran penyakit ini telah memberikan
dampak luas secara sosial dan ekonomi. Adapun kebijakan yang dilakukan
pemerintah dalam mengatasi (mencegah) covid-19 ini adalah dengan melakukan
strategi promotif, strategi preventif, stratei kuratif dan Strategi Jaring Pengaman
Sosial. Maka dari itu bimbingan konseling yang pada mulanya dilakukan
secara luring atau bertatap muka langsung antara konselor dan peserta didik
sekarang harus dilakukan secara daring. Disaat ini e-counseling menjadi salah
satu solusi yang banyak dipakai pihak sekolah dalam proses pelayanan BK
di sekolah. E-Counseling adalah konselor dan klien berkomunikasi melalui
perangkat yang terhubung jaringan internet guna menyelesaikan masalah klien.
Dengan adanya e-counseling proses pelayanan bk di sekolah masih bisa
dilakukan tanpa bertemu secara langsung.

Kata Kunci : Pelayanan BK; E-Counseling;Sekolah; Pandemi Covid-19


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di tengah pandemi virus corona (COVID-19), banyak kegiatan mengalami
perubahan. Masyarakat sangat dianjurkan memanfaatkan fasilitas yang
mendukung kegiatan tanpa bertemu langsung dan kontak fisik. Misalnya,
melakukan pembelajaran jarak jauh atau remote learning. Para pekerja pun
diminta agar bekerja dari rumah atau work from home (WFH) dengan memakai
bantuan internet. Tidak terkecuali psikolog dan konselor yang selama ini memiliki
ruang praktik sendiri. Sesi terapi yang biasanya dilakukan tatap muka kini
sebaiknya beralih secara daring, baik itu menggunakan pesan chat, mengirimkan
audio, atau komunikasi via kamera web.
Hadirnya teknologi informasi dan ini merupakan tantangan tersendiri bagi
para guru bimbingan dan konseling (BK)/konselor untuk dapat berperan serta dan
dapat menguasai berbagai keterampilan didalamnya yang dihadapi siswa/remaja
berawal dari dunia juga dapat secara sosial mengisolasi dan remaja. Tidak hanya
itu, lebih lanjut dunia online dapat pengetahuannya teknologi informasi dan
komunikasi membuka era baru dalam profesi konseling ini merupakan tantangan
tersendiri bagi para guru bimbingan dan konseling (BK)/konselor untuk dapat
menguasai berbagai keterampilan didalamnya. Sering kali permasalahan yang
dihadapi siswa/remaja berawal dari dunia online, (Csiernik, 2006) menyatakan
bahwa mengisolasi dan telah menyebabkan masalah sosial baru khususnya di
kalang, konselor juga dapat mengalami masalah di lapangan berawal dari dunia
dapat dijadikan sarana dalam membantu guru bk/konselor untuk
mengpengetahuannya guna membantu menjalankan tugas, sepeti mencari
referensi, diskusi dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri tidak ada informasi pasti tentang kapan muncul istilah
E-konseling, meskipun istilah ini ada yang disebut dengan istilah cyber konseling,
konseling virtual, dan sebagainya. Namun secara khusus Ifdil (2009)
memperkenalkan istilah Pelayanan E-Konseling di Indonesia. Istilah ini
merangkaikan kata pelayanan dan kata E-konseling. Pelayanan e-konseling tidak
hanya terbatas pada penyelenggaraan konseling (istilah yang paling populer untuk
mengebut konseling individu) saja, namun menjadi penyiapan BK secara
keseluruhan dengan bantuan teknologi. Tidak hanya secara online melalui
internet namun juga semua aspek pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi lainnya dalam penyiaran BK. Seperti penggunaan dan pemanfaatan
program pengolahan instrumentasi, himpunan data siswa, aplikasi manajemen
konseling, penggunaan media saat mempersembahkan layanan klasikal di kelas
dan sebagainya termasuk juga penggunaan telepon untuk penyelenggaraan
konseling.
Menurut Ifdil (2009) Sejak lahirnya istilah Pelayanan E-konseling dan
sebelumnya telah banyak dikembangkan berbagai aplikasi penunjang
penyelenggaraan BK di Indonesia seperti Program Aplikasi untuk pengolahan
Alat Ungkap Masalah (AUM), Program Analisis Tugas Perkembangan (ATP),
Program Daftar Cek Masalah (DCM), Program Aplikasi IKMS, Program
Database Siswa, Program E-sosiometri, Sistem Informasi Managemen Bimbingan
dan Konseling (SIMBK) dan sebagainya termasuk lahirnya berbagai situs-situs
penyedia layanan konseling online. Situs-situs Konseling Online secara khusus
memanfaatkan berbagai media online lainnya yang bisa digunakan untuk
penyelenggaraan konseling online seperti jejaring sosial misalnya facebook,
twitter, myspace: email; dan beberapa program aplikasi untuk chating (instant
messaging) seperti skype, messenger, google talk, window livemessenger;
bahkan penggunaan telepon dan handphone serta media telekonferensi khusus
lainnya. Pelayanan ini dilakukan konselor dalam upaya membantu mengentaskan
dan permasalahan permasalahan klien. Gibson (2008) menyebutkan pelayanan ini
dilakukan oleh konselor untuk memberikan kenyamanan bantuan yang dibutuhkan
konseli ketika menghadapi suatu masalah dan tidak dapat dilakukan secara tatap
muka (Gibson: 2008). Adapun judul penelitian ini adalah “E-COUNSELING
SEBAGAI ALTERNATIF STRATEGI KONSELOR DALAM
MENGHADAPI PERMASALAHAN KONSELI DI SAAT PANDEMI”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana tingkat E-counseling sebagai alternatif strategi konselor
dalam menghadapi permasalahan konseli disaat pandemi?
2. Apakah ada pengaruh pemberian E-counseling dalam menghadapi
permasalahan konseli disaat pandemi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi guna
mengetahui, menjawab dan menjelaskan tentang E-counseling sebagai alternatif
strategi konselor dalam menghadapi permasalahan konseli disaat pandemi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan pemanfaatan E-counseling sebagai alternatif strategi
konselor dalam menghadapi permasalahan konseli disaat pandemi.
2. Mendiskripsikan pengaruh E-counseling dalam menghadapi
permasalahan konseli disaat pandemi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat kegiatan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis

2
Dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan yang
mendalam tentang pengaruh E-counseling dalam menghadapi
permasalahan konseli disaat pandemi dan sebagai referensi atau
rujukan untuk penelitian lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
mempunyai penyesuaian diri yang rendah dapat ditingkatkan
melalui kegiatan E-counseling dalam menghadapi permasalahan
konseli disaat pandemi dilakukan oleh konselor sebagai strategi
alternatif.
b. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman secara praktik dalam merencanakan
(plan), melaksanakan layanan (proses) dan menganalisis masalah
(solution) dalam permasalahan siswa.
c. Bagi Lembaga Masyarakat
Sebagai masukan dalam memberikan informasi yang diharapkan
dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kajian Teoritis
Permasalahan psikologis yang dihadapi oleh masyarakat terkait pandemi
COVID-19 ini berdampak pada perlunya pendampingan untuk membantut
masyarakat yang tidak bisa mengatasi kecemasannya sendiri. Salah satu bentuk
pendampingan tersebut adalah dengan melakukan konseling. Konseling adalah
proses interpersonal, dimana seseorang yang dibantu oleh tenaga professional
untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyelesaikantmasalah
(Surya, 2003). Dengan melakukanttkonseling,tmakatt akan ttercipta hubungan
antara orang yang terlatih secara professional dengan seseorang yang mencari
bantuan dimana keterampilan tenaga professional tersebut dibutuhkan agar orang
yang membutuhkan bantuan dapat belajar dan membuat mereka terhubung dengan
diri mereka sendiri dan orang lain (Ulfiah, 2008).

Situasi pandemi dimana pertemuan langsung secara tatap muka menjadi hal
yang harus dihindari membuat proses konseling harus dilaksanakan secara daring
(dalam jaringan) atau dalam dunia bimbingan dan konseling lebih dikenal dengan
cybercouseling. Cybercounseling secara umum dapat didefinisikan sebagai
praktek konseling profesional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada
secara terpisah dan memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui
internet. Dalam kondisi seperti ini, memungkinkan terjadinya komunikasi antara
dua pihak bisa lebih cepat, lebih efisien dan lebih nyaman. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa cybercounseling merupakan proses berinteraksi dengan konselor
secara online secara berkelanjutan melalui percakapan dari waktu ke waktu.

Bloom (2004) menyebutkan bahwa layanan cybercounseling adalah salah


satu strategi layanan konseling yang bersifat virtual atau konseling yang
berlangsung melalui bantuan koneksi internet. Namun yang perlu diperhatikan
adalah perangkat yang digunakan dalam cybercounseling itu sendiri. Tentu yang
menjadi penentu utama adalah koneksi dengan internet supaya dapat terjadi
interaksi melalui website, email, facebook, video conference atau yahoo
massengger maupun dalam bentuk yang lainnya. Cybercounseling dapat
didefinisikan sebagai praktek konseling profesional yang terjadi ketika konseli
dan konselor berada secara terpisah dan memanfaatkan media elektronik untuk
berkomunikasi melalui internet (Prasetiawan,H. 2016). Definisi ini mencakup
web, email, chat dan sebagainya. Dalam kondisi pandemic COVID-19 seperti ini
memungkinkan terjadinya komunikasi antara dua pihak bisa lebih cepat, lebih
efisien dan lebih nyaman dari sudut pandang administrasi tanpa harus bertatap
muka secara langsung.

4
Cybercounseling dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu yang bersifat
non interaktif dan interaktif (synchronous dan asynchronous). Non-Interaktif,
berupa situs yang berisi informasi dan narasumber self help ataut pertolongan
mandiri. Sedangkan yang interaktif synchronous adalah pelayanan konseling
secara langsung seperti chat atau instant messaging, dan video conference.
Interaktif asyncronous yang secara tidak langsung berupa email therapy dan
Bulletin Boards Counseling Interaktif: konseling yang berjenis interaktif adalah
situs yang menawarkan alternatif bentuk terapi melalui internet, dimana terdapat
interaksi antara konseli dan konselor baik secara langsung maupun tidak langsung
(Prasetyo dan Djuniadi, 2015).

Proses cybercounseling bukanlah merupakan sebuah proses yang sederhana.


Oleh sebab itu, perlunya persiapan yang matang untuk melakukannya. Berikut
adalah beberapa uraian singkat mengenai proses cybercounseling pada masa
pandemi COVID-19.

1. Tahap Persiapan.
Gambaran umum tahap persiapan cybercounselingtmencakup dua aspek
utama yaitu aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) yang mendukung penyelenggaraan cybercounseling. Perangkat
keras yaitu perangkat komputer/laptop yang dapat terkoneksi dengan internet,
headset, mic, webcam dan sebagainya. Namun untuk lebih efektifnya bisa
menggunakan smartphone yang sekarang sudah dilengkapi dengan berbagai
aplikasi canggih apalagi untuk aplikasi handphone android. Sedangkan Perangkat
lunak yaitu program-program yang mendukung dan akan digunakan, account dan
alamat email (Wibowo, 2016).

2. Tahap Konseling.
Tahapan cybercounseling tidak jauh berbeda dengan tahapan proses
konseling face to face yaitu pertama: Kontak antara konselor dan konseli pada
pertemuan pertama mempunyai pengaruh yang menentukan bagi kelangsungan
pertemuan selanjutnya. Sama seperti konseling tatap muka langsung,
cybercounseling juga melakukan tahap pengantaran, dengan didahului proses
penstrukturan sederhana, boleh menggunakan bahasa yang mudah dipahami
konseli, artinya tidak terlalu panjang seperti penstrukturan dalam konseling tatap
muka, hal yang sangat penting pada tahap ini adalah membangun hubungan
emosional yang baik, nyaman antara konselor dan konseli, sehingga tercipta
hubungan yang luwes, sehingga konseli akan lebih muda terbuka dan sukarela
menyampaikan permasalahannya pada konselor. Penstrukturan juga dapat
dilakukan berdasarkan status dari konseli, jika isi statusnya menunjukkan adanya
indikasi bahwa konseli sedang mengalami masalah, disamping itu penguatan juga

5
sangat dibutuhkan dalam membentuk hubungan yang baik dengan konseli.
Hubungan yang akrab antara konselor dan konseli serta saling mempercayai harus
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.

Selanjutnya adalah tahap kedua yaitu penjajakan, Sasaran penjajagan atau


pengenalan adalah hal-hal yang dikemukakan konseli berkaitan dengan
perkembangan dan permasalahannya dalam hubungan konseling. Tahap ini
merupakan tahap yang sangat menentukan dalam arah konseling, konselor
melakukan pendalaman terhadap masalah konseli, dengan cara melakukan teknik
pertanyaan terbuka, refleksi, dorongan minimal, dan beberapa teknik yang lain,
pada tahapan ini juga sangat dibutuhkan keterampilan konselor untuk dapat
mengungkap penyebab masalah yang terjadi pada konseli.

Tahap ketiga Penafsiran; Tahap penafsiran yakni menafsirkan arti, masalah,


tujuan, dan perasaan konseli. Hal ini merupakan bagian dari teknik-teknik umum
konseling individu.

Tahap keempat Pembinaan; Inti tahap pembinaan yakni meneguhkan


keinginan dan harapan konseli dalam menetapkan tujuan, mengembangkan
program, merencanakan jadwal, merencanakan pemberian penguatan, dan
mempersonalisasikan langkah-langkah yang harus ditempuh. Hal ini merupakan
bagian dari teknik-teknik umum konseling.

Tahap kelima Penilaian/mengakhiri konseling; Terhadap hasil layanan


konseling perlu dilakukan tiga jenis penilaian, yaitu: penilain segera, penilaian
jangka pendek dan penilaian jangka panjang (Prayitno, 2004). Kelima tahap yang
terdapat dalam penyelenggaraan konseling secara langsung juga dapat diterapkan
padat penyelenggaraan cybercounseling namun pada penyelenggaraan
cybercounseling lebih terbuka untuk melakukan penyesuaian, mulai dari tahap
awal sampai tahap akhir, juga penggunaan teknik-teknik umum dan khusus tidak
secara penuh sepertit penyelenggaraan konseling secara langsung. Yang lebih
penting adalah dengan cara dan strategi tertentu guru BK atau konselor dapat
mengentaskan masalah yang dihadapi konseli.

Kelebihan dari cybercounseling ialah dapat diakses di mana saja pada waktu
yang sesuai, konselor dapat menjangkau para konseli secara lebih luas, Konselor
dan konseli dapat melaksanakan konseling kapan dan dimana saja atas dasar
kesepakatan bersama, Walaupun tanpa teramati isyarat verbal dan fisik, tetapi
kebanyakan konseli lebih mudah dalam mencurahkan pikiran dan perasaan yang
mereka rasakan. sedangkan kelemahannya adalah diagnosis yang dilakukan
menjadi tidak akurat dan pemberian intervensi menjadi tidak efektif karena

6
petunjuk dan arahan yang diberikan menjadi kurang spesifik dan informasi non
verbal menjadi sulit untuk diberikan.

3.2 Penelitian Terkait

“Aplikasi Penghubung Guru dan Orang Tua: e-Counseling”


Perancangan sistem pada penelitian ini menggunakan UML 2.0. Diagram
yang digunakan antara lain USE case, Activity Diagram, Sequence Diagram, dan
Class Diagram. Untuk Activity dan Sequence Diagram, tidak akan dibahas secara
keseluruhan, akan tetapi dipilih dari fitur yang pokok pada penelitian ini.

Pengujian aplikasi ini menggunakan metode pengujian Black Box. Black


Box Testing berfokus pada spesifikasi fungsional dari perangkat lunak. Tester
dapat mendefinisikan kumpulan kondisi input dan melakukan pengetesan pada
spesifikasi fungsional program.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa fitur-fitur yang dikembangkan sudah


berjalan dengan baik. Setelah hasil pengujian aplikasi dalam tahapan
pengembangan berjalan dengan baik, tahapan selanjutnya adalah tahapan
implementasi, akan tetapi pada penelitian ini belum dilakukan tahapan
implementasi dari aplikasi yang dibangun, karena terkendala masalah pandemi
yang sedang terjadi di Indonesia.

1. Dalam membangun aplikasi penghubung guru dan orang tua berbasis web
ini penulis menggunakan metode waterfall. Lalu dilanjutkan dengan
identifikasi permasalahan menggunakan metode analisa PIECES sebagai
dasar untuk memperoleh pokok-pokok permasalahan yang lebih spesifik
sehingga orang tua mendapat informasi monitoring cepat sampai karena
orang tua dapat melihat dan mengakses dimanapun.
2. Aplikasi ini dapat memberi informasi nilai murid, kasus murid, dan
prestasi murid ke orang tua.
3. Aplikasi ini dapat memudahkan orang tua yang sibuk untuk dapat melihat
dan mengakses dimanapun.

“Pengembangan Aplikasi E-Counseling Sebagai Upaya Meningkatkan


Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling”
Menurut Amani (2017) E - counseling adalah konseling yang dilakukan
melalui akses internet yang secara umum merujuk pada profesi yang berkaitan
dengan layanan kesehatan mental melalui teknologi komunikasi internet. Jadi E
Counseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
professional (konselor) kepada individu yang mengalami masalah (konseli) dalam
bentuk media elektronik, media sosial, dan media informasi lainnya yang

7
terhubung dalam internet. E - Counseling bukan hanya berupa pemberian layanan
konseling saja, namun diperluas menjadi penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling secara keseluruhan dengan bantuan teknologi. Tidak hanya online
konseling melalui internet namun juga semua aspek pemanfaatan program
pengolahan instrument, pengolahan data siswa, aplikasi manajemen konseling,
pemanfaatan media saat pemberian layanan klasikal di kelas dan sebagainya
termasuk juga pemanfaatan telepon untuk penyelenggaraan konseling.

Aplikasi E - Counseling ini sebagai strategi upaya meningkatkan


pemberian layanan bimbingan konseling kepada siswa. Dalam pengembangan
aplikasi E - Counseli ng ini diharapkan dapat menjadi penunjang proses konseling
yang dilakukan oleh konselor yang ada di SMA NEGERI 1 JENEPONTO. Dalam
upaya pengembangan aplikasi E - Counseling ini penulis mengupayakan tetap
menggunakan kode etik profesi konselor dalam pengembangannya agar dapat
sesuai dengan jalur hukum dan kode etik profesi konselor seperti asas
keterbukaan, dan asas kerahasiaan agar dalam pengembangan dan pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

Pengembangan aplikasi E - Counseling ini diharapkan mampu menjawab


setiap masalah yang dihadapi oleh konseli dan dapat menjadi tolok ukur konselor
dalam analisis masalah konseli agar dalam pemberian layanan konseling dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Konseli diharapkan secara terbuka
mengungkapkan masalahnya dalam E – Counseling nantinya.

Analaisis kebutuhan tidak hanya didasarkan pada asumsi-asumsi dalam


menganalisis kebutuhan saja tetapi didasarkan juga pada hasil studi pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik survei melalui
wawancara (interview) dengan guru pembimbing dan siswa di SMA Negeri 1
Jeneponto.

Dari hasil survei melalui wawancara kepada seorang guru pembimbing di


sekolah tersebut, diperoleh informasi-informasi bahwa terjadi beberapa
permasalahan atau konflik-konflik yang dihadapi siswa baik permasalahan pribadi
hingga belajarnya namun dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling
masih belum dilakukan secara maksimal dikarenakan belum adanya jam khusus
bagi guru pembimbing dalam memberikan bimbingan kepada siswa ditambah lagi
dengan kurangnya sosialisasi mengenai peran guru pembimbing dalam pemberian
layanan bimbingan dan konseling kepada siswa, hal tersebut menyebabkan siswa
tidak dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan malu juga ragu untuk
berkunjung ke ruangan BK untuk menceritakan masalahnya kepada guru
pembimbing. Sehingga menurut guru pembimbing sangat perlu dan penting untuk

8
membuat inovasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling yang baru
dan menarik untuk siswa, maka dalam hal ini aplikasi e – counseling.

Dari hasil survei tersebut, proses pemberian layanan bimbingan dan


konseling kemudian dievaluasi dan dikembangkan pengembangan aplikasi e -
counseling yang didasarkan dengan kebutuhan-kebutuhan guru pembimbing dan
siswa. Aplikasi ini diimplementasikan untuk membantu siswa dan guru
pembimbing.

Perencanaan pengembangan yang dimaksudkan merupakan hal-hal yang


dipersiapkan untuk membuat aplikasi e - counseling yaitu :

a) Perancangan aplikasi
Perancangan aplikasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan-kebutuhan siswa dan guru pembimbing dengan memuat beberapa fitur
dalam aplikasinya. Seperti kebutuhan dalam pemberian layanan konseling
individu dan konseling kelompok online .
b) Tenaga yang dipersiapkan
Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti yaitu sebagai fasilitator dan
teman peneliti yang membantu mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan
digunakan
c) Media yang digunakan
Dalam pembuatan aplikasi e - counseling ini, peneliti menggunakan
website kodular.io dalam pembuatan aplikasi ini dengan menggunakan sistem
android pada smartphone.

Berdasarkan hasil dari uji validasi data kualitatif oleh ahli materi dan ahli
media dan desain pembelajaran dapat disimpulkan bahwa aplikasi e - counseling
sudah sesuai dengan kebutuhan Guru BK dan siswa sebagai media atau alat
komunikasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling dan layak untuk
digunakan dalam penelitian dan layak untuk uji coba layanan setelah melakukan
revisi, juga berdasarkan hasil dari uji validasi data kualitatif oleh ahli teknologi
informasi dapat disimpulkan bahwa aplikasi e - counseling ini menarik dan layak
untuk uji kelompok kecil setelah melakukan revisi terlebi dahulu.

Berdasarkan hasil informasi dan analisis kebutuhan yang diperoleh dari


siswa dan guru BK di sekolah, hasil kajian teoritis dan empirik sangatlah
diperlukan hadirnya pemberian layanan bimbingan dan konseling yang menarik
dan inovatif guna membantu siswa dalam pengentasan masalahnya. Sejalan
dengan analisis kebutuhan telah dilakukan melalui pengumpulan informasi,
sebelum melakukan pengembangan aplikasi e - counseling dilakukan studi
literatur mengenai e - counseling . Studi literatur dan need assesment untuk

9
mengetahui kebutuhan guru BK di sekolah mengenai area implementasi model
pengembangan.

Pengembangan aplikasi e - counseling merujuk pada need assesment dan


asumsi bahwa dalam perkembangan penyelenggaraan konseling yang tadinya
dilakukan secara tatap muka ( face to face) dalam ruang tertutup, bisa dilakukan
secara jarak jauh dengan dukungan teknologi informasi yang selanjutnya dikenal
dengan istilah e - counseling . Di Indonesia sendiri tidak ada informasi yang pasti
tentang istilah e-konseling. Pada tahun 2009 IFDIL secara khusus
memperkenalkan istilah penayaan e - counseling di Indonesia, pelayanan e -
conseling diperluas menjadi pelayanan penyelenggaraan bimbingan dan konseling
(BK) secara keseluruhan dengan bantuan teknologi. Maka pengembangan aplikasi
e - counseling ini diangap penting sebagai inovasi dalam pemberian layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.

“Konseling Online Untuk Membantu Kesejahteraan Psikologis Anak Saat


Pandemi Covid-19”
Salah satu bentuk bantuan kepada mahasiswa yang mengalami masalah
psikologis yakni dengan memberikan konseling. Tetapi pada masa pandemi
COVID-19, kebanyakan mahasiswa sudah pulang ke kampung halamannya
masing-masing sehingga ada kendala jarak. Bagi mahasiswa yang masih berada di
sekitar kampus juga kesulitan untuk keluar rumah/kos karena kebijakan
pembatasan berkumpul dan jaga jarak. Salah satu solusi bentuk konseling yang
sesuai dengan kondisi pandemi COVID-19 yaitu konseling online. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ifdil (2013:20) bahwa melakukan konseling online, merupakan
hal yang cukup efektif jika permasalahan yang dihadapi perlu segera untuk
dientaskan sementara tidak ada kesempatan atau terkendala jarak untuk dapat
melakukan konseling face to face.

Menurut Zack dalam Kraus (2011:68) dalam pelayanan konseling online,


minimal harus tersedianya komputer, koneksi internet (berkecepatan tinggi,
idealnya), dan web browser. Selain itu, dapat pula di pertimbangkan untu
memiliki: 1) akun email pribadi, 2) akun chat pribadi, 3) program
videoconference dan webcam, 4) nama domain, 5) sebuah website, 6) akun
webhosting (untuk menyimpan sebuah website), 7) keamanan software/hardware,
8) akun social media (misalnya, Facebook, Twitter), 9) sebuah akun dunia virtual
(misalnya, di Second Life).

Menurut Kraus (2011) mengemukakan definisi konseling online sebagai


jenis interaksi terapeutik professional yang menggunakan internet untuk
menghubungkan professional kesehatan mental yang berkualitas bagi kliennya.
Hal tersebut senada pendapat Ifdil (2013:17) yang menyatakan konseling online

10
dapat dimaknai sebagai proses konseling yang dilakukan dengan alat bantu
jaringan sebagai penghubung antara konselor/konselor dengan konselinya.

Marthin (dalam Prasetyo, Rizal Yugo dan Djunaidi, 2015) membagi dua
jenis layanan dalam konseling melalui internet yaitu:
a. Non interaktif, berupa situs yang berisi informasi dan narasumber self
help atau pertolongan mandiri;
b. Interaktif (synchronous dan asynchronous). Interaktif synchronous
adalah pelayanan konseling secara langsung seperti chat atau instant messaging,
dan video conference. Interaktif asyncronous yang secara tidak langsung berupa
email dan bulletin boards counseling. Konseling yang berjenis interaktif adalah
situs yang menawarkan alternatif bentuk konseling melalui internet, dimana
terdapat interksi antara konselor dan konseli baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Langkah-langkah konseling online (ecounseling) menurut Kemendikbud


(2016) yaitu:
a. Pra konseling,
1) Mendesain menu e-counseling atau konseling online
2) Melakukan sosialisasi dan edukasi pada peserta didik/ konseli

b. Proses konseling,
1) Membangun relasi konseling
2) Melaksanakan tahapan dan mengunakan teknik konseling sesuai teori yang
dipilih baik secara tunggal, maupun integratif
3) Menutup proses konseling

c. Pasca konseling
1) Membuat laporan konseling
2) Berdasarkan kesepakatan, peserta didik/konseli melakukan tindakan
lanjutan proses konseling

Beberapa rancangan pengembangan konseling online yang telah dilakukan


yaitu pengembangan website konseling online untuk SMAN 1 Gresik (Prahesti &
Wiyono, 2017). Selain itu juga, pengembangan website konseling online untuk
anak disabilitas (Wiyono & Haq, 2019).

Penjelasan secara garis besar mengenai menu yang ditawarkan dalam


konseling online sebagai berikut :
1. Chat Counseling
Chat Counselling merupakan menu di dalam akun yang bisa dimanfaat
oleh konselor untuk berinteraksi dengan mahasiswa secara langsung dengan ciri-

11
ciri respon secara langsung. Chat Counselling dilengkapi dengan tampilan status
online atau offline, konselor dapat mengganti status dengan offline apabila ingin
online namun tidak ingin terlihat berstatus online. Chat counseling juga dapat
merekap percakapan ketika chat counseling telah berakhir atau apabila terjadi
kesalahan teknis yang menyebabkan akun secara tiba-tiba offline.
2. Email Counseling
Email Counseling merupakan menu di dalam akun yang bisa dimanfaat
oleh konselor untuk berinteraksi dengan mahasiswa yang terhubung dengan akun
email pribadi konselor. Seperti layaknya melakukan menggunakan akun email,
konselor dapat membalasnya kapan saja ketika membuka inbox email, tidak
tergantung pada akun yang sedang online/offline.
3. Scheduling
Scheduling atau penjadwalan dimaksudkan untuk konseli yang ingin
membuat janji konseling tatap muka. Konselor yang dipilih oleh konseli akan
mendapatkan request/permintaan konseling yang tentunya konselor berhak untuk
menerima atau menolak permintaan tersebut dengan membalas request dengan
catatan di dalamnya. Konselor dapat mengedit sendiri jam kosong yang tersedia
pada akun masing-masing.
4. About
About berisikan About us, atau gambaran mengenai website beserta
kebijakan dalam penggunaan website konseling online.
5. Video
Fitur video berguna bagi konselor untuk berbagi informasi dengan konseli
berupa video yang bermanfaat bagi mahasiswa dengan membagi link video.
6. Information
Fitur information berguna bagi konselor untuk memberikan layanan
informasi kepada konseli dengan cara isi informasi pada dashboard konselor.

“Layanan CyberCounseling Pada Masa Pandemi Covid-19”


Teknologi menawarkan orang lebih banyak kesempatan untuk meng-
upgrade semua jenis gaya hidup. Dengan perkembangan teknologi yang semakin
pesat, semua aspek kehidupan mulai berubah dan lebih baik dalam hal ruang,
waktu dan komunikasi. Dalam perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, interaksi antara konselor dan konseli tidak hanya terjadi dalam
hubungan face to face tetapi dapat dilakukan secara virtual melalui internet
(onlien) dalam bentuk “cybercounseling”. Oleh karena itu konselor perlu
beradaptasi dan mempersiapkan diri secara baik dalam penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling. Hal ini tidak lagi menjadi pilihan tetapi menjadi sebuah kewajiban
untuk dilakukan oleh konselor mengingat kondisi dunia khususnya Indonesia
yang saat ini sedang berjuang melawan COVID-19.

12
Bloom (2004) menyebutkan bahwa layanan cybercounseling adalah salah
satu strategi layanan konseling yang bersifat virtual atau konseling yang
berlangsung melalui bantuan koneksi internet. Namun yang perlu diperhatikan
adalah perangkat yang digunakan dalam cybercounseling itu sendiri. Tentu yang
menjadi penentu utama adalah koneksi dengan internet supaya dapat terjadi
interaksi melalui website, email, facebook, video conference atau yahoo
massengger maupuntdalam bentuk yang lainnya. Cybercounseling dapat
didefinisikan sebagai praktek konseling profesional yang terjadi ketika konseli
dan konselor berada secara terpisah dan memanfaatkan media elektronik untuk
berkomunikasi melalui internet (Prasetiawan,H. 2016). Definisi ini mencakup
web, email, chat dan sebagainya. Dalam kondisi pandemic COVID-19 seperti ini
memungkinkan terjadinya komunikasi antara dua pihak bisa lebih cepat,
lebihtefisien dan lebih nyaman dari sudut pandang administrasi tanpa harus
bertatap muka secara langsung.

Cybercounseling dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu yang bersifat
non interaktif dan interaktif (synchronous dan asynchronous). Non Interaktif,
berupa situs yang berisi informasi dan narasumber self help ataut pertolongan
mandiri. Sedangkan yang interaktif synchronous adalah pelayanan konseling
secara langsung seperti chat atau instant messaging, dan video conference.
Interaktif asyncronous yang secara tidak langsung berupa email therapy dan
Bulletin Boards Counseling Interaktif: konseling yang berjenis interaktif adalah
situs yang menawarkan alternatif bentuk terapi melalui internet, dimana terdapat
interksi antara konseli dan konselor baik secara langsung maupun tidak langsung
(Prasetyo dan Djuniadi, 2015).

Proses cybercounseling bukanlah merupakan sebuah proses yang


sederhana. Oleh sebab itu, perlunya persiapan yang matang untuk melakukannya.
Berikut adalah beberapa uraian singkat mengenai proses cybercounseling pada
masa pandemi COVID-19.
1. Tahap Persiapan
Gambaran umum tahap persiapan cybercounseling mencakup dua aspek
utama yaitu aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) yang mendukung penyelenggaraan cybercounseling. Perangkat
keras yaitu perangkat komputer/laptop yang dapat terkoneksi dengan internet,
headset, mic, webcam dan sebagainya. Namun untuk lebih efektifnya bisa
menggunakan smartphone yang sekarang sudah dilengkapi dengan berbagai
aplikasi canggih apalagi untuk aplikasi handphone android. Sedangkan Perangkat
lunak yaitu program-program yang mendukung dan akan digunakan, account dan
alamat email (Wibowo, 2016).
2. Tahap Konseling

13
Tahapan cybercounseling tidak jauh berbeda dengan tahapan proses
konseling face to face yaitu pertama: Kontak antara konselor dan konseli pada
pertemuan pertama mempunyai pengaruh yang menentukan bagi kelangsungan
pertemuan selanjutnya. Sama seperti konseling tatap muka langsung,
cybercounseling juga melakukan tahap pengantaran, dengan didahului proses
penstrukturan sederhana, boleh menggunakan bahasa yang mudah dipahami
konseli, artinya tidak terlalu panjang seperti penstrukturan dalam konseling tatap
muka, hal yang sangat penting pada tahap ini adalah membangun hubungan
emosional yang baik, nyaman antara konselor dan konseli, sehingga tercipta
hubungan yang luwes, sehingga konseli akan lebih muda terbuka dan sukarela
menyampaikan permasalahannya pada konselor. Penstrukturan juga dapat
dilakukan berdasarkan status dari konseli, jika isi statusnya menunjukkan adanya
indikasi bahwa konseli sedang mengalami masalah, disamping itu penguatan juga
sangat dibutuhkan dalam membentuk hubungan yang baik dengan konseli.
Hubungan yang akrab antara konselor dan konseli serta saling mempercayai harus
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
Selanjutnya adalah tahap kedua yaitu penjajakan, Sasaran penjajagan atau
pengenalan adalah hal-hal yang dikemukakan konseli berkaitan dengan
perkembangan dan permasalahannya dalam hubungan konseling. Tahap ini
merupakan tahap yang sangat menentukan dalam arah konseling, konselor
melakukan pendalaman terhadap masalah konseli, dengan cara melakukan teknik
pertanyaan terbuka, refleksi, dorongan minimal, dan beberapa teknik yang lain,
pada tahapan ini juga sangat dibutuhkan keterampilan konselor untuk dapat
mengungkap penyebab masalah yang terjadi pada konseli. Tahap ketiga
Penafsiran; Tahap penafsiran yakni menafsirkan arti, masalah, tujuan, dan
perasaan konseli. Hal ini merupakan bagian dari teknik-teknik umum konseling
individu.
Tahap keempat Pembinaan; Inti tahap pembinaan yakni meneguhkan
keinginan dan harapan konseli dalam menetapkan tujuan, mengembangkan
program, merencanakan jadwal, merencanakan pemberian penguatan, dan
mempersonalisasikan langkah-langkah yang harus ditempuh. Hal ini merupakan
bagian dari teknik-teknik umum konseling. Tahap kelima Penilaian/mengakhiri
konseling; Terhadap hasil layanan konseling perlu dilakukan tiga jenis penilaian,
yaitu: penilaian segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka panjang
(Prayitno, 2004). Kelima tahap yang terdapat dalam penyelenggaraan konseling
secara langsung juga dapat diterapkan padat penyelenggaraan cybercounseling
namun pada penyelenggaraan cybercounseling lebih terbuka untuk melakukan
penyesuain, mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, juga penggunaan teknik-
teknik umum dan khusus tidak secara penuh seperti penyelenggaraan konseling
secara langsung. Yang lebih penting adalah dengan cara dan strategi tertentu guru
BK tatau konselor dapat mengentaskan masalah yang dihadapi konseli.

14
Untuk mempermudah memberikan layanan konseling pada masa
pandemi, guru BK/konselor di sekolah maupun konselor di perguruan tinggi dapat
menggunakan media berbasis teknologi. Banyak sekali media cybercounseling
yang dapat digunakan konselor dalam membantu konseli untuk menyelesaikan
permasalahan tanpa harus bertatap muka secara lansung. Beberapa media yang
dapat digunakan sebagai penghubung antara konselor dengan konseli tanpa tatap
muka secara langsung adalah:
1) Chat, Instant Messaging dan Jejaring Sosial
Chat dapat diartikan sebagai obrolan, namun dalam dunia internet, istilah
ini merujuk pada kegiatan komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan
singkat yang diketikkan melalui keyboard. Sedangkan percakapan itu sendiri
dikenal dengan istilah chatting. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling
berinteraktif melalui teks, maupun suara dan video. Berbagai aplikasi dapat
digunakan untuk chatting, seperti skype, messenger, google talk, window live
messenger, mIRC, dan juga melalui jejaring sosial seperti facebook, twitter dan
myspase yang didalamnya juga tersedia fasiltas chatting.
2) Email
Email merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti 'surat
telektronik'. Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks
untuk dikirim dant diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau
telepon seluler. Lebih spesifik lagi, email diartikan sebagai cara pengiriman data,
file teks, foto digital, atau file-file audio dan video dari satu komputer ke
komputer lainnya, dalam suatu jaringan komputer (intranet maupun internet). Ada
banyak penyedia account email gratis seperti @yahoo, @gmail, @aim, @hotmail,
@mail, @tekomnet, @plasa dan masih banyak yang lainnya.
3) Video Conference
Video conference, atau dalam bahasa Indonesia disebut video konferensi,
atau pertemuan melalui video. Pertemuan ini dibantu oleh berbagai macam media
jaringan seperti telepon ataupun media lainnya yang digunakan untuk transfer data
video. Alat khusus video konferensi sangat mahal sehingga alternatif konselor dan
konseli dapat menggunakan fasilitas video konferensi yang terdapat pada
beberapa aplikasi Instant Messaging yang didalamnya sudah menyediakan
fasiltitas video call.
4) Website/Situs
Dalam menyelenggarakan konseling online guru BK/konselor dapat
menyediakan sebuah alamat situs. Situs ini menjadi alamat untuk melakukan
praktik online. Sehingga konseli yang ingin melakukan konseling online dapat
berkunjung ke situs tersebut terlebih untuk selanjutnya melakukan konseling
online, untuk dapat memiliki wesbite konselor dapat bekerjasama dengan
perusahaan dan/atau para pakar dibidang web developer. Konselor dapat memulih
bentuk desain web yang diinginkan mulai dari html, php dan website yang
menggunakan CMS (Content Management System).

15
5) Telephone/Hand Phone
Salah satu media cybercounseling yang lebih sederhana dan dapat
digunakan adalah Telephone atau Hand Phone. Dimana konselor dan konseli bisa
tehubung dengan menggunakan perangkat ini. “Telephone-based individual
counseling involves synchronous distance interaction between a counselor and a
client using what is heard via audio to communicate” (National Board for
Certified Counselors.tt). Telphone/handphone dapat digunakan untuk
menghubungi konselor. konselor dapat mendengar dengan jelas apa yang
diungkapkan konselinya melalui fasilitas telphone/handphone. Dengan fasilitas ini
pula Konselor dengan segeranya dapat merespon apa yang dibicarakan oleh
konselinya.

Lebih sederhana cybercounseling dapat dilakukan dengan memanfaatkan


telephone. Dimana konselor dan konseli bisa berkomunikasi secara lancar dan
konselor dapat mendengar dengan jelas tanpa yang diungkapkan konselinya.
Dengan fasilitas ini pula Konselor dengan segeranya dapat merespon apa yang
dibicarakan.

Kelebihan dari cybercounseling ialah dapat diakses dimana saja pada


waktu yang sesuai, diyakini dapat menjangkau individu yang menghadapi
hambatan psikologis dan fisik untuk mengakses layanan konseling (Mallen &
Vogel, 2005). Tentu dalam masa pandemi COVID-19 dimana di beberapa negara
termasuk Indonesia ditetapkan sistem “lockdown” membuat konseli yang
memiliki kebutuhan untuk melakukan konseling tidak diijinkan untuk pergi ke
tempattpraktek konselor. Konseli hanya cukup melakukan proses konseling di
rumah tanpa harus menambah kecemasannya tertular virus. Selain itu beberapa
kelebihannya juga sebagai berikut: Konselor dapat menjangkau para konseli
secara lebih luas, Konselor dan konseli dapat melaksanakan konseling kapan dan
dimana saja atas dasar kesepakatan bersama, Walaupun tanpa teramati isyarat
verbal dan fisik, tetapi kebanyakan konseli lebih mudah dalam mencurahkan
pikiran dan perasaan yang mereka rasakan.

Kelemahan dari penggunaan cybercounseling yang mungkin terjadi


adalah: 1. Diagnosis yang dilakukan menjadi tidak akurat dan pemberian
intervensi menjadi tidak efektif karena petunjuk dan arahan yang diberikan
menjadi kurang spesifik dan informasi non verbal menjadi sulit untuk diberikan.
2. Penjaminan kerahasiaan dan privasi konseli yang tidak optimal. 3. Perhatian
yang diberikan menjadi terbatas, terutama untuk konseli yang memiliki keinginan
untuk bunuh diri, menderita kecemasan dan depresi yangt ekstrim tatau depresi
atau pada konseli yang sedang berada dalam krisis. 4. Pengetahuan identitas yang
terbatas memungkinkan anak-anak untuk menyamar dan mengaku sebagai orang
dewasa. 5. Adanya kesulitan untuk memperkirakan dan mengembangkan teknik

16
intervensi yang efektif pada konseli yang sebelumnya belum pernah terlibat dalam
konteks konseling tatap muka atau pada konseli dengan kasus yang berat.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Pengembangan


Desain penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Dengan
menggunakan jenis/pendekatan penelitian yang berupa Studi Kepustakaan
(Library Research). Objek dalam penelitian ini yaitu E-Counseling sebagai
alternative strategi Konselor dalam menghadapi permasalahan Konseli di saat
pandemic. Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang
ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb
(Mardalis:1999). Studi kepustakaan juga dapat mempelajari beberbagai buku
referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono:2006).
Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan
dengan masalah yang ingin dipecahkan (Nazir:1988). Menurut Burhan dalam
bukunya “metode literatur merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data rekam
peristiwa”. Literatur yang digunakan dalam kajian ini bersumber dari artikel, buku
dan jurnal online yang berkaitan dengan judul kajian.

3.2 Prosedur Pengembangan


Prosedur dalam penelitian ini ada beberapa tahapan dalam prosedur
pelaksanaannya yaitu sebagai berikut :
1. tahap pemilihan judul dan kasus
2. pencarian dan pembacaan literatur
3. tahap perumusan fokus dan masalah penelitian
4. tahap pengumpulan data
5. tahap penyempurnaan data
6. tahap pengolahan data
7. tahap analisis data
8. tahap proses analisis data

17
9. tahap triangulasi temuan
10. tahap simpulan hasil penelitian
11. tahap laporan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan teknik analisis secara interaktif.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis secara interaktif model Miles dan
Huberman dengan empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.

3.4 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis isi (Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan
inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya (Kripendoff,
1993). Dalam analisis ini akan dilakukan proses memilih, membandingkan,
menggabungkan dan memilah berbagai pengertian hingga ditemukan yang relevan
(Serbaguna, 2005).

18
DAFTAR PUSTAKA

Haryati, A. (2020). Online Counseling Sebagai Alternatif Strategi Konselor dalam


Melaksanakan Pelayanan E-Counseling di Era Industri 4.0. Bulletin of
Counseling and Psychotherapy, 2(2), 27–38.
https://doi.org/10.51214/bocp.v2i2.33, diakses pada tanggal 11 Mei 2021

Ifdil, I., & Ardi, Z. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk
Pelayanan E-konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 1(1), 15.
https://doi.org/10.29210/1400, diakses pada tanggal 11 Mei 2021

Mansyur, A. I., Badrujaman, A., Imawati, R., & Fadhillah, D. N. (2020).


Konseling Online Sebagai Upaya Menangani Masalah Perundungan Di
Kalangan Anak Muda. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 29(2), 140–154.
https://doi.org/10.23917/jpis.v29i2.8501, diakses pada tanggal 11 Mei 2021

Rasyid, A., & Muhid, A. (2020). Pentingnya E-Counseling dalam Pelayanan BK


di Sekolah pada Masa Pandemi Covid-19: Literature Review. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(2), 110–116.

Wahidah, I., Athallah, R., Hartono, N. F. S., Rafqie, M. C. A., & Septiadi, M. A.
(2020). Pandemik COVID-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan
Masyarakat dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen Dan
Organisasi, 11(3), 179–188. https://doi.org/10.29244/jmo.v11i3.31695

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Aisa, A. (2020). LAYANAN CYBERCOUNSELING PADA MASA PANDEMI.


1(2), 35–47.

Jalil, M. N., Konseling, B., Pendidikan, F. I., & Makassar, U. N. (n.d.).


Indonesian Journal of School Counseling : Theory , Application and
Development Volume X Nomor Y Mount Years . Pages xx-xx Homepage :

19
http://ojs.unm.ac.id/index.php/IJOSC DOI :
https://doi.org/10.26858/jpkk.v4i2.5817 Pengembangan Aplikasi E-
Counseling Sebagai Upaya Meningkatkan Pemberian Layanan Bimbingan
dan Konseling Indonesian Journal of School Counseling : Theory ,
Application and Development Volume X Nomor Y Mount Years . Pages
xx-xx Homepage : http://ojs.unm.ac.id/index.php/IJOSC DOI :
https://doi.org/10.26858/jpkk.v4i2.5817. X.

Aisa, A. (2020). Layanan cybercounseling pada masa pandemi. Edu Consilium :


Jurnal Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam, 1(2), 35–47.

Agustini, T., & Wahab, A. (2020). Aplikasi Penghubung Guru dan Orang Tua: e-
Counseling. Ultima InfoSys : Jurnal Ilmu Sistem Informasi, 11(2), 97–106.
https://doi.org/10.31937/si.v11i2.1739

Wiyono, B. D. (2020). Konseling Online Untuk Membantu Kesejahteraan


Psikologis Anak Saat Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional FIP 
2020, 013–017.

Jalil, M. N., Konseling, B., Pendidikan, F. I., & Makassar, U. N. (n.d.).


Indonesian Journal of School Counseling : Theory , Application and
Development Volume X Nomor Y Mount Years . Pages xx-xx Homepage :
http://ojs.unm.ac.id/index.php/IJOSC DOI :
https://doi.org/10.26858/jpkk.v4i2.5817 Pengembangan Aplikasi E-
Counseling Seba. X.

20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

1.1 Identitas Diri Ketua Kelompok


1 Nama Lengkap Widya Khairandi
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
4 NIM 1193151021
5 Email Khairandiwidya26@gmail.com
6 NO Telepon/HP 082381068670

Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Negeri SMP Negeri 1 Lubuk SMA Negeri 1
101981 Pakam Lubuk Pakam
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2007-2013 2013-2016 2016-2019
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas – Penelitian.

Medan, Mei 2021


                                             Pengusul,

 (Widya Khairandi)

21
1.2 Identitas Anggota 1

1 Nama Lengkap Adelia Mauritia Shalsa


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
4 NIM 1192451008
5 Email Adeliamauritias2033@gmail.com
6 NO Telepon/HP 085761283260

Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Negeri Madrasah Madrasah
060925 Medan Tsanawiyah Negeri 1 Aliyah Negeri
Medan 3 Medan
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2007 – 2013 2013-2016 2016-2019
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas – Penelitian.

Medan, Mei 2021


                                             Pengusul,

(Adelia Mauritia Shalsa)

22
1.3 Identitas Anggota 2

1 Nama Lengkap Muhammad Akbar


2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
4 NIM 1193151023
5 Email akbar.280901@gmail.com
6 NO Telepon/HP 081262532410

Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD Negeri Madrasah Madrasah
023972 Binjai Tsanawiyah Negeri Aliyah Negeri
Binjai Binjai
Jurusan - - MIA
Tahun Masuk- 2007 – 2013 2013-2016 2016-2019
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas – Penelitian.

Medan, Mei 2021


                                             Pengusul,

(Muhammad Akbar)

23
1.4 Identitas Anggota 3

1 Nama Lengkap Lidya Munawarah Siregar


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
4 NIM 1193151026
5 Email Lidyamunawarah32@gmail.com
6 NO Telepon/HP 085206814352

Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SDN 104212 MTS Muallimin SMA Swasta
Univa Medan As-Syafi’iyah
Medan
Jurusan - - IPS
Tahun Masuk- 2007-2013 2013-2016 2016-2019
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas – Penelitian.

Medan, Mei 2021


                                             Pengusul,

(Lidya Munawarah Siregar)

24
1.5 Identitas Anggota 4

1 Nama Lengkap Santi Florida Situngkir


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Bimbingan dan Konseling
4 NIM 1193351029
5 Email Santi17072016@gmail.com
6 NO Telepon/HP 081362058551

Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Instansi SD RK Budi SMP Negeri 37 SMA Negeri 5
Luhur Medan Medan Medan
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk- 2007 - 2013 2013 – 2016 2016 – 2019
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas – Penelitian.

Medan, Mei 2021


                                             Pengusul,

(Santi Florida Situngkir)

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran

25
1. Peralatan Penunjang (15-25%)

Material Justifikasi Kuantitas Harga Total


Pemakaian Satuan (Rp)
Buku Sumber 6 buku Rp. 50.000 Rp. 300.000
referensi
Flashdis Menyimpan 1 Unit Rp 100.000 Rp 100.000
Kingston dokumen
16 GB penelitian
Rental Cetak 1 Unit Rp 500.000 Rp 400.000
printer laporan
Canon
Rental Dokumentasi 1 Unit Rp 300.000 Rp 200.000
Kamera
SUB TOTAL ( Rp) Rp 1.000.000

2. Bahan Habis Pakai (30-40%)

Material Justifikasi Kuantitas Harga Total


Pemakaian Satuan (Rp)
Kertas HVS Mencetak 5 rim Rp 50.000 Rp 250.000
80g Laporan
Tinta printer Mencetak 4 pcs Rp 62.500 Rp 250.000
Lapora
ATK Menyusun 1 set Rp 500.000 Rp 500.000
Laporan
Foto copy Pembuatan tes 1000 hlm Rp 200 Rp 200.000
dan angket
SUB TOTAL ( Rp) Rp 1.200.000

3.Perjalanan (30-40%)

Material Justifikasi Kuantitas Harga Total


Pemakaian Satuan (Rp)
Transportasi ke Transportasi 5 orang Rp 100.000 Rp 1.500.000
tempat selama 5 Bulan
penelitian
Transportasi Transport selama 5 orang Rp 100.000 Rp 1.500.000
membeli 5 bulan
barang

26
Makan dan Keperluan 5 orang Rp 100.000 Rp 1.500.000
minum peneliti selama 5
bulan

SUB TOTAL (Rp) Rp 4.500.000

4. Lain-lain(10%)

Material Justifikasi Kuantitas Harga Total


Penilitian Satuan (Rp)
Pengandaan Dokumentasi 3 buah Rp 150.000 Rp 450.000
laporan
Seminar hasil Publikasi - Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
PKM
Laporan Penyusunan 3 orang Rp 100.000 Rp 300.000
kemajuan laporan
Catatan harian Penyusunan 3 orang Rp 50.000 Rp 150.000
laporan
Poster 2 unit Rp 100.000 Rp 200.000
Tabulasi data Penyusunan 2 unit Rp 300.000 Rp 600.000
laporan
Pengolahan dan Penyusunan 2 orang Rp 300.000 Rp 600.000
analisis data laporan
Editing dan Penyusunan 1 orang Rp 800.000 Rp 800.000
Entry data laporan
Foto copy dan Penyusunan laporan 4 unit Rp 150.000 Rp 600.000
penjilidan
laporan
Dokumentasi Cetak Foto 30 buah Rp 10.000 Rp 300.000
SUB TOTAL (Rp) Rp 5.000.000
TOTAL ( KESELURUHAN) (Rp) Rp 11.700.000

27
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(jam/minggu)
1. Widya Khairandi Bimbingan dan Ilmu 6 jam Analisis Data
(1193151021) Konseling Pendidikan /minggu

2. Adelia Mauritia Bimbingan dan Ilmu 6 jam Pengumpulan


Shalsa Konseling Pendidikan /minggu data
(1192451008)
3. Muhammad Akbar Bimbingan dan Ilmu 6 jam Pengumpulan
(1193151023) Konseling Pendidikan /minggu data
4. Lidya Munawarah Bimbingan dan Ilmu 6 jam Pembuatan
Siregar Konseling Pendidikan /minggu Laporan
(1193151026) Ilmu
Pendidikan
5. Santi Florida Bimbingan dan Ilmu 6 jam Pembuatan
Situngkir Konseling Pendidikan /minggu Laporan
(1193351029)

Anda mungkin juga menyukai