Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TES KOMPENTENSI BERBAHASA RESEPTIF


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Saraswati, M.Pd

Disusun oleh :
Ayu Rizkika
Iis Susilawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,


SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR
PANDEGLANG BANTEN
JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia” mengenai Tes Kompentensi
Berbahasa Reseptif.

Tak lupa, kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalasnya dan mencatatnya sebagai amal
sholih. Aamiin

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi pembaca. Aamiin

Pandeglang, Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tes Kompetensi Berbahasa...................................................................................... 3
B. Tes Keterampilan Berbahasa................................................................................... 4
C. Tes Kompetensi Berbahasa Reseptif....................................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kompetensi berbahasa merupakan tindak memergunakan bahasa secara nyata
untuk tujuan berkomunikasi. Kompetensi berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan berbahasa atau kompetensi
berunjuk kerja bahasa merupakan manifestasi nyata kompetensi kebahasaan seseorang.
Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin dalam
kemampuan berbahasanya.
Berbagai aspek kebahasaan dan fungsi komunikatif pemahaman dan penggunaan
bahasa haruslah terintegrasi dalam tes kompetensi berbahasa. Artinya, melalui tes
kebahasaan akan diukur pengetahuan kebahasaan seseorang, tetapi ia harus terintegrasi
dalam bentuk pemahaman dan penggunaan bahasa secara wajar dan kontekstual. Tes
kebahasaan yang dimaksudkan untuk mengukur kompetensi gramatikal yang merupakan
kemampuan dasar untuk berkomunikasi memang perlu mendapatkan perhatian tersendiri.
Akan tetapi, ia tidak boleh lepas dari fungsi komunikatif bahasa, dan jika dipaksakan
akan berubah menjadi jenis tes kebahasaan yang lain yang tidak mengukur kompetensi
berbahasa. Dengan demikian, tes kompetensi berbahasa akan berwujud tes kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan bahasa. Secara konkret, tes kompetensi berbahasa akan
melibatkan keempat aspek itu harus kontekstual.
Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya merupakan
kemampuan menerima, proses decodin, kemampuan untuk memahami bahasa yang
dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan.
Pengertian memahami bahasa dalam proses komunikasi lebih dimaksudkan memahami
pesan yang dikandung yang ingin disampaikan. pemahaman bahasa lewat saran bunyi
merupakan kegiatan menyimak, sedangkan yang lewat secara tulisan merupakan kegiatan
membaca. Kegiatan menyimak dan menbaca mempunyai persamaan: sama-sama bersifat
reseptif, aktif untuk memahami isi pesan. Letak perbedaan nya adalah terdapat pada
sarana yang dipergunakan, yaitu sarana yang dipergunakan, yaitu sarana bunyi dan tulisan
tersebut. Baik sistem bunyi maupun tulisan pada hakikatnya hanya merupakan lambang,
yaitu lambang bahasa, lambang yang bersifat Arbitrer, untuk menyampaikan informasi
dari seseorang penutur bahasa pada pihak lain.

1
Pemahaman terhadap informasi yang dikandung wacana merupakan hal yang
harus diutamakan dalam tes kemampuan reseptif, dan bukan nya terhadap aspek- aspek
lain yang kurang secara langsung perkaitan dengan pemahaman informasi tersebut. untuk
mengintegrasikan tes kompensi ini dengan tes kompetensi kebahasaan, pembuatan tes
struktur dan kosakata disarankan berangkat dari wacana yang dipakai untuk tes membaca
atau menyimak. Dari uraian diatas maka penulis akan membuat sebuah makalah yang
membahas tes kompentesi berbahasa reseptif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tes kompetensi berbahasa ?
2. Apa pengertian tes keterampilan berbahasa ?
3. Apasaja termasuk kedalam tes kebahasaan reseptif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui materi tentang tes kompetensi berbahasa.
2. Untuk mengetahui materi tentang tes keterampilan berbahasa.
3. Untuk mengetahui materi tes kebahasaan reseptif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tes Kompetensi Berbahasa


B.1. Pengertian
Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas yang terencana untukü memperoleh
informasi tentang objek atau sasaran tes yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Jadi, Tes bahasa
adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan
evaluasi pada umumnya terhadap kemampuan bahasa dengan melakukan
pengukuran terhadap kemampuan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis.
Kompetensi merupakan bentuk kata benda dari kata sifat ‘kompeten’ yang
berarti cakap (mengetahui). Dalam linguistik, kompetensi berarti kemampuan
menguasai gramatika satuan bahasa secara abstrak atau batiniah. Hal itu, sesuai
dengan pendapat DP Tampubolon bahwa kompetensi bahasa adalah penguasaan
bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa
dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca,
dan pengelompokan kata.. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Jadi, kompetensi bahasa adalah kemampuan seseorang
dalam menguasai keterampilan bahasa untuk berkomuniksi.
Seseorang yang memiliki kompetensi bahasa, adalah orang yang memiliki
kemampuan bahasa. Kemampuan bahasa adalah kecakapan seseorang menggunakan
bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa, Dalam kompetensi bahasa,
seseorang harus menguasai empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Keempat keterampilan bahasa : menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, empat
keterampilan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yangn lainnya. Pada
beberapa tugas yang lalu telah diuraikan mengenai keterampilan – keterampilan
bahasa, dan strategi pengajarannya.
Komponen atau unsur kebahasaan yang diteskan meliputi hal-hal yang
menjadi cakupan pengajaran bahasa. Cakupan pengajaran bahasa meliputi kompetensi
kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan kesusastraan.

3
B.2. Tes Kompetensi Kebahasaan
Kompetensi kebahasaan seseorang berkaitan dengan pengetahuan tentang
sistem bahasa, struktur, kosakata, atau seluruh aspek kebahasaan itu, dan bagaimana
tiap aspek tersebut saling berhubungan. Dengan kompetensi kebahasaan yang
dimilikinya, seseorang akan mampu membedakan antara “bahasa” dan “bukan
bahasa”.
Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek ini adalah
prasyarat untuk melakukan kegiatan berbahasa.
1). Tes Struktur Tata Bahasa
Struktur bahasa pada umumnya dibedakan ke dalam morfologi dan
sintaksis. Struktur sintaksis merupakan hal yang lebih penting daripada
morfologi karena sintaksis merupakan struktur bahasa tertinggi. Di samping itu,
struktur kalimatlah yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan berbahasa.
2). Tes Kosakata
Kosakata dalam suatu bahasa biasanya berjumlah banyak sekali. Akan
tetapi, hanya sebagian kosakata yang dipergunakan secara aktif dalam kegiatan
berkomunikasi, sedangkan yang lain jarang digunakan. Berdasarkan kenyataan
itu kosakata dibedakan ke dalam kosakata aktif dan pasif, yang mencerminkan
tingkat kesulitan kosakata.
Penguasaan kosakata yang lebih banyak lebih memungkinkan kita untuk
menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. Dalam
kaitan ini, tes penguasaan yang baik adalah dalam hubungannya dengan
konteks, sebab, di samping pertimbangan komunikatif bahasa, kosakata
umumnya memiliki makna tertentu setelah dimasukkan dalam konteks.

B. Tes Keterampilan Berbahasa


Kegiatan berbahasa merupakan tindak mempergunakan bahasa secara nyata untuk
maksud komunikasi. Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya
tercermin dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya.
Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, kemampuan
memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan produktif.

4
Kemampuan reseptif merupakan proses decoding, proses usaha memahami apa yang
dituturkan orang lain. Sebaliknya, kemampuan produktif merupakan proses encoding,
proses usaha mengomunikasikan ide, pikiran, atau perasaan melalui bentuk-bentuk
kebahasaan.
B.1. Tes Kemampuan Reseptif
Kemampuan reseptif terdiri dari dua macam kemampuan berbahasa, yaitu
kemampuan membaca dan menyimak. Tes kemampuan reseptif umumnya menuntut
siswa untuk memahami secara kritis informasi yang disampaikan dalam suatu
wacana tertentu.
B.2. Tes Kemampuan Produktif
Kemampuan produktif terdiri dari dua macam kemampuan berbahasa, yaitu
kemampuan berbicara dan kemampuan menulis. Masalah kelancaran dan ketepatan
bahasa serta kejelasan pikiran merupakan hal yang sering diteskan dalam kegiatan
berbicara. Tes keterampilan menulis pun akan berkisar pada ketepatan bahasa yang
dipergunakan dan kejelasan pikiran yang dikemukakan.
B.3. Kesastraan
Jika disejajarkan dengan tes kebahasaan yang terdiri dari aspek kompetensi
dan performansi, tes kesusastraan dapat dibedakan menjadi tes pengetahuan tentang
sastra dan kemampuan apresiasi sastra. Tes kesastraan harus diprioritaskan pada
usaha mengungkapkan kemampuan mengapresiasi sastra siswa, dan secara langsung
berhubungan dengan karya sastra.

C. Tes kompetensi berbahasa reseptif


Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya merupakan
kemampuan menerima, proses decodin, kemampuan untuk memahami bahasa yang
dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan.
Pengertian memahami bahasa dalam proses komunikasi lebih dimaksudkan memahami
pesan yang dikandung yang ingin disampaikan. pemahaman bahasa lewat saran bunyi
merupakan kegiatan menyimak, sedangkan yang lewat secara tulisan merupakan kegiatan
membaca. Kegiatan menyimak dan menbaca mempunyai persamaan: sama-sama bersifat
reseptif, aktif untuk memahami isi pesan.
B.1. Tes Kemampuan Menyimak

5
Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang
lain melalui sarana lisan(dan atau pendengaran) merupakan kegiatan pertama yang
dilakukan manusia.

1). Persiapan khusus tes kemampuan menyimak


Penggunaan media rekaman untuk pelaksanaan tes menyimak
mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
a). Keuntungan media rekaman:
(1).Menjamin tingginya tingkat ketepercayaan tes.
(2).Memungkinkan kita untuk membandingkan prestasi antara kelas yang
satu dengan yang lain walaupun selang waktu cukup lama.
(3).Jika tes memiliki tingkat kesahihan dan ketepercayaan yang memadai,
dapat dipergunakan berkali-kali.
(4).Dalam pengajaran bahasa asing dapat untuk menggantikan kehadiran
penutur asli.
(5).Dapat merekam situasi-situasi tertentu pemakaian bahasa untuk dibawa
ke kelas dan karenanya bersifat pragmatic.
(6).Guru dapat mengontrol pelaksanaan tes dengan lebih baik, dan
sebagainya.
b). Kelemahan media rekaman:
(1).Harus menyediakan perangkat kerasnya di ruang ujian.
(2).Jika belum ada listrik, ujian akan lebih repot dilaksanakan.
(3).Guru perlu menyiapkan sendiri program rekaman untuk latihan atau tes
dalam bahasa Indonesia karena belum banyak tersedia.
2). Bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak
Pemilihan wacana sebagai bahan untuk tes kemampuan menyimak
hendaknya juga mempertimbangkan adanya beberapa faktor. Secara umum
faktor-faktor yang dimaksud tidak berbeda dengan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes struktur dan kosa kata. Akan tetapi,
untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada
keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan,
maupun jenis-jenis wacana.
3). Tingkatan tes kemampuan menyimak
a). Tes kemampuan menyimak tingkat ingatan

6
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekedar menuntut
siswa untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang
terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan sebelumnya. Fakti ini
mungkin berupa nama, peristiwa, angka, tanggal, tahun, dan sebagainya.
b). Tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman
Tes kemampuan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa
untuk dapat memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan
pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antar
ide, antar faktor, antar kejadian, hubungan sebab akibat, dan sebagainya.
c). Tes kemampuan menyimak tingkat penerapan
Tes pada tingkat penerapan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan
kemampuan siswa menerapkan konsep atau masalah tertentu pada situasi
yang baru.
d). Tes kemampuan menyimak tingkat analisis
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya
juga merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang
diteskan. Akan tetapi, untuk dapat memahami informasi atau lebih tepatnya
memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan
kerja analisis. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks
dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.

B.2. Tes Kemampuan Membaca


Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat reseptif
kedua setelah menyimak. Hubungan antar penutur (penulis) dengan penerima
(pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambing tulisan. tes kemampuan
membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa
memahami wacana tertulis.
1). Taksonomi Bloom untuk tugas membaca
Tujuan pengajaran biasanya dikaitkan dengan ketiga taksonomi Bloom,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tugas kognitif berupa aktivitas
memahami bacaan secara tepat dan kritis, atau berupa kemampuan membaca.
Tugas afektif berhubungan dengan sikap dan kemauan siswa untuk membaca,
sedang tugas psikomotorik berupa aktivitas fisik siswa pada waktu membaca.
2). Bahan tes kemampuan membaca

7
Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena
itu, bacaan atau wacana yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi
yang menuntut untuk dipahami. Pemilihan wacana hendaklah dipertimbangkan
dari segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi, dan jenis atau bentuk wacana.
3). Tingkatan tes kemampuan membaca
a). Tes kemampuan membaca tingkat ingatan
Tes kemampuan membaca pada tingkat ingatan sekedar
menghendaki siswa untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep
yang terdapat di dalam wacana yang diujikan. Oleh karena fakta, definisi,
atau konsep yang terdapat di dalam wacana itu dapat ditemukan dan dibaca
berkali-kali. Pada hakikatnya tes tingkat ingatan tersebut hanya sekedar
mengenali, menemukan, dan memindahkan fakta yang ada pada wacana ke
lembar jawaban yang dituntut.
b). Tes kemampuan membaca tingkat pemahaman
Seperti halnya tes tingkat pemahaman pada kemampuan menyimak,
tes kemampuan membaca pada tingkat pemahaman juga menuntut siswa
untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang
dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan
antar hal, sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal, dan sebagainya.
c). Tes kemampuan membaca tingkat penerapan
Tes tingkat penerapan menghendaki siswa untuk mampu
menerapkan pemahamannya pada situasi atau hal yang lain yang ada
kaitannya. Siswa dituntut untuk mampu menerapkan atau memberikan
contoh baru, misalnya tentang suatu konsep, pengertian, atau pandangan
yang ditunjuk dalam wacana. Kemampuan siswa memberikan contoh,
demonstrasi atau hal-hal lain yang sejenis merupakan bukti bahwa siswa
telah memahami isi wacana yang bersangkutan.
d). Tes kemampuan membaca tingkat analisis
Tes kemampuan membaca pada tingkat analisis menuntut siswa
untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali,
mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi, dan
sebagainya yang sejenis.

8
Kemampuan memahami wacana untuk tingkat analisis antara lain
berupa kemampuan menentukan pikiran pokok dan pikiran-pikiran penjelas
dalam sebuah alinea, menentukan kalimat yang berisi pikiran pokok, jenis
alinea berdasarkan letak kalimat pokok, menunjukkan tanda penghubung
antar alinea, dan sebagainya.
e). Tes kemampuan membaca tingkat sintesis
Tes kemampuan membaca pada tingkat sintesis menuntut siswa
untuk mampu menghubungkan dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal,
konsep, masalah, atau pendapat yang terdapat di dalam wacana. Tes yang
diberikan menuntut kerja kognitif yang tidak sederhana, maka tidak setiap
siswa mampu berpikir atau mengerjakan, tugas-tugas yang dimaksud dengan
baik.
f). Tes kemampuan membaca tingkat evaluasi
Tes kemampuan membaca pada tingkat evaluasi menuntut siswa
untuk mampu memberikam penilaian yang berkaitan dengan wacana yang
dibacanya, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan
maupun cara penuturan wacana itu sendiri. Penilaian terhadap isi wacana
misalnya berupa penilaian terhadap gagasan, konsep, cara pemecahan
masalah, dan bahkan menemukan dan menilai bagaimana pemecahan
masalah yang sebaiknya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompetensi kebahasaan seseorang berkaitan dengan pengetahuan tentang sistem
bahasa, struktur, kosakata, atau seluruh aspek kebahasaan itu, dan bagaimana tiap aspek
tersebut saling berhubungan.
Tes yang menyangkut kompetensi kebahasaan secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tes struktur dan tes kosakata. Kedua aspek ini adalah prasyarat
untuk melakukan kegiatan berbahasa.
Kemampuan berbahasa dapat dibedakan menjadi dua kelompok, kemampuan
memahami dan mempergunakan, masing-masing bersifat reseptif dan produktif.
Kemampuan reseptif merupakan proses decoding, proses usaha memahami apa yang
dituturkan orang lain. Sebaliknya, kemampuan produktif merupakan proses encoding,
proses usaha mengomunikasikan ide, pikiran, atau perasaan melalui bentuk-bentuk
kebahasaan.
Kompetensi berbahasa yang bersifat resepti pada hakikatnya merupakan
kemampuan menerima, proses decodin, kemampuan untuk memahami bahasa yang
dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan.
Pengertian memahami bahasa dalam proses komunikasi lebih dimaksudkan memahami
pesan yang dikandung yang ingin disampaikan.
Kemampuan reseptif terdiri dari dua macam kemampuan berbahasa, yaitu
kemampuan membaca dan menyimak. Tes kemampuan reseptif umumnya menuntut
siswa untuk memahami secara kritis informasi yang disampaikan dalam suatu wacana
tertentu.

B. Saran
Tinggi rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang pada umumnya tercermin
dari kemampuan atau keterampilan berbahasanya. Untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa (kompetensi berbahasa), maka disarankan untuk mempelajari tes kompetensi
berbasis reseptif ini.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Burhan Nurgiantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2001) hal. 161
http://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/tes-bahasa/
Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
https://www.situsbahasa.com/2010/12/tes-kemampuan-berbahasa.html?m=0
Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Azies, Furqanul, dan Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif : Teori dan
Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung :
Angkasa

Anda mungkin juga menyukai