Anda di halaman 1dari 62

Modul 7

Pengembangan Alat Penilaian


Kompetensi Berbicara
Dr. Titik Harsiati, M.Pd.

PEN D A HU L UA N

A. MANFAAT DAN RELEVANSI

Pada modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat penilaian


menyimak. Keterampilan berbicara dan menyimak memiliki persamaan.
Keterampilan menyimak dan berbicara berkaitan dengan wacana lisan.
Keterampilan menyimak berkaitan dengan keterampilan memahami wacana
lisan, sedangkan keterampilan berbicara berkaitan dengan keterampilan
menghasilkan wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi.
Keterampilan berbicara termasuk keterampilan produktif.
Setelah latihan penyusunan tes membaca, menyimak, dan menulis; calon
guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memahami karakteristik alat
penilaian berbicara dan prosedur pengembangannya. Di samping itu,
diperlukan latihan-latihan mengembangkan alat penilaian berbicara bagi
calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan latihan yang memadai
untuk menyusun alat penilaian berbicara, seorang calon guru BI akan
memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar dan proses belajar
keterampilan berbicara.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian berbicara. Secara khusus,
setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal
berikut.
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian
kemampuan berbicara dan konstruk kemampuan berbicara.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan ragam alat penilaian kemampuan
berbicara.
7.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

3. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian


kemampuan berbicara.

B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL

Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan


penyusunan alat berbicara. Modul ini penting dipelajari karena dengan
memahami prinsip penilaian berbicara, seorang guru dapat menyusun alat
penilaian berbicara secara tepat. Materi yang akan Anda pelajari mencakup
(1) pendekatan dalam penilaian dan konstruk kemampuan berbicara serta (2)
ragam alat penilaian kemampuan berbicara dan penyusunan alat penilaian
kemampuan berbicara.

C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran terdiri atas dua tahap. Tahapan pembelajaran


dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.
Kegiatan Belajar 1 : Pendekatan dalam Penilaian Kemampuan Berbicara dan
Konstruk Kemampuan Berbicara
Kegiatan Belajar 2 : Ragam Alat Penilaian dalam Pembelajaran Berbicara
dan Perencanaan Penilaian Keterampilan Berbicara
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.3

KEGIATAN BELAJAR 1

Pendekatan dan Konstruk


Keterampilan Berbicara

A. PENGARUH PENDEKATAN DISKRIT DAN KOMUNIKATIF


PADA PENILAIAN BERBICARA

Tahun 1970 sampai 1980 pendekatan penilaian bahasa diwarnai


pendekatan struktural dan integratif. Pendekatan struktural melahirkan tes
diskrit. Tes diskrit didasari asumsi bahwa bahasa dapat dipecah-pecah
menjadi bagian-bagian dan dapat dinilai secara terpisah. Pandangan teori
diskrit yang memecah belah unsur kebahasaan dan mengisolasikannya dari
konteks pemakaian berbahasa dipandang orang sebagai kelemahan yang
mendasar. Hal ini seiring dengan munculnya pandangan baru dalam
pembelajaran bahasa. Pendekatan struktural yang selama ini digunakan
sebagai landas pijak dalam pembelajaran bahasa dikritik oleh para pakar
pembelajaran bahasa yang berorientasikan pada fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Hal ini menandai lahirnya pendekatan komunikatif dalam
pembelajaran bahasa. Pendekatan ini menekankan aspek fungsi komunikatif
bahasa yang bersifat alami dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian,
pengelolaan proses belajar mengajarnya lebih diarahkan pada pemajanan
keterampilan berbahasa dalam berbagai konteks dan situasi berbahasa.
Pada pendekatan diskrit, kemampuan berbicara difokuskan pada
penguasaan pengucapan kata sesuai lafal atau penguasaan kalimat dengan
intonasi secara tepat. Pada pendekatan diskrit, latihan-latihan berbicara
terfokus pada latihan-latihan pengucapan kata dan kalimat sesuai dengan
aturan tata bentukan, tata makna, tata kalimat, dan tata bunyi. Aspek yang
dinilai pada penilaian berbicara terfokus pada ketepatan penggunaan intonasi,
ketepatan struktur kalimat, ketepatan penggunaan kata, dan ketepatan
pelafalan.

Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif berasumsi bahwa pembelajaran bahasa adalah
pembelajaran yang melatih siswa untuk berkomunikasi. Pendekatan
komunikatif dapat dipahami sebagai pengembangan dari pendekatan
7.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

pragmatik dengan cakupan yang jauh lebih luas, lebih beragam, dan lebih
kompleks. Pendekatan komunikatif terhadap bahasa terkait juga dengan
gagasan tentang konteks ekstralinguistik seperti halnya dalam pendekatan
pragmatik, tetapi dengan cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas karena
bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan
bahasa. Dengan menitikberatkan pada fungsi utama sebagai alat komunikasi
itu, pendekatan komunikatif pada penyelenggaraan pembelajaran bahasa dan
tes bahasa tidak pertama-tama mengedepankan struktur bahasa dengan
komponen-komponen dan unsur-unsurnya secara terpisah dan berkecil-kecil.
Pendekatan komunikatif juga tidak mendekati penggunaan bahasa sekadar
sebagai penggabungan unsur-unsur bahasa itu secara integratif seperti pada
pendekatan integratif. Pendekatan komunikatif bahkan juga tidak berangkat
dari pemahaman tentang penggunaan bahasa dengan sekadar
mempertimbangkan peranan unsur-unsur ekstralinguistik, seperti halnya
pendekatan pragmatik. Pendekatan komunikatif menjangkau cakupan yang
lebih luas dengan menelaah penggunaan dan pemahaman bahasa dari fungsi
utamanya, yaitu melakukan komunikasi dengan mengandalkan penggunaan
kemampuan komunikatif. Menurut Brown (2004), kemampuan
berkomunikasi mencakup kemampuan mengekspresikan fungsi-fungsi
komunikasi yang dilakukan masyarakat. Misalnya, komunikasi untuk
meminta maaf, menyatakan terima kasih, meyakinkan, menyetujui, atau tidak
menyetujui.
Pendekatan komunikatif memengaruhi konstruk (bangunan pengertian)
keterampilan berbicara. Penerapan kemampuan komunikatif pada penilaian
berbicara mencakup kemampuan linguistik (linguistic competence),
kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic competence), kemampuan
wacana (discourse competence), dan kemampuan strategis (strategic
competence). Kompetensi linguistik berkaitan dengan kemampuan
kebahasaan (tata bunyi, tata makna, tata bentukan, atau tata kalimat).
Kompetensi kewacanaan berkaitan dengan kemampuan menghasilkan
wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi. Kompetensi
kewacanaan juga mengacu secara khusus pada kemampuan menggunakan
kohesi dan koherensi dalam wacana lisan. Kompetensi strategis mengacu
pada kemampuan penulis menggunakan strategi-strategi tertentu dalam
menghasilkan suatu wacana. Kemampuan sosiolinguistik meliputi
pemahaman latar belakang dan kaidah-kaidah sosiokultural penutur dan
sasaran tutur. Kemampuan berbicara dinilai dalam ranah kemampuan
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.5

mengungkapkan fungsi-fungsi komunikasi dalam konteks wicara


(meyakinkan, meminta maaf, menjelaskan, berterima kasih, dan
menyetujui/tidak menyetujui). Aspek ekstralinguistik, seperti intonasi,
gesture, dan mimik, dinilai kesesuaiannya dengan konteks komunikasi.
Tugas berbicara yang digunakan pada pendekatan komunikatif adalah
komunikasi riil yang digunakan masyarakat dalam berbagai ragam
komunikasi.

B. PENDEKATAN SISTEM DAN PENDEKATAN PERFORMANSI

Pendekatan penilaian, menurut Baker (1990), terdiri atas dua jenis.


Pendekatan pertama adalah pendekatan yang mendasarkan pada asumsi
bahwa menilai kemampuan berbahasa adalah menilai penguasaan
kemampuan sistem kebahasaan (tata makna, tata bentukan, tata bunyi, dan
tata kalimat) serta sistem pengetahuan tentang bahasa/keterampilan
berbahasa. Pendekatan kedua adalah pendekatan penilaian yang mendasarkan
pada asumsi bahwa bahasa adalah suatu aksi berbahasa dalam konteks
komunikasi. Asumsi ini melahirkan pendekatan performansi dalam penilaian.
Pendekatan performansi dalam penilaian sejajar dengan pendekatan
pembelajaran bahasa yang disebut pendekatan komunikatif. Penilaian pun
ikut diwarnai pendekatan performansi. Dalam kaitannya dengan keterampilan
berbicara, pendekatan performansi memfokuskan pada kemampuan siswa
untuk menampilkan kemampuan berbicara dalam berbagai konteks
komunikasi secara khusus. Konteks komunikasi mengacu pada (a) latar
wicara (berbicara dengan latar perkawinan, kematian, kampanye, ceramah di
seminar, perpisahan di sekolah, dan sebagainya); (b) tujuan wicara
(menginformasikan, memengaruhi, dan menjelaskan); (c) partisipan
(audiens) yang menjadi sasaran wicara; (d) penggunaan alat bantu (berbicara
dengan alat bantu yang berupa benda/gambar, naskah, atau berbicara tanpa
alat); (e) ragam komunikasi (formal atau informal); serta (f) bentuk wicara
(pidato, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya).
Pendekatan performansi berorientasi pada pengembangan tes
komunikatif berbahasa dengan konteks khusus. Pendekatan ini mengukur
performansi keterampilan berbahasa siswa dalam berbagai konteks secara
khusus. Perbedaan penilaian pada pendekatan sistem dan pendekatan
performansi digambarkan pada tabel berikut.
7.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Dari ulasan tentang pendekatan penilaian tersebut, dapat disimpulkan


bahwa terdapat persamaan pada pendekatan diskrit dengan pendekatan
sistem. Ada juga persamaan antara pendekatan komunikatif dengan
pendekatan performansi. Karakteristik penilaian keterampilan berbicara
dengan kedua pendekatan tersebut dipaparkan pada tabel berikut.

Tabel 7.1
Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Sistem dan Performansi

Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan
Sistem Performansi
Acuan penilaian pada ketepatan tata makna, Acuan penilaian pada kemampuan
tata bunyi, tata kalimat, tata bentukan menggunakan dan memahami bahasa dalam
berbagai konteks komunikasi
Berfokus pada kemampuan menggunakan Berfokus pada berbagai keterampilan
kata dan kalimat secara tepat (ketepatan) berbicara dengan menggunakan kata dan
kalimat yang sesuai konteks (kesesuaian
konteks)
Format tes imitasi (menirukan) Tes unjuk kerja (uji petik)
Tugas berbicara lepas konteks Tugas berbicara kontekstual
Bentuk tes berbicara cenderung bentuk Tugas berbicara mencakup berbagai bentuk
wicara satu arah wicara (satu arah dan multiarah)
Menggunakan rangsang tema Menggunakan berbagai rangsang kontekstual
Memfokuskan pada hasil berbicara Memfokuskan pada hasil dan proses
Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan Mencakup kompetensi kebahasaan,
diukur kompetensi kewacanaan, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi strategi

Sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia,


pendekatan penilaian yang harus digunakan adalah pendekatan performansi.
Berdasarkan pendekatan performansi tersebut, dirumuskan konstruk
berbicara sebagai sasaran penilaian berbicara, alat penilaian keterampilan
berbicara, dan teknik penilaian berbicara.

C. KONSTRUK KETERAMPILAN BERBICARA

Brown (2004) mengungkapkan bahwa konstruk kemampuan berbicara


mencakup keterampilan mikro dan keterampilan makro. Berdasarkan kajian
terhadap pendekatan-pendekatan dalam penilaian berbicara di atas, dapat
disimpulkan bahwa konstruk keterampilan berbicara mencakup keterampilan
mikro dan keterampilan makro berikut.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.7

1. Apa Konstruk Kompetensi Berbicara?


Berdasarkan pendekatan performansi, penilaian keterampilan berbicara
harus mengondisikan agar siswa menunjukkan kemampuan berbicara pada
berbagai konteks komunikasi. Konstruk keterampilan berbicara adalah
kemampuan menyampaikan ide atau perasaan dengan menggunakan bahasa
lisan yang sesuai konteks komunikasi yang melingkupi. Sesuai dengan
konteks; isi, bahasa, dan intonasi disesuaikan dengan tujuan dilakukan
wicara, topik/tema, latar wicara, audiensi, genre wicara (struktur wacana
lisan), dan ragam komunikasi (resmi/tidak resmi). Dari konstruk (bangunan
pengertian) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat penilaian berbicara
adalah produktif, menuntut siswa untuk menggunakan bahasa lisan, mengatur
intonasi/faktor lisan yang lain, menggunakan strategi di hadapan audiensi,
dan bersifat performansi (unjuk kerja). Penilaian keterampilan berbicara
terjadi, baik pada konteks spontan (speed test) maupun memberi waktu yang
cukup untuk merencanakan dalam waktu yang cukup (power test).
Berdasarkan kajian berbagai konstruk kemampuan berbicara, diuraikan
indikator mikro dan indikator makro keterampilan berbicara berikut.
a. Indikator keterampilan mikro
1) Mampu melafalkan kata/kalimat secara tepat.
2) Mampu mengungkapkan kalimat dengan beragam intonasi sesuai jenis
kalimat.
3) Memilih/menggunakan tekanan sesuai dengan penting tidaknya
informasi yang disampaikan kata.
4) Memilih/menggunakan tempo, jeda, dan keras lemahnya suara sesuai
dengan isi yang disampaikan.
5) Memilih/mengungkapkan kata penghubung yang sesuai dengan isi
wacana.
6) Mampu memperbaiki kesalahan penggunaan pelafalan kata/kalimat.
7) Mampu memperbaiki kesalahan penggunaan intonasi pada pembicaraan.

b. Indikator keterampilan makro


1) Mampu mengungkapkan sapaan dengan isi dan intonasi yang sesuai.
2) Mampu membuka pembicaraan dengan isi dan intonasi sesuai konteks
pembicaraan.
3) Mampu memaparkan inti pembicaraan dengan isi yang lengkap dan
sesuai konteks.
4) Mampu memaparkan inti pembicaraan secara runtut dan jelas.
7.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

5) Mampu menggunakan bentuk retorika/strategi sesuai genre dan tujuan


(strategi memengaruhi, menginformasikan/menjelaskan, meng-
gambarkan, dan sebagainya).
6) Mampu mengungkapkan contoh-contoh aktual pada pembicaraannya.
7) Mampu menutup pembicaraan sesuai tujuan.
8) Mampu menggunakan kalimat-kalimat penghubung antara tuturan yang
satu dan tuturan yang lain.
9) Mampu mengungkapkan ajakan, larangan, dan fungsi-fungsi retorika
lainnya dengan intonasi yang sesuai.
10) Mampu berbicara dengan ekspresi yang sesuai isi pembicaraan.
11) Mampu menyesuaikan proporsi isi pembicaraan pada pendahuluan, inti,
dan penutup sesuai dengan tujuan.
12) Mampu menutup sebuah pembicaraan tulisan dengan isi, gaya, dan
bahasa yang sesuai dengan konteks.
13) Mampu mengungkap ide pembicaraan dengan strategi yang sesuai.

Indikator-indikator keterampilan mikro dan keterampilan mikro di atas


dinilai serentak dengan cara memberi tugas wicara tertentu kepada siswa.
Siswa ditugasi melakukan/mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya
sesuai dengan konteks wicara yang ditentukan. Tugas wicara dapat berupa
berbagai rangsang kontekstual yang akan dibahas pada kegiatan belajar
berikutnya.

2. Prinsip Penilaian Berbicara


Dalam upaya menyusun penilaian berbicara dengan validitas konstruk
yang tinggi, penilaian berbicara perlu dilakukan dengan prinsip-prinsip
berikut.

a. Menggunakan rangsang tugas wicara kontekstual


Tugas berbicara harus diberi bingkai konteks yang lebih jelas supaya
wicara yang dilakukan siswa kontekstual. Selain itu, hasil penilaian lebih
mudah dibandingkan dengan kriteria. Tugas wicara yang sangat umum lebih
sulit ditafsirkan. Rangsang yang digunakan untuk penilaian berbicara
mencakup (a) rangsang konteks simulasi yang berisi tema, tujuan wicara, dan
latar serta audiensi yang harus dihadapi; (b) rangsang konteks autentik
(peristiwa nyata dalam konteks kegiatan di sekolah); (c) rangsang tema dan
tujuan wicara; (d) rangsang gambar; (e) rangsang masalah yang harus
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.9

dihadapi dengan kegiatan wicara; dan (e) rangsang buku/wacana lain


(memberi komentar/mengkritik secara lisan).

b. Penilaian berbentuk unjuk kerja


Penilaian berbicara menuntut siswa untuk mendemonstrasikan
keterampilan berbicara dengan konteks tertentu. Kemampuan berbicara
berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Berdasarkan konstruk berbicara
yang telah dipaparkan, penilaian berbicara harus bersifat unjuk kerja.
Penilaian berbicara yang memiliki validitas konstruk tinggi harus berupa
demonstrasi siswa untuk menyampaikan ide di depan audiensi dengan
konteks tertentu. Sesuai dengan hakikat dan sifat kegiatan berbicara sebagai
penggunaan kemampuan bahasa yang aktif produktif, tes kemampuan
berbicara ini paling tepat dilaksanakan dengan tes performansi (unjuk kerja).
Penggunaan tes objektif/esai secara tertulis untuk tes kemampuan berbicara
merupakan suatu pemaksaan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
secara konstruk. Tes tertulis untuk tes kemampuan berbicara tidak sesuai
dengan kegiatan berbicara senyatanya yang sarat dengan unsur-unsur
penggunaan bahasa yang spontan dan tidak dapat diduga sebelumnya. Itu
semua berbeda dengan penggunaan tes objektif yang mempersyaratkan daftar
jawaban yang harus dipersiapkan sebelumnya.

c. Penilaian dilakukan setelah siswa berlatih pada proses pembelajaran


Guru tidak boleh langsung menilai keterampilan berbicara siswa
sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran, siswa
berlatih memproduksi wacana lisan pada berbagai konteks. Dengan belajar,
siswa mengetahui bagaimana menyampaikan ide dalam konteks komunikasi
lisan tertentu. Setelah berlatih bersama, baru dilakukan penilaian, baik
dengan teknik kelompok maupun teknik individu.

d. Fokus pada kesesuaian isi, strategi penyampaian, dan intonasi/unsur


nonverbal dengan konteks wicara
Aspek yang dinilai pada penilaian berbicara terfokus pada kemampuan
mengolah ide dan menyampaikan ide dengan runtut serta menggunakan
pilihan kata, intonasi, ekspresi, dan lafal sesuai konteks. Hal ini sesuai
dengan proses berbicara yang dilakukan pembicara. Pertama-tama, seorang
pembicara perlu memiliki sesuatu pesan, masalah, atau topik tertentu yang
ingin disampaikan kepada mereka yang mendengarkannya. Ide yang dipilih
7.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

disampaikan dengan strategi tertentu. Agar pesan atau topik yang ingin
diungkapkan itu sampai kepada orang yang mendengarkan dan dapat
memahaminya, isi pesan atau topik itu perlu diatur susunannya sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemahaman oleh orang yang mendengarkan. Di
samping itu, perlu pula isi pesan diungkapkan secara jelas berdasarkan
pemilihan kata-kata yang tepat, disusun menurut susunan dan kaidah
gramatika, serta dilafalkan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang
sesuai. Semua itu merupakan rambu-rambu yang perlu dicermati dan diikuti
apabila seseorang menginginkan wacana yang diungkapkannya secara lisan
agar dapat dipahami oleh orang kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Itu pula
yang merupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan sebagai sasaran
pelaksanaan tes kemampuan berbicara yang merupakan sasaran untuk
dicermati dan dinilai.

3. Prinsip Penyusunan Alat Penilaian Keterampilan Berbicara


Secara umum, penilaian keterampilan berbicara harus memenuhi prinsip-
prinsip berikut.
a. Tugas berbicara bersifat kontekstual.
b. Rubrik yang digunakan memiliki validitas konstruk yang tinggi.
c. Rubrik jelas dan teperinci sehingga memiliki reliabilitas interater yang
memadai.
d. Menggunakan tugas-tugas kontekstual sebagai rangsang siswa
memproduksi wacana lisan (baik autentik maupun simulatif).
e. Menggunakan teknik unjuk kerja, baik autentik maupun simulatif.
f. Menggunakan peer assessment dan teacher assessment untuk saling
melengkapi.
g. Mencari strategi agar semua siswa mendapat kesempatan
mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya, baik secara individu
maupun secara kelompok.
h. Keterampilan mikro dan makro keterampilan berbicara dinilai secara
terpadu dengan teknik unjuk kerja dan rubrik.
i. Rubrik analitis lebih tepat digunakan dalam penilaian berbicara untuk
mendeteksi secara perinci kelemahan dan kelebihan siswa dan juga
sebagai alat belajar.
j. Penilaian mencakup penilaian hasil dan penilaian proses.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.11

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Buatlah daftar persamaan antara penilaian pembelajaran berbicara pada
pendekatan komunikatif dan pendekatan performansi!
2) Buatlah ringkasan dengan bahasamu sendiri mengenai perbedaan ciri-ciri
penilaian berbicara pada pendekatan sistem dan pendekatan performansi!
3) Jelaskan perbedaan keterampilan mikro dan keterampilan makro dalam
konstruk kemampuan berbicara beserta contohnya!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di


atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1) Persamaan penilaian pembelajaran berbicara pada pendekatan
komunikatif dan pendekatan performansi adalah (a) mengutamakan
kemampuan menampilkan keterampilan berbahasa, (b) memper-
timbangkan konteks sebagai hal yang perlu dipertimbangkan siswa
dalam menghasilkan wacana atau memahami wacana, dan (c) aspek
kebahasaan disesuaikan dengan konteks komunikasi.
2) Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan sistem mencakup (a)
berfokus pada hasil dan kurang memperhatikan proses, (b) kemampuan
menggunakan kata dan kalimat secara tepat (ketepatan), (c) alat penilaian
berbentuk tes objektif ataupun esai, (d) tugas berbicara lepas konteks, (e)
tugas berbicara berupa kalimat dan paragraf/karangan, (f) tugas berbicara
menggunakan rangsang tema, serta (g) aspek kebahasaan menjadi fokus
yang akan diukur.
Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan performansi
mencakup (a) berfokus pada berbagai keterampilan berbicara dengan
menggunakan kata dan kalimat sesuai konteks (kesesuaian konteks), (b)
menggunakan tes produk (hasil kerja), (c) tugas berbicara kontekstual,
(d) bentuk tugas berbicara mencakup berbagai jenis wacana sesuai
konteks, (e) menggunakan berbagai rangsang kontekstual, (f)
memfokuskan pada hasil dan proses, serta (g) menilai secara terpadu
7.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi


sosiolinguistik, dan kompetensi strategi.
3) Keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan,
sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan aspek
kewacanaan (kompetensi komunikatif). Contoh keterampilan mikro dan
makro dapat diambilkan dari beberapa daftar keterampilan mikro dan
keterampilan makro konstruk kemampuan berbicara.

Untuk membantu Anda dalam mempertajam pemahaman Anda terhadap


uraian materi modul ini, sebaiknya Anda membaca rangkuman materi yang
tersaji dalam uraian berikut ini.

R A NG KU M AN

Terdapat beberapa pendekatan pada penilaian kemampuan


berbahasa, terutama keterampilan berbicara. Pendekatan struktural
melahirkan tes diskrit. Pendekatan komunikatif memunculkan tes
integratif dan tes komunikatif. Pendekatan bahasa sebagai sistem
memunculkan tes bahasa yang berorientasi pada ketepatan penggunaan
tata bentukan, tata makna, dan tata kalimat. Pendekatan bahasa sebagai
performansi melahirkan tes performansi pada berbagai keterampilan
berbahasa. Pendekatan pada penilaian berpengaruh pada cakupan dan
jenis konstruk kemampuan berbicara. Konstruk kemampuan berbicara
terdiri atas keterampilan mikro dan keterampilan makro. Keterampilan
mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan dan keterampilan
makro berkaitan dengan penggunaan aspek kewacanaan (kompetensi
komunikatif).
Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan sistem mencakup
(a) berfokus pada hasil dan kurang memperhatikan proses,
(b) kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara tepat (ketepatan),
(c) alat penilaian berbentuk tes objektif ataupun esai, (d) tugas berbicara
lepas konteks, (e) tugas berbicara berupa kalimat dan paragraf/karangan,
(f) tugas berbicara menggunakan rangsang tema, serta (g) aspek
kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur.
Karakteristik penilaian berbicara pada pendekatan performansi
mencakup (a) berfokus pada berbagai keterampilan berbicara dengan
menggunakan kata dan kalimat sesuai konteks (kesesuaian konteks),
(b) menggunakan tes produk (hasil kerja), (c) tugas berbicara
kontekstual, (d) bentuk tugas berbicara mencakup berbagai jenis wacana
sesuai konteks, (e) menggunakan berbagai rangsang kontekstual,
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.13

(f) memfokuskan pada hasil dan proses, serta (g) menilai secara terpadu
kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi strategi.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Asumsi yang mendasari penggunaan tes diskrit dalam penilaian


berbicara adalah ....
A. bahasa adalah suatu sistem yang dapat diajarkan dan dinilai secara
terpisah
B. bahasa dilingkupi berbagai konteks linguistik dan nonlinguistik
C. penggunaan bahasa memerlukan aspek kebahasaan yang sesuai
konteks
D. penggunaan bahasa memerlukan pemahaman aspek kewacanaan

2) Perbedaan tes diskrit dan tes komunikatif dalam keterampilan berbicara


adalah .....
A. tes diskrit berorientasi pada pemilihan kata secara tepat, sedangkan
tes komunikatif berfokus pada pemilihan kalimat secara tepat
B. tes diskrit berorientasi pada pemilihan kata secara tepat, sedangkan
tes komunikatif berfokus pada pemilihan kata yang sesuai konteks
C. tes diskrit berorientasi pada penggunaan kalimat, sedangkan tes
komunikatif berfokus pada penggunaan paragraf
D. tes diskrit berorientasi pada penggunaan aspek kebahasaan,
sedangkan tes komunikatif tidak mempertimbangkan aspek
kebahasaan

3) Konstruk berbicara dalam pendekatan performansi adalah ....


A. terfokus pada pemilihan dan penggunaan kata secara tepat
B. keterpaduan keterampilan mikro dan keterampilan makro
C. keterpaduan penggunaan kalimat dan tanda baca
D. terfokus pada keterampilan menggunakan aspek kewacanaan

4) Perbedaan penilaian berbicara pada pendekatan sistem dan pendekatan


performansi adalah ....
A. pendekatan sistem tugas wicara menirukan lafal dan intonasi,
sedangkan pendekatan performansi menilai penggunaan aspek
kebahasaan
7.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

B. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada aspek


kewacanaan, sedangkan pendekatan performansi berfokus pada
penggunaan aspek intonasi
C. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada
kesesuaian penggunaan kata dengan konteks, sedangkan pendekatan
performansi menilai penggunaan kewacanaan sesuai konteks
D. pendekatan sistem memfokuskan penilaian berbicara pada ketepatan
penggunaan aspek kebahasaan, sedangkan pendekatan performansi
menilai kesesuaian penggunaan aspek kebahasaan dengan konteks

5) Berikut ini adalah karakteristik pendekatan sistem dalam penilaian


berbicara, kecuali ....
A. berfokus pada penggunaan intonasi dan lafal secara terpisah
B. menilai kemampuan menggunakan kata dan kalimat secara tepat
C. kemampuan menggunakan aspek kewacanaan dan aspek konteks
D. aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur

6) Contoh kemampuan berbicara secara mikro adalah kemampuan


menggunakan ....
A. ejaan secara tepat
B. kalimat dengan tanda baca secara tepat
C. intonasi sesuai isi kalimat
D. kalimat sesuai dengan tujuan penulisan

7) Perbedaan dari segi bentuk tugas berbicara pada pendekatan sistem dan
pendekatan performansi adalah ....
A. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa kalimat, sedangkan
pada pendekatan performansi tugas membuat paragraf
B. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa tugas membuat
paragraf, sedangkan pada pendekatan performansi tugas membuat
karangan utuh
C. tugas berbicara pada pendekatan sistem tanpa konteks komunikasi,
sedangkan pada pendekatan performansi tugas mempertimbangkan
konteks dan bermakna
D. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa pemilihan kata
secara tepat, sedangkan pada pendekatan performansi tugas
berbicara membuat kalimat secara tepat

8) Konstruk kemampuan berbicara terdiri atas keterampilan mikro dan


keterampilan makro. Perbedaan keterampilan makro dan keterampilan
mikro adalah ....
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.15

A. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek


kewacanaan, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan
penggunaan kompetensi strategi
B. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan
secara tepat, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan
penggunaan aspek kebahasaan sesuai konteks
C. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek
kewacanaan, sedangkan keterampilan makro berkaitan dengan
penggunaan aspek kebahasaan
D. keterampilan mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan
dan keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan kompetensi
kewacanaan dan kompetensi strategi

9) Berikut ini merupakan keterampilan mikro dari kemampuan berbicara,


kecuali ....
A. menggunakan berbagai makna kata dalam berbicara
B. menggunakan jeda sesuai dengan konteks wacana
C. menggunakan intonasi sesuai dengan isi kalimat
D. mampu menentukan makna tersirat dari sebuah wacana

10) Berikut ini merupakan keterampilan makro dari kemampuan berbicara,


kecuali ....
A. mampu mengungkapkan sapaan dengan isi dan intonasi yang sesuai
konteks
B. mampu membuka pembicaraan dengan isi dan intonasi sesuai
konteks pembicaraan
C. mampu memaparkan inti pembicaraan dengan isi yang lengkap dan
sesuai konteks
D. mampu menggunakan intonasi dan jeda sesuai dengan isi
pembicaraan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
7.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.17

Kegiatan Belajar 2

Ragam Penilaian Berbicara dan


Perencanaan Penilaian Berbicara

R agam penilaian berbicara ditinjau dari berbagai hal. Ragam penilaian


berbicara yang akan dibahas ditinjau dari level kemampuan berbicara
dan dari segi teknik penilaian. Sebelum membahas ragam penilaian
berbicara, sebaiknya dipahami dulu tingkatannya.

A. RAGAM TES BERBICARA BERDASARKAN TINGKATAN


KETERAMPILAN BERBICARA

Kemampuan berbicara dapat digolongkan menjadi berbagai tingkat,


mulai dari yang paling rendah, yaitu menirukan, sampai yang paling tinggi
berbicara dengan spontan dan penguasaan yang tinggi. Misalnya, tingkatan
kemampuan berpidato ada beberapa model pidato. Model pertama adalah
pidato impromptu atau pidato tanpa teks, yaitu pidato yang tidak didahului
oleh suatu persiapan apa pun. Model kedua adalah pidato manuskrip atau
pidato dengan teks, yaitu pidato yang dirancang dan dipersiapkan serta ditulis
sebelum berpidato. Model ketiga adalah pidato memoriter atau pidato
hafalan, yaitu pidato dengan menghafal naskah pidato yang telah dibuat
sebelumnya. Model keempat adalah pidato ekstemporer, yaitu jenis pidato
yang dilakukan dengan menulis terlebih dahulu garis besar persoalan yang
akan dikemukakan.
Untuk melakukan tugas wicara yang baik, hendaknya Anda
memperhatikan beberapa langkah-langkah tertentu. Pertama, menentukan
topik yang akan dibicarakan. Kedua, merumuskan tujuan Anda berpidato.
Ketiga, mengenali pendengar. Keempat, mengatur strategi untuk membuka,
menjabarkan inti, memberi contoh, dan menutup pembicaraan. Kelima,
menuliskan garis besar isi pembicaraan. Keenam, menyampaikan wicara di
depan pendengar.
Menurut Brown (2004), ada empat level kemampuan berbicara. Yang
pertama adalah level kemampuan imitatif. Level kemampuan ini berupa
kemampuan melisankan tanda-tanda verbal tertulis. Pada level pertama ini,
kemampuan berbicara menirukan dan menghafalkan pembicaraan model.
7.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Pada level ini, pembicara tidak memilih dan mengungkapkan idenya secara
independen, tetapi hanya menirukan. Contoh kemampuan berbicara level
imitatif adalah menirukan dan menghafalkan model wicara, kemudian
diulang persis sama.
Tingkatan kemampuan berbicara yang kedua adalah kemampuan
berbicara secara terkontrol dan menulis secara terkontrol. Dibandingkan
dengan level imitatif, level ini menuntut respons siswa untuk menghasilkan
wacana lisan yang lebih banyak dengan pilihan ide sendiri. Contoh level
kedua adalah melanjutkan pidato yang belum lengkap, menyampaikan
pembukaan sebagai pembaca acara, membuka wawancara, dan sebagainya.
Level kemampuan berbicara yang berikutnya adalah level ketiga, yaitu
berbicara dengan memberi kesempatan merencanakan/berlatih kegiatan
wicara secara luas. Misalnya, berpidato dengan diberi kesempatan
mengonsep pembicaraan dengan waktu yang panjang. Pembicara bisa
berlatih membawakan pidato sepuasnya sebelum membawakan pidato. Pada
level keempat, kemampuan berbicara terjadi secara spontan. Dengan waktu
yang relatif singkat, pembicara sudah dapat menyampaikan gagasannya
secara tepat dan sesuai dengan konteks yang ada.
Untuk menilai level kemampuan berbicara, digunakan ragam tes dan
penilaian sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Berbicara Imitatif


Menurut Brown (2004), bentuk penilaian keterampilan berbicara pada
level dasar dapat berupa tes imitatif. Tes imitatif adalah tes berbicara untuk
menirukan kalimat-kalimat yang didengar atau dibaca. Yang termasuk
kemampuan berbicara imitatif adalah kemampuan membaca nyaring kalimat
yang tersedia. Amati contoh berikut!

Tirukan kalimat berikut!


a. Marilah kita jaga kebersamaan ini untuk menciptakan damai di bumi.
b. Selamatkan bumi ini!

Stimulus: bantuan komputer (dengan kalimat berjalan) atau naskah cetak


Respons: lisankan naskah dengan intonasi dan lafal yang sesuai!
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.19

2. Tes Berbicara Level Responsif


Kemampuan berbicara responsif berupa kemampuan memberi respons
terhadap apa yang diamati. Siswa diminta mengungkapkan respons lisan
terhadap pertanyaan/masalah atau memparafrasakan wacana yang disediakan.
Amati contoh berikut!

Pertanyaan dan jawaban


Stimulus
a. Apa komentarmu terhadap bedah plastik untuk mempercantik diri?
b. Apa komentarmu terhadap pengaruh rokok terhadap kesehatan?

Respons siswa
Menjawab/mengomentari secara lisan

Memparafrasakan secara lisan wacana tulis


Stimulus
Apabila anak dibesarkan dalam suasana penuh pujian, dia akan
belajar menghargai.
Apabila anak dibesarkan dalam suasana penuh kritikan, dia akan
belajar menyalahkan.

Perintah
Ungkapkan secara lisan dengan kalimatmu sendiri!

3. Penilaian Kemampuan Berbicara Level Intensif


Kemampuan berbicara level intensif menuntut siswa merespons secara
lisan rangsangan dialog yang didengar atau menceritakan isi gambar. Yang
termasuk level kemampuan ini adalah membandingkan beberapa gambar
yang tersedia dan menceritakan urutan gambar. Amati urutan stimulus-
respons berikut!

Stimulus : pertanyaan lisan

Respons siswa: menjawab secara lisan

Stimulus : gambar berseri


7.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Respons siswa:
Menceritakan gambar/menjelaskan gambar
Membandingkan beberapa gambar yang tersedia secara lisan
Menceritakan letak-letak gambar

Stimulus: jadwal

Tugas siswa: mendeskripsikan jadwal secara lisan

Stimulus: sebuah pendapat

Tugas siswa: mengemukakan dukungan secara lisan

Stimulus : gambar dengan urutan bahasa petunjuk

Tugas siswa:
Menjelaskan resep/bahasa petunjuk pada gambar!

4. Penilaian Tingkatan Berbicara Interaktif


Tingkatan tes berbicara interaktif menuntut siswa untuk secara interaktif
memahami yang didengar dan merespons dengan tuturan yang sesuai. Yang
termasuk pada tingkatan kemampuan ini adalah berwawancara, menanggapi
sebuah masalah dalam diskusi, atau melakukan percakapan dari topik yang
ditentukan.

Stimulus: tayangan audiovisual/pertanyaan berwawancara

Tugas siswa: menjawab pertanyaan wawancara

Stimulus: masalah diskusi

Tugas siswa: mendiskusikan masalah

Stimulus: topik

Tugas siswa: melakukan percakapan


⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.21

5. Penilaian Berbicara Tingkatan Ekstensif


Tingkatan tertinggi kemampuan berbicara adalah kemampuan berbicara
dengan beragam konteks khusus, seperti yang terjadi pada kehidupan riil.
Yang termasuk tingkatan kemampuan ini adalah kemampuan melakukan
presentasi lisan, bercerita, bermain peran berdasarkan masalah yang dihadapi,
atau berpidato dengan konteks tertentu.

Stimulus: ilustrasi konteks

Tugas siswa: melakukan presentasi lisan, bercerita, bermain peran, dan


berpidato sesuai dengan konteks yang disediakan

B. RAGAM PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA


BERDASARKAN TEKNIK PENILAIAN

Ragam penilaian keterampilan berbicara berdasarkan teknik penilaian


diperinci oleh Macmillan dan Gronlund. Menurut Macmillan (2008), teknik
unjuk kerja adalah suatu tes untuk meminta siswa mengerjakan serangkaian
kegiatan (tugas-tugas tertentu) di bawah kondisi terkendali. Penilaian unjuk
kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan
unjuk kerja. Unjuk kerja yang dapat diamati, seperti bermain peran,
memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan
peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.
Gronlund (1989) mengungkapkan bahwa tes performansi mencakup
empat hal, yaitu (1) tes tertulis, (2) tes identifikasi, (3) tes simulasi, dan (4)
tes sampel kerja (uji petik). Tes tertulis dalam tes unjuk kerja menekankan
aspek pengetahuan keterampilan dalam kondisi simulasi. Contohnya, siswa
membuat rancangan sebuah eksperimen, tetapi belum melaksanakan
eksperimen yang sesungguhnya. Tes identifikasi mencakup berbagai situasi
tes dalam berbagai tingkatan. Siswa diminta mengidentifikasi peralatan dan
menyebutkan fungsi-fungsinya. Tes identifikasi yang lebih kompleks
mengarah pada kompetensi tertentu. Misalnya, siswa diminta mencari
kerusakan pada rangkaian listrik tertentu serta siswa diminta mengidentifikasi
peralatan dan pelaksanaan perbaikan atau siswa diminta mencari kesalahan
pada pembuatan karya ilmiah tertentu, lalu diminta mengungkapkan cara
7.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

memperbaikinya. Tes identifikasi biasanya digunakan sebagai alat ukur tidak


langsung untuk mengetahui kompetensi. Tes performansi simulasi
menekankan pada prosedur. Siswa diharapkan dapat mengerjakan suatu
tugas, tetapi dalam kondisi simulasi. Bentuk tertinggi dari tes performansi
adalah uji petik atau tes performansi sampel kerja. Pada tahap ini, siswa
diminta mengerjakan tugas-tugas nyata yang merupakan perwujudan dari
kompetensi keseluruhan yang hendak diukur.
Teknik penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
rubrik dan tugas kontekstual sebagai rangsang siswa menunjukkan
performansinya. Rubrik bisa dalam bentuk daftar cek (ya – tidak). Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian,
tidak terdapat nilai tengah. Penilaian unjuk kerja juga dapat menggunakan
skala rentang yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai dilakukan secara
kontinu ketika pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut,
misalnya, sangat kompeten – kompeten – agak kompeten – tidak kompeten.
Tes unjuk kerja sebagai alat penilaian berbicara menuntut siswa untuk
mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya secara individu. Setiap siswa
mendapat tugas berbicara secara individu dan mendemonstrasikan
kemampuannya, sedangkan penilai mengamati dengan rubrik tertentu.
Kelemahan alat penilaian ini adalah membutuhkan waktu yang banyak.
Kelemahan lain adalah munculnya kebosanan penilai jika tugas berbicara
yang dinilai relatif sama.
Tes unjuk kerja sebagai alat penilaian keterampilan berbicara memiliki
validitas konstruk yang tinggi. Konstruk kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengorganisasikan dan menyampaikan ide secara lisan sesuai
dengan konteks komunikasi. Konteks komunikasi di sini mencakup latar
pembicaraan audiensi.
Ditinjau dari keautentikan konteks, dikenal jenis penilaian keterampilan
berbicara autentik dan simulatif. Keterampilan berbicara autentik menilai
keterampilan berbicara siswa dalam konteks autentik. Contoh penilaian
autentik adalah menilai kemampuan siswa berwawancara siswa pada waktu
sekolah menerima kunjungan dari tokoh masyarakat serta menilai
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.23

kemampuan siswa mewawancarai ketua panitia pada waktu sekolah


mengadakan acara pentas seni. Contoh penilaian simulatif adalah menilai
keterampilan siswa saling berwawancara dengan temannya yang berperan
sebagai tokoh tertentu. Konteks simulasi ditentukan guru atau bersama-sama
siswa. Berikut ini dicontohkan berbagai penilaian keterampilan berbicara
dengan berbagai rangsang.
Karakteristik keterampilan berbicara seperti diuraikan di atas
menyebabkan pelaksanaan penilaian berbicara harus menggunakan teknik
unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja jelas memerlukan waktu yang banyak.
Dengan demikian, diperlukan strategi-strategi khusus untuk dapat
melaksanakan penilaian berbicara.
Ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, pengumpulan informasi
kompetensi berbicara dapat dilakukan terintegrasi atau terpisah dengan
proses pembelajaran. Pelaksanaan secara terintegrasi berarti melaksanakan
penilaian berbicara setelah tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Pelaksanaan secara terpisah berarti dilaksanakan dengan waktu khusus dalam
suasana ujian praktik. Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara secara
terintegrasi memiliki keuntungan dari segi efisiensi waktu. Hal ini dilakukan
mengingat untuk menilai kompetensi berbicara, diperlukan waktu yang
cukup banyak.
Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara ditinjau dari jumlah
kompetensi dasar dan waktu pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga cara.
Cara pertama adalah melaksanakan penilaian tiap satu kompetensi berbicara
terintegrasi dalam pembelajaran. Pada jenis penilaian ini, seorang guru
menilai satu kompetensi berbicara secara terintegrasi dalam proses
pembelajaran. Cara kedua adalah melaksanakan penilaian beberapa
kompetensi berbicara dengan menyediakan waktu tes tersendiri. Cara kedua
ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang menonjol pada
cara kedua adalah efisiensi waktu dan kepraktisan pelaksanaan. Kelemahan
cara kedua terletak pada adanya keterbatasan latihan kompetensi berbicara
pada waktu pembelajaran. Dengan keterbatasan waktu yang ada,
pembelajaran kompetensi berbicara dilakukan dengan berfokus pada
pemodelan dan analisis model. Kesempatan berlatih sebentar yang diberikan
kepada siswa memungkinkan kegagalan siswa untuk mencapai kompetensi
berbicara. Cara ketiga adalah pelaksanaan penilaian dengan menyediakan
waktu tersendiri dan diintegrasikan dengan kompetensi yang lain (misalnya
diintegrasikan dengan keterampilan menulis, menyimak, atau membaca).
7.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Ditinjau dari keterpaduan dengan kompetensi dasar lain, pelaksanaan


penilaian berbicara dapat dilaksanakan terintegrasi dengan penilaian
keterampilan mendengarkan. Guru merancang pembelajaran menyimak dan
berbicara secara terpadu dan menilainya secara terpadu juga. Pada waktu
siswa membawakan pidato, dinilai kemampuan pidatonya. Pada waktu
menjadi pendengar, siswa dinilai kemampuan mendengarkan. Pembelajaran
dan penilaian secara terpadu ini dari waktu sangat efisien.
Ditinjau dari segi jumlah siswa, strategi pelaksanaan penilaian berbicara
dikelompokkan menjadi dua cara. Cara pertama adalah melaksanakan
penilaian kompetensi berbicara secara individual. Cara kedua pelaksanaan
penilaian kompetensi berbicara adalah melakukan secara
berkelompok/berantai.
Ditinjau dari segi pengintegrasian kompetensi dasar, dikenal beberapa
teknik pelaksanaan yang mencakup (a) pelaksanaan penilaian satu KD secara
kelompok dan terintegrasi dalam pembelajaran, (b) pelaksanaan penilaian
beberapa KD secara kelompok dengan waktu khusus, (c) pelaksanaan
penilaian beberapa KD secara individu dengan waktu khusus, (d)
pelaksanaan penilaian satu KD secara individu dan terintegrasi dalam
pembelajaran.
Berdasarkan teknik penilaian, ragam penilaian keterampilan berbicara
mencakup (a) penilaian unjuk kerja individu, (b) penilaian unjuk kerja tim
(speaking team) dengan penilaian sejawat (peer assessment), dan (c)
penilaian unjuk kerja individu terpadu dengan keterampilan reseptif lisan.

1. Penilaian Unjuk Kerja Individu


Penilaian keterampilan berbicara dengan rangsang serangkaian gambar.
a. Jelaskan secara lisan langkah-langkah mencuci tangan seperti pada
rangkaian gambar berikut!
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.25

b. Buatlah kritikan/komentar secara lisan poster-poster berikut!

Poster 1 Poster 2
7.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Poster 3 Poster 4

2. Penilaian Unjuk Kerja secara Individu dalam Kelompok Kecil


Teknik penilaian dilakukan individu dalam kelompok kecil. Sementara
itu, siswa mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya. Guru dan teman
lain dalam kelompok kecil akan menilai dengan rubrik pidato yang
disediakan guru. Untuk itu, alat penilaian yang harus disiapkan guru
mencakup kartu tugas berbicara simulatif dan rubrik keterampilan
berpidato.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.27

3. Penilaian Unjuk Kerja Kelompok di Depan Kelas


Tes unjuk kerja kelompok merupakan tes perbuatan yang menuntut
siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya secara
berkelompok. Penilaian dilakukan secara individu dalam kelompok atau
penilaian secara kelompok. Penilaian berbicara secara individu dalam
kelompok dan penilaian berbicara secara kelompok dicontohkan berikut.
Buatlah kelompok yang terdiri atas lima orang! Jelaskan secara berantai
isi diagram berikut di depan kelas! Isi yang telah dikemukakan anggota
kelompok tidak boleh diulangi lagi oleh anggota kelompok yang lain.
Gunakan intonasi dan jeda yang tepat untuk memperjelas penjelasanmu!
7.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Ketika siswa mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya di depan


kelas, guru dan siswa lain yang tidak maju menilai dengan rubrik berikut.
Berantai menyampaikan pidato juga merupakan contoh penilaian
individu dalam kelompok. Misalnya, siswa melakukan kegiatan berikut.
Buatlah kelompok yang terdiri atas lima orang! Berpidatolah secara
berantai di depan kelas! Isi yang telah dikemukakan anggota kelompok tidak
boleh diulangi lagi oleh anggota kelompok yang lain. Gunakan intonasi dan
jeda yang tepat serta gaya yang sesuai untuk membuat pidatomu menarik!

4. Penilaian Individu Terintegrasi dengan Kompetensi Berbicara yang


Lain
Teknik ini menilai kemampuan berbicara diintegrasikan pada beberapa
kompetensi berbicara. Siswa mendemonstrasikan kemampuan berbicaranya
dengan cara diundi. Setiap siswa bisa mendemonstrasikan beberapa
kompetensi berbicara secara serentak.

5. Penilaian Individu Terintegrasi dengan Kompetensi Reseptif Lisan


Teknik ini menilai kemampuan berbicara diintegrasikan pada beberapa
kompetensi menyimak. Siswa mendemonstrasikan kemampuan berbicaranya
dengan cara diundi. Siswa yang berbicara dinilai kemampuan berbicaranya,
sedangkan siswa yang mendengarkan dinilai kemampuan menyimaknya.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.29

6. Penilaian Kemampuan Berbicara dengan Alat Penilaian Alternatif


a. Penggunaan portofolio dalam kompetensi berbicara
Portofolio berbicara berisi bukti-bukti bahwa siswa pernah melakukan
kegiatan wicara. Isi portofolio bisa berupa dokumen berbicara yang
menunjukkan perkembangan kemampuan berbicara. Dokumen hasil
penilaian berbicara yang berisi komentar teman atau guru dalam pelaksanaan
keterampilan berbicara juga bisa dimasukkan dalam portofolio.

b. Penggunaan jurnal dalam penilaian kompetensi berbicara


Penggunaan jurnal refleksi dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah
yang ditempuh siswa dalam menyiapkan pidato, strategi yang digunakan
untuk mengatasi demam mimbar, strategi untuk menyampaikan dengan urut,
dan sebagainya. Dengan jurnal refleksi ini, diharapkan siswa dapat
merefleksikan perasaannya ketika berbicara di depan umum, langkah yang
dilakukan untuk berpidato, dan strategi-strategi yang digunakan untuk dapat
berbicara secara efektif.
Penggunaan berbagai instrumen alternatif dilakukan pada penilaian
kemampuan berbicara yang dimaknai sebagai alat pembelajaran bahasa yang
lebih luas. Murid hendaknya dibimbing menjadi pribadi yang memanfaatkan
kemampuan berbicara sebagai tujuan yang bermakna. Strategi pengamatan
dapat dipadukan dengan teknik catatan anekdotal, wawancara dan survei,
konferensi dan diskusi, ceklis, menceritakan kembali, tes diagnostik, serta
membaca buku.

c. Penggunaan catatan anekdotal


Catatan anekdotal adalah catatan pengamatan informal yang
menggambarkan perkembangan bahasa dan perkembangan sosial, kebutuhan,
kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi
yang digunakan oleh pembelajar yang tampak bermakna ketika dilakukan
pengamatan. Catatan-catatan ini biasanya berupa komentar singkat yang
sangat spesifik mengenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan
oleh siswa. Wujudnya berupa kumpulan informasi yang didokumentasikan
secara terus-menerus dan menggambarkan perkembangan kemampuan
berbahasa anak secara luas.
Catatan anekdotal dapat dibuat dalam berbagai kegiatan, misalnya
menulis jurnal, memainkan drama, membaca nyaring, diskusi aktif,
pengucapan, kerja mandiri, dan menulis. Latar pembuatan catatan dapat
7.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

berupa kelas secara keseluruhan, kelompok kecil, atau individu. Biasanya,


catatan anekdotal mengenai keadaan murid secara individual, murid yang
berhadapan satu per satu dengan guru, guru mengamati murid, atau anak
bekerja dalam konteks tertentu.

d. Asesmen terhadap strategi berbicara


Dalam kegiatan pembelajaran berbicara, guru acap kali mengamati
siswanya apakah mereka telah memperhatikan model yang dipelajari, apakah
mereka dapat merespons dengan tepat, dan apakah mereka menyukai
aktivitas berbicara. Hal inilah yang merupakan esensi asesmen kelas.
Pengamatan dapat diartikan sebagai kegiatan melihat aktivitas anak dalam
belajar, mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas, dan bagaimana
hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan
sering kali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah
disiapkan.

e. Pengamatan terstruktur terhadap kesulitan-kesulitan murid dalam


berbicara
Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana,
untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan
keputusan. Pengamatan yang dilaksanakan secara teratur dapat membantu
guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak sehingga kelemahan
tersebut dapat ditangani dengan baik. Guru sering melakukan pengamatan
secara tak terstruktur dan tidak membuat catatan-catatan hasil pengamatan.
Perlu diingat bahwa bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka
sulit dapat mengingat semua kegiatan yang dihadapi sehari-hari. Untuk itu,
guru disarankan untuk melakukan pengamatan terstruktur dan mencatat
hasilnya. Selama melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswanya. Guru
disarankan untuk membuat catatan atau rekaman dengan fokus atau tujuan
tertentu. Informasi yang didapat selanjutnya didokumentasikan sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan program.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.31

Contoh alat penilaian keterampilan berbicara dengan jurnal refleksi


Nama: ...................................... Tanggal: ......................................
Tugas Berbicara: Berwawancara Tempat: .......................................

1. Langkah yang saya lakukan dalam berwawancara adalah ..........................


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Kesulitan saya dalam merumuskan pertanyaan .........................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Kesulitan yang saya alami dalam membuka wawancara adalah ...............
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Kesulitan yang saya alami dalam menutup wawancara adalah .................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
Upaya yang pernah saya coba untuk mengatasi masalah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

Jurnal Strategi Metakognisi (Berbicara)


Metakognisi adalah kemampuan siswa untuk mengetahui bagaimana
belajar dan bagaimana mengevaluasi kegiatan belajarnya. Strategi
metakognisi dapat dibedakan menjadi empat tahap/jenis: perencanaan,
penggunaan atau penerapan strategi, monitoring, dan evaluasi.
Dalam tahap perencanaan, siswa menganalisis tugas-tugas yang harus
dikerjakan. Pertanyaan yang memandu tahap ini sebagai berikut.
a. Apakah saya memahami cara berpidato?
b. Apa yang saya harapkan dari kegiatan belajar membaca ini?
c. Apa yang belum saya pahami?
d. Apa yang sulit saya pahami?
7.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, siswa masuk pada tahap


evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat
digunakan sebagai berikut.
a. Apa yang telah saya pelajari?
b. Apakah saya telah mengerjakan tugas secara lengkap?
c. Apakah saya sampai pada level memuaskan dalam belajar?
d. Apa yang harus saya kerjakan agar tetap ingin tahu?

Penggunaan strategi metakognisi dapat membantu pembaca untuk


mengontrol kegiatan berbicaranya dan perilaku belajarnya. Keterampilan
sangat diperlukan untuk mengembangkan diri sebagai pembelajar yang
independen.

f. Lembar observasi
Dalam pembelajaran berbicara, guru seharusnya mengamati siswanya,
apakah mereka telah mampu dan berani mendemonstrasikan keterampilannya
dalam berbicara, apakah mereka dapat merespons dengan tepat, dan apakah
mereka menyukai aktivitas berbicara. Hal inilah yang merupakan esensi
asesmen kelas. Dalam penilaian berbicara, pengamatan dapat diartikan
sebagai kegiatan mengamati aktivitas siswa dalam belajar berbicara,
mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas berbicara, dan bagaimana
hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan
acap kali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah
disiapkan.
Dengan pengamatan, guru dapat memperoleh wawasan tentang strategi
pemecahan masalah yang dihadapi siswa dan dapat mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar berbicara. Itulah
sebabnya pengamatan sering kali dipandang sebagai alat komprehensif untuk
mengumpulkan informasi guna pengambilan keputusan.
Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana,
untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan
keputusan. Pengamatan yang dilaksanakan secara teratur dapat membantu
guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak sehingga kelemahan
tersebut dapat ditangani dengan baik.
Guru sering melakukan pengamatan secara tak terstruktur dan tidak
membuat catatan-catatan hasil pengamatan. Perlu diingat bahwa
bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka sulit dapat
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.33

mengingat semua kegiatan yang dihadapi sehari-hari. Untuk itu, guru


disarankan untuk melakukan pengamatan terstruktur dan mencatat hasilnya.
Selama melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswanya, guru disarankan
untuk membuat catatan atau rekaman dengan fokus atau tujuan tertentu.
Informasi yang didapat selanjutnya didokumentasikan sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan program.
Salah satu cara untuk mengumpulkan data secara sistematis berupa
penggunaan format anekdotal (anecdotal form) yang berisi nama siswa,
tanggal, komentar, dan tindakan yang disarankan. Hal tersebut terlihat dalam
tabel berikut.

Nama Tgl Komentar Saran tindakan


Aldy 3/11 Belum dapat mengomentari masalah Berlatih membuat kalimat
aktual komentar dengan alasan
Dewi 12/11 Belum dapat mengurutkan ide Menuliskan garis besar yang
akan diungkapkan
dst

Format di atas digunakan setiap minggu. Pada setiap akhir minggu, guru
dapat mengetahui siswa nama yang belum teramati sehingga kegiatan
pengamatan berikutnya difokuskan pada siswa yang belum diamati.
Berikut disajikan contoh ceklis pengamatan.

Ceklis Pengamatan Tahap Keterampilan Berbicara

Nama Murid : ..........................................


Kelas : ..........................................
Nama Pengamat : ..........................................

Peng. I (.....) Peng. I (.....)


No. Aspek yang diamati
Baik Kurang Baik Kurang
Keterampilan berbicara secara imitatif
1. Menirukan isi untuk membuka
pembicaraan
2. Menirukan intonasi untuk membuka
pembicaraan
3. Menirukan gaya bertutur
4. Melafalkan bahasa tertulis
5. Memberi intonasi pada bahasa tulis
7.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Peng. I (.....) Peng. I (.....)


No. Aspek yang diamati
Baik Kurang Baik Kurang
yang dilisankan
Berbicara responsif
1. Menjawab pertanyaan secara lisan.
2. Merespons secara lisan semua
rangsang wicara dari lawan tutur.
3. Merespons secara lisan dengan kritis
dan kreatif semua rangsang yang
dihadapi.
Keterampilan Wicara secara Autentik
1 Mampu menampilkan kemampuan
berbicara pada acara-acara autentik
dengan spontan.
2 Mampu menampilkan kemampuan
berbicara pada acara-acara autentik
dengan waktu perencanaan yang
memadai.
3 Mampu menampilkan kemampuan
berbicara dengan spontan pada
konteks simulasi yang diberikan.
4 Mampu menampilkan kemampuan
berbicara dengan perencanaan pada
konteks simulasi yang diberikan.

Penafsiran dan saran


______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________
______________________________________________________________

g. Wawancara
Tujuan pemanfaatan wawancara adalah menyamakan persepsi murid
sebab sering kali muncul perbedaan antara persepsi guru dan murid
sehubungan dengan kegiatan berbicara. Respons murid terhadap wawancara
dapat membangkitkan minat baca anak terhadap kegiatan berbicara.
Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, pembaca masuk pada tahap
evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat
digunakan sebagai berikut.
a. Apa yang telah saya pelajari?
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.35

b. Apakah saya telah mengerjakan tugas secara lengkap?


c. Apakah saya sampai pada level memuaskan dalam belajar?
d. Apa yang harus saya kerjakan agar tetap ingin tahu?

C. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PENILAIAN


KETERAMPILAN BERBICARA

MacMillan (2008) menjelaskan bahwa pengembangan alat penilaian


suatu kompetensi dilakukan dengan langkah (1) memahami esensi konstruk
suatu kompetensi, (2) menjabarkannya menjadi keterampilan-keterampilan
bawahan esensial yang menjadi indikator suatu kompetensi/penanda
kompetensi, (3) menentukan perilaku-perilaku yang seharusnya dilakukan
agar bisa untuk membuat unjuk kerja yang dituntut pada kompetensi,
(4) menjabarkan ciri-ciri hasil akhir yang akan diamati, (5) menyusun alat
penilaian, dan (6) melaksanakan dan menyimpulkan hasil penilaian.

1. Langkah Perencanaan Penilaian Kemampuan Berbicara


Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini dilaksanakan berdasarkan pada
kompetensi dasar tertentu. Langkah merencanakan penilaian berbicara yang
bersumber pada kompetensi dasar mencakup langkah (a) memahami
karakteristik dan konstruk kompetensi dasar, (b) menyusun indikator hasil
dan indikator proses, (c) menentukan alat untuk menilai hasil dan proses,
(d) mengembangkan tugas kontekstual untuk merangsang munculnya
kemampuan berbicara dengan konteks tertentu, (e) menyusun rubrik
penilaian, serta (f) menentukan teknik penilaian.
Selain langkah penyusunan alat penilaian, hal penting yang harus
direncanakan pada perencanaan penilaian berbicara adalah penyusunan tugas
berbicara dan rubrik penilaian berbicara. Bacalah paparan berikut sebagai
bekal merencanakan penilaian berbicara.

a. Tugas kontekstual pada tes keterampilan berbicara


Tugas kontekstual adalah rangsang dengan konteks tertentu yang
menuntut siswa menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan produk
dengan kriteria tertentu. Tugas kontekstual digunakan untuk memberi bingkai
pelaksanaan kompetensi berbicara pada konteks tertentu. Dari tugas
kontekstual inilah, siswa melakukan unjuk kerja. Tugas kontektual juga
berhubungan dengan indikator pencapaian. Beberapa indikator pencapaian
7.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

diukur serentak dengan satu tugas kontekstual. Berikut ini diberi contoh
tugas-tugas kontekstual dalam penilaian produk.

Contoh 1
KD: berpidato dalam konteks perpisahan
Indikator
1) Mampu menyampaikan sapaan dengan intonasi yang sesuai.
2) Mampu membuka pidato dengan isi yang sesuai konteks.
3) Mampu memaparkan isi pidato dengan isi sesuai konteks.
4) Mampu menggunakan intonasi secara tepat sesuai dengan isi
pembicaraan.
5) Mampu berpidato dengan ekspresi yang sesuai.

b. Tugas kontekstual
Berpidatolah dengan peran seakan-akan kamu menjadi wakil kelas XI
yang akan meninggalkan sekolah pada acara perpisahan di sekolahmu.
Lakukan kegiatan pidato tersebut di depan kelas dengan merencanakan dulu
pokok-pokok isi pidato!

c. Pembuatan rubrik dalam penilaian unjuk kerja


Rubrik penilaian dan indikator sangat erat hubungannya. Kata kerja pada
indikator akan menjadi petunjuk pada rubrik. Berdasarkan bentuknya,
terdapat rubrik deskriptif dan rubrik dengan skala angka gradual.
Berdasarkan cara penafsiran, rubrik penilaian dikelompokkan menjadi rubrik
analitis dan rubrik holistik.
Amati langkah penyusunan rubrik berikut.
Langkah pertama: mencermati indikator memperjelas kriteria pada
rubrik.
Langkah awal menyusun rubrik adalah mencermati kriteria pada
indikator. Kriteria pada indikator dikonkretkan pada deskriptor rubrik.
Kriteria pada indikator diperjelas pada rubrik. Misalnya, kriteria mampu
berpidato dengan isi dan intonasi yang sesuai tujuan diperinci menjadi (1)
mampu mengungkapkan sapaan sesuai dengan audiensi, (2) mampu
memaparkan isi dengan runtut, (3) mampu menutup pidato dengan isi sesuai
tujuan, (4) mampu mengungkapkan kalimat dengan tinggi rendah yang
bervariasi sesuai dengan isi pidato, (5) mampu membawakan pidato dengan
lancar, serta (6) mampu bersuara dengan keras sehingga didengar semua
audiensi.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.37

Langkah kedua: menentukan skor maksimal untuk semua munculnya


deskriptor.
Setelah semua indikator pencapaian dijabarkan menjadi deskriptor,
ditentukan skor maksimal tiap-tiap aspek. Penentuan skor maksimal
ditentukan oleh tingkat kepentingan suatu indikator (pahami yang menjadi
prioritas pada rumusan kompetensi dasar).
Langkah ketiga: membuat gradasi (skor atau skala) pada tiap deskriptor.
Setelah ditentukan skor maksimal untuk tiap deskriptor, perlu dijabarkan
gradasi skor dari tiap-tiap indikator. Misalnya, deskriptor menyapa secara
lengkap audiensi dengan intonasi yang sesuai dan dengan skor maksimal 3
digradasikan berikut.
1) Skor 3 jika mengungkapkan sapaan secara lengkap, yaitu menyebut
audiensi yang hadir, menggunakan intonasi yang tepat, dan
menggunakan lafal secara jelas.
2) Skor 2 jika hanya teramati dua unsur.
3) Skor 1 jika teramati satu unsur.
4) Skor 0 jika tidak teramati semua unsur.

Langkah keempat: menentukan kriteria ketuntasan.


Dari kriteria ketuntasan inilah, akan ditentukan apakah peserta didik
sudah tuntas atau masih harus mengulang/melakukan remedial.

Contoh Rubrik Keterampilan Presentasi Kelompok

Skor tiap kelompok


No Item penilaian
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kebenaran isi
2 Kejelasan suara
3 Keruntutan penyampaian
4 Kemampuan menanggapi pertanyaan
5 Kerja sama dalam menanggapi
pertanyaan
Jumlah
Rerata
1) Kebenaran isi
Skor 3 apabila semua isi konsep yang disampaikan benar.
Skor 2 apabila 75% isi konsep yang disampaikan benar.
Skor 1 apabila 25—50% isi konsep yang disampaikan benar.
Skor 0 apabila dalam penyampaian tidak ada konsep yang isinya benar.
7.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

2) Kejelasan suara
Skor 3 apabila suara cukup keras, jelas, intonasi beragam, dan
bersemangat.
Skor 2 apabila hanya muncul tiga indikator.
Skor 1 apabila hanya muncul dua indikator.
Skor 0 apabila tidak ada indikator yang muncul.

3) Keruntutan penyajian
Skor 3 apabila semua materi yang disajikan secara urut (judul presentasi,
data hasil pengamatan, jawaban pertanyaan, dan simpulan).
Skor 2 apabila hanya tiga materi yang disajikan secara urut.
Skor 1 apabila hanya dua materi yang disajikan secara urut.
Skor 0 apabila penyajian materi tidak urut sama sekali.

4) Kemampuan menanggapi pertanyaan


Skor 3 apabila semua pertanyaan ditanggapi dengan tiga kriteria: jelas,
benar, dan sopan.
Skor 2 apabila semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan dua.
Skor 1 apabila semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan satu
indikator.
Skor 0 apabila tidak ada pertanyaan yang ditanggapi.

5) Kerja sama dalam menanggapi pertanyaan


Skor 3 apabila pertanyaan ditanggapi oleh tiga atau lebih anggota
kelompok.
Skor 2 apabila pertanyaan ditanggapi oleh dua anggota kelompok saja.
Skor 1 apabila pertanyaan ditanggapi oleh satu anggota kelompok saja.
Skor 0 apabila anggota kelompok tidak berbagi tugas dalam menanggapi
pertanyaan.

Skor maksimal 3 × 5 = 15
Skor yang dicapai siswa
Nilai = 100
Skor Maksimal

Kriteria ketuntasan
Lebih besar atau sama dengan 75% termasuk tuntas.
Kurang 75% tidak tuntas.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.39

Rubrik penilaian dari KD berpidato dicontohkan berikut.

Rubrik Kemampuan Berpidato dengan Model Daftar Cek

No. Deskripsi Ya Tidak


1. Apakah isi sapaan yang diungkapkan sesuai dengan audiensi?
2. Apakah sapaan diungkapkan dengan intonasi dan lafal yang
tepat?
3. Apakah mampu membuka pidato dengan isi yang sesuai
konteks?
4. Apakah mampu membuka pidato dengan intonasi dan ekspresi
yang sesuai konteks?
5. Apakah mampu memaparkan inti pidato dengan isi sesuai
konteks?
6. Apakah mampu memaparkan inti pidato dengan intonasi dan
ekspresi yang sesuai?
7. Apakah mampu menutup pidato dengan isi yang sesuai?
8. Apakah mampu menutup pidato dengan intonasi dan ekspresi
yang sesuai konteks?

Skor maksimal 8 × 5 = 40 (satu jawaban ya diberi skor 5 dan jawaban tidak


diberi skor 0).
Skor yang dicapai siswa
Nilai = 100
Skor Maksimal
Kriteria ketuntasan
Lebih besar atau sama dengan 75% termasuk tuntas.
Kurang 75% tidak tuntas.

Contoh 2 pembuatan rubrik penilaian hasil dan penilaian proses


Kompetensi dasar: berwawancara dengan berbagai tujuan
Indikator hasil sebagai berikut.
1) Mampu membuka wawancara sesuai konteks dengan santun.
2) Mampu mengajukan pertanyaan dalam berwawancara dengan isi yang
sesuai tujuan.
3) Mampu mengulas jawaban sebagai pijakan pertanyaan berikutnya.
4) Mampu menutup wawancara sesuai konteks.
5) Mampu menggunakan bahasa sesuai ragam.
6) Mampu menggunakan intonasi sesuai isi kalimat dalam berwawancara.
7) Mampu menyampaikan wawancara dengan lancar.
7.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Indikator proses sebagai berikut.


1) Keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan.
2) Mau bekerja sama untuk saling berlatih berwawancara.
3) Mau menerima kritikan/hasil penilaian teman untuk perbaikan.
4) Kritis mengomentari hasil teman.
5) Kreatif dalam membuka, mengungkapkan pertanyaan inti, dan menutup
wawancara.
6) Percaya diri melakukan wawancara dan berani mengemukakan komentar.

Perincian
Aspek yang Waktu dan teknik
informasi yang Alat yang digunakan
dinilai pengumpulan informasi
akan diperoleh
Terintegrasi pada
pembelajaran (empat jam
pelajaran)
Keterampilan Mampu Tugas dan Terintegrasi dalam proses
berwawancara rubrik penyekoran pembelajaran (setelah
dengan berbagai pembahasan beberapa model
tujuan wawancara, siswa
berkelompok menilai
antarteman dengan rubrik
yang telah ditentukan
ditambah dengan penilaian
guru)
Afektif Lembar observasi Terintegrasi dalam proses
inventori pembelajaran (pada waktu
proses diskusi, dibahas
penampilan siswa yang
membacakan pengumuman)

Wujud alat penilaian


Tugas wawancara
Buatlah kelompok untuk saling mewawancarai dengan konteks berikut!
Yang diwawancarai: dokter Desa Sukamaju
Topik: demam berdarah yang sedang melanda di Desa Sukamaju
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.41

Rubrik penilaian wawancara


Nama yang dinilai: .............................

Skor
No. Aspek yang Dinilai Pertanyaan Pemandu
1 2 3 4
1. Kesesuaian pertanyaan Apakah semua pertanyaan
dengan tujuan yang diajukan sesuai
dengan tujuan
wawancara?
2. Perincian dan Apakah jumlah pertanyaan
kelengkapan pertanyaan cukup untuk mendapatkan
informasi yang ada dalam
tujuan?
3. Kreativitas dalam Apakah pewawancara
mengajukan pertanyaan berusaha mengaitkan
pertanyaan lanjutan
dengan jawaban orang
yang diwawancarai?
Apakah pewawancara
hanya terpaku pada daftar
pertanyaan secara kaku?
4. Kejelasan pertanyaan dan Apakah pertanyaan
kesesuaian dengan mitra menggunakan kata tanya
bicara yang jelas? Apakah pilihan
kata sesuai dengan orang
yang diajak bicara?
5 Intonasi dan mimik Apakah intonasi sesuai?
Apakah ekspresi wajah
bersahabat?
6. Kelancaran Apakah pewawancara
lancar mengajukan
seluruh pertanyaan?
7. Kewajaran penampilan Apakah penampilan
pewawancara wajar atau
dibuat-buat?

Jumlah skor =
7.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rubrik Mengungkapkan Tanggapan/Komentar


Skor
Hal yang dinilai Perincian
3 2 1
Kejelasan tanggapan Apakah hal yang ditanggapi
terfokus?
Ketepatan tanggapan/ Apakah tanggapan sesuai
kesesuaian dengan topik dengan isi/topik yang
didiskusikan?
Bukti Apakah tanggapan disertai
bukti/contoh-contoh dan
logis?
Bahasa yang digunakan Apakah bahasa yang
digunakan efektif (struktur
kalimat dan pilihan kata
tepat)
Penyampaian Apakah tanggapan
diungkapkan dengan lancar
dan runtut
Penampilan Apakah tanggapan
disampaikan dengan tenang
dan penuh percaya diri?
3 = baik
2 = sedang
1 = kurang

Penerapan Perencanaan Penilaian Keterampilan Berbicara


Contoh pelaksanaan penilaian berbicara

2. Penerapan Perencanaan Penilaian Hasil dan Penilaian Proses


Langkah perencanaan dan penerapan penilaian hasil dan penilaian
proses memiliki perbedaan. Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia
berdasarkan KTSP berorientasi pada standar-standar yang ditetapkan. Standar
tersebut tertuang pada standar isi, standar kompetensi lulusan, dan standar
penilaian. Penilaian tidak hanya menilai hasil, tetapi juga menilai aspek
afektif pada proses pembelajaran.
Langkah penilaian hasil dan proses mencakup (a) penentuan kompetensi
dasar yang hendak diukur, (b) menjabarkan indikator hasil dan proses, (c)
menentukan rancangan informasi dan alat yang akan digunakan, (d)
menentukan teknik dan prosedur, (e) mengembangkan wujud alat penilaian
(tugas kontekstual dan rubrik/pedoman penyekoran), (f) menentukan batas
skor maksimal dan batas ketuntasan, (g) mengumpulkan data pada waktu
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.43

yang telah ditetapkan, (h) menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi,


serta (i) menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas.
Untuk memperjelas langkah perencanaan penilaian hasil dan penilaian
proses dalam pembelajaran berbicara, berikut ini disediakan contoh
penerapan perencanaan penilaian. Amati dengan saksama langkah berikut.

Langkah 1: menentukan kompetensi dasar dan indikator


Kompetensi dasar: mampu berpidato dengan intonasi dan menggunakan
pilihan kata secara tepat
Indikator hasil sebagai berikut.
a. Mampu mengungkapkan sapaan dalam berpidato dengan isi dan
intonasi sesuai konteks.
b. Mampu membuka pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang sesuai
konteks.
c. Mampu menjelaskan inti pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang
sesuai konteks.
d. Mampu menutup pidato dengan isi, ekspresi, dan intonasi yang sesuai
konteks.

Indikator proses sebagai berikut.


a) Mau memperhatikan tugas, memperhatikan penampilan teman, dan
memperhatikan komentar teman/guru (ketekunan/kepedulian).
b) Berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, berani
dan menjawab/merespons pertanyaan teman (percaya diri).
c) Mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, memberi
bukti yang tepat, dan berpendapat secara perinci tetapi santun (kritis dan
logis).
d) Rasa ingin tahu tinggi (aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari
referensi lain untuk menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta
guru).
e) Berani mencipta, memvariasikan yang sudah ada, dan menyimpulkan
dengan bahasa sendiri (kreatif).
f) Kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu
kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab
bersama).
7.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Langkah 2: membuat rancangan penilaian


Perencanaan tersebut diringkas dengan tabel berikut.

Tabel 7.2
Tabel Perencanaan

Sasaran Perincian informasi Alat yang Waktu dan teknik


penilaian yang akan diperoleh digunakan pengumpulan informasi
Hasil Kemampuan siswa Unjuk kerja Waktu penilaian: pada akhir
mendemonstrasikan pembelajaran (setelah siswa
keterampilan berpidato berlatih baru diambil nilainya),
di depan pendengar. teknik yang digunakan penilaian
adalah simulasi dengan alat
unjuk kerja individu dalam
kelompok kecil (tiap siswa
menampilkan kemampuan
berpidatonya di depan kelompok
kecil). Satu kelas dibagi lima
kelompok, sedangkan satu
kelompok delapan orang.
Penilaian proses Sikap positif siswa Lembar Terintegrasi dalam proses
(keaktifan, kerja sama, observasi pembelajaran (pada waktu
tanggung jawab, dan proses eksplorasi model, proses
minat dalam berbicara) penyimpulan, dan proses latihan)
Proses berbicara Jurnal refleksi
(kesulitan siswa dalam
berbicara di depan
audiensi)

Langkah 3: menuliskan teknik, prosedur penilaian, dan alat penilaian pada


RPP
Teknik penilaian : unjuk kerja dalam kelompok kecil (penilaian sejawat
dan guru)
Prosedur penilaian : penilaian hasil dilakukan selama pembelajaran setelah
latihan, penilaian proses dilakukan selama proses
pembelajaran dan proses penilaian
Alat penilaian : penilaian hasil dengan alat tugas kontekstual dan
rubrik, sedangkan penilaian proses dengan lembar
observasi
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.45

Alat penilaian/instrumen penilaian


Langkah 4: menyusun tugas berbicara
Kartu tugas berpidato (simulatif)

Berpidatolah di depan kelompokmu Berpidatolah di depan kelompokmu


seakan-akan kamu menjadi wakil dari seakan-akan kamu menjadi wakil
kelas IX pada acara perpisahan di dari kelas VIII untuk mengucapkan
sekolahmu! selamat jalan untuk kakak kelas IX
pada acara perpisahan di sekolahmu!

Berpidatolah di depan kelompokmu Berpidatolah di depan kelompokmu


seakan-akan kamu menjadi wakil seakan-akan kamu menjadi kepala
orang tua kelas IX pada acara sekolah yang memberikan sambutan
perpisahan di sekolahmu! pada acara perpisahan di sekolahmu!

Langkah 5: menyusun rubrik penilaian


Nama yang dinilai : .............................
Penilai : .............................

No. Aspek yang Dinilai Skor


1. Isi
a. Kesesuaian dengan konteks
▪ Skor 3 = semua sesuai
▪ Skor 2 = ada bagian yang tidak sesuai
▪ Skor 1 = semua tidak sesuai dengan konteks
b. Keruntutan pemaparan
▪ Skor 3 = pemaparan runtut dan mudah diikuti
▪ Skor 2 = ada beberapa bagian yang meloncat-loncat (agak sulit
diikuti)
▪ Skor 1 = pidato berputar-putar dan tidak jelas

2. Intonasi, pelafalan, kekuatan suara (power)


a. Intonasi (variasi irama dan tekanan)
▪ Skor 3 = terdapat variasi tinggi rendah dan tekanan sesuai isi pidato
▪ Skor 2 = ada beberapa irama dan tekanan yang monoton
▪ Skor 1 = semua kalimat yang diucapkan monoton/tidak ada variasi
b. Kelancaran dan pelafalan (ketepatan melafalkan kata)
▪ Skor 3 = lancar dan tidak terdapat kesalahan pelafalan
▪ Skor 2 = lancar tetapi terdapat sedikit kesalahan pelafalan
▪ Skor 1 = tidak lancar dengan sedikit/banyak kesalahan pelafalan
c. Suara
▪ Skor 3 = dapat dijangkau semua pendengar
7.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

No. Aspek yang Dinilai Skor


▪ Skor 2 = dapat dijangkau sebagian pendengar
▪ Skor 1 = sangat lemah tidak dapat didengar
3. Penampilan
a. Penggunaan gerakan tubuh (kesesuaian mimik, gerakan kepala,
dan tatapan mata)
▪ Skor 3 = seluruh gerakan tubuh dan ekspresi mendukung
▪ Skor 2 = ada beberapa ekspresi/gerakan tubuh yang kurang sesuai
▪ Skor 1 = banyak gerakan tubuh dan ekspresi tidak sesuai
b. Percaya Diri
▪ Skor 2 = tatapan mata dan gerak tubuh penuh percaya diri
▪ Skor 1 = tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan keraguan/grogi

Skor Maksimum 20

Rubrik Penilaian Proses


Lembar Observasi

Percaya Kerja Berpikir logis Skor


No. Nama Ketekunan Kreatif
diri sama dan kritis total

Ketekunan
3 = mau memperhatikan tugas/penjelasan guru, memperhatikan penampilan
teman, dan memperhatikan komentar teman/guru
2 = hanya melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku

Percaya diri
3 = berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, dan
berani menjawab/merespons pertanyaan teman
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku

Kritis dan logis


3 = mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, dan
memberi bukti yang tepat
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.47

Rasa ingin tahu tinggi


3 = aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari referensi lain untuk
menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta guru
2 = melakukan dua perilaku atau diminta guru
1 = melakukan salah satu perilaku yang diminta guru

Kreatif
3 = berani mencipta secara mandiri dan memvariasikan yang sudah ada
2 = salah satu
1 = meniru yang sudah ada

Kerja sama
3 = kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu
kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab
bersama)
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku

Langkah 6: melakukan penilaian afektif dan kesulitan siswa dalam proses


pembelajaran
Menggunakan alat penilaian proses yang dibuat.

Langkah 7: melakukan penilaian hasil dan proses dalam kelompok kecil


Teknik penilaian dilakukan individu dalam kelompok kecil. Ketika siswa
mendemonstrasikan keterampilan berbicaranya, guru dan teman lain dalam
kelompok kecil akan menilai dengan rubrik pidato yang disediakan guru.
Untuk itu, alat penilaian yang harus disiapkan guru mencakup kartu tugas
berbicara simulatif dan rubrik keterampilan berpidato.
7.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rubrik Mengungkapkan Tanggapan/Komentar

Skor
Hal yang dinilai Rincian
3 2 1
Kejelasan tanggapan Apakah hal yang ditanggapi
terfokus?
Ketepatan Apakah tanggapan sesuai
tanggapan/kesesuaian dengan dengan isi/topik yang
topik didiskusikan?
Bukti Apakah tanggapan disertai
bukti/contoh-contoh dan
logis?
Bahasa yang digunakan Apakah bahasa yang
digunakan efektif (struktur
kalimat dan pilihan kata
tepat)?
Penyampaian Apakah tanggapan
diungkapkan dengan lancar
dan runtut?
Penampilan Apakah tanggapan
disampaikan dengan tenang
dan penuh percaya diri?
3 = baik
2 = sedang
1 = kurang

Contoh Penilaian Afektif

Lembar Evaluasi Diri


Kerja Sama dalam Kelompok

Petunjuk
Secara jujur, nilailah dirimu sendiri dengan diketahui oleh teman lain satu
kelompok yang berkaitan dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam
bentuk angka dengan skor seperti berikut.
4 : apabila selalu dilakukan.
3 : apabila sering dilakukan.
2 : apabila jarang dilakukan.
1 : apabila tidak pernah dilakukan
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.49

Nama : .................
Kelas : .................
Nama anggota dan skornya
No. Butir penilaian
....... ....... ........ ....... ....... .......
1. Keberadaan saya dalam
kelompok
2. Membantu teman yang
kesulitan
3. Melaksanakan tugas
yang diberikan kelompok
4. Menghargai pendapat
teman lain dalam
kelompok
5. Menjaga kekompakan
kelompok
Jumlah skor

Skor yang dicapai siswa


Nilai = 100
Skor Maksimal
Skor maksimum = 20

Contoh Lembar Peer Assessment


Kerja Sama dalam Kelompok

Petunjuk
Secara jujur, nilailah semua temanmu dalam kelompok yang berkaitan
dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam bentuk angka dengan skor
sebagai berikut.
4 : apabila selalu dilakukan.
3 : apabila sering dilakukan.
2 : apabila jarang dilakukan.
1 : apabila tidak pernah dilakukan.
7.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Nama penilai : .....................................


Kelompok : .....................................
Kelas : .....................................
Nama anggota yang dinilai dan
No Butir penilaian skor maksimal 4
....... ....... ........ ....... .......
1 Keberadaan saya dalam kelompok
2 Membantu teman yang kesulitan
3 Melaksanakan tugas yang
diberikan kelompok
4 Menghargai pendapat teman lain
dalam kelompok
5 Menjaga kekompakan kelompok
Jumlah skor

Skor yang dicapai siswa


Nilai = 100
Skor Maksimal
Skor maksimum = 20

D. PROSEDUR PELAKSANAAN PENILAIAN BERBICARA

Pengumpulan informasi kompetensi berbicara dapat dilakukan dalam


suasana resmi ataupun tidak resmi. Artinya, pelaksanaan penilaian terhadap
kompetensi berbicara dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas. Ditinjau
dari waktu pelaksanaan, waktu penilaian kompetensi berbicara dapat
dilakukan dengan menggunakan waktu khusus setelah beberapa kompetensi
dasar berbicara dibelajarkan. Selain itu, pelaksanaan penilaian kompetensi
berbicara dapat dilakukan terintegrasi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini
dilakukan mengingat untuk menilai kompetensi berbicara memerlukan waktu
yang cukup banyak. Pengamatan terhadap penampilan kemampuan berbicara
siswa memerlukan waktu yang tidak sedikit.
Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara ditinjau dari jumlah
kompetensi dasar dan waktu pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga cara.
Cara pertama adalah melaksanakan penilaian tiap kompetensi berbicara
terintegrasi dalam pembelajaran. Pada jenis penilaian ini, seorang guru
menilai satu kompetensi berbicara secara terintegrasi dalam proses
pembelajaran. Cara kedua adalah melaksanakan penilaian beberapa
kompetensi berbicara dengan menyediakan waktu tes tersendiri. Cara kedua
ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang menonjol pada
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.51

cara kedua adalah efisiensi waktu dan kepraktisan pelaksanaan. Kelemahan


cara kedua terletak pada adanya keterbatasan latihan kompetensi berbicara
pada waktu pembelajaran. Dengan keterbatasan waktu yang ada,
pembelajaran kompetensi berbicara dilakukan dengan berfokus pada
pemodelan dan analisis model. Kesempatan berlatih sebentar yang diberikan
kepada siswa memungkinkan kegagalan siswa untuk mencapai kompetensi
berbicara. Cara ketiga adalah pelaksanaan penilaian dengan menyediakan
waktu tersendiri dan diintegrasikan dengan kompetensi yang lain (misalnya
diintegrasikan dengan keterampilan berbicara, menyimak, atau membaca).
Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan
penilaian kompetensi berbicara, amati contoh berikut.
1. Pelaksanaan terintegrasi dalam pembelajaran
Pendahuluan, memodelkan, mencoba kelompok, dan dinilai per
kelompok untuk satu KD berbicara.
2. Pelaksanaan penilaian setelah pembelajaran beberapa kompetensi
berbicara
Ditinjau dari strategi pelaksanaan penilaian berbicara terdapat dua cara
pelaksanaan. Cara pertama adalah melaksanakan penilaian kompetensi
berbicara secara individual. Cara kedua pelaksanaan penilaian kompetensi
berbicara adalah melakukan secara berkelompok/berantai. Dalam rangka
mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan penilaian
kompetensi berbicara, amati contoh berikut.
Kelemahan model pelaksanaan kedua adalah memerlukan waktu khusus
yang relatif banyak di luar jam pembelajaran yang telah direncanakan.
Kelebihan model penilaian jenis ini adalah memberikan waktu berlatih yang
cukup pada siswa.
Apabila informasi tentang kompetensi berbicara siswa telah terkumpul
dengan jumlah yang memadai, guru perlu membuat keputusan terhadap
prestasi siswa. Keputusan yang perlu diambil dipandu dengan pertanyaan
berikut.
1. Apakah siswa telah menguasai indikator-indikator pencapaian
kompetensi berbicara dari kompetensi dasar tertentu?
2. Apakah skor kompetensi berbicara yang telah dicapai siswa sama atau
lebih tinggi dibandingkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang
ditentukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia? Apabila skor yang
dicapai siswa kurang dari KKM berarti siswa perlu mengikuti remedial.
Sebaliknya, jika
3. Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?
7.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

4. Apakah siswa perlu menerima pengayaan? Pengayaan apa yang perlu


diberikan?
5. Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran,
pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?

1. Mengamati Pelaksanaan Penilaian dalam Pembelajaran Berbicara


Amati pelaksanaan penilaian pembelajaran berbicara berikut! Analisislah
apa saja yang dinilai dan alat apa saja yang digunakan!
Hal yang Alat
No. Kegiatan
dinilai penilaian
A. Pendahuluan
1. Guru menunjukkan gambar peristiwa seorang reporter. Keaktifan
2. Siswa didorong bertanya jawab tentang cara reporter siswa
melaporkan secara lisan peristiwa/kegiatan yang diamati.
3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa
menguasai kompetensi tersebut.
B. Inti
1. Dua siswa secara spontan diminta maju ke depan kelas Keaktifan Lembar
untuk menerima kartu peristiwa yang akan dilaporkan. observasi
2. Setelah membaca selama lima menit, siswa mencoba Tanggung
menjadi reporter stasiun TV untuk melaporkan peristiwa jawab
bencana yang telah dituliskan guru pada kartu peristiwa.
3. Sementara siswa memodelkan reporter, siswa lain Kerja
diminta menilai berdasarkan rubrik yang ada. sama
4. Siswa didorong guru untuk menyimpulkan cara
melaporkan secara lisan sebuah peristiwa dan membuat
contoh pelaporan secara lisan yang tepat dan kurang
tepat.
5. Siswa dibagi menjadi enam kelompok. Tiap kelompok Jurnal
terdiri atas enam atau tujuh orang. Di dalam kelompok, refleksi
tiap siswa praktik melaporkan secara lisan berdasarkan
kartu peristiwa yang diterima.
6. Siswa anggota kelompok mengamati temannya yang
sedang mencoba melaporkan peristiwa.
7. Guru secara bergantian menilai siswa dengan cara
berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok
lainnya.
8. Siswa dan guru memilih reporter paling baik serta
simpulan ceramah.
9. Siswa merefleksi kekuatan dan kesulitan yang dialami
dalam melaporkan secara lisan .
C. Penutup
Tugas secara kelompok untuk merekam pelaporan peristiwa.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.53

2. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Berbicara dengan Teknik


Penilaian Individu dalam Kelompok
Bandingkan pelaksanaan penilaian pembelajaran berbicara di atas
dengan penilaian pembelajaran berbicara berikut!

Hal yang Alat


No Kegiatan
Dinilai penilaian
A. Pendahuluan
1. Guru menunjukkan gambar peristiwa seorang reporter. Keaktifan
2. Siswa didorong bertanya jawab tentang cara reporter siswa
melaporkan secara lisan peristiwa/kegiatan yang diamati.
3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam
pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa
menguasai kompetensi tersebut.
B. Inti
1. Dua siswa secara spontan diminta maju ke depan kelas Keaktifan Lembar
untuk menerima kartu peristiwa yang akan dilaporkan. observasi
2. Setelah membaca selama lima menit, siswa mencoba Tanggung
menjadi reporter stasiun TV untuk melaporkan peristiwa jawab
bencana yang telah dituliskan guru pada kartu peristiwa.
3. Sementara siswa memodelkan reporter, siswa lain diminta Kerja
menilai berdasarkan rubrik yang ada. sama
4. Siswa didorong guru untuk menyimpulkan cara
melaporkan secara lisan sebuah peristiwa dan membuat
contoh pelaporan secara lisan yang tepat dan kurang
tepat.
5. Siswa dibagi menjadi enam kelompok. Tiap kelompok Jurnal
terdiri atas enam atau tujuh orang. Tiap kelompok berlatih refleksi
untuk melaporkan peristiwa secara berantai di depan
kelas.
6. Tiap kelompok secara bergantian maju ke depan kelas
dan menampilkan pelaporan peristiwa secara berantai
(sesuai dengan jumlah anggota kelompok). Tiap siswa
hanya melaporkan bagian tertentu dari peristiwa. Siswa
sambung-menyambung melaporkan peristiwa secara
lisan.
7. Guru dan siswa menilai penampilan tiap individu dan
memilih penampil terbaik tiap kelompok.
8. Siswa merefleksi kekuatan dan kesulitan yang dialami
dalam melaporkan secara lisan.
C. Penutup
Tugas secara kelompok untuk merekam pelaporan peristiwa
7.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan kelemahan menggunakan tes tertulis untuk menilai
keterampilan berbicara! Jelaskan alasan Anda!
2) Buatlah rancangan penilaian untuk kompetensi dasar berwawancara!
3) Jelaskan sasaran penilaian proses dan penilaian hasil dalam
pembelajaran berbicara!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di


atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.
1. Penggunaan tes tertulis tidak sesuai dengan konstruk berbicara yang
produktif lisan.
2. Indikator ditulis dengan cara menjabarkan kompetensi dasar menjadi
perilaku khusus yang mudah diamati. Kompetensi dasar berwawancara
dijabarkan menjadi (a) mampu berwawancara dengan isi pertanyaan
yang sesuai tujuan wawancara, (b) mampu bertanya menggali dengan
menggunakan intonasi dan bahasa yang santun, (c) menggunakan
kalimat dengan struktur yang tepat, (d) mampu membuka,
menyampaikan inti, menutup dengan gaya dan intonasi yang sesuai, serta
(e) menyampaikan wawancara dengan lancar.
3. Sasaran penilaian hasil dalam pembelajaran berbicara adalah
kemampuan siswa berbicara dalam berbagai konteks/ragam komunikasi.
Sasaran penilaian proses adalah tahapan yang dilakukan siswa dalam
menyimak, kesulitan yang dialami dalam menyimak suatu tuturan, dan
aspek afektif yang menjadi fokus.

Untuk membantu Anda dalam mempertajam pemahaman Anda terhadap


uraian materi modul ini, sebaiknya Anda membaca rangkuman materi yang
tersaji dalam uraian berikut ini.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.55

R A NG KU M AN

Sasaran penilaian berbicara mencakup penilaian proses dan hasil.


Sasaran penilaian hasil dalam berbicara adalah kemampuan
menyampaikan tugas wicara dalam berbagai konteks. Sasaran penilaian
proses adalah tahapan yang dilakukan siswa dalam berbicara, kesulitan
yang dialami dalam berbicara, dan aspek afektif siswa.
Alat yang digunakan pada penilaian hasil berbicara adalah unjuk
kerja. Penilaian berbicara memerlukan alat yang berupa tugas
kontekstual (sebagai rangsang siswa berbicara) dan rubrik/pedoman
penyekoran. Alat yang digunakan pada penilaian proses adalah lembar
pengamatan aspek afektif siswa dalam pembelajaran berbicara,
portofolio untuk mengamati perkembangan kemampuan berbicara, daftar
cek perincian kemampuan berbicara berisi kemampuan yang paling
dikuasai dan yang paling tidak dikuasai, jurnal refleksi untuk mengetahui
langkah yang dilakukan siswa dalam berbicara, bagian-bagian yang
sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal
siswa dalam menyimak.
Langkah merencanakan penilaian keterampilan berbicara mencakup
kegiatan (a) mencermati konstruk berbicara yang tergambar pada standar
kompetensi/kompetensi dasar, (b) menjabarkan kompetensi dasar
menjadi indikator-indikator, (c) menyusun tugas kontekstual dan rubrik
penyekoran, serta (d) memilih teknik penilaian (individu/kelompok/
individu dan kelompok).
Langkah menyusun rubrik untuk keterampilan berbicara adalah (1)
mencermati karakteristik kompetensi dasar dan indikator; (2) menyusun
indikator yang relevan dengan konstruk kompetensi dasar, dapat
diukur/diamati (perilaku khusus), dan lengkap mewakili aspek penting
konstruk suatu kompetensi; (3) menyusun tugas kontekstual yang
relevan dengan kompetensi; (4) menentukan aspek penting yang
harus ada agar penampilan keterampilan berbicara dianggap baik;
(5) menyusun perilaku yang teramati (deskriptor) dari suatu kompetensi;
(6) menentukan skor maksimal dan gradasi skor; (7) menentukan bobot
(jika perlu); (8) menata pada tabel yang mudah dibaca; serta
(9) menentukan kriteria penafsiran atau kategori yang mencerminkan
kualitas.
Teknik penilaian berbicara bisa dilakukan dengan menilai individu
dalam kelompok, individu keseluruhan, penilaian kelompok, dan
penilaian gabungan individu kelompok. Ditinjau dari jumlah dan jenis
kompetensi dasar, penilaian berbicara bisa dilakukan dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar berbicara dan dinilai pada
7.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

waktu bersamaan. Penggabungan juga dapat dilakukan dengan penilaian


kompetensi dasar reseptif lisan (menyimak). Pada penilaian teknik ini,
siswa dinilai secara bergantian dalam hal kompetensi menyimak dan
berbicara. Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu, bukan
hanya sampel serta menggunakan alat dan proses yang memiliki
validitas kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian
menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif
siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,
coopetision (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus
bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja
sama), serta sikap keterbukaan (transparansi). Tentunya, aspek hasil
pemahaman dari wacana yang dituturkan masih menjadi hal utama.
Teknik penilaian berbicara harus menggunakan rangsang tugas
kontekstual yang berupa ilustrasi konteks, rangsang gambar/objek,
rangsang kegiatan, rangsang data autentik, dan rangsang kontekstual lain
yang dapat merangsang siswa menampilkan kegiatan berbicaranya.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Penilaian hasil dalam pembelajaran berbicara mencakup hal berikut,


kecuali kemampuan menyampaikan ....
A. ide secara lisan
B. gagasan dengan bahasa yang baku
C. ide dengan intonasi yang sesuai
D. ide dengan lafal yang tepat

2) Berikut ini yang merupakan indikator keterampilan berpidato adalah


kemampuan ....
A. mendemonstrasikan lafal dan intonasi
B. memaknai intonasi sesuai isi
C. memperbaiki tanda baca dan lafal
D. memaknai kata-kata sulit yang dibacakan

3) Berikut ini yang merupakan sasaran penilaian proses dalam


pembelajaran berbicara adalah kemampuan ....
A. menyampaikan isi dengan intonasi yang sesuai
B. menentukan pokok isi yang didengar
C. menutup pembicaraan dengan santun
D. mengomentari secara kritis dengan kalimat santun
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.57

4) Pak Deni menilai kemampuan berbicara dengan menggunakan tes


objektif. Komentar yang tepat tentang tindakan Pak Deni adalah ....
A. tindakan Pak Deni bisa dibenarkan karena tes objektif dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara
B. tindakan Pak Deni salah karena tes objektif tidak sesuai dengan
konstruk berbicara yang produktif lisan
C. tindakan Pak Deni bisa benar karena tes objektif memiliki beberapa
keuntungan, yaitu lebih efisien
D. tindakan Pak Deni salah karena tes objektif mendorong siswa
menebak

5) Berikut ini indikator kompetensi dasar berwawancara yang perlu ada


pada rubrik, kecuali mampu ....
A. berwawancara dengan isi pertanyaan yang sesuai tujuan wawancara
B. bertanya menggali dengan menggunakan intonasi dan bahasa yang
santun
C. menggunakan kalimat tanya dengan tanda baca secara tepat
D. menyampaikan wawancara dengan lancar

6) Portofolio berbicara digunakan sebagai alat untuk mengetahui ....


A. perhatian siswa dalam pembelajaran berbicara
B. kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas
C. tanggung jawab siswa menyelesaikan tugas sesuai kompetensi dasar
D. perkembangan kemampuan berbicara dan buktinya

7) Jurnal refleksi dalam pembelajaran menyimak berfungsi sebagai alat ....


A. memusatkan perhatian siswa dalam pembelajaran berbicara
B. mendorong kerja sama siswa dalam pembelajaran berbicara
C. pendeteksi kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas berbicara
D. pendeteksi kemampuan menyampaikan isi pembicaraan dengan
intonasi yang sesuai

8) Bu Dewi menyusun alat penilaian berupa rubrik berpidato. Aspek yang


dinilai Bu Dewi adalah intonasi, pilihan kata, dan penggunaan tanda
baca baca secara tepat. Pendapat yang tepat untuk tindakan Bu Dewi
adalah ....
A. tindakan Bu Dewi benar karena tolok ukur kemampuan berbicara
sudah tepat
B. tindakan Bu Dewi benar karena ketiga hal tersebut berkaitan dengan
aspek kebahasaan
7.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

C. tindakan Bu Dewi salah karena seharusnya perlu dinilai juga


sistematika penulisan pidato
D. tindakan Bu Dewi salah karena aspek yang dinilai tidak sesuai
dengan karakteristik keterampilan berbicara

9) Penilaian berbicara bisa dilaksanakan dengan cara di bawah ini,


kecuali ....
A. memadukan beberapa keterampilan berbicara
B. memadukan dengan keterampilan menyimak
C. dinilai secara individu atau kelompok
D. dinilai dengan menggunakan rekaman atau dibacakan orang lain

10) Keuntungan teknik menilai dengan penilaian gabungan individu dan


kelompok adalah ......
A. menggunakan alat yang valid
B. menumbuhkan karakter siswa
C. efisien waktu
D. lebih aktual

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.59

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) A. Pendekatan diskrit sama itu menilai kemampuan bahasa secara
terpisah.
2) B. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan
pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.
3) B. Keterpaduan keterampilan mikro dan keterampilan makro.
4) D. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan
pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.
5) D. Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur.
6) C. Hanya C yang berkaitan dengan aspek kebahasaan berbicara.
7) C. Pendekatan sistem tanpa konteks, sedangkan pendekatan
performansi diberi konteks.
8) D. Mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan dan
keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan kompetensi
strategi.
9) D. Bukan keterampilan berbicara, tetapi menulis.
10) D. Keterampilan mikro, bukan makro.

Tes Formatif 2
1) C. Karena mencakup proses dan hasil, opsi yang lain tidak mencakup
dua-duanya.
2) B. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
3) D. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
4) C. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
5) C. Lembar pengamatan cocok untuk penilaian proses, yang lain untuk
menilai hasil.
6) D. Portofolio untuk perkembangan kemampuan, sedangkan opsi yang
lain adalah aspek afektif.
7) C. Jurnal alat penilaian adalah proses untuk refleksi kesulitan,
sedangkan opsi yang lain merupakan hasil menyimak dan aspek
yang lain tidak berkaitan.
8) C. Langkah awal menyusun alat penilaian adalah mencermati KD dan
indikatornya supaya mengetahui jenis pemahaman dan tingkat
pemahaman apa yang difokuskan.
7.60 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

9) A. Mengintegrasikan beberapa keterampilan menyimak dan berbicara


lebih efektif, sedangkan opsi lain bukan dari segi jumlah
kompetensinya.
10) D. Alasan prinsip pemilihan teknik penilaian adalah efektif dan efisien
serta dapat menumbuhkan karakter siswa dan tidak harus
menggunakan video.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.61

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Alderson, Charles. 2000. Assessing Reading. London: Cambridge University


Press.

Asrijanty. 2004. Penggunaan Kategori Tengah dalam Skala Likert. Jakarta:


Pusat Penilaian Pendidikan.

Athanasou, James. 2002. A Teacher’s Guide to Assessment. Sidney: Social


Science Press.

Baker, David. 1998. Language Testing. London: Edward Arnold Publishing.

Braunger, Jane. 2006. Building a Knowledge Base in Reading. New York:


Dynamic Graphics Inc.

Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom


Practice. New York: Pearson Education, Inc.

Csikszentmihalyi, Mihali. 1996. Creativity. New York: Haper Collin


Publishers Inc.

Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta:


Grasindo.

Elidjen. 2005. Innovation and Creative Thinking Skills. Jakarta: Binus


University.

Gronlund, Norman. 1993. How to Make Achievement Test and Assessment.


Boston: Allyn and Bacon.

McDavid, James C. dan Laura R.L. Hawthorn. 2006. Program Evaluation


and Performance Measurement. New Delhi: Sage Publications India Pvt.
Ltd.
7.62 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Harsiati, T. 2003. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Harsiati, Titik, M. Daras, dan Endah Tripriyatni. 2007. Membaca dan


Pembelajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai