PEN D A HU L UA N
KEGIATAN BELAJAR 1
Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif berasumsi bahwa pembelajaran bahasa adalah
pembelajaran yang melatih siswa untuk berkomunikasi. Pendekatan
komunikatif dapat dipahami sebagai pengembangan dari pendekatan
7.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
pragmatik dengan cakupan yang jauh lebih luas, lebih beragam, dan lebih
kompleks. Pendekatan komunikatif terhadap bahasa terkait juga dengan
gagasan tentang konteks ekstralinguistik seperti halnya dalam pendekatan
pragmatik, tetapi dengan cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas karena
bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan
bahasa. Dengan menitikberatkan pada fungsi utama sebagai alat komunikasi
itu, pendekatan komunikatif pada penyelenggaraan pembelajaran bahasa dan
tes bahasa tidak pertama-tama mengedepankan struktur bahasa dengan
komponen-komponen dan unsur-unsurnya secara terpisah dan berkecil-kecil.
Pendekatan komunikatif juga tidak mendekati penggunaan bahasa sekadar
sebagai penggabungan unsur-unsur bahasa itu secara integratif seperti pada
pendekatan integratif. Pendekatan komunikatif bahkan juga tidak berangkat
dari pemahaman tentang penggunaan bahasa dengan sekadar
mempertimbangkan peranan unsur-unsur ekstralinguistik, seperti halnya
pendekatan pragmatik. Pendekatan komunikatif menjangkau cakupan yang
lebih luas dengan menelaah penggunaan dan pemahaman bahasa dari fungsi
utamanya, yaitu melakukan komunikasi dengan mengandalkan penggunaan
kemampuan komunikatif. Menurut Brown (2004), kemampuan
berkomunikasi mencakup kemampuan mengekspresikan fungsi-fungsi
komunikasi yang dilakukan masyarakat. Misalnya, komunikasi untuk
meminta maaf, menyatakan terima kasih, meyakinkan, menyetujui, atau tidak
menyetujui.
Pendekatan komunikatif memengaruhi konstruk (bangunan pengertian)
keterampilan berbicara. Penerapan kemampuan komunikatif pada penilaian
berbicara mencakup kemampuan linguistik (linguistic competence),
kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic competence), kemampuan
wacana (discourse competence), dan kemampuan strategis (strategic
competence). Kompetensi linguistik berkaitan dengan kemampuan
kebahasaan (tata bunyi, tata makna, tata bentukan, atau tata kalimat).
Kompetensi kewacanaan berkaitan dengan kemampuan menghasilkan
wacana lisan yang sesuai dengan konteks komunikasi. Kompetensi
kewacanaan juga mengacu secara khusus pada kemampuan menggunakan
kohesi dan koherensi dalam wacana lisan. Kompetensi strategis mengacu
pada kemampuan penulis menggunakan strategi-strategi tertentu dalam
menghasilkan suatu wacana. Kemampuan sosiolinguistik meliputi
pemahaman latar belakang dan kaidah-kaidah sosiokultural penutur dan
sasaran tutur. Kemampuan berbicara dinilai dalam ranah kemampuan
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.5
Tabel 7.1
Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Sistem dan Performansi
Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan Alat Penilaian Berbicara pada Pendekatan
Sistem Performansi
Acuan penilaian pada ketepatan tata makna, Acuan penilaian pada kemampuan
tata bunyi, tata kalimat, tata bentukan menggunakan dan memahami bahasa dalam
berbagai konteks komunikasi
Berfokus pada kemampuan menggunakan Berfokus pada berbagai keterampilan
kata dan kalimat secara tepat (ketepatan) berbicara dengan menggunakan kata dan
kalimat yang sesuai konteks (kesesuaian
konteks)
Format tes imitasi (menirukan) Tes unjuk kerja (uji petik)
Tugas berbicara lepas konteks Tugas berbicara kontekstual
Bentuk tes berbicara cenderung bentuk Tugas berbicara mencakup berbagai bentuk
wicara satu arah wicara (satu arah dan multiarah)
Menggunakan rangsang tema Menggunakan berbagai rangsang kontekstual
Memfokuskan pada hasil berbicara Memfokuskan pada hasil dan proses
Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan Mencakup kompetensi kebahasaan,
diukur kompetensi kewacanaan, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi strategi
disampaikan dengan strategi tertentu. Agar pesan atau topik yang ingin
diungkapkan itu sampai kepada orang yang mendengarkan dan dapat
memahaminya, isi pesan atau topik itu perlu diatur susunannya sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemahaman oleh orang yang mendengarkan. Di
samping itu, perlu pula isi pesan diungkapkan secara jelas berdasarkan
pemilihan kata-kata yang tepat, disusun menurut susunan dan kaidah
gramatika, serta dilafalkan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang
sesuai. Semua itu merupakan rambu-rambu yang perlu dicermati dan diikuti
apabila seseorang menginginkan wacana yang diungkapkannya secara lisan
agar dapat dipahami oleh orang kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Itu pula
yang merupakan unsur-unsur yang perlu diperhatikan sebagai sasaran
pelaksanaan tes kemampuan berbicara yang merupakan sasaran untuk
dicermati dan dinilai.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
(f) memfokuskan pada hasil dan proses, serta (g) menilai secara terpadu
kompetensi kebahasaan, kompetensi kewacanaan, kompetensi
sosiolinguistik, dan kompetensi strategi.
TES F OR M AT IF 1
7) Perbedaan dari segi bentuk tugas berbicara pada pendekatan sistem dan
pendekatan performansi adalah ....
A. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa kalimat, sedangkan
pada pendekatan performansi tugas membuat paragraf
B. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa tugas membuat
paragraf, sedangkan pada pendekatan performansi tugas membuat
karangan utuh
C. tugas berbicara pada pendekatan sistem tanpa konteks komunikasi,
sedangkan pada pendekatan performansi tugas mempertimbangkan
konteks dan bermakna
D. tugas berbicara pada pendekatan sistem berupa pemilihan kata
secara tepat, sedangkan pada pendekatan performansi tugas
berbicara membuat kalimat secara tepat
Kegiatan Belajar 2
Pada level ini, pembicara tidak memilih dan mengungkapkan idenya secara
independen, tetapi hanya menirukan. Contoh kemampuan berbicara level
imitatif adalah menirukan dan menghafalkan model wicara, kemudian
diulang persis sama.
Tingkatan kemampuan berbicara yang kedua adalah kemampuan
berbicara secara terkontrol dan menulis secara terkontrol. Dibandingkan
dengan level imitatif, level ini menuntut respons siswa untuk menghasilkan
wacana lisan yang lebih banyak dengan pilihan ide sendiri. Contoh level
kedua adalah melanjutkan pidato yang belum lengkap, menyampaikan
pembukaan sebagai pembaca acara, membuka wawancara, dan sebagainya.
Level kemampuan berbicara yang berikutnya adalah level ketiga, yaitu
berbicara dengan memberi kesempatan merencanakan/berlatih kegiatan
wicara secara luas. Misalnya, berpidato dengan diberi kesempatan
mengonsep pembicaraan dengan waktu yang panjang. Pembicara bisa
berlatih membawakan pidato sepuasnya sebelum membawakan pidato. Pada
level keempat, kemampuan berbicara terjadi secara spontan. Dengan waktu
yang relatif singkat, pembicara sudah dapat menyampaikan gagasannya
secara tepat dan sesuai dengan konteks yang ada.
Untuk menilai level kemampuan berbicara, digunakan ragam tes dan
penilaian sebagai berikut.
Respons siswa
Menjawab/mengomentari secara lisan
Perintah
Ungkapkan secara lisan dengan kalimatmu sendiri!
Respons siswa:
Menceritakan gambar/menjelaskan gambar
Membandingkan beberapa gambar yang tersedia secara lisan
Menceritakan letak-letak gambar
Stimulus: jadwal
Tugas siswa:
Menjelaskan resep/bahasa petunjuk pada gambar!
Stimulus: topik
Poster 1 Poster 2
7.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Poster 3 Poster 4
f. Lembar observasi
Dalam pembelajaran berbicara, guru seharusnya mengamati siswanya,
apakah mereka telah mampu dan berani mendemonstrasikan keterampilannya
dalam berbicara, apakah mereka dapat merespons dengan tepat, dan apakah
mereka menyukai aktivitas berbicara. Hal inilah yang merupakan esensi
asesmen kelas. Dalam penilaian berbicara, pengamatan dapat diartikan
sebagai kegiatan mengamati aktivitas siswa dalam belajar berbicara,
mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas berbicara, dan bagaimana
hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan
acap kali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah
disiapkan.
Dengan pengamatan, guru dapat memperoleh wawasan tentang strategi
pemecahan masalah yang dihadapi siswa dan dapat mengidentifikasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar berbicara. Itulah
sebabnya pengamatan sering kali dipandang sebagai alat komprehensif untuk
mengumpulkan informasi guna pengambilan keputusan.
Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana,
untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan
keputusan. Pengamatan yang dilaksanakan secara teratur dapat membantu
guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak sehingga kelemahan
tersebut dapat ditangani dengan baik.
Guru sering melakukan pengamatan secara tak terstruktur dan tidak
membuat catatan-catatan hasil pengamatan. Perlu diingat bahwa
bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka sulit dapat
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.33
Format di atas digunakan setiap minggu. Pada setiap akhir minggu, guru
dapat mengetahui siswa nama yang belum teramati sehingga kegiatan
pengamatan berikutnya difokuskan pada siswa yang belum diamati.
Berikut disajikan contoh ceklis pengamatan.
g. Wawancara
Tujuan pemanfaatan wawancara adalah menyamakan persepsi murid
sebab sering kali muncul perbedaan antara persepsi guru dan murid
sehubungan dengan kegiatan berbicara. Respons murid terhadap wawancara
dapat membangkitkan minat baca anak terhadap kegiatan berbicara.
Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, pembaca masuk pada tahap
evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat
digunakan sebagai berikut.
a. Apa yang telah saya pelajari?
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.35
diukur serentak dengan satu tugas kontekstual. Berikut ini diberi contoh
tugas-tugas kontekstual dalam penilaian produk.
Contoh 1
KD: berpidato dalam konteks perpisahan
Indikator
1) Mampu menyampaikan sapaan dengan intonasi yang sesuai.
2) Mampu membuka pidato dengan isi yang sesuai konteks.
3) Mampu memaparkan isi pidato dengan isi sesuai konteks.
4) Mampu menggunakan intonasi secara tepat sesuai dengan isi
pembicaraan.
5) Mampu berpidato dengan ekspresi yang sesuai.
b. Tugas kontekstual
Berpidatolah dengan peran seakan-akan kamu menjadi wakil kelas XI
yang akan meninggalkan sekolah pada acara perpisahan di sekolahmu.
Lakukan kegiatan pidato tersebut di depan kelas dengan merencanakan dulu
pokok-pokok isi pidato!
2) Kejelasan suara
Skor 3 apabila suara cukup keras, jelas, intonasi beragam, dan
bersemangat.
Skor 2 apabila hanya muncul tiga indikator.
Skor 1 apabila hanya muncul dua indikator.
Skor 0 apabila tidak ada indikator yang muncul.
3) Keruntutan penyajian
Skor 3 apabila semua materi yang disajikan secara urut (judul presentasi,
data hasil pengamatan, jawaban pertanyaan, dan simpulan).
Skor 2 apabila hanya tiga materi yang disajikan secara urut.
Skor 1 apabila hanya dua materi yang disajikan secara urut.
Skor 0 apabila penyajian materi tidak urut sama sekali.
Skor maksimal 3 × 5 = 15
Skor yang dicapai siswa
Nilai = 100
Skor Maksimal
Kriteria ketuntasan
Lebih besar atau sama dengan 75% termasuk tuntas.
Kurang 75% tidak tuntas.
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.39
Perincian
Aspek yang Waktu dan teknik
informasi yang Alat yang digunakan
dinilai pengumpulan informasi
akan diperoleh
Terintegrasi pada
pembelajaran (empat jam
pelajaran)
Keterampilan Mampu Tugas dan Terintegrasi dalam proses
berwawancara rubrik penyekoran pembelajaran (setelah
dengan berbagai pembahasan beberapa model
tujuan wawancara, siswa
berkelompok menilai
antarteman dengan rubrik
yang telah ditentukan
ditambah dengan penilaian
guru)
Afektif Lembar observasi Terintegrasi dalam proses
inventori pembelajaran (pada waktu
proses diskusi, dibahas
penampilan siswa yang
membacakan pengumuman)
Skor
No. Aspek yang Dinilai Pertanyaan Pemandu
1 2 3 4
1. Kesesuaian pertanyaan Apakah semua pertanyaan
dengan tujuan yang diajukan sesuai
dengan tujuan
wawancara?
2. Perincian dan Apakah jumlah pertanyaan
kelengkapan pertanyaan cukup untuk mendapatkan
informasi yang ada dalam
tujuan?
3. Kreativitas dalam Apakah pewawancara
mengajukan pertanyaan berusaha mengaitkan
pertanyaan lanjutan
dengan jawaban orang
yang diwawancarai?
Apakah pewawancara
hanya terpaku pada daftar
pertanyaan secara kaku?
4. Kejelasan pertanyaan dan Apakah pertanyaan
kesesuaian dengan mitra menggunakan kata tanya
bicara yang jelas? Apakah pilihan
kata sesuai dengan orang
yang diajak bicara?
5 Intonasi dan mimik Apakah intonasi sesuai?
Apakah ekspresi wajah
bersahabat?
6. Kelancaran Apakah pewawancara
lancar mengajukan
seluruh pertanyaan?
7. Kewajaran penampilan Apakah penampilan
pewawancara wajar atau
dibuat-buat?
Jumlah skor =
7.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Tabel 7.2
Tabel Perencanaan
Skor Maksimum 20
Ketekunan
3 = mau memperhatikan tugas/penjelasan guru, memperhatikan penampilan
teman, dan memperhatikan komentar teman/guru
2 = hanya melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Percaya diri
3 = berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, dan
berani menjawab/merespons pertanyaan teman
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Kreatif
3 = berani mencipta secara mandiri dan memvariasikan yang sudah ada
2 = salah satu
1 = meniru yang sudah ada
Kerja sama
3 = kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu
kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab
bersama)
2 = melakukan dua perilaku
1 = melakukan salah satu perilaku
Skor
Hal yang dinilai Rincian
3 2 1
Kejelasan tanggapan Apakah hal yang ditanggapi
terfokus?
Ketepatan Apakah tanggapan sesuai
tanggapan/kesesuaian dengan dengan isi/topik yang
topik didiskusikan?
Bukti Apakah tanggapan disertai
bukti/contoh-contoh dan
logis?
Bahasa yang digunakan Apakah bahasa yang
digunakan efektif (struktur
kalimat dan pilihan kata
tepat)?
Penyampaian Apakah tanggapan
diungkapkan dengan lancar
dan runtut?
Penampilan Apakah tanggapan
disampaikan dengan tenang
dan penuh percaya diri?
3 = baik
2 = sedang
1 = kurang
Petunjuk
Secara jujur, nilailah dirimu sendiri dengan diketahui oleh teman lain satu
kelompok yang berkaitan dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam
bentuk angka dengan skor seperti berikut.
4 : apabila selalu dilakukan.
3 : apabila sering dilakukan.
2 : apabila jarang dilakukan.
1 : apabila tidak pernah dilakukan
⚫ PBIN4302/MODUL 7 7.49
Nama : .................
Kelas : .................
Nama anggota dan skornya
No. Butir penilaian
....... ....... ........ ....... ....... .......
1. Keberadaan saya dalam
kelompok
2. Membantu teman yang
kesulitan
3. Melaksanakan tugas
yang diberikan kelompok
4. Menghargai pendapat
teman lain dalam
kelompok
5. Menjaga kekompakan
kelompok
Jumlah skor
Petunjuk
Secara jujur, nilailah semua temanmu dalam kelompok yang berkaitan
dengan kemauanmu bekerja sama. Nilai dalam bentuk angka dengan skor
sebagai berikut.
4 : apabila selalu dilakukan.
3 : apabila sering dilakukan.
2 : apabila jarang dilakukan.
1 : apabila tidak pernah dilakukan.
7.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) A. Pendekatan diskrit sama itu menilai kemampuan bahasa secara
terpisah.
2) B. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan
pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.
3) B. Keterpaduan keterampilan mikro dan keterampilan makro.
4) D. Pendekatan diskrit dan sistem berorientasi pada ketepatan
pendekatan komunikatif pada kesesuaian konteks.
5) D. Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur.
6) C. Hanya C yang berkaitan dengan aspek kebahasaan berbicara.
7) C. Pendekatan sistem tanpa konteks, sedangkan pendekatan
performansi diberi konteks.
8) D. Mikro berkaitan dengan penggunaan aspek kebahasaan dan
keterampilan makro berkaitan dengan penggunaan kompetensi
strategi.
9) D. Bukan keterampilan berbicara, tetapi menulis.
10) D. Keterampilan mikro, bukan makro.
Tes Formatif 2
1) C. Karena mencakup proses dan hasil, opsi yang lain tidak mencakup
dua-duanya.
2) B. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
3) D. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
4) C. Benar karena sifat menyimak reseptif, alasan yang lain tidak tepat.
5) C. Lembar pengamatan cocok untuk penilaian proses, yang lain untuk
menilai hasil.
6) D. Portofolio untuk perkembangan kemampuan, sedangkan opsi yang
lain adalah aspek afektif.
7) C. Jurnal alat penilaian adalah proses untuk refleksi kesulitan,
sedangkan opsi yang lain merupakan hasil menyimak dan aspek
yang lain tidak berkaitan.
8) C. Langkah awal menyusun alat penilaian adalah mencermati KD dan
indikatornya supaya mengetahui jenis pemahaman dan tingkat
pemahaman apa yang difokuskan.
7.60 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫
Daftar Pustaka