Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penelitian Pendidikan

Vol. 35 Nomor 1 Tahun 2018

PENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA


MAHASISWA PGSD DALAM PERKULIAHAN BAHASA
INDONESIA BERBASIS KONSERVASI NILAI-NILAI
KARAKTER MELALUI PENERAPAN METODE TASK
BASED ACTIVITY DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

Sukarir Nuryanto1, A. Zaenal Abidin2, Umi Setijowati3, Nugraheti Sismulyasih Sb.4

1234
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Email: sukarir_nuryanto@yahoo.co.id

Abstract. Penelitian ini mengkaji tentang penerapan metode Task-Based Activity


(TBA) untuk meningkatkan keterampilan berbicara mahasiswa PGSD dalam
mata kuliah bahasa Indonesia yang berbasis konservasi nilai-nilai karakter
(kesantunan berbahasa dan kearifan lokal), di jurusan PGSD, FIP, UNNES.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa
PGSD dalam berbicara bahasa Indonesia dengan menerapkan task-based activity
berbasis konservasi nilai-nilai karakter, dan (2) untuk mendeskripsikan respon
mahasiswa PGSD dalam perkuliahan “berbicara” bahasa Indonesia dengan
diterapkannya task-based activity berbasis konservasi nilai-nilai karakter.
Penelitian ini merupakan pengkajian empirik yang dapat digolongkan ke jenis
penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bersifat deskriptif
kualitatif. Subyek penelitiannya yaitu dosen dan mahasiswa PGSD semester 3
rombel 1 (B) yang berjumlah 42 orang. Berdasarkan skor hasil tes mahasiswa,
terlihat adanya suatu peningkatan yang bagus dari fase identifikasi masalah
sampai pada siklus 2. Fase identifikasi masalah, nilai rerata mahasiswa secara
klasikal adalah 4,5 yang berada pada kategori kurang. Dari nilai ini, hanya 6
(23%) orang yang mendapatkan skor lebih besar daripada atau sama dengan
6, sedangkan sisanya (77%) mendapatkan skor kurang daripada 5. Ssiklus 1
rerata keterampilan berbicara mahasiswa PGSD UNNES adalah 6,92; dari nilai
tersebut diketahui bahwa ke-26 mahasiswa (100%) mahasiswa mendapatkan skor
sama dengan atau lebih besar dari 6. Siklus 3 skor rerata keterampilan berbicara
mahasiswa meningkat menjadi adalah 7,54. Berdasarkan nilai tersebut diketahui
bahwa 100% siswa mendapatkan skor sama dengan atau lebih besar dari 6

Keywords: Keterampilan Berbicara, Metode TBA, Perkuliahan Bahasa


Indonesia, Konservasi Nilai-nilai Karakter

83
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

PENDAHULUAN untuk mencapai tujuan-tujuan pragmatis; (6)


menghasilkan pemberbicaraan yang fasih
Keterampilan berbicara dalam bahasa dalam berbagai kecepatan yang berbeda;
Indonesia merupakan suatu keterampilan (7) mengamati bahasa lisan yang dihasilkan
bahasa yang perlu dikuasai dengan baik, dan menggunakan berbagai strategi yang
karena keterampilan ini merupakan suatu bervariasi, yang meliputi pemberhentian
indikator terpenting bagi keberhasilan sementara, pengoreksian sendiri, pengulangan,
mahasiswa dalam belajar bahasa. Dengan untuk kejelasan pesan; (8) menggunakan
penguasaan keterampilan berbicara yang baik, kelas kata (kata benda, kata kerja, dll.) sistem
mahasiswa dapat mengkomunikasikan ide- (tenses, agreement dan plural), pengurutan
ide mereka, baik di sekolah maupun dengan kata, pola-pola, aturan-aturan dan bentuk
penutur asing dan juga menjaga hubungan baik ellipsis; (9) menghasilkan pemberbicaraan
dengan orang lain. Apalagi bila keterampilan yang menggunakan elemen-elemen alami
berbicara tersebut diiringi dengan kesantunan dalam frasa, stop, nafas dan kalimat yang
berbahasa yang bagus. tepat; (10) mengekspresikan makna tertentu
Berhubungan dengan deskripsi di atas, dalam bentuk-bentuk gramatika yang berbeda;
Ur (1996) menyatakan bahwa “Jika seseorang (11) menggunakan bentuk- bentuk kohesif
menguasai suatu bahasa, secara intuitif ia dalam diskursus lisan; (12) menyelesaikan
mampu berbicara dalam bahasa tersebut”. fungsi-fungsi komunikasi dengan tepat
Ungkapan ini jelas mengidentifikasikan menurut situasi, partisipan dan tujuan; (13)
bahwa keterampilan berbicara menunjukkan menggunakan register, implikatur, aturan-
suatu indikasi bahwa seseorang mengetahui aturan pragmatik dan fitur-fitur sosiolinguistik
suatu bahasa. Selain itu, keterampilan yang tepat dalam komunikasi langsung; (14)
berbicara bisa juga digunakan sebagai suatu menunjukkan hubungan antara kejadian dan
media untuk belajar (Izquirdo, 1993), karena mengomunikasikan hubungan-hubungan
keterampilan ini sangat terkait dengan antara ide utama, ide pendukung, informasi
pelafalan, grammatika, kosa kata, diskursus, lama, informasi baru, generalisasi dan contoh;
keterampilan mendengarkan dan lain lain. (15) menggunakan bahasa wajah, kinetik,
Akan tetapi, keterampilan berbicara bahasa tubuh dan bahasa-bahasa nonverbal
sesungguhnya bukanlah merupakan suatu yang lainnya bersamaan dengan bahasa
keterampilan yang sederhana yang bisa verbal untuk menyampaikan makna; dan (16)
dipelajari dengan mudah dalam waktu yang mengembangkan dan menggunakan berbagai
singkat. Dengan kata lain, keterampilan strategi berbicara, seperti memberi tekanan
berbicara merupakan suatu keterampilan yang pada kata kunci, parafrase, menyediakan
kompleks dan berkaitan dengan berbagai konteks untuk menginterpretasikan makna-
keterampilan mikro (Brown, 2002), seperti makna kata, meminta pertolongan dan secara
(1) menghasilkan ujaran- ujaran bahasa yang tepat menilai seberapa baik interlokutor
bervariasi; (2) menghasilkan fonem-fonem memahami apa yang dikatakan.
dan varian-varian alophon lisan yang berbeda Selain keterampilan-keterampilan
dalam bahasa Indonesia; (3) menghasilkan mikro tersebut, keterampilan berbicara juga
pola-pola tekanan, kata-kata yang mendapat memerlukan penguasaan empat kompetensi
dan tidak mendapat tekanan, struktur ritmis yang lain, yaitu (1) kompetensi gramatika,
dan intonasi; (4) menghasilkan bentuk- (2) kompetensi diskursus, (3) kompetensi
bentuk kata dan frasa yang diperpendek; sosiolinguistik, dan (4) kompetensi
(5) menggunakan sejumlah kata yang tepat strategi (Canala dan Swain dalam Shumin,

84
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

2002)Berdasarkan hasil observasi yang Berdasarkan berbagai pemecahan yang


berkelanjutan yang dilakukan terhadap bisa dipakai untuk memecahkan permasalahan
mahasiswa dalam perkuliahan bahasa tersebut dan untuk meningkatkan
Indonesia di Jurusan PGSD, ditemukan bahwa keterampilan berbicara pembelajar, task-
mahasiswa memiliki keterampilan berbicara based activity (aktivitas berbasis tugas)
yang kurang memadai, dan kurangnya muatan merupakan salah satu pemecahan yang terbaik
nilai-nilai karakter (kesantunan) dalam berbasis konservasi nilai-nilai karakter.
berbahasa. Permasalahan yang ditemukan Task-based activity merupakan suatu teknik
meliputi kesantunan, kefasihan dan ketepatan pengajaran keterampilan berbicara yang
berbahasa. Dalam masalah kefasihan, dikembangkan dari pendekatan komunikatif
mahasiswa cenderung gagap atau ragu- ragu yang menekankan atau berorientasi pada
dalam mengungkapkan ide-ide mereka. Ketika pentingnya tugas-tugas atau tujuan-tujuan
mereka diberi pertanyaan atau diminta untuk komunikasi dalam melakukan komunikasi
mengungkapkan ide-ide, mereka cenderung lisan. Task-based activity berfungsi untuk
terdiam lama dan berpikir tentang apa dan memfasilitasi terjadinya komunikasi dan
bagaimana cara mengungkapkan ide-ide interaksi yang bermakna.
tersebut. Dalam masalah ketepatan berbahasa, Perumusan masalah yang dapat
mahasiswa sering melakukan kesalahan diformulasikan yaitu sebagai berikut: (1)
gramatika dengan tidak mengindahkan bagaimana meningkatkan keterampilan
kaidah-kaidah bahasa. berbicara bahasa Indonesia mahasiswa PGSD
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menerapkan task-based activity, dan
ditemukan bahwa motivasi mahasiswa selama (2) bagaimana deskripsi respon mahasiswa
proses belajar dan mengajar juga kurang baik. PGSD dalam perkuliahan “berbicara”
Kalau sedang tidak diperhatikan, mereka lebih bahasa Indonesia dengan diterapkannya
memilih untuk berbicara dengan bahasa daerah task-based activity. Tujuan penelitian ini
dan yang dibicarakan umumnya adalah topik- yaitu meningkatkan keterampilan mahasiswa
topik diluar perkuliahan. Ketika seorang dari PGSD dalam berbicara bahasa Indonesia
mereka mempresentasikan sesuatu di depan dengan menerapkan task-based activity,
kelas, mahasiswa yang lainnya cenderung mendeskripsikan respon mahasiswa PGSD
untuk kurang memperhatikan presentasi. dalam perkuliahan “berbicara” bahasa
Peneliti berasumsi bahwa hal ini sering Indonesia dengan diterapkannya task- based
terjadi, karena metode dan teknik mengajar activity.
yang digunakan selama ini masih sangat Penelitian ini menggunakan pendekatan
konvensional. Teknik dan metode pengajaran kualitatif deskriptif, yang mencoba
yang konvensional ini, seperti mahasiswa menerapkan suatu metode untuk meningkatkan
diberikan topik untuk dikembangkan menjadi keterampilan berbicara bahasa Indonesia
dialog, atau diberi situasi dengan teknik role- mahasiswa PGSD. Pendekatan deskriptif
play yang pada akhirnya dipresentasikan, dilakukan guna menggambarkan bagaimana
seolah-olah sangat membosankan dan kurang respon mahasiswa PGSD dalam perkuliahan
menantang bagi mahasiswa. Selain itu, berbicara bahasa Indonesia di dalam kelas.
selama ini proses belajar mengajar bahasa
Indonesia juga sangat jarang menggunakan METODE
media atau fasilitas yang dapat mencerahkan Penelitian ini merupakan pengkajian
atmosfir pembelajaran sehingga proses belajar empirik yang dapat digolongkan ke jenis
mengajar (PBM) terasa sangat monoton.

85
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

penelitian tindakan kelas (classroom action 5 bulan, yaitu mulai Juli s/d November 2015.
research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
Dalam prosesnya, peneliti terlibat dalam semester 3-A Jurusan Pendidikan Guru
pelaksanaan tindakan, mengamati, mencatat, Sekolah Dasar (PGSD), FIP Universitas
dan merekam fakta yang terjadi selama Negeri Semarang. Jumlah mahasiswa
meneliti. Relevansi pemilihan pendekatan semester 3-A sebanyak 40 orang. Variable
penelitian ini adalah bahwa penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu: (1) peningkatan
melakukan penelitian pada latar alamiah atau keterampilan berbicara bahasa Indonesia
pada konteks dari suatu keutuhan (entity). mahasiswa PGSD, (2) penerapan task-based
Konteks yang dimaksud adalah kegiatan activity dalam perkuliahan berbicara bahasa
belajar mengajar bahasa Indonesia dengan Indonesia berbantuan audio-visual aids.
metode task-based activity yang dilakukan Teknik pengumpulan data yang
oleh dosen dan mahasiswa. Kemudian yang digunakan dalam penelitian ini ada empat jenis,
dimaksud latar alamiah adalah ruang kelas di yaitu pengamatan, wawancara, kuesioner, dan
PGSD tempat diselenggarakannya kegiatan analisis dokumen. Pemeriksaan kredibilitas
belajar mengajar seperti apa adanya tanpa data penelitian ini dilakukan dengan
rekayasa dari peneliti. ketekunan pengamatan dan triangulasi. Data
Jenis penelitian yang akan digunakan yang didapat adalah data hasil wawancara,
adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri hasil pengamatan, kuesioner, dan data nilai
dari beberapa siklus. Setiap siklus terdiri mahasiswa, semuanya akan dianalisis secara
dari 4 tahapan kegiatan yaitu perencanaan deskriptif kualitatif.
(planning), tindakan (acting), pengamatan Langkah-langkah yang akan dilakukan
(observing) dan refleksi (reflecting). Siklus- pada siklus pertama yaitu sebagai berikut:
siklus tersebut dilukiskan seperti pada Gambar perencanaan mencakup langkah-langkah
1. Pelaksanaan dari siklus- siklus penelitian ini sebagai berikut: (i) persiapan pembelajaran,
akan berakhir bila telah mencapai target yang berupa pembuatan satuan pembelajaran dan
dikehendaki, yaitu kemampuan/keterampilan rencana pembelajaran, pemilihan sumber
mahasiswa dalam berbicara mencapai nilai belajar yang akan digunakan sebagai materi;
rata-rata 75 (kriteria baik). (ii) pengadaan media seperti video recorder,

Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2002)

Lokasi penelitian yaitu di jurusan PGSD televisi, video player dan video compact disc;
kampus Semarang, FIP Unnes, yang beralamat dan (iii) pengadaan instrumen observasi,
di Jl. Beringin Raya 15 Wonosari Ngaliyan seperti jurnal penelitian dan pedoman
Semarang. Penelitian ini dilaksanakan selama wawancara.

86
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

Pelaksanaan tindakan dilakukan speech presentation mahasiswa dibahas


berupa pertemuan di kelas. Yang bertindak secara deskriptif dengan memberikan skor
sebagai implementer adalah pengajar- atau nilai kuantitatif. Data yang lain yang
peneliti. Tindakan dilakukan sesuai dengan didapat dari jurnal peneliti dan handycam,
langkah-langkah yang telah direncanakan, dan pedoman wawancara dianalisis secara
seperti tercantum pada satuan dan rencana deskriptif kualitatif dalam bentuk paparan
pembelajaran. Dalam hal ini, langkah-langkah yang terorganisasi dengan mengikuti prosedur
pembelajaran yang diterapkan diadaptasi analisis data deskriptif kualitatif, seperti
dari model yang dicetuskan oleh Harmer (1) tabulasi data, (2) reduksi data melalui
(1997). Langkah-langkah tersebut adalah (1) pengkategorian, (3) interpretasi, dan (4)
memperkenalkan dan mendemonstrasikan pengambilan simpulan. Fase berikutnya
penggunaan ekspresi bahasa baru yang akan yang perlu dilakukan setelah data dianalisis
digunakan dengan menggunakan audio video adalah menyimpulkan data tersebut. Melalui
recording (audio-visual aids) dan diskusi, (2) simpulan ini, kelebihan dan kelemahan kinerja
mendiskusikan bagaimana pola atau kata- siklus dapat diketahui. Hasil refleksi siklus
kata yang membentuk ekspresi-ekspresi pertama ini digunakan sebagai acuan untuk
tersebut, (3) berlatih untuk menghasilkan langkah-langkah selanjutnya pada siklus ke-2.
ekspresi-ekspresi yang baru dipelajari, (4) Instrumen penelitian adalah alat yang
menjelaskan dan menyuruh mahasiswa untuk digunakan untuk mendapatkan data-data
mencari informasi pada mahasiswa yang penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen
lain sehubungan dengan topik bahasan, (5) yang digunakan adalah: lembar tes: yaitu
melaporkan hasil yang mereka dapatkan di untuk mengetahui peningkatan kemampuan
depan kelas, dan (6) memberikan umpan balik berbicara bahasa Indonesia mahasiswa. Tes
tentang kelebihan dan kekurang mahasiswa berupa praktek menyimak suatu film/adegan
dalam pelaporan dengan memutar kembali percakapan bahasa Indonesia dari video,
hasil rekaman presentasi mereka. lalu mahasiswa mempresentasikan apa yang
Pengamatan/pemantauan dilakukan disimak secara lisan. Penilaian dilakukan
dalam rangka mengumpulkan data-data yang meliputi aspek kelancaran, ketepatan, tata
diperlukan untuk mengetahui kinerja siklus. bahasa, pengucapan kata, pilihan kata, dan
Jurnal peneliti dan handycam digunakan untuk ketepatan isi. Lembar pengamatan: untuk
mengambil data yang berhubungan dengan mengetahui performance dan motivasi
proses belajar-mengajar, tes (dalam bentuk mahasiswa dalam perkuliahan. Lembar
presentasi task) yang dikombinasikan dengan pengamatan juga dapat dipakai untuk menilai
penggunaan handycam juga digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap
mengetahui keterampilan mahasiswa dalam perkulihan bahasa Indonesia, khususnya
berbicara. Terakhir, pedoman wawancara materi berbicara. Lembar angket: digunakan
juga diterapkan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui persepsi mahasiswa
untuk mengetahui respon, perasaan dan juga terhadap perkuliahan bahasa Indonesia,
untuk mengumpulkan berbagai saran dari khususnya speaking, dengan model task-based
mahasiswa demi penyempurnaan proses activity berbantuan audio-visual aids. Lembar
belajar-mengajar. angket bisa pula digunakan untuk mengetahui
Hal pertama yang perlu dilakukan pada ranah afektif mahasiswa dalam perkuliahan
fase refleksi ini adalah menganalisis data berbicara bahasa Indonesia. Lembar
yang ditemukan melalui fase pengamatan. wawancara: digunakan untuk mendapatkan
Dalam hal ini, data yang didapatkan melalui data sekunder yang belum diperoleh dengan

87
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

instrumen lain. Data-data yang dapat diperoleh interpretasi, dan (4) pengambilan simpulan.
melalui lembar wawancara digunakan untuk Fase berikutnya yang perlu dilakukan setelah
melengkapi data-data yang lain, misalnya data dianalisis adalah menyimpulkan data
aspek motivasi, hambatan mahasiswa tersebut. Melalui simpulan ini, kelebihan dan
dalam belajar speaking bahasa Indonesia, kelemahan kinerja siklus dapat diketahui,
respon, harapan dalam perkuliahan bahasa yang kemudian berimplikasi pada pemahaman
Indonesia, dsb. Dokumentasi: digunakan pada keberhasilan atau kegagalan penelitian.
untuk mengetahui kegiatan mahasiswa Lembar pengamatan digunakan untuk
selama perkuliahan (penelitian ini) dengan mengamati dan mencatat mengenai tingkah
model task-based activity berbantuan audio- laku akademik, pemahaman dan keterampilan
visual aids. Dokumentasi bisa berupa foto mahasiswa dalam berbicara bahasa Indonesia.
maupun rekaman kegiatan mahasiswa dengan Lembar pengamatan dianalisis secara statistik
handycam. untuk mendapatkan skor dari masing- masing
Dengan dokumentasi ini dapat diketahui aspek penilaian. Penafsiran skor pada lembar
performance, aspek kognitif, afektif dan pengamatan terhadap mahasiswa merupakan
psikomotorik mahasiswa selama perkuliahan. prosentase skor yang dicapai dibandingkan
Dokumentasi ini dapat membantu peneliti dengan skor maksimal (Arikunto, 2003):
dalam mengamati kegiatan mahasiswa
perkuliahan, karena video dokumentasid A% = n x 100 %
dapat diputar ulang, sehingga hal- hal yang N
luput dari pengamatan di kelas dapat diketahui
melalui pemutaran dokumentasi video A% : prosentase pada lembar pengamatan
tersebut. Catatan di lapangan: meliputi catatan n : skor perolehan
peneliti dan dosen mengenai hal-hal yang N : skor maksimal
dianggap penting selama proses pembelajaran
berlangsung. Seorang mahasiswa dikategorikan
Data yang dikumpulkan dianalisis mempunyai aktivitas yang tinggi atau rendah
dengan menggunakan analisis deskriptif. jika mahasiswa tersebut memiliki prosentase
Adapun kriteria masing-masing adalah hasil pengamatan belajar sebagai berikut.
sebagai berikut: embar tes/tes hasil belajar:
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur Tabel 1 prosentase hasil pengamatan belajar
keterampilan mahasiswa dalam berbicara
bahasa Indonesia selama perkuliahan. Lembar Prosentase Kategori
tes ini dianalisa secara deskriptif. Dalam hal 85% ≤ A% Sangat Tinggi
ini, data yang didapatkan melalui presentasi 70% ≤ A% 85% Tinggi
berbicara mahasiswa dibahas secara deskriptif 55% ≤ A% 70% Cukup
dengan memberikan skor atau nilai kuantitatif. 40% ≤ A% 55% Rendah
Jurnal peneliti, lembar angket, lembar/ A% 55% Sangat Rendah
pedoman wawancara, dokumentasi handycam/
gambar kegiatan dan catatan di lapangan Aktivitas mahasiswa selama KBM
akan dianalisis secara deskriptif kualitatif diukur dengan instrumen pengamatan, guna
dalam bentuk paparan yang terorganisasi mengetahui motivasi dan minat mereka.
dengan mengikuti prosedur analisis data Kriteria yang digunakan untuk menentukan
deskriptif kualitatif, seperti (1) tabulasi data, aktivitas dan keterampilan mahasiswa dalam
(2) reduksi data melalui pengategorian, (3) pembelajaran menggunakan rentangan 1–4

88
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

pada setiap aspek yang diamati. Jika pengamat dipersiapkan; dan 4) memberikan umpan
memberi tanda cek (v) pada: balik.
a. Angka 1, berarti aspek yang dilakukan
oleh mahasiswa tidak baik. Tabel 2 Pedoman Penilaian Keterampilan
b. Angka 2, berarti aspek yang dilakukan Berbicara Mahasiswa
oleh mahasiswa cukup.
c. Angka 3, berarti aspek yang dilakukan
Ketepatan Berbahasa Kefasihan Berbahasa
oleh mahasiswa baik.
1. Tidak ada bahasa yang 1 1. Hampir tidak ada 1
d. Angka 4, berarti aspek yang dilakukan dipakai komunikasi
oleh mahasiswa baik sekali. 2. Penggunaan kosakata 2 1. Sangat tergesa-gesa 2
Disamping itu, hasil lembar pengamatan yang kurang dengan penggunaan
juga akan dianalisis secara deskriptif kualitatif 3. Kesalahan mendasar pada ungkapan yang
gramatika pendek- pendek
dalam bentuk paparan yang terorganisasi 4. Penggunaan aksen bahasa 2. Terkadang sulit
dengan mengikuti prosedur analisis data Ibu yang kental untuk dimengerti
deskriptif kualitatif, seperti (1) tabulasi data, 1. Penggunaan kosakata 3 1. Dapat 3
(2) reduksi data melalui pengategorian, (3) yang memadai menyampaikan
tapi tidak bervariasi ide, tetapi dengan
interpretasi, dan (4) pengambilan simpulan. 2. Membuat kesalahan tergesa-gesa dan
Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika gramatika yang pendek.
(1) nilai keterampilan berbicara siswa minimal jelas
3. 3. Penggunaan aksen
6.5, sedangkan nilai pada ketepatan bahasa bahasa Ibu yang
tidak boleh kurang daripada 3 dan nilai pada 4. tidak begitu kental
kefasihan berbahasa juga tidak boleh kurang 1. Penggunaan kosakata 4 1. Berkomunikasi 4
daripada 3; dan (2) respon mahasiswa selama yang cukup memadai dan secara efektif pada
luas giliran berbicara,
proses belajar mengajar positif. 2. Terkadang masih terjadi tapi tidak bisa
kesalahan gramatika berbicara pada
HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 3. Menggunakan aksen waktu yang lama.
bahasa Ibu
Fase Identifikasi Masalah. Sebelum 4. yang tidak begitu kental
tindakan yang sudah ditentukan dilaksanakan, 1. Penggunaan kosakata 5 1. Dapat 5
tim peneliti terlebih dahulu berusaha untuk yang luas dan tepat berkomunikasi
2. Tidak terdapat kesalahan secara efektif dan
memahami permasalahan yang terdapat pada gramatika mudah
subyek penelitian secara lebih jelas melalui 3. Penggunaan aksen 2. Dapat berbicara
pengamatan dan wawancara. Untuk tujuan penutur asli dengan waktu yang
lama
pengamatan, mahasiswa diminta untuk
Total Skor = skor pada ketepatan berbicara + skor pada
berbicara atau mempresentasikan topik- kefasihan berbicara
topik bahasan yang telah dibagi oleh dosen
di depan kelas dengan mengaplikasikan Hasil presentasi yang dilakukan
beberapa langkah pembelajaran yang biasanya mahasiswa menunjukkan bahwa keterampilan
diaplikasikan, seperti 1) membahas tentang berbicara mereka masih dalam kategori rendah.
pola kalimat dan kosakata; 2) memberikan Isi presentasi secara umum cenderung kurang
pekerjaan rumah kepada mahasiswa untuk lengkap, dalam arti tidak menggambarkan
mempersiapkan diri berbicara di depan kelas topik bahasan dan pengalaman yang ingin
tentang topik-topik tertentu; 3) meminta dipaparkan secara jelas. Hal ini juga diwarnai
mahasiswa satu demi satu untuk berbicara penggunaan bahasa yang dipenuhi dengan
di depan kelas tentang topik yang telah kesalahan gramatika dan pelafalan yang

89
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

substantif sehingga sangat mengganggu anak, penggunaan bahasa oleh anak SD,
pemahaman. dan lain-lain, begitu juga pada fase diskusi
Secara klasikal, nilai rerata mahasiswa dan tanya jawab berhubungan dengan topik
dalam tes keterampilan berbicara adalah yang dibahas. Bahkan, ketika aktivitas task
4,5 yang merupakan suatu kategori kurang. dijalankan mahasiswa langsung mencari
Dari nilai ini, ditemukan bahwa 5 (19,2%) temannya yang lain untuk mencari informasi
mahasiswa mendapatkan skor 3; 10 (38,5%) yang diperlukan (wawancara) berhubungan
mahasiswa mendapatkan skor 4; 5 (19,2%) dengan task-based activities.
mahasiswa mendapatkan skor 5; 5 (19,2%) Keterampilan Mahasiswa dalam
mahasiswa mendapatkan skor 6; dan 1 (3,8%) Berbicara. Pengskoran yang dilakukan
mahasiswa mendapatkan skor 7. terhadap presentasi mahasiswa menunjukkan
Selain itu, hasil wawancara menunjukkan bahwa nilai rerata keterampilan berbicara
bahwa mahasiswa mengalami banyak masalah mahasiswa adalah 6,92; dari nilai tersebut
dalam keterampilan berbicara walaupun diketahui bahwa 9 (34,6%) mahasiswa
mereka sebenarnya memiliki antusiasme mendapatkan skor 6; 10 (38,5%), mahasiswa
yang cukup tinggi untuk meningkatkan mendapatkan skor 7; dan 7 (26,9%) mahasiswa
keterampilan mereka dalam berbicara. mendapatkan skor 8.
Mahasiswa menyadari bahwa mereka banyak Hasil analisis yang dilakukan terhadap
memiliki masalah dalam gramatika dan hasil presentasi mahasiswa menunjukan
kefasihan. Hal ini cenderung disebabkan bahwa dari segi isi dan kefasihan berbahasa
oleh kurangnya rasa percaya diri dan juga sudah cukup baik. Mereka rata-rata bisa
penguasaan materi presentasi. Dalam hal ini, memformulasikan dan menyampaikan
mahasiswa mengakui bahwa mereka sering informasi yang didapat dengan cukup baik
bingung tentang apa saja yang bisa mereka dengan pelafalan yang tepat sehingga isi sajian
sampaikan di depan kelas secara terstruktur. dapat dipahami dengan mudah. Pemilihan kata
Proses Pembelajaran Siklus 1. Siklus juga cukup spesifik untuk menggambarkan
1, pembelajaran dilakukan dalam empat kali situasi yang disampaikan dengan jelas.
pertemuan tatap muka sesuai dengan topik- Penggunaan gramatika yang tepat juga
topik bahsan yang telah dibagi. Pertemuan diobservasi pada presentasi mahasiswa.
empat kali tatap muka dilakukan dengan Kesalahan-kesalahan yang dibuat mahasiswa
distribusi sebagai berikut: (1) menonton cenderung bersifat minor dan tidak
presentasi dan berdiskusi tentang ekspresi- mengganggu pemahaman mahasiswa. Secara
ekspresi bahasa terkait dengan presentasi umum kesalahan-kesalahan gramatika
tersebut, (2) membahas tentang fungsi-fungsi mahasiswa meliputi kata kerja, kata keterangan
bahasa yang bisa digunakan dalam presentasi, waktu, intonasi bicara, suara, pemilihan
dan meminta mahasiswa untuk melakukan kosakata, pembuatan frase preposisi, dan
task; (3) presentasi hasil kegiatan (task) kurangnya determiner.
mahasiswa satu demi satu; dan (4) pemberian Hasil wawancara. Hasil wawancara
umpan balik. yang dilakukan mendukung hasil pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, pada proses pembelajaran dan peningkatan
ditemukan bahwa mahasiswa cukup antusias keterampilan mahasiswa dalam berbicara.
dalam presentasi sesuai dengan topik-topik Mahasiswa yang diwawancarai menyatakan
bahasan yang telah dibagi, misalnya berbicara bahwa dengan model pembelajaran
tentang pengalaman menarik, presentasi yang mengkombinasikan task-based
tentang pembelajaran bahasa Indonesia untuk activity dan AVA mereka bisa lebih cepat

90
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

memahami ekspresi-ekspresi gramatika dan mahasiswa adalah 7,54; 100% mahasiswa


penggunaannya. Mahasiswa juga menyatakan memperoleh skor di atas 5; 4 (15,4%)
bahwa dengan model pendekatan yang mahasiswa memperoleh skor 6; 9 (34,6%)
berorientasi pada task, dialog, interview orang memperoleh skor 7; 12 (46,2%) orang
atau percakapan yang dilakukan terasa memperoleh skor 8; dan 1 (3,7%) mahasiswa
lebih bermakna dan menarik. Hal ini terjadi memperoleh skor 9.
karena mereka bisa merasakan kebutuhan Hasil analisis yang dilakukan terhadap
untuk berkomunikasi dan ketika mereka hasil presentasi mahasiswa menunjukan
melakukan dialog atau percakapan tersebut bahwa segi isi dan kefasihan berbahasa sudah
mereka melakukannya untuk tujuan- tujuan baik. Mereka mampu memformulasikan
komunikasi. Mereka juga mengungkapkan dan menyampaikan informasi yang didapat
bahwa pemberian kisi-kisi pertanyaan yang dengan cukup baik dengan pelafalan yang
perlu untuk dipakai dalam mewawancarai tepat, sehingga isi sajian dapat dipahami
mahasiswa yang lain dan juga presentasi yang dengan mudah. Pemilihan kata cukup spesifik
dipakai dengan menggunakan AVA membantu dengan jelas menggambarkan situasi yang
mereka untuk membuat presentasi lebih disampaikan dengan jelas.
terstruktur. Penggunaan gramatika yang tepat juga
Proses Pembelajaran Siklus 2. Siklus 2 diobservasi pada presentasi mahasiswa.
dilaksanakan dalam empat kali pertemuan Kesalahan-kesalahan yang dibuat mahasiswa
tatap muka dengan topik Pembelajaran cenderung bersifat minor dan hanya sedikit.
Bahasa Indonesia untuk Siswa SD. Langkah- Secara umum kesalahan-kesalahan gramatika
langkah pembelajaran hampir sama dengan mahasiswa meliputi: diksi, imbuhan, awalan
langkah-langkah yang diambil pada siklus ber- atau me- (5), intonasi suara, kalimat pasif
1. Perbedaannya, naskah DVD tentang dengan awalan ter- atau di- (2), performa,
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa kalimat pembuka dan penutup presentasi
SD tidak diberikan, sehingga mahasiswa harus (3), tata urut dalam presentasi, pengulangan
mendengar dengan lebih serius. Selain itu, kata (1 dan 4), dan sebagainya. Sebagai
mahasiswa tidak diberikan lembar panduan contoh kesalahan-kesalahan kalimat yang
untuk mengerjakan task, sehingga mereka disampaikan mahasiswa yaitu sebagai berikut.
mengembangkan sendiri pertanyaan yang Buku tersebut adalah buku yang tidak
diperlukan. cocok buat anak SD. (1)
Pengamatan yang dilakukan terhadap Informasi itu telah tersampaikan oleh
proses pembelajaran seperti yang ditunjukan mereka. (2)
pada catatan lapangan menunjukkan hal yang Hari ini saya akan presentasi mengenai
sama seperti pada temuan siklus 1, bahwa topik..... (3)
mahasiswa cukup antusias dalam belajar Anak-anak SD sangat baik sekali
keterampilan berbicara. Mahasiswa serius membaca buku itu. (4)
dalam menonton AVA, begitu juga pada saat Ana besok akan berbelanja sebuah
diskusi tentang ekspresi-ekspresi gramatika laptop baru.(5)
dan fungsi-fungsi ekspresi tersebut dan juga Hasil Wawancara. Hasil wawancara yang
pada fase pengerjaan task. dilakukan menunjukkan hal yang sama seperti
Keterampilan Mahasiswa dalam pada siklus 1, bahwa mahasiswa merasa
Berbicara. Pengskoran yang dilakukan senang dengan model pembelajaran yang
terhadap presentasi mahasiswa menunjukkan dipakai; mereka mengakui bahwa dengan
bahwa nilai rerata keterampilan berbicara model pembelajaran yang mengombinasikan

91
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

task-based activity dan AVA, mereka bisa lebih yang berbasis task. Berdasarkan skor hasil tes
cepat memahami ekspresi-ekspresi gramatika mahasiswa, terlihat adanya suatu peningkatan
dan penggunaannya. Mahasiswa juga yang bagus dari fase identifikasi masalah
menyatakan bahwa dengan model pendekatan sampai pada siklus 2. Pada fase identifikasi
yang berorientasi pada task, dialog, interview masalah, nilai rerata mahasiswa secara
atau percakapan yang dilakukan, terasa klasikal adalah 4,5 yang berada pada kategori
lebih bermakna dan menarik. Hal ini terjadi kurang. Dari nilai ini, hanya 6 (23%) orang
karena mereka bisa merasakan kebutuhan yang mendapatkan skor lebih besar daripada
untuk berkomunikasi dan ketika mereka atau sama dengan 6, sedangkan sisanya
melakukan dialog atau percakapan tersebut (77%) mendapatkan skor kurang daripada 5.
mereka melakukannya untuk tujuan-tujuan Pada siklus 1 rerata keterampilan berbicara
komunikasi. Mereka juga mengungkapkan mahasiswa PGSD UNNES adalah 6,92;
bahwa pemberian kisi-kisi pertanyaan yang dari nilai tersebut diketahui bahwa ke-26
perlu untuk dipakai dalam mewawancarai mahasiswa (100%) mahasiswa mendapatkan
mahasiswa yang lain dan juga presentasi skor sama dengan atau lebih besar dari 6. Pada
materi yang dipakai dengan menggunakan siklus 3 skor rerata keterampilan berbicara
AVA membantu mereka untuk membuat mahasiswa meningkat menjadi adalah 7,54.
presentasi lebih terstruktur. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa
100% siswa mendapatkan skor sama dengan
Pembahasan atau lebih besar daripada 6. Gambaran visual
Kalau hasil penelitian seperti diungkap perbandingan ketiga hasil tes disajikan pada
di atas dicermati dengan saksama akan Gambar 2
terungkap bahwa kriteria keberhasilan yang
telah ditentukan sebelumnya telah dicapai
pada siklus pertama. Dalam hal ini, kriteria
yang ditetapkan berupa skor minimal untuk
keterampilan mahasiswa dalam berbicara
telah tercapai. Selain itu, respon dan motivasi
mahasiswa selama proses pembelajaran juga
positif.
Meskipun demikian, penelitian ini tetap
dilakukan sampai pada siklus berikutnya.
Hal ini dilakukan karena tim peneliti ingin
memperkuat hasil penelitian yang telah Gambar 2 Peningkatan Keterampilan
ditemukan. Dengan adanya siklus kedua, Mahasiswa dalam
di mana terjadi peningkatan yang lebih baik Berbicara
pada proses pembelajaran dan motivasi
mahasiswa, dan juga pada pemahaman Tampak suatu peningkatan yang bersifat
model pembelajaran yang diterapkan dalam kontinum pada gambar 2, hal ini sesuai
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam dengan hasil penelitian Murdibjono (2005)
berbicara. dan Shumim (2002). Murdibjono (2005)
Pada bagian ini dibahas dua hal pokok, menjelaskan bahwa task-based activity
yaitu (1) peningkatan keterampilan mahasiswa dengan bantuan audio visual aids sangat
dalam berbicara dan (2) respon mereka efektif untuk meningkatkan keterampilan
terhadap implementasi model pembelajaran berbicara dan menyimak bahasa Indonesia

92
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

mahasiswa. Penerapan model pembelajaran secara berkelompok maupun melalui pelatihan


ini memberikan rasa tanggungjawab kepada mandiri.
peserta didik dan meningkatkan motivasi Ketika mahasiswa berada dalam
belajar dengan adanya media pembelajaran kelompok, mereka juga tampak antusias dan
yang menarik, sehingga dalam waktu 4 serius. Diskusi dalam kelompok biasanya
bulan peningkatan keterampilan berbicara ribut, karena setiap orang berbicara dan
dan menyimak mahasiswa sudah mulai dalam proses tersebut mereka benar-benar
tampak signifikan. Penelitian Shumin dari menggunakan bahasa Indonesia. Sering terjadi
Cambridge University (2002) menyatakan bahwa mahasiswa tersebut saling belajar dan
bahwa penerapan model task-based activity mengajar tentang bagian-bagian tertentu yang
dengan media audio visual dan cooperative tidak terlalu mereka pahami, seperti diskusi
learning sangat efektif dalam meningkatkan tentang kata-kata sulit dan gramatika, selain
keterampilan berbicara mahasiswa. juga mengerjakan hal-hal yang memang sudah
Kolaborasi antara dua model pembelajaran ditugaskan kepada mereka.
tersebut ditambah dengan penggunaan media Hasil wawancara yang dilakukan setiap
akan meningkatkan motivasi mereka dalam akhir siklus menunjukkan bahwa mahasiswa
secara keseluruhan sangat menyukai model
belajar dan mengekspresikan ide-ide melalui
pendekatan dan langkah-langkah pembelajaran
berbicara.
yang diterapkan. Mahasiswa mengakui
Fase identifikasi masalah, keterampilan
bahwa proses pembelajaran yang dimulai
mahasiswa dalam bebicara berada pada
dari memperkenalkan ekspresi-ekspresi atau
kategori kurang (4,5); kemudian terjadi
fungsi-fungsi bahasa dalam konteks yang jelas
peningkatan mendekati baik (6,92) pada dan kemudian diakhiri dengan suatu proses
siklus 1; dan peningkatan yang sedikit lebih atau usaha komunikasi yang riil merupakan
banyak lagi terjadi pada siklus 2 (7,54). Di sini suatu model pembelajaran yang efektif dan
skor rerata mahasiswa berada pada kategori sangat membantu peningkatan keterampilan
baik. Respon mahasiswa dalam pembelajaran mereka dalam berbicara.
berbicara yang didasarkan pada task-based
activity bisa dikatakan baik. Kesimpulan SIMPULAN DAN SARAN
ini diambil berdasarkan atas pengamatan
atas perilaku mereka selama proses belajar- Simpulan
mengajar dan hasil wawancara. Berdasarkan temuan yang didapatkan dari
Selama proses belajar-mengajar penelitian dan pembahasan yang dilakukan,
mahasiswa terlihat serius dan juga antusias. dapat ditarik simpulan-simpulan sebagai
Mereka mengikuti proses belajar mengajar berikut: (1) keterampilan mahasiswa dalam
dengan serius dan mengerjakan apa yang berbicara dapat ditingkatkan dengan penerapan
diinstruksikan tanpa negosiasi atau keluhan. model pembelajaran yang berbasis pada task-
Ketika berdiskusi tentang penggunaan based activities yang berbantuan Audio Visua
ekspresi-ekspresi dan fungsi-fungsi bahasa Aids, (2) respon mahasiswa selama proses
dan ketika pelatihan membuat contoh-contoh belajar- mengajar juga sangat baik. Hal ini
kalimat/ekspresi-ekspresi bahasa tersebut terlihat dari antusiasme dan keseriusan mereka
dilakukan, misalnya, mereka dengan serius dalam belajar seperti terbetik pada hasil
mendengarkan dan terlibat dalam diskusi jurnal peneliti, handycam dan juga pedoman
mengenai materi yang dibahas dan melatih wawancara, dan (3) model pembelajaran yang
ekspresi atau fungsi bahasa yang diajarkan berorientasi pada task-based activity yang
baik itu melalui pengulangan-pengulangan efektif yang merupakan modifikasi dari model

93
Sukarir N, A. Zaenal Abidin, Umi Setijowati, Nugraheti S Sb. Peningkatkan Keterampilan Berbicara Mahasiswa Pgsd Dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia ...

Harmer (1997) mengandung langkah-langkah: teaching (96-106). Cambridge: Cam-


(a) memperkenalkan dan mendemonstrasikan bridge University Press.
penggunaan ekspresi bahasa baru yang akan
digunakan dengan menggunakan AVA dan Brown, D. H. 2001. Teaching by principles:
diskusi, (b) mendiskusikan bagaimana pola atau An interactive approach to language
kata-kata yang membentuk ekspresi-ekspresi pedagogy. New York: Addison Wes-
tersebut, (c) berlatih untuk menghasilkan ley Longman, Inc.
ekspresi-ekspresi yang dipelajari, (d) Bygate, M. 2001. Speaking. In Carter, R.,
menjelaskan dan menyuruh mahasiswa untuk & Nunan, D (Eds.). The cambridge
mencari informasi pada mahasiswa yang guide to teaching english to speak-
lain sehubungan dengan topik bahasan, (e) ers of other language (14-19). Cam-
melaporkan hasil yang mereka dapatkan di bridge: Cambridge University Press.
depan kelas, dan (f) memberikan umpan balik
tentang kelebihan dan kekurangan mahasiswa Csabay, N. 2006. Using comic strips in lan-
dalam pelaporan dengan memutar kembali guage classes. English Teaching Fo-
hasil rekaman presentasi mereka. rum. 44(1). 24-27.

Saran Harmer, J. 1997. The practice of english lan-


guage teaching. New York: Addison
Mengacu pada simpulan di atas, diajukan Wesley Longman Limited.
saran tindak lanjut sebagai berikut: (1)
agar para pengajar yang memegang mata Izquierdo, B. 1993. Speak up. English Teach-
kuliah Bahasa Indonesia, khususnya pada ing Forum, 31(3). July.
keterampilan berbicara, memperhatikan Murdibjono. 2005. Increasing Students’
dan mengadopsi model pembelajaran yang Language Skills Using Audiovisual
berorientasi pada task, karena model ini sangat Learning Media , The English Cir-
efektif dan dapat dipakai untuk meningkatkan cle, 106: 123-152.
keterampilan mahasiswa dalam bebicara; (2)
agar kurikulum dan silabus pengajaran Bahasa Savignon, S. J. 1983. Communicative com-
Indonesia juga memperhatikan temuan petence: Theory and classroom prac-
penelitian ini, sehingga terjadi semacam tice Massachusetts: Addison-Wesley
pengembangan yang bersifat positif pada Publishing Company.
kurikulum atau silabus yang ada; dan selain
Scott, W. A. & Ytreberg, L. H. 1990.
itu (3) bagi peneliti lain yang tertarik untuk
Teaching english to children. London: Long-
meneliti tentang pengajaran bebicara agar
man Group UK
menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai
masukan lebih lanjut dalam studi-studi mereka Shin, J. K. 2006. Ten helpful ideas for teach-
ing english to young learners. Eng-
DAFTAR PUSTAKA lish Teaching Forum. 44(2). 2-7.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Ed- Shumin, K. 2002. Factors to consider: De-
isi V. Jakarta: Rineka Cipta. veloping adult EFL students’ speak-
ing abilities. In Richards, Jack C. and
Beglar, D. H., & Alan. 2002. Implement-
Renandya, Willy A. (Eds). Method-
ing task-based language teaching.
ology in languaget teaching. (204-
In Richards, J. C. and Renandya, W.
211). Cambridge: Cambridge Uni-
A. (Eds). Methodology in language
versity Press.

94

Anda mungkin juga menyukai