Anda di halaman 1dari 35

KEGIATAN BELAJAR 4: PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MI/SD

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Setelah Bapak/Ibu mempelajari materi dalam kegiatan belajar ini,
diharapkan mampu untuk memahami Memahami karakteristik pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD, Memahami pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran bahasa, Menguasai Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas
rendah , serta menguasai Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas tinggi
B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Adapun subcapaian dalam kegiatan pembelajaran ini adalah:
1. Menganalisis karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2. Menjelaskan pengertian pendekatan pembelajaran bahasa
3. Menjelaskan jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa
4. Menjelaskan pengertian metode dan teknik pembelajaran bahasa
5. Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah
6. Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi
7. Merancang, melaksanakan, dan menilian pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
C. Uraian Materi
Pada Kegiatan belajar 4, Bapak/Ibu akan belajar mengenai Karakteristik
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, Pengertian pendekatan pembelajaran
bahasa, Jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa, Pengertian metode dan
teknik pembelajaran satra, Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di
kelas rendah, Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi,
Merancang, melaksanakan, dan penilaian pembelajaran Bahasa dan Sastra
IndonesiaBerikut uraian materi pada kegiatan belajar 4:
1) Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia seyogiyanya harus memperhatikan
karakteristik pembelajaran bahasa yang akan diajarkan di SD, berikut ini
merupakan karakteristik pelajaran Bahasa Indonesia di SD (Hartati, dkk.
2012)
1. Terintegrasi
2. Menyeluruh
3. Tematik (Kelas rendah 1, 2, dan 3)
4. Kontekstual
5. Komunikatif
6. Mementingkan proses
7. PAIKEM

136
2) Pengertian Pendekatan
Dalam istilah belajar mengajar, kita mengenal pendekatan, metode dan
teknik pembelajaran. Ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda
walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Anthony
(dalam Ramelan, 1982) mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada
seperangkat asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat
bahasa serta pengajaran bahasa. Definisi lain menyebutkan bahwa
pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu yang biasanya
berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang berhubungan dengan sesuatu.
Oleh karena itu, pendekatannya bersifat aksiomatis, artinya tidak perlu
dibuktikan lagi kebenarannya. Di dalam pengajaran bahasa, pendekatan
merupakan pandangan, filsafat atau kepercayaan tentang hakikat bahasa, dab
pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa (Solchan,2008).
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu
sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang
menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah. Asumsi-asumsi tersebut
menimbulkan adanya pendekatanpendekatan yang berbeda, yakni:
1) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti
berusaha membiasakan diri menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Penekanannya ada pada pembiasaan.
2) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti
berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan.
Tekanan pembelajarannya terletak apda pemerolehan kemampuan
berkomunikasi.
3) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajarn bahasa
yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang
mendasari ujaran, tekanan, pembelajaran pada aspek kognitif bahasa,
bukan pada kemampuan menggunakan bahasa (Zuchdi, dkk, 1997).
Dalam penggunaannya, bahasa memiliki wujud yang bervariasi.
Variasi atau ragam bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai dan
pemakaiannya. Berdasarkan pemakainya, ragam bahasa dapat dilihat dari
segi (a) asal daerah penutur, yang melahirkan dialek geografis, (b) kelompok
sosial, yang melahirkan dialek atau ragam sosial dengan segala variannya,
dan (c) sikap berbahasa, yang melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau
keseharian. Bertolak dari pemakaiannya, ragam bahasa dapat dilihat dari
sudut (a) bidang perbincangan, yang melahirkan ragam ilmiah, ragam sastra,
ragam jurnalistik, dan ragam-ragam lainnya, (b)media berbahasa, yang

137
memunculkan ragam lisan dan tulis, serta (c) situasi berbahasa, yang
memunculkan ragam baku dan tak baku. (Solchan, T. W, 2008).
Dalam melaksanakan program KBM, pendekatan yang dipilih pada
dasarnya merupakan tuntutan untuk menjadikan siswa sebagai pusat dari
pembelajaran. Peran guru dalam pembentukan pola KBM di kelas tidak
hanya ditentukan oleh didaktikmetodik “apa yang akan dipelajari saja,
melainkan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalam
belajar anak”. Pengalaman belajar ini diperoleh melalui serangkaian kegiatan
yang mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial,
lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan nara sumber. Dalam
merancang KBM bahasa Indonesia terdapat beberapa pendekatan yang perlu
diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

a) Pendekatan Whole language


Pendekatan whole language atau pendekatan menyeluruh teah
diperkenalkan oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke pada tahun 1977,
sesudah itu Doroty Waston menyusul dengan istilah “Teachers Whole
Language” (TAWL) pada tahun 1978 kemudian Ken Goodman
memperkenalkan kaidah ini dengan nama “Whole Language Comperhension
Centered Reading Program” pada tahun 1979 (Syafi’ie, 2009).
Pembelajaran bahasa mengacu pada pendekatan Whole language
sehingga dalam implementasinya digunakan pendekatan integratif.
Syafi’ie (1996) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam pengertian
yang luas, integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke
dalam satu keutuhan yang padu. pelaksanaan pembelajaran bahasa
berdasarkan konsep integratif mengacu pada pengembangan dan
penyajian materi pelajaran bahasa secara terpadu. lingkungan proses
belajar mengajar bahasa yang dilandasi keterpaduan mengacu pada
pandangan tentang hakikat bahasa whole language.
Keterpaduan dalam pengajaran bahasa mencerminkan adannya
pandangan whole language yaitu pandangan tentang kebenaran mengenai
hakikat proses belajar dan bagaimana mendorong rposes tersebut agar
berlangsung secara optimal di kelas. Godman mengemukakan beberapa
prinsip whole language dalam pengajaran bahasa yaitu (1) program
pembinaan baca-tulis di sekolah harus dikembangkan berdasarkan
kenyataan proses belajar yang sesungguhnya dan memanfaatkan motivasi
yang bersifat intrinsic, (2) strategi membaca dan menulis dikembangkan
dalam pemakaian bahasa yang relevan, fungsional dan bermakna, (3)
perkembangan kemampuan menguasai keterampilan membaca dan
menulis mengikuti dan dimotivasi oleh perkembangan fungsi-fungsi
membaca dan menulis. Robb juga mengemukakan prinsip pengajaran

138
bahasa dengan pendekatan whole language yang berpijak pad a(1)
keterampilan berbahasa diajarkan secara terpadu, (2) isi pembelajaran
dengan pengetahuan dan pengalaman siswa, dan (3) perolehan
pengalaman belajar siswa dengan kenyataan penggunaan bahasa yang
diorientasikan pada wawasan whole language. selain itu terdapat ciri-ciri
pendekatann whole language, yakni (1) menyeluruh (whole/cooperative), (2)
Bermakna (Meanigful), (3) Berfungsi (Function), (4) Alamiah
(Natural/Authentic).
Didasarkan pada pendekatan pengajaran bahasa yang berwawasan
whole language maka pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki
keterpaduan antara (1) pembelajaran komponen kebahasaan, pemahaman,
dan penggunaan, (2) isi pembelajaran dengan pengetahuan dan
pengalaman siswa, dan (3) perolehan pengalaman belajar siswa dengan
kenyataan penggunaan bahasa sesuai dengan aktivitas penggunaan
bahasa Indonesia dalam kehidupannya. Dengan adanya pendekatan
pengajaran bahasa yang diorientasikan pada wawasan whole language maka
dalam setiap pelaksanaannya, aktivitas pembelajaran bahasa tidak
dilakukan secara fragmentis melainkan utuh, padu sebagai suatu kesatuan.

b) Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri (Von Glaserfeld, 1989, Matthews, 1995, dalam Suparno, 1997).
Piaget (dalam Suparno, 1997) mengatakan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari ciptaan manusia yang konstruksikan dari pengalaman yang telah
dialaminya. Proses pembentukannya berlangsung secara terus menerus
dengan menghubungkan antara pengalaman yang baru dan pengalaman
yang telah di dapatkannya sehingga menghasilkan suatu pemahaman
yang baru. Pada dasarnya belajar merupakan (I) Proses berpikir secara
aktif, (2) Proses berpikir sebagai upaya menghubungkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki (skemata) dengan informasi atau masalah baru
secara kritis dan kreatif, (3) Proses berpikir yang secara potensial menuju
dan membentuk keutuhan berdasarkan “konstruksi” yang dilakukan, (4)
Proses pembuahan pemahaman yang akan melekat dan terkembangkan
secara terus menerus apabila berlangsung lewat penghayatan dan
internalisasi. Aminuddin (1994) mengemukakan contoh analogi bahwa
sebagai pemahaman dan penghayatan pandangan kontruktivisme, ketika
guru membaca butir pembelajaran dengan kompetensi dasar agar siswa
mampu membaca teks bacaan dan memahami isinya maka guru akan
melakukan kegiatan sebagai berikut:

139
− Berusaha memahami hal apa saja yang berhubungan dengan
membaca teks bacaan dan memahami isinya. Proses
pemahamannya dipandu oleh hasil belajar dan indikator
pencapaian hasil belajar yang ditafsirkan cocok digunakan sebagai
landasan penjabaran butir pembelajaran.
− Berusaha membangkitkan pengalaman serta pengetahuan yang
relevan dengan butir pembelajran tersebut, mempelajari buku
tentang membaca, bertanya kepada orang lain atau teman sejawat
dan berdiskusi denganya.
− Ketika menggambarkan perihal yang berhubungan dengan
membaca teks bacaan dan memahami isinya, tergambar berbagai
kemungkinan yang bisa dipilih. Dalam hal ini guru hanya
memfokuskan perhatian pada jabaran yang (I) sesuan dengan
tingkat pengalaman dan pengetahuan siswa baik yang diperoleh di
dalam kelas maupun kehidupan sehari-harinya, (2) Memiliki
kesatuan hubungan dan menjanjikan terbuahkannya pemahaman
secara utuh, dan (3) Memiliki hubungan dengan aktivitas
kehidupan siswa sehingga jabaran yang dipilih benar-benar
terhayati dan membuahkan pengalaman dan pemahaman yang
terkembangkan secara terus-menerus.
− Menggambarkan bahan ajar yang mesti dipersiapkan untuk
keperluan pembelajaran di kelas, bentuk KBM yang membuahkan
pemahaman, penghayatan, pengalaman, internalisasi, dengan
menyesuaikan alokasi waktu bila dihubungkan dengan rentetan
pertemuan sebelum dan sesudahnya.
Melihat dari apa yang dilakukan guru di atas, dapat diperoleh
gambaran bahwa ketika guru akan melakukan pembelajaran dia harus (I)
Memiliki pengalaman dan pengetahuan menyangkut butir pembelajaran
yang akan dianalisis, (2) mampu menggambarkan pengalaman dan
pengetahuan dalam bentuk-bentuk situasi kongkret sesuai dengan “dunia,
pengalaman, pengetahuan, dan kehidupan sehari-hari siswa”. (3) Mampu
memetakan berbagai lintas gambaran sehingga menjalin hubungan yang
utuh. (4) Mampu memetakan hubungan antara jabaran butir kompetensi
dasar dengan materi pokok yang dimanfaatkan di kelas, KBM, alokasi
waktu, dan bentuk asesmen yang mungkin dikembangkan, serta (5)
Memprediksi bentuk-bentuk penguasaan isi pembelajaran yang
dibuahkan lewat proses belajar yang ditempuhnya. Sebagai contoh ketika
siswa ditugaskan membaca paragraph dalam bacaan, yang dapat
diperoleh bukan hanya pemahaman informasi menyangkut fakta, gagasan,
pendapat dalam paragraf, tetapi juga tentang kalimat utama, kalimat

140
penjelasan, dan cara yang ditempuh penulisnya dalam pengembangan
paragraf.
Pada dasarnya salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun
gagasan saintifik siswa melalui kegiatan iteraksi dengan lingkungan,
peristiwa dan informasi disekitar siswa. Pandangan kontruktivisme
menganggap semua peserta didik mulai dari TK sampai perguruan tinggi
memiliki gagasan/pengetahuan sendiri tentang lingkungan dan
peristiwa/gejala alam di sekitarnya meskipun gagasan/pengetahuan ini
naïf atau kadang-kadang salah. Mereka senantiasa mempertahankan
gagasan/pengetahuan yang dimiliki siswa terkait dengan
gagasan/pengetahuan awal lain yang sudah tebangun dalam wujud
skemata (struktur kognitif) dalam benak siswa. Para ahli pendidikan
berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran
dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan
spesifik supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasanya yang
nonsaintifik menajdi pengetahuan/gagasan saintifik. Dengan demikian,
yang mengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator penyedia “kondisi”supaya proses belajar
untuk memperoleh konsep yang benar dapat berlangsung dengan baik
(Puskur, 2002).
Berikut beberapa kondisi belajar yang sesaui dengan filosofi
kontruktivisme antara lain sebagai berikut.
− Diskusi atau curah pendapat yang menyediakan kesempatan agar
semua siswa mampu mengemukakan pendapat dan gagasan
− Demonstrasi dan peragaan praktik keterampilan berbahasa
− Kegiatan praktis lain yang memberi peluang kepada siswa untuk
mempertanyanyakan, memodifikasi, dan mempertajam
gagasannya. Hal tersebut sejalan dengan wawasan whole language,
proses pemebelajan bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, memahami kebahasaan dan berapresiasi sastra) disikapi
sebagai constructive process yang berlangsung secara dinamis
(Godman, 1986). Proses pembelajaran yang dilakukan dinyatakan
memuat gambaran wawasan whole language bila (I) Hasil belajar
tentang bunyi, kosakata, struktur, sastra, mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis memiliki kesinambungan dan keterpaduan,
(2) Siswa mempelajari bahasa dalam konteks pemakaian baik secara
lisan maupun tulis, (3) Siswa mempelajari bahasa sesuai dengan
keragaman fungsi dan pemakaian, (4) Proses kreatif anak dalam
berbahasa lebih mendapatkan perhatian dibandingkan pemahaman
ihwal kebahasaan dan (5) guru mengadakan evaluasi proses dan

141
hasil secara integratif dengan menggunakan berbagai cara sebagai
sumber dan bahan penilaian.

c) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif dimaksud untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi (yang selanjutnya disebut kompetensi
komunikasi), yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Kegiatan utama dalam
kegiatan belajar-mengajar bahasa yang menggunakan pendekatan
komunikasi berupa latihan-latihan yang langsung dapat mengembangkan
kompetensi komunikasi yang dimiliki pembelajar; tidak hanya menguasai
bentuk-bentuk bahasa, tetapi sekaligus menguasai bentuk, makna, serta
pemakaiannya. Dalam pendekatan komunikatif pembelajaran berperan
sebagai negosiator antara dirinya dengan temannya, atau dengan obejek
yang dipelajari. Pembelajaran harus aktif berinisiatif melakukan kegiatan
komunikasi. Untuk keperluan ini seringkali disediakan teks, aturan atau
kaidah gramatika tidak dibahas secara eksplisit, pengaturan tempat duduk
seringkali bersifat inkonvensional, pembelajaran diharapkan lebih banyak
berinteraksi dengan pembelajaran lain, dan kesalahan yang tidak
menganggu komunikasi ditolerir (Richard dan Rodgers, 1986). Pendekatan
komunikatif mengikuti pandangan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah
alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Dalam rambu-rambu
pembelajaran, antara lain dikemukakan: (a) Belajar BI pada hakikatnya
adalah belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, (b)
Pembelajaran kebahasaan untuk meningkatkan pemahaman dan
penggunaan BI, dan (c) BI sebagai alat komunikasi digunakan untuk
bermacam-macam fungis sesuai dengan apa yang ingin dikomunikasikan
oleh penutur. Dalam penggunaan BI, faktor-faktor penentu komunikasi
(misalnya: partisipan tutur, topik tutur, tujuan tutur, dan situasi tutur)
harus selalu dipertimbangkan.

d) Pendekatan writing process.


Pendekatan writing process merupakan pendekatan yang terfokus
pada siswa. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, sikap, pengalaman dan keterampilan
dalam pembelajarannya. Pendekatan proses menulis merupakan
pendekatan untuk mengamati pembelajaran menulis yang
penekananannya bergeser dari produk pada proses apa yang dipikir dan
ditulis siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tompkins (1990) yang
menyatakan bahwa pendekatan proses menulis yaitu pendekatan yang
selain mementingkan kualitas hasil tulisan, juga mementingkan tahap-

142
tahap yang dilakukan dalam proses menulis. Adapun tahapan pendekatan
writing process menurut Tompkins (1990), sebagai berikut:
1. Tahap pramenulis
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis.
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan
yang telah mereka tentukan.
2. Tahap Penyusunan Draf Tulisan
a. Membuat draf kasar
b. Menulis konsep utama
c. Lebih menekankan isi dari pada tata tulis
d. Tahap perbaikan
Yang perlu dilakukan oleh siswa pada tahap merevisi tulisan ini adalah
sebagai berikut:
a. Membaca ulang draf kasar
b. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)
c. Berpatisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-
teman sekelompok atau sekelas.
d. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan
komentar baik dari yang mengajar maupun teman.
e. Membuat perubahan yang submitif pada draf pertama dan draf
berikutnya, sehingga menghasilkan draf terakhir.
3. Tahap penyuntingan (editing)
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar
adalah sebagai berikut:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan.
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan struktur kata.
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulisan mereka sendiri.
d. Pembublikasian.
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau
publikasi adalah sebagai berikut:
a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk
tulisan yang sesuai.
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka
tentukan

143
3) Pengertian Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia
Metode pembelajaran berbahasa merupakan rencana pembelajaran
bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara
sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi
dan bagaimana pengembangannya. Hal itu dimaksudkan agar bahan ajar
mudah dikuasai oleh siswa. Pemilihan, penentuan dan penyusunan bahan
ajar didasarkan pada pendekatan yang akan digunakan. Dengan demikian,
pendekatan merupakan dasar dalam menentukan metode yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran mencakup pemilihan, penentuan dan
penyusunan bahan ajar serta kemungkinan pengadaan remedi dan
pengembangan bahan ajar. Setelah guru menetapkan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, kemudian guru memilih bahan ajar yang telah dipilih itu,
yang kemudian disesuaikan dengan tingkat usia, tingkat kemampuan,
kebutuhan serta latar bekang siswanya. Bahan ajar tersebut kemudian
disusun berdasarkan tingkat kesukaran, dimulai dari yang mudah sampai ke
yang sukar. Di samping itu guru juga harus merencanakan cara
mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar.
Sedangkan teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang
digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas pada saat itu, jadi teknik ini bersifat
implementasional.

4) Jenis-jenis Metode Pembelajaran Bahasa


1. Metode Langsung (The Direct Method)
2. Metode Alamiah (The Natural Method)
3. Metode Sugestipedia (Lozanov Method)
4. Metode Audio-Lingual
5. Metode Tatabahasa Pedagogis
6. Metode Psikologis (The Psychological Method)
7. Metode Fonetis (The Phonetic Method, Oral Method)
8. Metode Membaca (The Reading Method)
9. Metode Tatabahasa (The Grammar Method)
10. Metode Terjemahan (The Transilation Method)
11. Metode Tatabahasa- Terjemahan (The Grammar-Transilation Method)
12. Metode Eklektika (The Eclectic Method)
13. Metode Unit (The Unit Method)
14. Metode Pembatasan Bahasa (The Language Control Method)
15. Metode Mimikri – Memorisasi (The Mimicry-Memorazation Method)
16. Metode Teori-Praktik (The Theory-Practice Method)
17. Metode Cognate (The Cognate Method)

144
18. Metode Bi-Bahasa (The Dual – Language Method)

5) Jenis-jenis Teknik Pembelajaran Bahasa


1. Tanya jawab
2. Diskusi kelompok
3. Pemberian tugas
4. Studi kasus
5. Brainstorming
6. Eksperimen
7. Simulasi
8. Sosiodrama
9. Proyek
10. Portofolio
11. Permainan
12. Bermain peran/roleplaying
13. Conferencing/konferensi
14. Keterampilan proses
15. Demonstrasi
16. Pengalaman
Selain teknik-teknik pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, terdapat
pengelompokkan teknik pembelajaran berdasarkan keterampilan berbahasa
sebagai berikut:
a. Teknik pembelajaran menyimak diantaranya: (1) simak-ulang ucap (2)
simak-tulis (dikte) (3) simak-kerjakan (4) simak-terka (5) memperluas
kalimat (6) menyelesaikan cerita (7) membuat rangkuman (8) menemukan
benda (9) bisik berantai (10) melanjutkan cerita (11) parafrase (12) kata
kunci
b. Teknik pembelajaran berbicara diantaranya: (1) ulang-ucap (2) lihat-
ucapkan (3) memerikan (4) menjawab pertanyaan (5) bertanya (6)
pertanyaan menggali (7) melanjutkan (8) menceritakan kembali (9)
percakapan (10) parafrase (11) reka cerita gambar (12) bermain peran (13)
wawancara (14) memperlihatkan dan bercerita 7
c. Teknik pembelajaran membaca (1) membaca survei (2) membaca sekilas (3)
membaca dangkal (4) membaca nyaring (5) membaca dalam hati (6)
membaca kritis (7) membaca teliti (8) membaca pemahaman
d. Teknik pembelajaran menulis (1) menyalin kalimat (2) membuat kalimat
(3) meniru model (4) menulis cerita dengan gambar berseri (5) menulis
catatan harian (6) menulis berdasarkan foto (7) meringkas (8) parafrase (9)
melengkapi kalimat (10) menyusun kalimat (11) mengembangkan kata
kunci.

145
6) Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas Rendah
a) Metode Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Aspek keterampilan menyimak pada hakikatnya adalah melatih
pendengaran dan daya ingatan. Aspek keterampilan menyimak
bertujuan agar siswa mampu menangkap, memilih, memahami,
mengingat dan mengumpulkan informasi dari pada yang disimak atau di
dengar. Di kelas I dan II pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara
mendengarkan cerita yang disampaikan guru lewat story telling untuk
kemudian menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan cerita tersebut,
juga bisa melalui teknik bisik berantai ataupun dikte.
Aspek keterampilan berbicara berkaitan dengan ucapan, baik
ucapan bunyibunyi bahasa, kata atau kalimat. Pengajaran ketermapilan
berbicara bertujuan agar siswa (1) dapat mengucapkan atau melafalkan
dengan ucapan yang benar, (2) dapat melagukan kata atau kalimat sesuai
dengan konteks bahasa yang digunakan, (3) terampil menggunakan
bahasa lisan yang teratur dan baik, dan (4) tumbuh keberaniannya untuk
menyampaikan isi hati, ide dan perasaannya. Kegiatan pembelajaran di
kelas dapat dilakukan melalui kegiatan melafalkan kata atau kalimat
sesuai dengan gambar, lewat kegiatan bercerita atau bercakap-cakap,
Tanya jawab, atau pemberian tugas yang menuntut kemampuan
berbicara siswa.
Peningkatan kemampuan berbicara yang sekaligus diintegrasikan
dengan keterampilan menyimak dapat dilakukan melalui penggunaan
model belajar diskusi, pidato, dialog, bermain peran yang juga diperkaya
melalui simulasi kreatif bahasa (roleplay) yang menyediakan beragam
simulasi bahasa yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa. Begitu pula dengan materi pembelajaran
kebahasaan dan kosakata secara implisit terintegrasi dalam uraian materi
empat keterampilan berbahasa di atas.
Berikut ini metode atau strategi pembelajaran menyimak untuk
anak sekolah dasar (Hanum Hanifa Sukma, M. Fakhrur Saifudin,, 2021)
a. Metode Langsung
b. Metode Komunikatif
c. Metode Integratif
1) Simak-Ulang Ucap
2) Simak Kerjakan
3) Simak Terka
4) Simak Tulis
5) Memperluas Kalimat
6) Bisik Berantai
7) Identifikasi Kata Kunci

146
8) Identifikasi Kalimat Topik
9) Menyelesaikan Cerita
10) Menjawab Pertanyaan
11) Merangkum
12) Parafrasa
d. Metode Tematik
e. Metode Konstruktivitas
f. Metode Kontekstual
Sedangkan metode keterampilan berbicara pada kelas awal SD
bisa dimulai dengan memberikan kesempatan siswa untuk berbicara di
depan kelas untuk memperkenalkan diri, tanya jawab dengan teman,
bercerita tentang pengalaman, menceritakan gambar dan lain-lain. Dari
kegiatan itu, akan memperkaya kosakata, memperbaiki kalimat, dan
melatih keberanian siswa dalam berkomunikasi. Begitu pun menurut
Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 244) keterlibatan intelektual-
emosional peserta didik dapat dilatihkan dalam beberapa kegiatan
berikut. bermain peran, berbagai bentuk diskusi, wawancara, bercerita
(pengalaman diri, pengalaman hidup, dan pengalaman membaca) ,
pidato, laporan lisan, membaca nyaring , merekam suara, bermain drama.
((Hanum Hanifa Sukma, M. Fakhrur Saifudin,, 2021)
b) Metode Membaca dan Menulis
Permulaan Kaitan antara menulis dan membaca sangat erat
sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada waktu guru mengajarkan menulis
kata atau kalimat, siswa tentu akan membaca kata atau kalimat tersebut.
Kemampuan membaca diajarkan sejak dini, sejak siswa masih kelas I
maka kemampuan menulis pun diajarkan sejak dini pula. Kemampuan
menulis diajarkan di sekolah dasar sejak siswa di kelas I sampai kelas IV.
Kemampuan yang diajarkan di kelas I dan II merupakan kemampuan
tahap awal atau permulaan sehingga kegiatan menulis di kelas I dan II
dikenal dengan menulis di kelas permulaan.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis pada
hakikatnya sama dengan metode yang digunakan dalam dalam
pembelajaran membaca permulaan. Persyaratan pembelajaran menulis
permulaan seyogyanya siswa sudah bisa membaca apa yang akan mereka
tulis. Seperti pada kegiatan membaca permulaan, pembelajaran menulis
permulaan juga melalui dua tahapan yaitu tahap prapembelajaran
berkaitan dengan kesiapan menulis siswa dan tahap menulis permulaan
melalui kegiatan menjiplak/ mengebat, menyalin/ meniru, menatap,
menulis halus/ indah, dikte/ imlak, dan mengarang sederhana melalui
berbagai bimbingan.

147
Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dapat digunakan
berbagai metode mengajar. Guru hendaknya tidak hanya menggunakan
satu metode saja, tetapi dengan multi metode mengajar, dan
menyenangkan supaya siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan
penuh perhatian. Sebelum memulai proses pembelajaran, guru kelas 1
selayaknya melakukan kegiatan persiapan membaca permulaan.
Persiapan Membaca Permulaan
Langkah-langkah persiapan membaca permulaan:
1. Penguatan Prosedur Kelas ( siswa fokus dan tenang) dan Etika
membaca (menjaga kebersihan buku, berbagi bila buku digunakan
bersama)
2. Cara duduk siswa (Posisi duduk tegak)
3. Cara membuka buku (Dari halaman depan ke belakang)
4. Mengatur jarak mata ke buku (Jarak pandang antara mata dan buku ±
40 cm)
5. Melatih cara membaca dari kiri ke kanan.
c) Metode Membaca Permulaan

1. Metode Abjad
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut
dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut
abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b,
d, p, q atau n, u, m, w. Untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut
berulang-ulang atau dengan cara memberi warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan
cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Contoh:
b dan a dibaca ba
c dan a dibaca ca
sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca” (memiliki
makna bagi anak). Proses selanjutnya adalah mengenalkan kalimat
sederhana. Contoh : ani baca buku Proses pembelajaran dari huruf,
suku kata, kata, dan menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip
pendekatan spiral (dari yang mudah ke yang sulit), komunikatif
(bahasa yang digunakan sehari-hari oleh anak), kontekstual ( sesuai
dengan lingkungan terdekat anak), dan konstruktivisme (pengalaman
berbahasa anak).

148
2. Metode Eja/ Metode Bunyi (Spelling Method)
Metode ini hampir sama dengan metode Abjad. Perbedaannya
terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf ( baca: beberapa huruf
konsonan).
Contoh:
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet, seperti
pengucapan pada kata ‘benar’
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /eg/
Huruf p dilafalkan /ep/
Langkah selanjutnya seperti pada metode abjad.

3. Metode Suku Kata (Syllabic method)


Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ca, ci,
cu, ce, co, da, di, du, de, do ka, ki, ku, ke, ko, dan seterusnya. Suku-
suku kata tersebut , kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna.
Contoh:
Cu – ci
da – da
ka – ki
Cu - cu
du – di
ka – ku
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata
menjadi kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat
dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini : Ka – ki ku – da
Ba – ca bu – ku Cu – ci ka – ki

4. Metode Kata (Whole Word Method)


Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna,
fungsional, dan kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang
terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan
suku kata tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan
memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan
dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya
merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal penggalan
suku kata. (Guru tidak mengajarkan teori suku kata dan kata).

149
5. Metode Kalimat (Syntaxis Method)
Metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara
global. Kalimat-kalimatnya didahului dengan cereita guru atau tanya
jawab yang dilakukan antara guru dan siswa. Penyajian metode ini
dapat dibantu dengan gambar tunggal.
Foto seorang ibu ini ibu nani

6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)


Pembelajaran metode ini diawali dengan menampilkan sebuah
kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang
memberi makna lengkap. Hal ini dimaksudkan untuk membangun
konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika
kalimat struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran
adalah kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa siswa. Untuk
itu, pada pendahuluan pertemuan, guru melakukan beberapa kegiatan
untuk menggali pengalaman berbahasa siswa. Misalnya dengan tanya
jawab, bercerita, dan menunjukkan gambar. Kemudian melalui proses
analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh
tersebut diuraikan menjadi kata, suku kata, dan huruf. Pada tahap
selanjutnya, tahap sintesis dilakukan dengan menyatukan kembali
huruf-huruf tersebut menjadi suku kata, kata, dan kalimat.
Contoh :
ini mama
ini mama
i ni ma ma
i n i m a m a m a
i ni ma ma
ini mama

7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)


Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam
pembelajaran membaca permulaan, yaitu:
1) Mengenal kata dan maknanya.
Contoh: membaca kata dengan gambar.
Bola
2) Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
Contoh:
Bola
3) Membaca frase atau kalimat
Contoh:
ini bola

150
itu bola
ini bola budi
itu bola budi
4) Membaca teks/wacana
Contoh:
bola
ini bola budi
bola budi bagus
bola budi warna merah
budi senang main bola
Berdasarkan jenis-jenis metode di atas, ditinjau dari segi
pedagogi dan psikologi (karakteristik anak), semua metode tersebut
dapat digunakan dengan cara mengkombinasikan antara metode yang
satu dengan lainnya. Di samping itu dapat juga menggabungkan
beberapa metode yang unggul, disesuaikan dengan karakteristik anak
dan kemampuan guru. Gabungan beberapa metode ini disebut metode
eklektik.

d) Persiapan Menulis Permulaan


Langkah-langkah persiapan membaca permulaan:
1. Penguatan Prosedur Kelas (siswa fokus dan tenang) dan Etika
membaca (menjaga kebersihan buku, berbagi bila buku digunakan
bersama)
2. Cara duduk siswa (Posisi duduk tegak)
3. Cara membuka buku (Dari halaman depan ke belakang)
4. Mengatur jarak mata ke buku (Jarak pandang antara mata dan buku
± 40 cm)
5. Cara memegang pensil
6. Melatih cara menggerakan pensil dari kiri ke kanan
7. Latihan membuat bulatan (lingkaran) atau setengah lingkaran.
8. Latihan membuat garis-garis lurus (lurus, miring, datar)
9. Menyambungkan titik-titik menjadi sebuah garis lurus atau garis
lengkung
10. Menyambungkan garis-garis menjadi sebuah bentuk.
11. Latihan menulis di udara
12. Latihan menulis dengan jari di atas pasir, tepung, meja, punggung
teman.
13. Bagi anak yang mengalami kesulitan menulis biasanya motorik
halusnya belum berkembang dengan baik. Untuk mengatasinya
dapat dibantu dengan latihan motorik halus, seperti: meremas bola
tenis, membuat bentuk benda dari plastisin, memainkan jepitan
kertas oleh ibu jari dan jari telunjuk, membuka dan mengancingkan

151
baju dengan tangan kanan, menalikan tali sepatu, bertepuk tangan
sambil mengucapkan atau membaca kata.

e) Metode Menulis Permulaan


Metode menulis permulaan akan mengikuti metode yang
digunakan pada metode membaca permulaan. Misal, jika guru
menggunakan metode abjad pada membaca permulaan maka akan
menggunakan menulis permulaan dengan metode abjad pula Contoh
siswa disuruh menyalin huruf: a, b, c, d, e, f, g, h, I, dst.

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan :
Tema : 3. Kegiatanku
Subtema : 1. Kegiatan di Pagi Hari
Pembelajaran : ke-6
Kelas / Semester : I (Satu) / 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (5 x 35 Menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangga, dan negara.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
mendengar, melihat, membaca dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

152
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR CAPAIAN
KOMPETENSI (ICK)

MATA KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR CAPAIAN


PELAJAR KOMPETENSI (ICK)
AN
Bahasa 3.8 Merinci ungkapan penyampaian 3.8.2 Menjelaskan tiga cara
Indonesia terimakasih, permintaan maaf, tolong, dan menyampaikan permintaan
pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, tolong.
perintah, dan petunjuk kepada orang lain
3.8.3 Menjelaskan tiga cara
dengan menggunakan bahasa yang santun
menyampaikan terimakasih
secara lisan dan tulisan yang dapat dibantu
dengan kosakata bahasa daerah.
4.8 Mempraktikan ungkapan terimakasih, 4.8.2 Mempraktikkan cara
permintaan maaf, tolong, dan pemberian menyampaikan permintaan
pujian, dengan menggunakan bahasa yang tolong dengan benar.
santun kepada orang lain secara lisan dan
4.8.3 Mempraktikkan cara
tulis.
menyampaikan terimakasih
dengan benar.
PPKN 3.1 Mengenal simbol sila-sila pancasila dalam 3.1.3 Menjodohkan lima
lambang negara “Garuda Pancasila”. simbol dengan butir sila-sila
pancasila.
4.1 Menceritakan simbolsimbol sila pancasila 4.1.3 Menceritakan simbol sila
pada lambang garuda pancasila. ke-2 pancasila dengan benar.

Matematik 3.1 Menjelaskan makna bilangan cacah sampai 3.1.3 Mengurutkan bilangan
a dengan 99 sebagai banyak anggota suatu cacah 11-20 dengan benar.
kumpulan objek.
4.1 Menyajikan bilangan cacah sampai dengan 4.1.3 Menuliskan lambang
99 yang bersesuaian dengan banyak anggota bilangan sesuai banyak benda
kumpulan objek yang disajikan. dengan benar.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan metode make a match, siswa dapat menjodohkan lima
simbol dengan sila-sila pancasila.
2. Dengan tanya jawab, siswa dapat menceritakan makna simbol
sila ke-2 pancasila dengan benar.

153
3. Dengan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan tiga cara
menyampaikan permintaan tolong.
4. Dengan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan tiga cara
menyampaikan terimakasih.
5. Dengan pengamatan video, siswa dapat mempraktikkan cara
menyampaian permintaan tolong dengan benar.
6. Dengan pengamatan video, siswa dapat mempraktikkan cara
menyampaian terimakasih dengan benar.
7. Dengan permainan berantai, siswa dapat mengurutkan bilangan
cacah 11-20 dari bilangan terbesar dengan benar.
8. Dengan permainan berantai, siswa dapat menuliskan lambang
bilangan sesuai banyak benda dengan benar.

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Bahasa Indonesia
Ungkapan
a. Cara menyampaikan permintaan tolong.
b. Cara menyampaikan terima kasih.
2. PPKn
Sila-sila pancasila
c. Simbol sila pancasila.
d. Makna simbol pancasila.
3. Matematika
Bilangan cacah
e. Bilangan 11-20.
f. Urutan bilangan 11-20.

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan : Saintifik.
2. Metode/ Strategi : Pengamatan, make a match, tanya jawab dan
permainan berantai.

F. MEDIA, ALAT BANTU DAN SUMBER BELAJAR


1. Media
a. Video ungkapan minta tolong dan terimakasih.
b. Kartu make a match simbol dan sila pancasila dengan gambar
benda yang senilai dengan 11-20.
2. Alat Bantu
a. white board atau papan tulis.
b. Spidol hitam.
c. Proyektor.
d. Laptop.
154
3. Sumber Belajar
a. Kemendikbud RI. 2017. Tema 3 Kegiatanku Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru Kelas I SD. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud RI.
b. Bahan ajar mengenai simbol sila pancasila, meminta tolong,
berterimakasih dan bilangan cacah.
c. Lingkungan sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

7) Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Tinggi


a. Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Pembelajaran menyimak dan berbicara di kelas tinggi tidak berbeda
jauh dengan pembelajaran di kelas rendah. Pada pembelajaran menyimak
di kelas tinggi kemampuan menyimak yang harus dimiliki oleh siswa
adalah:
− Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka
sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan
dengan hal itu.
− Memperhatikan keangkuhan dengan kata-kata atau
ekspresiekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
− Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahankesalahan, proragnda-propaganda, petunjuk-petunjuk
yang keliru.
− Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.
Dalam mempraktikan pembelajaran menyimak, hendaknya juga
mengajarkan kepada siswa mengenai metode khusus yang bisa
dipergunakan ketika menyimak. Metode yang bisa digunakan dalam
pembelajaran menyimak, antara lain adalah: (1) Menyimak komprehensif
(Menciptakan imageri, Mengkatagorisasikan, Mengajukan pertanyaan,
Mencatat, dan Mengarahkan perhatian; (2) Storytelling; (3) Menyimak
apresiatif.
Pada pembelajaran berbicara di kelas tinggi hal yang perlu
ditingkatkan yaitu kepercayaan diri siswa. Berbahasa lisan di kelas tinggi
harus lebih intensif dengan menggunakan metode yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri siswa. kegiatan berbahasa lisan mencakup
− Kegiatan berbucara informal, meliputi percakapan, menunjuk
dan menceritakan, serta diskusi,
− Kegiatan berbicara interpretatif meliputi, pengisahan cerita dan
pembacaan drama

155
− Kegiatan lebih formal, meliputi bermain drama, bermain peran,
bermain boneka tangan, penulisan naskah, dan produksi teater,
dan sebagainya.
Adapun strategi lain yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain sebagai
berikut:
− Ulang- ucap
− Lihat- ucap
− Memerikan
− Menjawab Pertanyaan
− Bertanya
− Pertanyaan Menggali
− Melanjutkan Cerita
− Menceritakan Kembali
− Percakapan
− Parafrase
− Reka Cerita Gambar
− Bercerita
− Memberi Petunjuk
− Melaporkan
− Bermain Peran
− Wawancara
− Diskusi
− Bertelpon
− Dramatisasi

b. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis lanjut


Membaca di sekolah dasar terpilah menjadi dua bagian yaitu
membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca lanjut dilaksanakan
di kelas tinggi sekolah dasar (kelas 4-6). Membaca lanjut menekankan pada
bagaimana anak-anak dapat menangkap pikiran, perasaan orang lain yang
dikemukakan melalui bahasa dan menekankan pada pemahaman isi
bacaan. Oleh karena itu, penguasaan yang lancar dari teknik membaca itu
merupakan syarat pertama yang tidak boleh dilupakan. Jenis-jenis
membaca lanjut:
− Membaca pemahaman
− Membaca memindai
− Membaca layap (sekilas)
− Membaca nyaring (teknis)
− Membaca dalam hati

156
− Membaca indah
− Membaca bersama
− Membaca mandiri
Adapun metode pembelajaran membaca di kelas tinggi sebagai berikut:
− Melagukan puisi
− Memerankan puisi
− Berburu kata konotatif
− Menggambar ilustrasi puisi
− Meneruskan puisi
− Mengawali dan mengakhiri cerita
− Baca-ragakan
− Baca-gambar
− Diskusi konflik cerita
Kegiatan pembelajaran menulis lanjut terdiri dari menulis karya
fiksi dan non fiksi. Menulis karya nonfiksi adalah cerita yang disusun
berdasarkan kenyataan, yang termasuk ke dalam karya nonfiksi adalah
surat, iklan, penguman, pidato, laporan dan makalah. Sedangkan menulis
karya fiksi adalaah tulisan yang dibangun berdasarkan khayalan
pengarangnya. Yang termasuk ke dalam karya fiksi adalah novel atau
cerpen. Jenis-jenis menulis lanjut:
− Menulis Narasi
− Menulis Deskripsi
− Menulis Eksposisi
− Menulis Argumentasi
− Menulis Persuasi
Metode yang dapat diterapkan pada pembelajaran menulis lanjut,
antara lain:
− Menulis bersama
− Menulis kolaboratif
− Menceritakan pengalaman

D. Latihan
Setelah Bapak/Ibu membaca dan memahami materi utama dan penunjang.
Langkah selanjutnya agar supaya terlatih dan lebih memahami kegiatan belajar 4,
silahkan bapak/Ibu mengerjakan tugas berikut:
1. Deskripsikan kemajuan belajar yang telah Bapak/Ibu peroleh setelah
mempelajari KB 4!

157
2. Uraikan bagian dari materi yang esensial dan tidak esensial pada materi
utama dan materi penunjang! Berikan analisis kritis Bapak/Ibu terkait materi
tersebut!
3. Dalam Kurikulum 2013 jenjang MI/SD kelas VI, terdapat KD 3.3: Menggali
informasi dari seorang tokoh melalui wawancara menggunakan daftar
pertanyaan. Kemukakan analisis saudara terkait strategi dan langkah-
langkah pembelajaran agar siswa mampu mencapai kompetensi tersebut.
4. Apakah langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat mengadopsi salah satu
indikator moderasi beragama? Berikan analisis saudara!

E. Referensi Tambahan
Artikel/Jurnal/Buku:
Untuk menambah wawasan anda tentang materi tersebut di atas, anda dapat
melihat tautan video maupun bahan presentasi berikut:
1. https://media.neliti.com/media/publications/77090-none-baccecce.pdf
2. https://www.slideshare.net/rizka_pratiwi/hakikat-sastra-anak-sastra-
anak-di-usia-awal
3. https://vdocuments.mx/hakikat-sastra-anak-sastra-anak-di-usia-
awal.html
Video:
1. https://www.youtube.com/watch?v=xSvB0Wh0wVc
2. https://www.youtube.com/watch?v=bQpFMkyWC_Y

158
ANALISIS MATERI AJAR

Lembar Kerja Belajar Mandiri 1.1


Judul Modul Modul GKMI-Bahasa
Indonesia
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hakikat bahasa dan
pemerolehan bahasa anak
untuk MI/SD
No Butir Refleksi Respon/jawaban
1. Daftar peta konsep (istilah dan definisi) pada
Kegiatan Belajar (KB) 1
2. Daftar materi yang sulit dipahami pada
Kegiatan Belajar (KB) 1
3. Daftar materi yang sering mengalami
miskonsepsi/tidak dipahami pada Kegiatan
Belajar (KB)

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 2. Aspek kebahasaan dan keterampilan
berbahasa untuk MI/SD
No Butir Refleksi Respon/jawaban
1. Daftar peta konsep (istilah
dan definisi) pada Kegiatan
Belajar (KB) 2
2. Daftar materi yang sulit
dipahami pada Kegiatan
Belajar (KB) 2

3. Daftar materi yang sering


mengalami
miskonsepsi/tidak dipahami
pada Kegiatan Belajar (KB) 2

159
Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia
Judul Kegiatan Belajar (KB) 3. Sastra Anak
No Butir Refleksi Respon/jawaban
1. Daftar peta konsep (istilah dan
definisi) pada Kegiatan Belajar
(KB) 3
2. Daftar materi yang sulit
dipahami pada Kegiatan Belajar
(KB) 3
3. Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi/tidak
dipahami pada Kegiatan Belajar
(KB) 3

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 4. Pembelajaran Bahasa Indonesia
di MI/SD

No Butir Refleksi Respon/jawaban


1. Daftar peta konsep (istilah dan
definisi) pada Kegiatan Belajar (KB) 4
2. Daftar materi yang sulit dipahami
pada Kegiatan Belajar (KB) 4
3. Daftar materi yang sering mengalami
miskonsepsi/tidak dipahami pada
Kegiatan Belajar (KB) 4

160
Lembar Kerja Belajar Mandiri 1.2

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hakikat bahasa dan pemerolehan
bahasa anak untuk MI/SD
N Butir Refleksi Respon/jawaban
o
1. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai pemecahan masalah dalam
memahami materi KB 1 yang mengalami
kesulitan
2. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai miskonsepsi pada materi
KB 1

3. Hambatan yang dialami dalam


pembelajaran berbasis masalah pada materi
KB 1

4. Berdasarkan permasalahan diatas, lakukan


identifikasi materi yang sulit di
implementasikan dalam pembelajaran
sehari-hari di sekolah

5. Analisis faktor lain yang mempengaruhi


permasalahan yang muncul tersebut dalam
pembelajaran di kelas (karakterisitk peserta
didik, Sarana dan prasarana, tingkat
kesulitan materi dll.)

6. Kembangkan materi ajar berbasis masalah


yang dianalisis dalam pembelajaran di kelas

161
7. Sebutkan langkah-langkah
pengukuran/evaluasi ketercapaian
perbaikan atas permasalahan tersebut
8. Uraikan tindak lanjut hasil evaluasi yang
dilakukan sehingga berkesinambungan

9. Uraikan refleksi proses PBL yang telah


dilakukan

10. Hal yang dilakukan untuk membantu diri


dalam pembelajaran berikutnya

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 2. Aspek kebahasaan dan keterampilan
berbahasa untuk MI/SD
No Butir Refleksi Respon/jawaban
1. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai pemecahan masalah dalam
memahami materi KB 2 yang mengalami
kesulitan

2. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan


dosen mengenai miskonsepsi pada materi
KB 2

3. Hambatan yang dialami dalam


pembelajaran berbasis masalah pada materi
KB 2

4. Berdasarkan permasalahan diatas, lakukan


identifikasi materi yang sulit di
implementasikan dalam pembelajaran
sehari-hari di sekolah

162
5. Analisis faktor lain yang mempengaruhi
permasalahan yang muncul tersebut dalam
pembelajaran di kelas (karakterisitk peserta
didik, Sarana dan prasarana, tingkat
kesulitan materi dll.)

6. Kembangkan materi ajar berbasis masalah


yang dianalisis dalam pembelajaran di kelas

7. Sebutkan langkah-langkah
pengukuran/evaluasi ketercapaian
perbaikan atas permasalahan tersebut
8. Uraikan tindak lanjut hasil evaluasi yang
dilakukan sehingga berkesinambungan
9. Uraikan refleksi proses PBL yang telah
dilakukan
10. Hal yang dilakukan untuk membantu diri
dalam pembelajaran berikutnya

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 3. Sastra Anak Untuk MI/SD
No Butir Refleksi Respon/jawaban
1. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai pemecahan masalah dalam
memahami materi KB 3 yang mengalami
kesulitan

2. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan


dosen mengenai miskonsepsi pada materi
KB 3

3. Hambatan yang dialami dalam


pembelajaran berbasis masalah pada materi
KB 3

163
4. Berdasarkan permasalahan diatas, lakukan
identifikasi materi yang sulit di
implementasikan dalam pembelajaran
sehari-hari di sekolah

5. Analisis faktor lain yang mempengaruhi


permasalahan yang muncul tersebut dalam
pembelajaran di kelas (karakterisitk peserta
didik, Sarana dan prasarana, tingkat
kesulitan materi dll.)

6. Kembangkan materi ajar berbasis masalah


yang dianalisis dalam pembelajaran di kelas
7. Sebutkan langkah-langkah
pengukuran/evaluasi ketercapaian
perbaikan atas permasalahan tersebut
8. Uraikan tindak lanjut hasil evaluasi yang
dilakukan sehingga berkesinambungan

9. Uraikan refleksi proses PBL yang telah


dilakukan

10. Hal yang dilakukan untuk membantu diri


dalam pembelajaran berikutnya

Judul Modul Modul GKMI-Bahasa Indonesia


Judul Kegiatan Belajar (KB) 4. pembelajaran bahasa indonesia di
mi/sd

No Butir Refleksi Respon/jawaban


1. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai pemecahan masalah
dalam memahami materi KB 4 yang
mengalami kesulitan
2. Uraikan hasil diskusi bersama teman dan
dosen mengenai miskonsepsi pada materi
KB 4

164
3. Hambatan yang dialami dalam
pembelajaran berbasis masalah pada
materi KB 4

4. Berdasarkan permasalahan diatas, lakukan


identifikasi materi yang sulit di
implementasikan dalam pembelajaran
sehari-hari di sekolah
5. Analisis faktor lain yang mempengaruhi
permasalahan yang muncul tersebut
dalam pembelajaran di kelas (karakterisitk
peserta didik, Sarana dan prasarana,
tingkat kesulitan materi dll.)

6. Kembangkan materi ajar berbasis masalah


yang dianalisis dalam pembelajaran di
kelas
7. Sebutkan langkah-langkah
pengukuran/evaluasi ketercapaian
perbaikan atas permasalahan tersebut
8. Uraikan tindak lanjut hasil evaluasi yang
dilakukan sehingga berkesinambungan

9. Uraikan refleksi proses PBL yang telah


dilakukan

10. Hal yang dilakukan untuk membantu diri


dalam pembelajaran berikutnya

Penilaian:
Partisipasi aktif dan penyelesian LK : 25% (skor maksimal 100)
Penyelesaian Self Assesment : 35% (skor maksimal 100)
Produk berupa materi ajar : 40% (skor maksimal 100)
Nilai Akhir diperoleh : (25% x a + x b + 40% x c)

165
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S, dkk. (2012). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:


Erlangga Aminudin. (1994). Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya
Sastra. Malang: FPBS IKIP
Ali Mustadi. dkk. (2021). Strategi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dan
Bersastra yang Efektif di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY Press
Arifin, Zaenal. (2006). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo
Arifindan Junaiyah. (2007). Morfologi . Jakarta: Grasindo.
Arifindan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
Badudu, J.S. (1990). Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. (1993). Membina Bahasa Indonesia Baku Jilid I dan II. Bandung: Pustaka
Prima.
Badudu, J.S. (1994). Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. (1995). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar Jilid 1-4. Jakarta: Gramedia.
Badudu, JS.(1983). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Jakarta.
Chabib Thoha, M. (1991). Teknik evaluasi pendidikan. Semarang: CV. Rajawali.
Damaianti & Vismaia, S. (2007). “Evaluasi dalam Pembelajaran”. Makalah.
Chaer. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer. (2008). Morfologi. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer. (2009). Sintaksis. Jakarta: RinekaCipta.
Chaer.(2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Chaer. (2007).
Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Cummings, L. (2007). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Goodman, K. S. (1986). What's Whole in Whole Language? A Parent/Teacher Guide to
Children's Learning. Heinemann Educational Books, Inc., 70 Court St.,
Portsmouth.
Hanum Hanifa Sukma, M. Fakhrur Saifudin. (2021), Keterampilan Menyimak dan
Berbicara: Teori dan Praktik. K-Media Yogyakarta.
Harsiati, Titik. (2002). “Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia”. Makalah.
Harsiati, Titik. (2002). “Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia”. Makalah. Hartati, T. dkk (2012). Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di SD Kelas Rendah. Bandung: UPI Press Ibrahim.
Hartati, T. (2017). Apresiasi Sastra Anak. Bandung: Pascasarjana UPI.

166
Hartati, Tatat. (2005). Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak. Bandung: UPI Press
Huck, Charlote. Dkk. (1987). Children Literature in the Elementary School. Chicago:
Rand McNally College Publishing Company.
Iskandarwassid, & Sunendar D. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT.
RemajaRosdakarya
Karyono. Resmini, et.al. (2006). Kebahasaan: Fonologi, Morfologi, dan Semantik.
Bandung: UPI Press.
Keraf, G. (2004). Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Keraf, G. (2004). Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah
Marsono. (2006). Fonetik. Yogyakarta: GMU Press.
Muslich, Mansur. (2010). Garis-GarisBesar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bandung: PT. RefikaAditama
Muslich. (2008). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich. (2008). Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Parera. (2005).
Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
N & Yanti, P. G. (2017). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta: UHAMKA
Nurgiyantoro, B. (2014). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Kompetensi
Dasar Mata Pelejaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Balitbang, Depdiknas.
Parera. (2007). Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Putrayasa. (2008). Analisis Kalimat. Bandung: Refika Aditama.
Putrayasa. (2008). Kajian Morfologi. Bandung: Refika Aditama.
Putrayasa. (2009). Kalimat Efektif. Bandung: Refika Aditama.
Purbarani Jatining Panglipur, Eka Listiyaningsih. (2017). Sastra Anak Sebagai Sarana Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Untuk Menumbuhkan Berbagai Karakter Di Era Global
Rahardi. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Ramelan. (1982). Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Jakarta: Departemen P
dan K.
Ramlan. (1995). Sintaksis: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan. (2001). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV
Richard, J. C dan Rodgers, T.S. (1986). Approach and Methods in Language Teaching.
Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Riris K. Toha Sarumpaet, (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi.
Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional

167
Rothelin, Liz, dan A. M. Meinbach. (1991). The Literature Connection. USA: Scott
Foresman Company.
Sabariyanto, D. (1999). Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam bahasa Indonesia.
Yogyakarta: MGW.
Sabariyanto, D. (2001). Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? Jilid 1 dan 2.
Yogyakarta: MGW.
Santosa, et.al. (2008). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT.
Soedjito (1995). Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Solchan, T. W. (2008). Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas terbuka.
Stewig, J. Warren. (1980). Children and Literature. Chicago: Rand Mc Nally Publishing.
Sudjiman, P. (1984). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugono, D. (2004). Membina Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: Puspa Swara. Tarigan.
(2003). Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.
Sukiman. (2012). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani. Suparno, P.
(1997) Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Supriyadi, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Depdikbud
Syafi'ie, I. (2009). Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa. Bahasa dan
Seni, 23(2).
Tarigan. (2003). Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Tarigan. (2003. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
________ (2008). Menyimak sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
__________ (2008_. Berbicara sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
__________ (2008). Menulis sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
__________ (2008). Membaca sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
__________. (1995). Pengantar Psikosastra. Bandung: Angkasa. Tompkins, G. E. (1990).
Teaching Writing: balancing process and product. New York: McMillan
College Publishing Company.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. (1997) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Zuhdi, Darmiyati. (1997_. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Dikti.

168
BIBLIOGRAFI

Adaptasi: penyesuaian diri.


Arbitrer: manasuka.
Arbitrer: Sewenang-wenang, mana suka.
Aspirasi: keinginan.
Bahasa baku: ragam bahasa yang ejaan, tata bahasa dan kosa katanya dijadikan norma
pemakaian yang benar.
Baik baik
Baku: standar.
Barometer: tolak ukur.
Dialek: ujaran yang khas daerah tertentu.
Eksistensi: keberadaan.
Ekspresi: pengungkapan maksud, gagasan perasaan.
Emotif: bersifat membangkitkan perasaan.
Fatik: menyapa sekadar untuk mengadakan kontak.
Fonem: bunyi bahasa yang minimal membedakan bentuk dan makna kata.
Fonologi: bagian dari tata bahasa atau ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi
ujaran suatu bahasa.
Fonologi: ilmu tentang bunyi bahasa hubungan wajib antara lambang bahasa dengan
konsep yang dimaksud
Formal: resmi.
Frasa: satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
Frase: penggabungan dua kata atau lebih menjadi kesatuan yang mendukung sebuah
makna.
Frozen: beku.
Generasi: angkatan.
Geografis: bersangkut-paut dengan geografi.
Globalisasi: proses menuju masyarakat dunia.
Hand phone: telepon genggam.
Harfiah: berdasarkan konteks kalimat.
Hipotesis: sesuatu yang kebenarannya masih harus dibuktikan.
Ide: gagasan.
Identifikasi: penetapan identitas seseorang.
Identitas: ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang.

169
Ilmiah: secara ilmu pengetahuan.
Informasi: pemberitahuan.
Inspirasi: gagasan yang muncul dalam ingatan.
Integrasi: pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh.
Intonasi: lagu kalimat.
Isyarat: gerakan yang dipakai sebagai tanda.
Morfologi: cabang linguistik yg mempelajari masalah morfem dan kombinasinya oleh
lambang tersebut
Morfologi: ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata.
Pragmatik: cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
Semantic: bidang studi dalam lingusitik yang mempelajari makna atau tentang arti.
Semantik: ilmu tentang makna kata dan kalimat
Semiotika: ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan
Signifiant: penanda lambang bunyi itu
Signifie: petanda konsep yang dikandung penandanya
Simulasi: rangsangan
Sintagmatik: relasi antarmakna kata dalam satu frasa secara horizontal.
Sintaksis: cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam
Sistematis: teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yg diatur
Unik: setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki

170

Anda mungkin juga menyukai