1
bahasa dan empat komponen bahasa, di antaranya menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan untuk komponen
bahasa terdiri dari bunyi bahasa, struktur bahasa, kosakata, dan
kelancaran berbahasa. Setiap unsur tersebut dapat di sajikan
dengan berdasar pada table berikut.
3) Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif lebih sesuai dengan kebutuhan nyata di mana
kemampuan dan unsur bahasa pada umumnya tidak diperlakukan
secara terpisah-pisah. Dalam penggunaan bahasa senyatanya
kemampuan dan unsur bahasa digunakan dalam wacana yang
merupakan gabungan dari beberapa jenis kemampuan atau unsur
bahasa. Bila dalam pendekatan diskert bahasa seolah-olah
dipisahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai pada
bagian terkecil, pendekatan integratif dapat dipandang sebagai
2
penyatuan bagian-bagian itu kembali menjadi lebih utuh. Seberapa
lebih utuh penggabungan itu tergantung pada berapa banyak bagian
kemampuan dan komponen bahasa yang perlu saling digabungkan
untuk menjawab butir-butir tes yang diselenggarakan.
Menurut Nurgiyantoro (1989), yang termasuk tes integrative baik
yang menyangkut aspek kebahasaan maupun keterampilan
berbahasa adalah menusun kalimat, mansfsirkan wacana singkat
yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang dibaca atau
didengar, dan meyusun sebuiah alinea berdasarkan kalimat-kalimat
yang disediakan.
Ciri pendekatan integratif yang melibatkan lebih dari satu unsur
merupakan penggabungan lebih dari satu jenis kemampuan atau
komponen bahasa. Pada penggunaan bahasa senyatanya, termasuk
dalam mengerjakan tes, penggabungan unsur bahasa pada
pendekatan integratif bahkan dapat bersifat jauh lebih luas dan
menyeluruh, menyangkut penggunaan bahasa dalam komunikasi
secara keseluruhan.
4) Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik pada tes pragmatik berkaitan dengan
kemampuan untuk memahami suatu teks atau wacana. Pemahaman
tidak terbatas pada bentuk dan struktur kalimat, frasa dan kata dan
unsur yang digunakan dalam teks atau wacana. Pemahaman lebih
jauh diperoleh melalui konteks ekstra linguistik, yaitu aspek
pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan melalui bahasa
dan meliputi segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pikiran,
perasaan, persepsi, ingatan dan lain-lain. Penerapan tes pragmatik
yang paling sering dikaitkan dengan tes cloze, di samping dikte.
Menurut Oller (1979), tes integratif belum tentu pragmatik,
meskipun tidak tertutup kemungkinan juga bersifat, tetapi tes
pragmatik pasti integratif. Dengan pengertian lain, tes bahasa
pragmatik telah mempresentasikan unsur-unsur tes integratif.
3
Kemampuan pemahaman yang diharapkan dapat disadap dalam tes
pragmatik, yang definisinya sebagai berikut: Prosedur atau tugas
yang menuntut pembelajaran untuk mencoba memahami rangkaian
elemen bahasa, yang tersusun dalam bentuk penggunaan bahasa
dengan berbagai kendala kontekstual yang secara alamiah dan
wajar terdapat dalam penggunaan bahasa, sehingga mengharuskan
peserta tes untuk mengaitkan rangkaian elemen bahasa itu dengan
konteks di luar bahasa melalui pemetaan pragmatik.
5) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan
untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur
bagi pembelajaran 4 keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai
saling ketergantungan bahasa. Ciri utama pendekatan
komunikatif adalah adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat,
yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional (functional
communication activies) dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
interaksi sosial (social interaction activies). Kegiatan komunikatif
fungsional terdiri atas 4 hal, yakni:
a) Mengolah infomasi.
b) Berbagi dan mengolah informasi.
c) Berbagi informasi dengan kerja sama terbatas.
d) Berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas.
2. Metode Tes Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan
yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana
pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar
secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan
dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang
dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan
4
pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar
penentu metode yang digunakan.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta
kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut.
Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai
kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar
tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih itu,
yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan
serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut
disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah
berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula
cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar
tersebut.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
antaranya adalah: a) metode tata bahasa/terjemahan b) metode membaca c)
metode audiolingual d) metode reseptif/produktif e) metode langsung f)
metode komunikatif g) metode integratif h) metode tematik i) metode
kuantum j) metode konstruktivistik k) metode partisipatori l) metode
kontekstual.
Sedangkan metode pembelajaran bahasa dikelas rendah adalah sebagai
berikut:
1) Metode Eja
Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode eja ada dua pendekatan cara mengeja yaitu mengeja dengan
cara melafalkan huruf sesuai dengan bunyi huruf tersebut dalam urutan
alfabet, seperti uraian tersebut di atas, dan cara melafalkan huruf sesuai
dengan bunyi huruf tersebut, pada pelaksanaannya diawali dengan e
pepet. Contohnya : b –a dilafalkan [eb] -a =[ba] atau atau d-a
dilafalkan [ed] –a =[da] dan seterusnya. Cara lain lagi yaitu konsonan
b dilafalkan [beh], d dilafalkan [deh]. Langkah-langkah mengejanya
adalah b-a=ba dilafalkan [beh]-a=[ba].
5
2) Metode Suku Kata
Metode Suku Kata biasa juga disebut dengan metode silabi. Proses
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode suku
kata diawali dengan memperkenalkan suku kata, seperti : /ba, bi, bu,
be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan
seterusnya. Suku kata -suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan
menjadi kata-kata bermakna.
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata
menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki ku-da ba-ca bu-ku cu–ci ka–ki (dan sebagainya).
3) Metode Kata Lembaga
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
metode kata lembaga diawali dengan memperkenalkan sebuah kata
tertentu yang dianggap sebagai lembaganya. Kata ini, ditulis di bawah
gambar yang sesuai. Contohnya di atas kata kuda ada gambar kuda, di
atas kata rumah ada gambar rumah. Setelah siswa dapat membaca
beberapa kata, ambillah satu kata untuk diuraikan menjadi suku kata,
suku kata diuraikan menjadi huruf sampai siswa dapat membaca
hurufhuruf tersebut. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf
menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil
pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata
lembaga (kata semula).
4) Metode Global
Setelah anak dapat membaca beberapa kalimat, diambillah sebuah
kalimat untuk diuraikan menjadi kata, kemudian kata diuraikan
menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf. Semua huruf
diperkenalkan kepada siswa dengan cara menganalisis kalimat. Huruf
yang terurai tersebut tidak dirangkaikan kembali menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat, sehingga metode ini
hanya melakukan proses menganalisis ( deglobalisasi).
6
5) Metode SAS
Struktural Analitik Sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Prinsip –prinsip
metode SAS disusun berdasarkan landasan psikologis, landasan
pedagogis dan landasan ilmu bahasa.
Dari landasan inilah yang menjadi sumber langkah– langkah metode
SAS yaitu, diawali dengan me-nyajikan satu keseluruhan atau struktur,
menganalisis bagian-bagiannya, kemudian mensintesiskan bagian-
bagian itu menjadi kese-luruhan yang utuh.
Jika dituliskan proses penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran
Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai
berikut:
a. kalimat menjadi kata-kata
b. kata menjadi suku-suku kata
c. suku kata menjadi huruf-huruf.
Berdasarkan tujuan dan bentuk tes yang digunakan dapat ditentukan
metode penentuan reliabilitas yang dipandang cocok untuk menentukan
reliable-tidaknya sebuah tes.diantanya adalah :
a) Metode tes ulang
Metode tes ulang dipandang tidak tepat untuk menentukan
reliabilitas kemampuan menulis, sebab hampir dapat dipastikan
bahwa pengaruh ingatan dalam tes menulis sangat kuat.
b) Metode persamaan rasional dapat digunakan untuk menentukan
reliabilitas keterampilan menulis, sebab pengaruh ingatan dalam
tes menulis dapat ditekan dan kemampuan menulis dapat
dipandang sebagai kemampuan yang relatif konstan.
c) Metode cara paro/belah dua jelas tidak dapat dipakai untuk
menentukan reliabilitas keterampilan menulis, sebab sulit sekali
untuk dapat membagi tes menulis menjadi dua bagian yang setara.
d) Metode menggunakan bentuk soal yang berbeda memang dapat
digunakan untuk menentukan reliabilitas tes menulis, tetapi ada
7
suatu masalah yang tidak mudah untuk diatasi, yakni menyusun
dua perangkat tes menulis yang betul-betul setara (khususnya
penentuan topik). Untuk itu, penentuan reliabilitas tes menulis
dapat dilakukan dengan cara penyekoran ulang oleh penyekor
yang sama. Berdasarkan hasil perbandingan skor dari kedua
penyekoran ini (baik oleh dua orang penyekor atau penyekoran
ulang) akan dapat diketahui tingkat reliabilitas tes menuli
3. Jenis Tes Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1) Tes Menyimak
Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami
isi makna. Pemahaman di sini dapat berupa identifikasi fonem, pola
intonasi, atau kemengertian isi wacana lisan (dapat berupa cerita atau
pengetahuan popular). Bahan yang akan diteskan disajikan secara
lisan, dan siswa dapat menjawabnya secara lisan atau tertulis. Dalam
penyajiannya, tes ini dapat Anda suarakan sendiri seperti dikte atau
menggunakan alat bantu seperti radio atau kaset. Untuk penilaian
kemampuan menyimak, tes yang dapat digunakan diantaranya berikut
ini.
a. Simak ulang
b. Melengkapi
c. Menjawab pertanyaan dari wacana lisan
2) Tes Berbicara
Tes berbicara dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berbahasa
lisan anak dalam mengucapkan bunyi bahasa, menyampaikan ide,
pikiran, atau perasaannya ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Bagi kelas - kelas awal, keterampilan yang diujikan tentu saja masih
sederhana. Oleh karena itu pula, tes yang dapat digunakan untuk
keperluan tersebut diantaranya seperti berikut.
a. Ucap – ulang
b. Uraian lisan
c. Membuat atau menjawab pertanyaan dari satu wacana
d. Percakapan
8
e. Diskusi
f. Memberikan atau mendeskripsikan
g. Reka cerita gambar
3) Tes Membaca
Tes membaca di kelas awal dimaksudkan untuk menilai kemampuan
siswa mengenal, merangkaikan huruf, dan membacanya menjadi
satuan yang bermakna, serta memahami maksudnya. Untuk keperluan
tersebut maka tes yang sesuai dengan kelas awal diantaranya sebagai
berikut.
a. Membaca nyaring
b. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari wacana tulis
c. Mengisi wacana rumpang (klos)
d. Biarkan kalimat pertama, kedua, dan terakhir utuh.
e. Lakukan penghilangan kata pada kalimat kedua sampai menjelang
kalimat terakhir.
4) Tes Menulis
a. Menyalin kalimat atau wacana pendek.
b. Menyusun kata - kata atau kalimat acak menjadi kalimat atau
wacana yang baik.
c. Membuat cerita gambar
d. Membuat gambar dan ceritanya
e. Merangkum karangan
f. Memparafrase
g. Menyusun karangan sederhana
h. Menyunting atau memperbaiki karangan
i. Menanggapi secara tertulis suatu wacana
Ditinjau dari bentuknya, tes hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia
dapat menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan tes isian rumpang.
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai karakteristik dari ketiga
bentuk tes tersebut.
9
1. Tes Objektif
Tes objektif merupakan tes yang disusun sedemikian rupa sehingga
hasil pekerjaan siswa dapat dikoreksi secara objektif. Maksud objektif
di sini adalah jika hasil tes tersebut dinilai oleh siapa pun, kapan pun,
dan di mana pun akan menghasilkan skor yang sama. Tes objektif
yang dibahas di sini mencakup tiga jenis yakni
a) Tes Objektif Melengkapi
Tes ragam ini menuntut siswa memberikan jawaban dengan
cara melengkapi jawaban yang belum sempurna. Butir tes ini
terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang tidak disempurnakan.
Siswa bertugas mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan
kata-kata, nomor, atau simbol dengan tepat.
b) Tes Objektif Bentuk Pilihan
Tes objektif bentuk pilihan yaitu suatu bentuk tes yang
disajikan dengan cara menuntut siswa memilih salah satu jawaban
yang paling tepat di antara sejumlah pilihan jawaban yang
disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa
soal benar-salah
soal pilihan ganda (biasa dan variasi)
menjodohkan
c) Tes Objektif Menjodohkan (Matching)
Ragam soal jenis ini terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban yang diletakkan di dua kolom yang berdampingan.
Kolom pertanyaan/pernyataan biasanya ditempatkan kolom
sebelah kiri, sedangkan pilihan jawabannya diletakkan di kolom
sebelah kanan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah
mencari dan menjodohkan masing-masing pertanyaan/pernyataan
yang berada di kolom kiri tadi dengan jawaban-jawaban yang
tersedia dalam kolom terjodoh di sebelah kanan.
Jenis tes ini cocok untuk mengukur kemampuan identifikasi
hubungan antara dua hal. Ragam tes ini terdiri atas dua lajur. Lajur
10
kiri biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap, sedang lajur
kanan soal berisi jawaban atau pelengkap.
2. Tes Subjektif
Tes subjektif merupakan suatu bentuk pertanyaan yang menuntut
siswa untuk memberikan jawaban dalam bentuk uraian dengan
bahasanya sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif lebih bebas dalam
mendekati permasalahan, menentukan informasi faktual yang
digunakan, mengorganisasikan jawaban, dan memberikan tekanan
yang diberikan pada setiap aspek jawaban yang diberikannya. Dengan
demikian, tes subjektif ini dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menganalisis, mensistesis fakta-fakta dan
konscp-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini
menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktifitas kognitif tingkat
tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang
dihadapi.
Tes subjektif ini mementingkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Cara berpikir yang ditekankan pada tes
subjektif ini adalah bagaimana siswa berpikir sampai pada suatu
kesimpulan dan bukan sematamata kesimpulannya itu sendiri. Tes
jenis ini sangat penting untuk menguji kemampuan siswa yang
berkaitan dengan cara mengorganisasikan pengetahuan dengan kata-
katanya sendiri. Mengacu pada sifat dari tes subjektif, jelas jawaban
siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang kemudian akan
mempengaruhi subjektifitas penilaai/pengoreksi di dalam menilai
jawaban siswa.
3. Tes Cloze (Tes Isian Rumpang)
Istilah “cloze ‟ berasal dari konsep dalam psikologi Gest alt, yakni
clozure yang berarti kecenderungan orang untuk selalu
menyempurnakan atau melengkapi sesuatu yang tampak tidak
sempurna. Proses ini merupakan proses “menutup” sesuatu yang belum
lengkap. Dalam teknik cloze tempat kosong sengaja disediakan pada
setiap kata ke-n secara sistematis (misalnya setiap kata ke-5, ke -6, ke-
11
7, dst). Tugas siswa dalam tes ini adalah mengisi tempat yang
dikosongkan itu dengan kata yang tepat. Untuk dapat melakukan ini,
siswa dituntut untuk menguasai sistem gramatikal bahasa dan
memahami maksud/isi wacana.
MENYIMAK
12
Dari pernyataan berita di atas, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
tersebut terjadi karena...
a. Supir minibus mengantuk saat mengendarai kendaraannya
b. Supir minibus asik bermain handphone saat mengendarai
kendaraannya
c. Supir minibus sedang makan saat mengendarai kendaraannya
d. Supir minibus tidak berhati-hati mengendarai kendaraannya
e. Supir minibus asik bercerita dengan penumpangnya sehingga tidak
fokus dalam mengendarai kendaraannya
13
e. Mulai membersihkan lingkungan rumah Karim dari sampah yg
berserakan dengan membuang sampah tersebut pada tempatnya.
BERBICARA
a. Berbicara
b. Membaca
c. Mendengar
d. Menulis
e. Menyimak
14
a. Seorang ibu mengungkapkan perasaan kepada anaknya dengan
belaian halus dirambut anak tersebut
15
5. Perhatikan ilustrasi dibawah ini!
a. Mempengaruhi pendengar
e. Meyakinkan pendengar
MENULIS
16
(1).Refti menjadi kesayangan orang tua meskipun dirinya selalu ramah
(2). Dinda tetap rendah hati meskipun dia anak yang sangat pintar
(3). Beno tidak pernah bealajar meskipun dirinya pandai
(4). Arif anak yang pintar meskipun ia rajin bealajar
Dari pernyataan di atas, penggunaan kata “Meskipun” yang tepat adalah
pada kalimat nomor...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 2 saja
a. Fungsi interaksi
b. Fungsi instrumental
c. Fungsi interaksional
d. Fungsi personal
e. Fungsi heuristik.
17
d. (4)
e. (5)
MEMBACA
b. Manfaat membaca
18
c. Kemampuan sekolah untuk membuat pojok baca
3. .... yang proposional terhadap virus flu burung sangat penting untuk ....
kerugian yang lebih besar.
Kata yang tepat untuk mengisi bagian titik-titik di atas adalah...
a. Penanganan – mencegah
b. Pembasmian – mengatasi
c. Penanggulangan – menghentikan
d. Pemberantasan – mengecilkan
e. Penanganan – mengecilkan
4. “Bunga adalah anak yang ...... dan rajin, ia disenangi oleh guru karena
selalu tepat waktu saat masuk jam pelajaran. Bunga terbiasa hidup .......
sejak kecil”
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat diatas adalah..... (C5)
a. Bodoh – lalai
b. Pintar – lalai
c. Bodoh – disiplin
d. Pemalas – sehat
e. Pintar – disiplin
5. (1) “Ayah Dona adalah seorang Polisi. Ia bekerja dikantor polisi dekat
sekolahku.”
(2) “Ayahku adalah seorang petani. Setiap hari Ayah pergi ke sawah
untuk merawat padi-padi miliknya.”
(3) “Ayah adalah pedagang buah, setiap hari ayah banyak
mengonsumsi buah-buahan”
Kesamaan 3 teks diatas adalah? (C4)
a. Menceritakan tentang pekerjaan Ayah
b. Menceritakan tentang polisi
19
c. Menceritakan tentang petani
d. Menceritakan tentang buah-buahan
e. Menceritakan tentang sekolah
20
N = adalah banyaknya butir soal
Penskoran ada koreksi terhadap jawaban tebakan
15
×100=75( skor yang di terima jika jumlah benar adalah 15)
20
21
Daftar Rujukan
22
Identitas Pembuat Tugas
Nim: A1D118083
Ruang/Semester : R-003/ 4
23