Anda di halaman 1dari 23

A.

Pendekatan, Metode Dan Jenis Tes Bahasa


1. Pendekatan Tes Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
a. Pendekatan Tes Bahasa
Dalam tes pembelajaran bahasa, Djiwandono (2011: 18)
mengemukakan beberapa bentuk pendekatan tes bahasa yaitu; (1)
pendekatan tradisional, (2) pendekatan diskret, (3) pendekatan
integratif, (4) pendekatan pragmatik, dan (5) pendekatan komunikatif.
Berikut penulis jelaskan lebih lanjut tentang kelima pendekatan
tersebut.
1) Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam tes bahasa dikaitkan dengan bentuk
pembelajaran bahasa yang tradisional yang digunakan pada kurun
waktu terdahulu. Pendekatan ini dirancang hanya untuk memenuhi
kebutuhan akan keperluan sesaat. Dengan kata lain, tes bahasa
dilakukan terbatas pada kebutuhan untuk mengetahui tingkat
kemampuan tertentu seperti menulis dengan bahan ajar yang
menitikberatkan pada tata bahasa, atau hanya sekadar mengartikan
bahasa ke dalam bahasa ibunya. Oleh sebab itu, pendekatan ini
juga dikenal dengan pendekatan terjemahan.
Bentuk tes dalam pendekatan ini tidak memiliki patokan atau
rambu-rambu yang baku tentang sasaran tes, cara pembuatan,
penyelenggaraan, serta bagaimana penilaian terhadap tes yang
sudah dilaksanakan.
2) Pendekatan Diskret
Menurut Oller (1979), tes diskret adalah suatu tes yang hanya
menekankan satu aspek kebahasaan (misalnya tatabahasa) pada
satu waktu. Artinya kemampuan yang akan diukur adalah tunggal
atau satu komponen saja. Dengan demikian teste dalam menjawab
suatu butir pertanyaan tidak mempbutuhkan berbagai kemampuan
secara integrative atau simnultan.
Tes pendekatan diskret diterapkan atas dasar pemahaman
konvensional terhadap bahasa yang terdiri dari empat kemampuan

1
bahasa dan empat komponen bahasa, di antaranya menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan untuk komponen
bahasa terdiri dari bunyi bahasa, struktur bahasa, kosakata, dan
kelancaran berbahasa. Setiap unsur tersebut dapat di sajikan
dengan berdasar pada table berikut.

Tabel Komponen Bahasa dan Kemampuan Bahasa Berdasarkan


Pendekatan diskret

Komponen Bahasa Kemampuan Bahasa


Me- Ber- Mem- Me-
nyimak bicara baca nulis
Bunyi Bahasa + + + -
Struktur Bahasa + + + +
Kosakata + + + +
Kelancaran Berbahasa + + + +
sumber: Djiwandono (2011)

Tabel di atas menunjukan bahwa beberapa komponen bahasa bisa


dipakai dalam kemampuan berbahasa. Hampir semua komponen
bahasa bisa ditepakan untuk mengevaluasi kemampuan bahasa
selain bunyi bahasa yang tidak bisa digunakan dalam mengukur
kemampuan menulis. Semuanya menurut pendekatan diskret ini
dilakukan secara terpisah.

3) Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif lebih sesuai dengan kebutuhan nyata di mana
kemampuan dan unsur bahasa pada umumnya tidak diperlakukan
secara terpisah-pisah. Dalam penggunaan bahasa senyatanya
kemampuan dan unsur bahasa digunakan dalam wacana yang
merupakan gabungan dari beberapa jenis kemampuan atau unsur
bahasa. Bila dalam pendekatan diskert bahasa seolah-olah
dipisahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai pada
bagian terkecil, pendekatan integratif dapat dipandang sebagai

2
penyatuan bagian-bagian itu kembali menjadi lebih utuh. Seberapa
lebih utuh penggabungan itu tergantung pada berapa banyak bagian
kemampuan dan komponen bahasa yang perlu saling digabungkan
untuk menjawab butir-butir tes yang diselenggarakan.
Menurut Nurgiyantoro (1989), yang termasuk tes integrative baik
yang menyangkut aspek kebahasaan maupun keterampilan
berbahasa adalah menusun kalimat, mansfsirkan wacana singkat
yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang dibaca atau
didengar, dan meyusun sebuiah alinea berdasarkan kalimat-kalimat
yang disediakan.
Ciri pendekatan integratif yang melibatkan lebih dari satu unsur
merupakan penggabungan lebih dari satu jenis kemampuan atau
komponen bahasa. Pada penggunaan bahasa senyatanya, termasuk
dalam mengerjakan tes, penggabungan unsur bahasa pada
pendekatan integratif bahkan dapat bersifat jauh lebih luas dan
menyeluruh, menyangkut penggunaan bahasa dalam komunikasi
secara keseluruhan.
4) Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatik pada tes pragmatik berkaitan dengan
kemampuan untuk memahami suatu teks atau wacana. Pemahaman
tidak terbatas pada bentuk dan struktur kalimat, frasa dan kata dan
unsur yang digunakan dalam teks atau wacana. Pemahaman lebih
jauh diperoleh melalui konteks ekstra linguistik, yaitu aspek
pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan melalui bahasa
dan meliputi segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pikiran,
perasaan, persepsi, ingatan dan lain-lain. Penerapan tes pragmatik
yang paling sering dikaitkan dengan tes cloze, di samping dikte.
Menurut Oller (1979), tes integratif belum tentu pragmatik,
meskipun tidak tertutup kemungkinan juga bersifat, tetapi tes
pragmatik pasti integratif. Dengan pengertian lain, tes bahasa
pragmatik telah mempresentasikan unsur-unsur tes integratif.

3
Kemampuan pemahaman yang diharapkan dapat disadap dalam tes
pragmatik, yang definisinya sebagai berikut: Prosedur atau tugas
yang menuntut pembelajaran untuk mencoba memahami rangkaian
elemen bahasa, yang tersusun dalam bentuk penggunaan bahasa
dengan berbagai kendala kontekstual yang secara alamiah dan
wajar terdapat dalam penggunaan bahasa, sehingga mengharuskan
peserta tes untuk mengaitkan rangkaian elemen bahasa itu dengan
konteks di luar bahasa melalui pemetaan pragmatik.
5) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan
untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur
bagi pembelajaran 4 keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai
saling ketergantungan bahasa.   Ciri utama pendekatan
komunikatif  adalah adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat,
yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional (functional
communication activies) dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
interaksi sosial (social interaction activies). Kegiatan komunikatif
fungsional terdiri atas 4 hal, yakni:
a) Mengolah infomasi.
b) Berbagi dan mengolah informasi.
c) Berbagi informasi dengan kerja sama terbatas.
d) Berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas.
2. Metode Tes Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang
mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan
yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana
pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar
secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan
dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang
dianut. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan berdasarkan

4
pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar
penentu metode yang digunakan.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta
kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut.
Dalam hal ini, setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai
kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar
tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar yang telah dipilih itu,
yang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan
serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut
disusun menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah
berlanjut pada yang lebih sukar. Di samping itu, guru merencanakan pula
cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar
tersebut.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
antaranya adalah: a) metode tata bahasa/terjemahan b) metode membaca c)
metode audiolingual d) metode reseptif/produktif e) metode langsung f)
metode komunikatif g) metode integratif h) metode tematik i) metode
kuantum j) metode konstruktivistik k) metode partisipatori l) metode
kontekstual.
Sedangkan metode pembelajaran bahasa dikelas rendah adalah sebagai
berikut:
1) Metode Eja
Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menggunakan
metode eja ada dua pendekatan cara mengeja yaitu mengeja dengan
cara melafalkan huruf sesuai dengan bunyi huruf tersebut dalam urutan
alfabet, seperti uraian tersebut di atas, dan cara melafalkan huruf sesuai
dengan bunyi huruf tersebut, pada pelaksanaannya diawali dengan e
pepet. Contohnya : b –a dilafalkan [eb] -a =[ba] atau atau d-a
dilafalkan [ed] –a =[da] dan seterusnya. Cara lain lagi yaitu konsonan
b dilafalkan [beh], d dilafalkan [deh]. Langkah-langkah mengejanya
adalah b-a=ba dilafalkan [beh]-a=[ba].

5
2) Metode Suku Kata
Metode Suku Kata biasa juga disebut dengan metode silabi. Proses
pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode suku
kata diawali dengan memperkenalkan suku kata, seperti : /ba, bi, bu,
be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/, dan
seterusnya. Suku kata -suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan
menjadi kata-kata bermakna.
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata
menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki ku-da ba-ca bu-ku cu–ci ka–ki (dan sebagainya).
3) Metode Kata Lembaga
Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
metode kata lembaga diawali dengan memperkenalkan sebuah kata
tertentu yang dianggap sebagai lembaganya. Kata ini, ditulis di bawah
gambar yang sesuai. Contohnya di atas kata kuda ada gambar kuda, di
atas kata rumah ada gambar rumah. Setelah siswa dapat membaca
beberapa kata, ambillah satu kata untuk diuraikan menjadi suku kata,
suku kata diuraikan menjadi huruf sampai siswa dapat membaca
hurufhuruf tersebut. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf
menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil
pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata
lembaga (kata semula).
4) Metode Global
Setelah anak dapat membaca beberapa kalimat, diambillah sebuah
kalimat untuk diuraikan menjadi kata, kemudian kata diuraikan
menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf. Semua huruf
diperkenalkan kepada siswa dengan cara menganalisis kalimat. Huruf
yang terurai tersebut tidak dirangkaikan kembali menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat, sehingga metode ini
hanya melakukan proses menganalisis ( deglobalisasi).

6
5) Metode SAS
Struktural Analitik Sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Prinsip –prinsip
metode SAS disusun berdasarkan landasan psikologis, landasan
pedagogis dan landasan ilmu bahasa.
Dari landasan inilah yang menjadi sumber langkah– langkah metode
SAS yaitu, diawali dengan me-nyajikan satu keseluruhan atau struktur,
menganalisis bagian-bagiannya, kemudian mensintesiskan bagian-
bagian itu menjadi kese-luruhan yang utuh.
Jika dituliskan proses penguraian/penganaliosisan dalam pembelajaran
Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai
berikut:
a. kalimat menjadi kata-kata
b. kata menjadi suku-suku kata
c. suku kata menjadi huruf-huruf.
Berdasarkan tujuan dan bentuk tes yang digunakan dapat ditentukan
metode penentuan reliabilitas yang dipandang cocok untuk menentukan
reliable-tidaknya sebuah tes.diantanya adalah :
a) Metode tes ulang
Metode tes ulang dipandang tidak tepat untuk menentukan
reliabilitas kemampuan menulis, sebab hampir dapat dipastikan
bahwa pengaruh ingatan dalam tes menulis sangat kuat.
b) Metode persamaan rasional dapat digunakan untuk menentukan
reliabilitas keterampilan menulis, sebab pengaruh ingatan dalam
tes menulis dapat ditekan dan kemampuan menulis dapat
dipandang sebagai kemampuan yang relatif konstan.
c) Metode cara paro/belah dua jelas tidak dapat dipakai untuk
menentukan reliabilitas keterampilan menulis, sebab sulit sekali
untuk dapat membagi tes menulis menjadi dua bagian yang setara.
d) Metode menggunakan bentuk soal yang berbeda memang dapat
digunakan untuk menentukan reliabilitas tes menulis, tetapi ada

7
suatu masalah yang tidak mudah untuk diatasi, yakni menyusun
dua perangkat tes menulis yang betul-betul setara (khususnya
penentuan topik). Untuk itu, penentuan reliabilitas tes menulis
dapat dilakukan dengan cara penyekoran ulang oleh penyekor
yang sama. Berdasarkan hasil perbandingan skor dari kedua
penyekoran ini (baik oleh dua orang penyekor atau penyekoran
ulang) akan dapat diketahui tingkat reliabilitas tes menuli
3. Jenis Tes Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1) Tes Menyimak
Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami
isi makna. Pemahaman di sini dapat berupa identifikasi fonem, pola
intonasi, atau kemengertian isi wacana lisan (dapat berupa cerita atau
pengetahuan popular). Bahan yang akan diteskan disajikan secara
lisan, dan siswa dapat menjawabnya secara lisan atau tertulis. Dalam
penyajiannya, tes ini dapat Anda suarakan sendiri seperti dikte atau
menggunakan alat bantu seperti radio atau kaset. Untuk penilaian
kemampuan menyimak, tes yang dapat digunakan diantaranya berikut
ini.
a. Simak ulang
b. Melengkapi
c. Menjawab pertanyaan dari wacana lisan
2) Tes Berbicara
Tes berbicara dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berbahasa
lisan anak dalam mengucapkan bunyi bahasa, menyampaikan ide,
pikiran, atau perasaannya ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Bagi kelas - kelas awal, keterampilan yang diujikan tentu saja masih
sederhana. Oleh karena itu pula, tes yang dapat digunakan untuk
keperluan tersebut diantaranya seperti berikut.
a. Ucap – ulang
b. Uraian lisan
c. Membuat atau menjawab pertanyaan dari satu wacana
d. Percakapan

8
e. Diskusi
f. Memberikan atau mendeskripsikan
g. Reka cerita gambar
3) Tes Membaca
Tes membaca di kelas awal dimaksudkan untuk menilai kemampuan
siswa mengenal, merangkaikan huruf, dan membacanya menjadi
satuan yang bermakna, serta memahami maksudnya. Untuk keperluan
tersebut maka tes yang sesuai dengan kelas awal diantaranya sebagai
berikut.
a. Membaca nyaring
b. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari wacana tulis
c. Mengisi wacana rumpang (klos)
d. Biarkan kalimat pertama, kedua, dan terakhir utuh.
e. Lakukan penghilangan kata pada kalimat kedua sampai menjelang
kalimat terakhir.
4) Tes Menulis
a. Menyalin kalimat atau wacana pendek.
b. Menyusun kata - kata atau kalimat acak menjadi kalimat atau
wacana yang baik.
c. Membuat cerita gambar
d. Membuat gambar dan ceritanya
e. Merangkum karangan
f. Memparafrase
g. Menyusun karangan sederhana
h. Menyunting atau memperbaiki karangan
i. Menanggapi secara tertulis suatu wacana
Ditinjau dari bentuknya, tes hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia
dapat menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan tes isian rumpang.
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai karakteristik dari ketiga
bentuk tes tersebut.

9
1. Tes Objektif
Tes objektif merupakan tes yang disusun sedemikian rupa sehingga
hasil pekerjaan siswa dapat dikoreksi secara objektif. Maksud objektif
di sini adalah jika hasil tes tersebut dinilai oleh siapa pun, kapan pun,
dan di mana pun akan menghasilkan skor yang sama. Tes objektif
yang dibahas di sini mencakup tiga jenis yakni
a) Tes Objektif Melengkapi
Tes ragam ini menuntut siswa memberikan jawaban dengan
cara melengkapi jawaban yang belum sempurna. Butir tes ini
terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang tidak disempurnakan.
Siswa bertugas mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan
kata-kata, nomor, atau simbol dengan tepat.
b) Tes Objektif Bentuk Pilihan
Tes objektif bentuk pilihan yaitu suatu bentuk tes yang
disajikan dengan cara menuntut siswa memilih salah satu jawaban
yang paling tepat di antara sejumlah pilihan jawaban yang
disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa
 soal benar-salah
 soal pilihan ganda (biasa dan variasi)
 menjodohkan
c) Tes Objektif Menjodohkan (Matching)
Ragam soal jenis ini terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban yang diletakkan di dua kolom yang berdampingan.
Kolom pertanyaan/pernyataan biasanya ditempatkan kolom
sebelah kiri, sedangkan pilihan jawabannya diletakkan di kolom
sebelah kanan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah
mencari dan menjodohkan masing-masing pertanyaan/pernyataan
yang berada di kolom kiri tadi dengan jawaban-jawaban yang
tersedia dalam kolom terjodoh di sebelah kanan.
Jenis tes ini cocok untuk mengukur kemampuan identifikasi
hubungan antara dua hal. Ragam tes ini terdiri atas dua lajur. Lajur

10
kiri biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap, sedang lajur
kanan soal berisi jawaban atau pelengkap.
2. Tes Subjektif
Tes subjektif merupakan suatu bentuk pertanyaan yang menuntut
siswa untuk memberikan jawaban dalam bentuk uraian dengan
bahasanya sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif lebih bebas dalam
mendekati permasalahan, menentukan informasi faktual yang
digunakan, mengorganisasikan jawaban, dan memberikan tekanan
yang diberikan pada setiap aspek jawaban yang diberikannya. Dengan
demikian, tes subjektif ini dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menganalisis, mensistesis fakta-fakta dan
konscp-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini
menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktifitas kognitif tingkat
tinggi, dan kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang
dihadapi.
Tes subjektif ini mementingkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Cara berpikir yang ditekankan pada tes
subjektif ini adalah bagaimana siswa berpikir sampai pada suatu
kesimpulan dan bukan sematamata kesimpulannya itu sendiri. Tes
jenis ini sangat penting untuk menguji kemampuan siswa yang
berkaitan dengan cara mengorganisasikan pengetahuan dengan kata-
katanya sendiri. Mengacu pada sifat dari tes subjektif, jelas jawaban
siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang kemudian akan
mempengaruhi subjektifitas penilaai/pengoreksi di dalam menilai
jawaban siswa.
3. Tes Cloze (Tes Isian Rumpang)
Istilah “cloze ‟ berasal dari konsep dalam psikologi Gest alt, yakni
clozure yang berarti kecenderungan orang untuk selalu
menyempurnakan atau melengkapi sesuatu yang tampak tidak
sempurna. Proses ini merupakan proses “menutup” sesuatu yang belum
lengkap. Dalam teknik cloze tempat kosong sengaja disediakan pada
setiap kata ke-n secara sistematis (misalnya setiap kata ke-5, ke -6, ke-

11
7, dst). Tugas siswa dalam tes ini adalah mengisi tempat yang
dikosongkan itu dengan kata yang tepat. Untuk dapat melakukan ini,
siswa dituntut untuk menguasai sistem gramatikal bahasa dan
memahami maksud/isi wacana.

Untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa, penyusunan


teknik isian rumpang harus dipilihkan wacana yang belum dikenal
siswa. Wacana yang bersifat umum dan sudah dikenal, tidak tepat
dipilih karena mengandung pengalaman (terjadi proses mengingat
belaka). Wacana teknis yang hanya dikenal oleh kelompok tertentu saja
juga tidak baik, karena terjadi bisa minat atau bisa pengetahuan sikap.

B. Contoh Soal Tes Menyimak, Berbicara, Membaca, Dan Menulis


Kategori HOTS (Memiliki Tingkat Kognitif C4-C6), Bentuk Tes
Pilihan Ganda

MENYIMAK

1. Perhatikan cerita berikut!


“Kelinci bertemu dengan Kura-kura. Kelinci menantang kura-kura untuk
lomba berlari. Kelinci mengatakan kepada si kura-kura kalau kura-kura itu
pasti akan kalah melawan dirinya. Si kura-kura hanya tersenyum saja.”
Dari isi bacaan tersebut menunjukkan bahwa....
a. Kelinci rendah hati
b. Kelinci sombong
c. Kelinci pintar
d. Kelinci penyanyang
e. Kelinci cerdik

2. Perhatikanlah Teks Berita di Statisiun Tv berikut ini!


Reportase Sore (SCTV)
“Seorang supir minibus menabrak 1 becak dan 1 motor di daerah
Batanghari, Jambi akibat mengantuk, minibus mudik ini mengakibatkan 1
orang tewas dan 3 orang lainnya luka-luka.”

12
Dari pernyataan berita di atas, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan
tersebut terjadi karena...
a. Supir minibus mengantuk saat mengendarai kendaraannya
b. Supir minibus asik bermain handphone saat mengendarai
kendaraannya
c. Supir minibus sedang makan saat mengendarai kendaraannya
d. Supir minibus tidak berhati-hati mengendarai kendaraannya
e. Supir minibus asik bercerita dengan penumpangnya sehingga tidak
fokus dalam mengendarai kendaraannya

3. Diki selalu membiasakan hidup bersih dan sehat.


Hidup bersih dan sehat banyak manfaatnya.
Lingkungan akan rapi dan indah.
Selain itu, kita akan terhindar dari berbagai penyakit.
Dayu adalah anak yang......... (C5)
a. Bersih dan sehat
b. Jorok dan penyakitan
c. Malas dan kasar
d. Baik dan sopan
e. Suka bermain game

4. Zaini belum membiasakan hidup bersih dan sehat.


Lingkungan rumah Zaini terlihat sangat kotor.
Banyak sampah yang berserakan dihalaman rumahnya.
Banyak penyakit yang akan datang dari lingkungan yang kotor.
Apa yang harus dilakukan Zaini agar tidak terkena penyakit dari
lingkungan yang kotor? (C6)
a. Bermain-main.
b. Mengungsi kerumah nenek yang ada diluar kota.
c. Menggunakan masker dan tidak keluar dari rumah.
d. Tidak melakukan apa-apa.

13
e. Mulai membersihkan lingkungan rumah Karim dari sampah yg
berserakan dengan membuang sampah tersebut pada tempatnya.

5. Perhatikan serta simaklah bacaan berikut ini!


“Semalam angin bertiup sangat kencang.
Halaman rumah Andari dipenuhi daun yang berguguran akibat angin.
Andari keluar rumah.
Andari akan bermain bersama Sinka.
Melihat halaman rumah yang kotor, Ani langsung mengambil sapu di
dalam rumah.”
Dari teks bacaan di atas apa yang akan dilakukan oleh Ani?
a. Andari pergi bermain bersama Sinka
b. Andari belajar seharian penuh bersama Sinka
c. Andari menyapu halaman rumahnya yang kotor
d. Andari tidur dan tidak mau menyapu
e. Andari membersihkan halaman rumah Ani

BERBICARA

1. Kegiatan diskusi didalam kelas dengan menggunakan metode


pembelajaran siswa aktif selain menuntut siswa memiliki keterampilan
menyimak yang tinggi namun juga melatih keterampilan ……. Siswa

a. Berbicara
b. Membaca
c. Mendengar
d. Menulis
e. Menyimak

2. Berikut ini adalah kegiatan keterampilan berbicara berdasarkan


tujuan ekspresif adalah….

14
a. Seorang ibu mengungkapkan perasaan kepada anaknya dengan
belaian halus dirambut anak tersebut

b. Seorang pemuda yang menyatakan perasaannya kepada


seorang gadis dengan membawa bunga

c. Seorang anak belajar berbicara didahului oleh kegiatan menyimak

d. Seorang penyair yang membuat puisi mengenai kejamnya


kehidupan

e. Seoarang anak yang sedang berdoa didalam masjid

3. Perhatikan percakapan dibawah ini!


Akil : “ Bagas, kemana Ibu mu? Kok beberapa hari ini tidak kelihatan?”
Bagas : “ Iya, Ibuku masuk Rumah Sakit.”
Akil : “.............?”
Bagas : “ Rumah Sakit Mitra Medika Batanghari.”
Kalimat atau respon yang tepat untuk melengkapi titik-titik tersebut
adalah...
a. Di rawat di Rumah Sakit mana?
b. Sudah berapa lama?
c. Bagaimana keadaannya?
d. Sudah membaikkah?
e. Kenapa kok bisa sakit?

4. Berikut ini adalah kegiatan keterampilan berbicara berdasarkan tujuan


ekspresif adalah….

a. Seorang ibu mengungkapkan perasaan kepada anaknya dengan belaian


halus dirambut anak tersebut
b. Seorang pemuda yang menyatakan perasaannya kepada seorang
gadis dengan membawa bunga
c. Seorang anak belajar berbicara didahului oleh kegiatan menyimak
d. Seorang penyair yang membuat puisi mengenai kejamnya kehidupan
e. Seoarang anak yang sedang berdoa didalam masjid

15
5. Perhatikan ilustrasi dibawah ini!

Kemarin ayah Anggi diundang untuk menjadi seorang penceramah


disalah satu masjid Kabupaten Kerinci. Pada kegiatan itu ayah
Anggi menyampaikan ceramah nya mengenai indahnya bulan
ramadhan.

Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa ayah Anggi berbicara


dengan tujuan….

a. Mempengaruhi pendengar

b. Memperluas wawasan pendengar

c. Menyampaikan pesan tersirat

d. Memberikan gambaran tentang suatu objek

e. Meyakinkan pendengar

MENULIS

1. Sebelum memulai pembelajaran ibu Dea selalu menyiapkan siswa


siswa nya. Ibu Dea selalu memperhatikan cara memegang pensil
siswa nya serta selalu memperhatikan kesiapan motorik siswa nya
untuk memulai pembelajaran.hal yang dilakukan oleh ibu Dea
termasuk kedalam kegiatan….
a. Menulis permulaan
b. Pra – menulis
c. Pendahuluan
d. Pemberian motovasi
e. Apersepsi

2. Perhatikanlah pernyataan kalimat yang menggunakan kata “meskipun”


berikut ini!

16
(1).Refti menjadi kesayangan orang tua meskipun dirinya selalu ramah
(2). Dinda tetap rendah hati meskipun dia anak yang sangat pintar
(3). Beno tidak pernah bealajar meskipun dirinya pandai
(4). Arif anak yang pintar meskipun ia rajin bealajar
Dari pernyataan di atas, penggunaan kata “Meskipun” yang tepat adalah
pada kalimat nomor...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
e. 2 saja

3. Perhatikan ilustrasi berikut.


Hari ini aldi sangat sedih sekali karena tadi siang mesi berbohong
kepada ibu. Oleh karena itu mesi membuat surat untuk meminta maaf
kepada ibu. Tindakan yang dilakukan oleh aldi sesuai dengan fungsi
menulis yakni….

a. Fungsi interaksi
b. Fungsi instrumental
c. Fungsi interaksional
d. Fungsi personal
e. Fungsi heuristik.

4. (1) hari pahlawan jatuh pada 10 november.


(2) HARI PAHLAWAN JATUH PADA 10 NOVEMBER.
(3) Hari Pahlawan jatuh pada 10 November.
(4) hARI pAHLAWAN jATUH pADA 10 nOVEMBER.
(5) Hari Pahlawan Jatuh Pada 10 November.
Penulisan teks diatas yang benar terletak pada nomor? (C4)
a. (1)
b. (2)
c. (3)

17
d. (4)
e. (5)

5. Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini!


(1). Suci pamit kepada orang tua
(2). Suci bangun pukul 06.00
(3). Setelah mandi Suci lalu sarapan di meja makan
(4). Pukul 06.30 Suci mandi
(5). Setelah sarapan Suci bersiap-siap untuk berangkat ke Sekolah
Urutan yang tepat dari kalimat-kalimat di atas adalah...
a. 2-4-3-5-1
b. 2-3-4-5-1
c. 4-3-5-2-1
d. 3-1-5-4-2
e. 1-2-3-5-4

MEMBACA

1. “Ayah sedang sakit, ia harus meminum obat sesuai dengan ......


Dokter”
Kata yang tepat untuk melengkapi bagian titik-titik tersebut adalah...
a. Larangan
b. Kemampuan
c. Kewajiban
d. Resep
e. Himbauan

2. Tersedianya pojok baca pada setiap kelas di sekolah dasar


merupakan…

a. Upaya peningkatan minat baca siswa

b. Manfaat membaca

18
c. Kemampuan sekolah untuk membuat pojok baca

d. Mengajak siswa untuk duduk duduk saja

e. Sebagai syarat pemenuhan tugas dari sekolah

3. .... yang proposional terhadap virus flu burung sangat penting untuk ....
kerugian yang lebih besar.
Kata yang tepat untuk mengisi bagian titik-titik di atas adalah...
a. Penanganan – mencegah
b. Pembasmian – mengatasi
c. Penanggulangan – menghentikan
d. Pemberantasan – mengecilkan
e. Penanganan – mengecilkan

4. “Bunga adalah anak yang ...... dan rajin, ia disenangi oleh guru karena
selalu tepat waktu saat masuk jam pelajaran. Bunga terbiasa hidup .......
sejak kecil”
Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat diatas adalah..... (C5)
a. Bodoh – lalai
b. Pintar – lalai
c. Bodoh – disiplin
d. Pemalas – sehat
e. Pintar – disiplin

5. (1) “Ayah Dona adalah seorang Polisi. Ia bekerja dikantor polisi dekat
sekolahku.”
(2) “Ayahku adalah seorang petani. Setiap hari Ayah pergi ke sawah
untuk merawat padi-padi miliknya.”
(3) “Ayah adalah pedagang buah, setiap hari ayah banyak
mengonsumsi buah-buahan”
Kesamaan 3 teks diatas adalah? (C4)
a. Menceritakan tentang pekerjaan Ayah
b. Menceritakan tentang polisi

19
c. Menceritakan tentang petani
d. Menceritakan tentang buah-buahan
e. Menceritakan tentang sekolah

C. Kriteria dan Cara Penyekoran Tes


Penskoran (skoring) adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban
tes menjadi angka-angka. Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang
diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang
dijawab dengan benar oleh siswa.
1. Teknik Pemberian Skor
Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama
untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif supaya
subjektivitas dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman
menyusun skor juga sangat penting ketika melakukan tes domain
afektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai
harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan
dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
1. Pemberian Skor Tes pada Domain Kognitif
a. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu:
pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada
koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.
 Penskoran tanpa koreksi
yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab
benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal),
sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan
menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya
sebagai berikut.
B
Skor = x 100 (skala 0-100)
N

B = banyaknya butir yang dijawab benar

20
N = adalah banyaknya butir soal
 Penskoran ada koreksi terhadap jawaban tebakan

yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan


pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun
rumusnya sebagai berikut:
Skor = (B – (S : P – 1)/N) x 100
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = banyaknya butir yang dijawab salah
P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = banyaknya butir soal

Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0


Dari 2 bentuk penskoran diatas yang penulis gunakan untuk
membuat penskoran pada soal yang telah tersedia adalah dengan
menggunakan penskoran tanpa koreksi dengan rumus :
B
Skor= x 100 (skala 0-100).
20
Keterangan Bobot Skor:
1. Jika dijawab benar skor 5
2. Jika dijawab salah / tidak dijawab skor 0
3. Jumlah skor total adalah 100
Contoh :

15
×100=75( skor yang di terima jika jumlah benar adalah 15)
20

21
Daftar Rujukan

Kuntarto E. 2018. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah CALISTUNG.


Jambi: PGSD FKIP Universitas Jambi. https://repository.unja.ac.id/634
/1/BUKU%20CALISTUNG.pdf

Mulyati Y, Hakimah. Berbagai Pendekatan Penyusunan alat Penilaian Dalam


Pembelajaran bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung: FPBS UPI.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_IN
DONESIA/198104252005012HALIMAH/
MODUL_1__Evaluasi_Pemb._B._Indinesia.pdf

Irawan . D. Pendekatan Tes Bahasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


(www.academia.edu).https://www.academia.edu/19736509/PENDEKATAN
_TES_BAHASA?auto=download

Hartati, Tatat dkk.(2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas


Rendah.Bandung : UPI PRESS.

22
Identitas Pembuat Tugas

Nama: Suci Okta Mela Dwisa

Nim: A1D118083

Ruang/Semester : R-003/ 4

23

Anda mungkin juga menyukai