Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Pendekatan
Tes Bahasa
Arab Kelompok 2
Anggota Kelompok 2
Farah Ramafitri 7200045
Penyusun Makalah & Notulen

Devita Arianto 7200031 Safinatun Najah 7200080


Pembuat PTT Moderator

Ramdayani 7200085 Dessy Arianto 7220014 Dilfahreza Indah A 7200066


Pemateri 1 Pemateri 2 Pemateri 3
1. Tes Diskret
Tes Diskret atau juga dikenal dengan tes atomistik (Morrow, 1979) adalah suatu tes yang
mengukur butir-butir spesifik. Tes diskret hanya menekankan dalam satu aspek kebahasaan saja dalam
satu waktu. Artinya, kemampuan yang diukur dalam satu butir tes diskret adalah tunggal atau satu
komponen kebahasaaan saja, misalnya fonologi, morfologis, sintaksis, dan kosa kata.

Dalam penggunaan tes pendekatan diskret, tes ditujukan untuk mengukur satu unsur dari
komponen bahasa (bunyi bahasa, struktur bahasa, kosakata, dan kelancaran bahasa) dan hanya satu aspek
kebahasaan (menyimak, membaca, menulis, berbicara) dalam satu waktu.

Contoh :
1. Tes diskret pada komponen bahasa " bunyi "
Manakah kalimat dibawah ini yang bunyi awalannya‫ع‬

A. ‫حليم‬
B. ‫هليم‬
C. ‫عليم‬
D. ‫اليم‬
• Kelebihan Tes Diskret
Kemudahan dalam menyusun butir pertanyaan dan hasil tes mudah untuk diolah secara
statistik.

• Kelemahan Tes Diskret


Materi tes Bahasa lepas dari konteks penggunaan Bahasa. Maksudnya, seseorang tidak
mungkin belajar Bahasa dalam situasi yang mutlak diskret dengan terisolasi tanpa konteks.

Tes Diskret tetap diperlukan sebagai pijakan awal seseorang mempelajari Bahasa arab
sebagai Bahasa asing, karena orang tidak akan bisa begitu saja diajak berbicara Bahasa asing sebelum
memiliki pengetahuan tentang system Bahasa itu.
Oleh karena itu, pengajaran unsur Bahasa atau struktur masih diperlukan.
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.

2. Tes Integratif Misalnya, aspek pengetahuan bahasa diintegrasikan dengan aspek keterampilan
berbahasa. Pendekatan integratif dalam tes bahasa muncul sebagai koreksi
terhadap kelemahan yang terdapat dalam pendekatan diskret. Jika pada tes diskret
aspek kebahasaan dipisahkan/ dispesifikan, sebaliknya pada tes integratif yang
memadukan aspek kebahasaan yang bertujuan mengukur kemampuan siswa dalam
satu waktu.

Menurut Oller (1979:37), tes diskret pada satu waktu hanya mengeteskan satu
aspek kebahasaan saja, Dalam integratif berusaha mengukur kemampuan peserta didik
mempergunakan aspek kebahasaan atau beberapa kemampuan berbahasa.
Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes dalam pendekatan integratif adalah tes
yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Dengan kata lain tes (dalam pendekatan
integratif) mengandung banyak segi kebahasaan, diantaranya: fonologi, tata bahasa, kosakata, serta
empat keterampilan berbahasa seperti keterampilan mendengar,keterampilan membaca, keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis. Sebagaimana contoh berikut ini

1. Memahami wacana yang disimak (fahmul masmu’) dan menemukan informasi tersurat dari teks lisan
2. Tes qowaid nahwu dan menentukan kedudukan kata
3. Menyusun kata menjadi kalimat

Bahasa yang alamiah bukanlah kumpulan dari unsur-unsur Bahasa semata, akan tetapi perlu
mempertimbangkan aspek konteks. Tes Integratif memang sudah memadukan beberapa unsur kebahasaan,
tetapi belum tentu kontekstual.
• Kelebihan Tes Integratif

1. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan, dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.

2. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan anak.

3. Menumbuh-kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama,toleransi, komunikasi dan


respek terhadap gagasan orang lain.

4. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

5. Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran.

6. Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas


• Kekurangan Tes Integratif

1. Pada aspek evaluasi, Guru dituntut untuk mengevaluasi tidak hanya pada hasil tetapi juga pada
prosesnya.
2. Dilihat dari aspek guru, model ini menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas, kreativitas tinggi, keterampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan
etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
3. Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran terpadu termasuk memiliki peluang untuk pengembangan
kreatifitas akademik, yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik, baik dalam aspek
intelegensi maupun kreatifitasnya.
4. Dilihat dari aspek sarana atau sumber pembelajaran, pembelajaran terpadu memerlukan bahan atau
sumber informasi yang cukup banyak dan berguna. seperti yang dapat menunjang dan memperkaya
serta mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
Pendekatan pragmatik adalah suatu pendekatan dalam evaluasi
keterampilan berbahasa untuk mengukur seberapa baik siswa mempergunakan

3. Tes elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata. Menurut
Nurgiyantoro (1988) tes pragmatik ini muncul sebagai reaksi keras atas tes diskret
Pragmatik yang dipandang memiliki banyak kelemahan. Tes diskret yang memecahkan unsur
kebahasaan dan kemudian diteskan secara terisolasi bersifat terpisah dan sangat
artifisial.

Tes bahasa pragmatik lebih menekankan pada kemampuan berbahasa dalam situasi real atau
nyata. Jadi tes pragmatik pada dasarnya adalah pendekatan dalam tes keterampilan berbahasa untuk
mengukur seberapa baik siswa mampu menggunakan elemen Bahasa sesuai dengan konteks berbahasa
yang sesungguhnya.
2. Tes Cloze
Beberapa jenis tes pragmatik antara lain :
Merupakan salah satu contoh tes
pragmatik. Dalam Tes cloze ini, peserta diminta
1. Dikte
mengisi kata – kata yang dihilangkan dalam teks.
Dikte merupakan salah satu bentuk tes
pragmatik yang dapat digunakan untuk mengukur 3. Pemahaman Parafrase
kemampuan berbahasa siswa. Dalam dikte ini,
Yang dimaksud dengan pemahaman
diperdengarkan atau dibacakan suatu wacana untuk
parafrase adalah kemampuan testee atau peserta untuk
dituliskan oleh orang lain. Dalam bahasa Arab, dikte
memilih satu parafrase yang paling benar dari beberapa
bukan saja mengukur kemampuan memahami wacana
parafrase alternatif yang tersedia yang maknanya paling
yang disimak, melainkan juga mengukur kemampuan
sesuai dengan wacana yang disajikan, baik secara lisan
siswa untuk mentranskrip wacana tersebut dengan benar.
maupun tertulis.
4. Jawaban Pertanyaan (Answering 5. Wawancara dalam Tes Bahasa

Questions) Wawancara merupakan salah satu

Jawaban pertanyaan merupakan bentuk tes untuk mengukur kemampuan berbicara

salah satu contoh bentuk tes pragmatik yang yang memiliki unsur – unsur pragmatik.

meminta testee untuk memilih jawaban yang 6. Menulis


paling sesuai dengan pertanyaan yang
Tes menulis merupakan salah satu
diperdengarkan secara lisan (baik secara
contoh tes pragmatik. Tes ini mengukur kemampuan
langsung maupun menggunakan tape
testee dalam menuangkan gagasan, pikiran,
recorder). Alternatif jawaban (option) yang
perasaan, maupun idenya dalam bentuk tulisan.
dimaksud terdapat dalam lembar jawaban
(answer sheet).
8. Terjemah

Terjemah merupakan salah satu bentuk tes


7. Bercerita
bahasa yang memiliki unsur pragmatik. Tes terjemahan
mengukur kemampuan teste untuk mentransfer suatu
Bercerita pada hakikatnya tidak
pikiran, ide, atau pesan dari bahasa sumber ke dalam
jauh berbeda dengan kegiatan menulis.
bahasa sasaran. Proses transfer dari bahasa sumber ke
Keduanya merupakan suatu kegiatan untuk
bahasa sasaran merupakan suatu aktifitas yang kompleks,
mengekspresikan suatu objek fenomena.
karena kegiatan ini melibatkan totalitas kognisi dan
Perbedaannya, bercerita dalam konteks ini
perfomansi penerjemah yang bukan saja terbatas pada
dilakukan secara lisan, tidak dalam bentuk
kemampuan berbahasa, melainkan juga memahami sosial
tulisan.
budaya kedua bahasa.
‫َج َز اُك ُم ُهللا َخ ْيًر ا‬

Anda mungkin juga menyukai