Anda di halaman 1dari 26

PENDEKATAN DALAM TES BAHASA

Makalah Ini Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dr.H.Abdul Munif, M.Ag.

Disusun oleh :

Bintang Rosada ( 1520411008 )

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2017
I. PENDAHULUAN

Evaluasi merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari kegiatan


pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus
selalu diikui atau disertai dengan kegiatan evaluasi. Dengan evaluasi, kegiatan
pembelajaran dapat ditafsirkan dan dianalisis guna menentukan apakah seorang siswa
dipandang telah mencapai target pengetahuan atau keterampilan yang dirumuskan
dalam tujuan pengajaran. Artinya evaluasi sebagai proses mengambil keputusan
dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan nilai.
Dalam evaluasi dikenal dua istilah, yaitu pengukuran dan penilaian.
Pengukuran adalah proses pengumpulan data dengan instrument tertentu. Sedangkan
penilaian pertimbangan hasil dari informasi yang didapat dari kegiatan pengukuran.
Sehingga dua kegiatan ini tidak bisa terpisahkan.
Dalam evaluasi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa, terdapat alat
yang dapat digunakan untuk mendapatkan penilaian dan pengukuran terhadap
pengetahuan serta kemampuan siswa dalam berbahasa, yakni berupa tes.
Terdapat berbagai jenis tes disertai pendekatannya yang dapat diberikan guru
kepada siswa selaku teste untuk melihat sejauh mana pencapaian siswa. Namun
berbagai jenis tes ini tentu tidak dapat diberikan tanpa penyesuain dan tujuan. Maka,
berbagai jenis tes disertai pendekatannya mempunyai kelemahan dan kelebihan yang
saling melengkapi. Sebagaimana yang akan dibahas pada pembahasan berikut ini.

II. PEMBAHASAN

,‫أن المدخل هو مجموعة من اإلفتراضات التى تربطها بعضها ببعض عالقة متبادلة‬ ّ ‫قال محمود كامل الناقة‬
1
.‫هذه اإلفتراضات تتصل اتصاال وثيقا بطبيعة اإلختبار‬

Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu.2


Selain itu, pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi yang saling
berhubungan dan memiliki hubungan timbal balik (dalam hal ini yang dimaksud

1
۶۳ :‫ ص‬,) ‫ جامعة أم القرى م‬:‫ ( المملكة العربية السعودية‬,‫ تعليم اللغة العربية للناطقين بلغات أخرى‬,‫محمود كلمل الناقة‬
۱۹۸۵‫۔‬۱۶۰۵ : )‫(إقرأ‬
2
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Rosdakarya,
2009), hal.85

2
adalah tes). Dalam pembahasan ini, pendekatan dalam tes bahasa adalah sudut
pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari tes.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tes didefinisikan sebagai ujian secara
tertulis, lisan atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan bakat, dan
kepribadian seseorang (Depdiknas, 1997:1050). Dalam pengertian lain, tes diartikan
juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah
pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes
(Rasyid dan Mansyur, 2008:11). Sedangkan menurut Djiwandono, tes adalah alat,
prosedur atau rangkaian kegiatan yang digunakan untuk memperoleh contoh tingkah
laku seseorang yang memberikan gambaran tentang kemampuannya dalam suatu
bidang ajaran tertentu, yakni bahasa arab.

Dari keterangan di atas, diketahui bahwa tes (dalam lingkup bahasa) adalah
serangkaian kegiatan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berbahasa siswa,
baik mengenai kompetensi berbahasa maupun keterampilan berbahasa. Adapun
kompetensi bahasa arab mencakup tata bahasa dan unsur-unsur bahasa seperti aswat,
tarkib, dalalah, kosakata, adab dan qowaid. Sedangkan keterampilan berbahasa arab
mencakup empat aspek, yaitu maharotul istima’, maharotul qiroah, maharotul kalam
dan maharotul kitabah. Dalam tes bahasa terdapat beberapa pendekatan sebagaimana
menurut Djiwandono (2011:18), ia mengemukakan empat bentuk pendekatan tes
bahasa yaitu: pendekatan diskret, pendekatan intagratif, pendekatan pragmatik dan
pendekatan komunikatif.

A. Pendekatan Diskret
Kata “diskrit” diadaptasi dari bahasa inggris “discrete” yang artinya
terpisah atau tersendiri.3

This historical perspective underscores two major approaches to language


testing that were debated in the 1970s and early 1980s. these approaches still
prevail today, even if in mutated form: the choice between discrete point and
intagratif testing methods(oller, 1979). Discrete point tests are constructed on the

3
Modul 1 Berbagai Pendekatan Penyusunan Alat Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia Oleh Yeti Mulyati dan Halimah FPBS UPI, hal.4

3
assumption that language can be broken down into its component parts and that
those parts can be tested successfully. These components are the skills of listening,
speaking, reading and writing, and various units of language (discrete points) of
phonology/graphology, morphology, lexicon, syntax, and discourse. It was claimed
that an overall language proficiency test, then, should sample all four skills and as
many linguistic discrete points as possible.4
Secara historis, tren pengujian bahasa dan praktek telah mengikuti pergeseran
metodologi pengajaran. Sebagai contoh, pada tahun 1950, pengujian berfokus pada
unsur-unsur bahasa tertentu seperti fonologi, tata bahasa, dan kosakata bahasa.
perspektif sejarah ini menggarisbawahi dua pendekatan utama untuk
pengujian bahasa yang diperdebatkan pada tahun 1970 dan awal 1980-an.
pendekatan ini masih berlaku saat ini, yakni antara titik diskrit dan metode
pengujian integratif (oller, 1979). tes titik diskrit dibangun pada asumsi bahwa
bahasa dapat dipecah menjadi bagian-bagian dan bagian-bagian dapat diuji dengan
sukses. Komponen ini adalah keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis, dan berbagai unit bahasa (titik diskrit) fonologi / grafologi, morfologi,
leksikon, sintaks, dan wacana.
pendekatan diskret atau disebut dengan atomistic (Morrow, 1979). Tes
atomistic mengukur butir-butir spesifik, misalnya tatabahasa, bunyi, dan kosakata
yang pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan penggunaan bahasa nyata.5
Menurut Oller, tes diskret adalah suatu tes yang hanya menekankan satu
aspek kebahasaan pada satu waktu. Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk
mengukur satu aspek kebahasaan, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan
kosakata.6 Sedangkan menurut Brown dalam Nurgiantoro (1987:157), bahwa setiap
subaspek kebahasaan dapat diajarkan dan diteskan secara terpilah dan mandiri,
terlepas dari konteks keseluruhan dan situasi pemakaian bahasa yang
sesungguhnya.
Bedasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes dalam
pendekatan diskret adalah alat evaluasi yang disusun secara terpisah dan tersendiri.

4
H.Douglas Brown, Language Assessment Principles and Classroompractices, (San
Francisco: Longman, 2003), hal.8
5
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.42
6
Burhan Nurgiyantoro, Penialain Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2016), hal.309

4
Dengan kata lain, cakupan materi yang akan diujikan melalui tes diskret sudah
dispesifikkan. Misalnya, tata bahasa, bunyi dan kosakata yang tidak mempunyai
hubungan dengan penggunaan bahasa nyata. Sebagaimana diketahui, bahwa
bahasa arab memiliki aspek pengetahuan bahasa dan aspek keterampilan berbahasa.
Jadi, aspek-aspek tersebut diujikan secara mandiri/terpisah tanpa diintegrasikan/
dipadukan dengan aspek lainnya. Sebagaimana contoh tes diskret berikut ini:7
1. Kosakata berikut ini yang bunyi awalnya berupa ‫ ع‬adalah: (guru
memeperdengarkan kosakata berikut ini).
‫حليم‬ .‫أ‬
‫ هليم‬.‫ب‬
‫ عليم‬.‫ت‬
‫ ألي‬.‫ث‬
2. Arti kata ‫ الجامعة‬adalah…
a. Masjid
b. Perguruan tinggi
c. Lab.bahasa
d. Yayasan

3. Ism fa’il dari kata ‫ ضرب‬adalah…(shorof)


‫ضارب‬ .‫أ‬
‫ ضراب‬.‫ب‬
‫ ضروب‬.‫ت‬
‫ مضروب‬.‫ث‬

Dari contoh diatas, diketahui bahwa baik contoh tes pertama,kedua, dan
ketiga hanya menguji satu aspek kebahasaan saja, yakni fonologi,kosakata, dan
tata bahasa. Masing-masing contoh tidak menuntut kemampuan lain, seperti tata
bahasa, mengubah bentuk kata, menulis, membaca dan lain-lain. Dengan kata lain,
tes diskret hanyalah mengukur satu aspek kemampuan siswa.

7
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.43

5
Menurut Machmoed (1989), tes diskret memiliki keuntungan diantaranya: (a)
tes ini dapat disusun dengan mudah guna mengukur berbagai jenis butir (mudah
atau sukar, panjang atau pendek), (b) hasil tes diskret dapat dengan mudah diproses
secara statistic. Sedangkan kelemahan tes ini ialah (a) memaksa testee memproses
sample bahasa yang terlepas dari konteks, sehingga kurang relevan (berguna secara
langsung).

B. Pendekatan Integratif
Intagratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.8 Misalnya,
aspek pengetahuan bahasa diintegrasikan dengan aspek keterampilan berbahasa.
Pendekatan intagratif dalam tes bahasa muncul sebagai koreksi terhadap kelemahan
yang terdapat dalam pendekatan dikret.9 Jika pada tes diskret aspek kebahasaan
dipisahkan/ dispesifikan, sebaliknya pada tes intagratif yang memadukan aspek
kebahasaan yang bertujuan mengukur kemampuan siswa dalam satu waktu.
Menurut Oller (1979:37), tes dikret pada satu waktu hanya mengeteskan satu aspek
kebahasaan saja, Dalam intagratif berusaha mengukur kemampuan peserta didik
mempergunakan aspek kebahasaan atau beberapa kemampuan berbahasa.
Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes dalam pendekatan
intagratif adalah tes yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Dengan kata lain tes (dalam pendekatan intagratif) mengandung banyak segi
kebahasaan, diantaranya: fonologi, tata bahasa, kosakata, serta empat keterampilan
berbahasa seperti keterampilan mendengar, keterampilan membaca, keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis. Sebagaimana contoh berikut ini:
1. Memahami wacana yang disimak (fahmul masmu’) dan menemukan informasi
tersurat dari teks lisan:

8
Iskandarwassid Dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hal.61
9
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.44

6
‫النص األتي جيدا‪ ,‬ث ّم أجب عن األسئلة األتية!‬
‫ّ‬ ‫استمع إلى‬
‫الحضارات‪10‬‬ ‫اإلسالم و الغرب و صراع‬
‫حين نتكلم عن صراع الحضارات حتى الغربيون أنفسهم هنتنغتون نفسه وكل الذين تكلموا عن صراع‬
‫الحضارات ال يتكلمون عن الصراع بين أنماط اإلنتاج أو أشكال اإلنتاج المختلفة فهو ليس صراع بين‬
‫الشركات اإللكترونية والصناعية اليابانية واألميركية واأللمانية وما شابه ذلك‪ ،‬صراع الحضارات هنا‬
‫يعنُون به صراع الثقافات وهنا البد من التدقيق في هذه الناحية‪ ،‬حين نتكلم عن حضارة ما فنحن نتكلم عن‬
‫كون‬
‫نمط العيش لدى مجتمع ما فكلمة ثقافة وكلمة حضارة هنا تتساويان فالحضارة هي ثقافة المجتمع الذي ّ‬
‫هذا الم جتمع والذي تحكم بسلوك بشر فأعطى نمطا معين من العيش لذلك نحن هنا نفرق بشكل أساسي ما‬
‫بين الحضارة والمدنيّة فهناك حضارة إسالمية وهناك حضارة غربية وفي الماضي كان هناك حضارة‬
‫هندية وحضارة صينية وحضارات متعددة درسناها في التاريخ ولكن هناك‪ ..‬تراث علمي تكنولوجي مشترك‬
‫للبشر ال يتخاصمون فيما بينهم أنأخذ أم ال نأخذ‪ ،‬بل يتسابقون في هذا المجال والكل يأخذ من اآلخر وفي‬
‫هذا المجال البد من اإلشارة إلى أن المسلمين في الماضي في إبان عصور نهضتهم وإبان وعيهم على‬
‫اإلسالم بشكل حقيقي وجيد كانوا مستعدين لتلقي العلوم بمعنى الطب والفيزياء والكيمياء وما شاكل ذلك‬
‫ولكنهم كانوا حذرين أشد الحذر من أن يتلقوا أنماطا في التفكير وطرائق في العيش لم يكونوا متقبلين ألخذ‬
‫الفلسفات وال الشرائع وال وجهات النظر في الحياة كانت‪ ..‬كان تصورهم لمعنى الحياة مستمدا من دينهم‪،‬‬
‫سنة ويعبر عنه الفقهاء والمجتهدون‪ ،‬إذاً البد أن نفرق بشكل‬
‫كان نظامهم للحياة مستمدا من الكتاب وال ُ‬
‫أساسي ما بين الحضارة والمدنيّة‪ ،‬الحضارة تخص كل مجتمع على حدة تخص كل أمة على حدة بينما‬
‫المدنيّة هي أشكال مادية محسوسة يتداولها الناس دونما عوائق ما لم تكن معبرة عن نمط معين من العيش‬
‫‪ .۱‬ما المقصود من صراع الحضارات؟‬
‫‪.۲‬ما فرق األسسى بين الحضارة و المدنيّة؟‬
‫ي سيئ يستمدون المسلمون لمعنى الحياة؟‬
‫‪.۳‬بأ ّ‬

‫‪2. tes Qowaid nahwu dan menentukan kedudukan kata11‬‬

‫البستان‪ ,‬فوجدْتُها جميْعا ِ‬


‫مثمرةً"‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫أشجار‬
‫َ‬ ‫موقع "نفسى" فى جملة " تفقدْتُ أنا نفسي‬
‫أ ‪.‬التوكيد المعنوى‬
‫ب‪ .‬نائب الفاعل‬
‫ج‪ .‬مبتدأ مؤخر‬
‫د‪ .‬فاعل‬

‫‪10‬‬
‫‪,‬محمد مصطفى سليم ‪,‬الكامل فى تعليم اللغة العربية و أدابها للمرحلة المتقدمة (المستوى األولى) ‪Lihat pada kitab‬‬
‫‪hal. 24 dan http://www.youtube.com/watch?v=JqRJlah3xN0‬‬
‫‪11‬‬
‫على الجارم و مصطفى امين‪ ,‬النحو الواضح فى قواعد اللغة العربية‪ ,‬الجز الرابعة‪ ,‬ص‪۳۱ :‬‬

‫‪7‬‬
3. menyusun kata menjadi kalimat12
‫رتب الكلمات األتية لتكون جملة كاملة‬
‫ نز َل‬,‫مطر‬
ٌ ,‫ من‬,‫غزير‬
ٌ ,‫السّماء‬ .‫أ‬
‫البساتين‬
ِ ُ ,ِ‫ المثمرة‬,ُ‫ النّحل‬,‫ فى‬.‫ب‬
,‫يكثر‬
‫ واسعًا‬,‫يلبس‬
ُ ,‫ خذا ًء‬,‫ي‬
ُّ ‫ عل‬.‫ت‬

Pada contoh pertama, siswa tidak hanya dituntut mengandalkan


kemampuan kosakata dan tata bahasa, akan tetapi siswa juga dituntut untuk
memiliki kemahiran menyimak dan pemahaman (fahmul masmu’), yakni
menghubungkan antara informasi yang terdapat dalam wacana. Pada contoh
kedua, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai tata bahasa saja, akan tetapi
siswa juga dituntut untuk menguasai kosakata. Pada contoh ketiga, siswa tidak
hanya dituntut menguasai kosakata, akan tetapi siswa juga dituntut untuk
menguasai tata bahasa yang baik.
Jadi, tes dalam pendekatan intagratif sebagai alat ukur beberapa
kemampuan siswa secara intagratif (terpadu)
C. Pendekatan Komunikatif
By the mid 1980s, the language testing field had abandoned arguments about
the unitary trait hypothesis and had begun to focus on designing communicative
language testing tasks. Bachman and palmer (1996,) include among
“fundamental” principles of language testing the need for a correspondence
between language test performance ang language use: “in order for a particular
language test to be useful for its intended purposes, test performance must
correspond in demonstrable ways to language use in non-test situations.13
Dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa arab, sering ditemukan bahwa
tes bahasa arab lebih mengedepankan bentuk uji untuk melihat kemampuan siswa
dalam menguasai tata bahasa dan unsur-unsur bahasa, seperti aswat, tarkib, dalalah,
kosakata, adab dan nahwu shorof. Padahal hakekat pembelajaran bahasa
dimaksudkan agar siswa mampu menggunakan bahasa tersebut sebagai alat

12
۸۶ :‫ ص‬,‫ الجز األول‬,‫ النحو الواضح فى قواعد اللغة العربية‬,‫على الجارم و مصطفى امين‬
13
H.Douglas Brown, Language Assessment Principles and Classroompractices, (San
Francisco: Longman, 2003), hal 10

8
komunikasi, bukan semata-mata hanya untuk menguasai ilmu bahasa arab. Selain
itu, hendaknya tes kemampuan berbahasa lebih menekankan pada bagaimana para
siswa mampu mengaplikasikan bahasa arab ke dalam komunikasi nyata, tidak
hanya menguji sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap tata
bahasa dan unsur-unsurnya.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa tujuan tes kemampuan berbahasa arab
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana keterampilan berbahasa siswa yang
meliputi istima’, qiroah, kalam dan kitabah, baik secara lisan maupun tulisan.
Artinya tes kemapuan berbahasa tidak melulu menekankan pada ranah
pengetahuan.
Dalam hal ini, penguasaan unsur-unsur bahasa dan tata bahasa jelas sangat
penting. Akan tetapi, keduanya tidaklah dijadikan sebagai tujuan utama dalam
pembelajaran bahasa arab. Sebagaimana menurut acep hermawan, bahwa
penguasaan tata bahasa dan kosakata diperlukan sebagai sarana pendukung agar
para pelajar mampu menyampaikan ide dan gagasannya secara lebih bermakna dan
komprehensif dalam bahasa tersebut.
Dell Hymes dalam Anis Yasin 2007 yang dikutip oleh Acep Hermawan,
mengemukakan bahwa konsep kompetensi komunikatif adalah suatu kompetensi
yang melihat kemampuan pelajar tidak hanya kemampuan membentuk kalimat
yang benar tetapi juga menggunakannya secara tepat. Menurut Acep Hermawan ide
pokok kompetensi komunikatif adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
tepat baik secara reseptif dan produktif, berupa pemahaman dan penggunaan bahasa
di dalam situasi sebenarnya.14 Pernyataan ini dikuatkan oleh Djiwandono
(2011:18), bahwa ciri utama pendekatan komunikatif adalah adanya 2 kegiatan
yang saling berkaitan erat, yakni adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional
dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya interaksi social.
Agar pembelajaran bahasa dalam pendekatan komunikatif dapat mencapai
target, pembelajaran yang dilakukan haruslah menekankan pemberian kesempatan
kepada peserta didik untuk memperoleh apa yang disebut kompetensi komunikatif
(communicative competence) (hymne,1872). Sebagaimana menurut Burhan

14
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.286

9
Nurgiyantoro, bahwa kompetensi komunikatif meliputi kompetensi gramatikal
yang berkaitan dengan penggunaan unsur kebahasaan yang baik dan benar dan
kompetensi kontekstual yang berkaitan dengan penggunaan bahasa sesuai situasi
dan kondisi (konteks) pembicaraan yang dilakukan15. sebagaimana pendekatan
konteks (‫ )مدخا سياقي‬dalam pembelajaran bahasa bahwa karakteristik bahasa adalah
16
‫فى ك ّل مقام مقال و فى ك ّل مقال مقام‬.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, tes dengan pendekatan
komunikatif adalah serangkaian kegiatan menggunakan bahasa ke dalam
komunikasi nyata sesuai konteksnya. Selain itu, pendekatan komunikatif juga
meliputi kemampuan pemahaman (menyimak dan membaca) dan kemampuan
menggunakan bahasa (berbicara dan menulis). Maka dalam pendekatan
komunikatif terdapat dua kegiatan yakni reseptif dan produktif. Maka, Tujuan tes
dalam pendekatan komunikatif adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam
memahami dan menggunakan bahasa.
Adapun kegiatan-kegiatan komunikasi reseptif berupa memahami apa yang
dibaca dan menyimak. Sedangkan kegiatan produktif ialah menggunakan bahasa
yang dipelajari dalam komunikasi nyata sesuai konteksnya, maka dapat dikatakan
bahwa tes dengan pendekatan komunikatif sudah tentu intagratif, akan tetapi tes
dengan pendekatan intagratif belum tentu komunikatif. Adapun tes bahasa dengan
pendekatan komunikatif ini mencakup memperkenalkan diri, menceritakan gambar
tunggal, menceritakan gambar berseri dengan panduan pertanyaan. Contoh tes
dengan pendekatan komunikatif sebagai berikut:

‫ما هذا؟‬

15
Burhan Nurgiyantoro, Penialain Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2016), hal.327
16
Perkuliahan pada semester 2 pascasarjana, mata kuliah Madkhol Allughowi, dosen
pengampui Dr. Tulus Mustofa,M.Si. tahun 2016

10
! ‫عبّر الصورة األتية مستعينا باألسئلة األتية‬

‫ من هي؟‬.۱

‫ ماذا فى ظهرها؟‬.۲

‫ ما لون لباسها؟‬.۳

‫ هل هي قائمة؟‬.۶

‫ أين تتعلّم؟‬.۵

Contoh pertama pada gambar di atas merupakan tes menceritakan gambar


tunggal pada tingkat mubtadiin, contoh kedua merupakan tes menceritakan gambar
tunggal pada tingkat mutawassitoh. Dari sini diketahui, bahwa setiap pendekatan
dalam tes bahasa mempunyai kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan
pendekatan komunikatif adalah harus menyesuaikan tingkat kemampuan testee,
tersedianya waktu yang cukup. Selain itu, kelebihan tes dengan pendekatan
komunikatif adalah pembelajar (testee) memproses sample bahasa yang tidak lepas
dari konteks kehidupannya, sehingga hubungan tes yang diujikan dan bahasa pada
umumnya sangat relevan (berkaitan dan berguna secara langsung).
Namun karna keterbatasan penulis, maka contoh tes dengan pendekatan
komunikatif akan diperjelas oleh pemakalah selanjutnya.
D. Pendekatan pragmatik
Menurut Imam Asrori dkk, tes dalam pendekatan pragmatik merupakan
reaksi keras atas tes diskret yang dipandang memiliki banyak kelemahan.
Pendekatan ini sebagai respon atas pendekatan diskret yang tidak mencerminkan
kemampuan berbahasa siswa yang sesungguhnya, Karena tes diskret belum dapat
mencerminkan kemampuan mempergunakan bahasa sesuai dengan fungsi
komunikatifnya.
Menurut Oller (1979) dalam Nurgiyantoro 1987:163, pendekatan
pragmatik merupakan suatu pendekatan dalam tes keterampilan (skills) berbahasa
untuk mengukur seberapa baik siswa mempergunakan elemen-elemen bahasa
sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata. Artinya dalam situasi pemakaian
bahasa yang sesungguhnya.

11
Dalam situasi pemakaian bahasa yang sesungguhnya, terdapat dua konteks
utama yang senantiasa terlibat, yakni konteks linguistic dan ekstralinguistik.
Konteks linguistic adalah wujud bahasa sebagai suatu lambang verbal dengan
segala aspeknya, sedangkan konteks ekstralinguistik adalah suatu “dunia” atau
“sesuatu” yang berada di luar bahasa, “seesuatu” yang ingin disampaikan melalui
melalui alat bahasa.17 pengertian pragmatik berhubungan dengan pertanyaan-
pertanyaan: bagaimanakah suatu pengucapan berkaitan dengan pengalaman
manusia di luar bahasa, apakah suatu penuturan terdapat kaitan antara konteks
linguistic dan ekstralinguistik? Pragmatik berkaitan dengan masalah bagaimana
seseorang mengkomunikasikan informasi tentang pikiran dan perasaan melalui
bahasa kepada orang lain.18
Menurut Valette (1977), tes pragmatik mempunyai persamaan konseptual
dengan tes komunikatif. Keduanya mengidealkan tes kebahasaan yang sesuai
dengan kehidupan berbahasa yang sebenarnya. Namun Djiwandono (1996),
menekankan, bahwa tes komunikatif mengaitkan tes bahasa dengan aspek-aspek
nyata dalam komunikasi sebenarnya. Aspek nyata yang dimaksud bentuk
komunikasi tertentu, yang mempunyai hubungan tertentu mengenai suatu hal
tertentu dan pada suatu keadaan tertentu.
Jadi, berbeda halnya dengan tes dalam pendekatan komunikatif, pada
pendekatan pragmatik, pemahaman tidak terbatas pada bentuk dan struktur
kalimat, frasa dan kata dan unsur yang digunakan dalam teks atau wacana.
Pemahaman lebih jauh diperoleh melalui konteks ekstralinguistik, yaitu aspek
pemahaman bahasa di luar apa yang diungkapkan melalui bahasa dan meliputi
segala sesuatu dalam bentuk kejadian, pengalaman, pikiran, perasaan, persepsi,
ingatan dan lain-lain.
Pada hakikatnya, tujuan tes komunikatif dan pragmatik yakni
mengidealkan tes kebahasaan yang sesuai dengan kehidupan berbahasa yang
sebenarnya. Akan tetapi dalam hal ini, tes komunikatif lebih spesifik dalam aspek
linguistic saja yang meliputi fonologi, kosa kata, tata bahasa, wacana, dll.

17
Burhan Nurgiyantoro, Penialain Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta, 2016), hal.318
18
Ibid.,

12
Sedangkan tes pragmatik tidak hanya berkutat pada aspek linguistic akan tetapi
juga hal-hal di luar aspek linguistic.
Bedasarkan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tes dalam
pendekatan pragmatik adalah tes yang menuntut siswa untuk menghasilkan
produksi bahasa yang sesuai dengan pemakaian bahasa secara nyata dan
menghubungkan unsur kebahasaan dengan ekstralinguistiknya.
Dari kesimpulan di atas, diketahui bahwa tes pragmatik maupun
komunikatif sudah tentu intagratif, akan tetapi tes intagratif belum tentu pragmatik
maupun komunikatif. Berikut adalah contoh-contoh tes pragmatik yang
dikemukakan oleh Oller (1979), meliputi: dikte (dictation), tes cloze (cloze
procedure), pemahaman paraphrase (paraprashe recognition), jawaban pertanyaan
(question answering), berbicara dan wawancara (oral interview).
Selain itu, tidak ada pendekatan tes yang paling sempurna, tentu semuanya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kekurangan pada tes dalam
pendekatan pragmatik adalah harus menyesuaikan kadar kemampuan siswa,
tersedianya waktu yang cukup, kelebihannya adalah teste dapat mempergunakan
bahasa secara langsung dan efektif.
1. Dikte
Adalah tes pragmatik yang diperdengarkan atau dibacakan suatu
wacana untuk dituliskan oleh orang lain.19 Pada tes ini, selain mengukur
kemampuan menyimak siswa, tes ini juga mengukur kemampuan siswa dalam
memahami wacana dan mentranskip (menulis) wacana dengan benar.
Kemampuan menyimak meliputi mengenal struktur bunyi dan kata
sehingga menjadi kalimat yang benar, sedangkan kemampuan mentranskip
meliputi mengenal dan merangkaian huruf arab menjadi kata yang benar.
Djiwandono (1996) membagi dikte menjadi dikte standar (standart dictation)
dan dikte sebagian (partial dictation). Sebagaimana contoh wacana yang
diperdengarkan kepada testee untuk ditulis berikut ini:

19
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.48

13
/‫صة اليتيمان‬
ّ ‫ق‬
‫ شخصها‬/‫ بوصيلة أحد‬/‫ فى العالم العربى‬/‫ مشكلة اليتيم‬/‫ عن‬/‫قصت قصة اليتيمان القصيرة‬ .‫أ‬
‫ عن حياة‬/‫ لكنها تعبر تعبيرا جميال‬/‫ تكون قصة قصيرة‬/‫ مهما‬./‫ و أخته‬/‫ و هو ما جد‬/‫األساسى‬
/‫ إنهم‬./‫ى األب و األسرة‬/‫ أن كل المشكالت ترجع إل‬/‫ ألن الناس يرون‬/‫ ال مكان للشكوى‬./‫األيتام‬
(menggunakan harokat)20./‫ أن يشاركوا المشكالت أو يفوضوا المساعدة‬/‫ال يريدون‬

‫ سيقضى‬.‫ سيسافر أحمد إلى بلده‬.‫ و يسافر الطالب إلى األهل‬,‫عطلة الصيف بعد أسبوع‬.۱ ‫ ستبدأ‬.‫ب‬
‫ و علي سيسافر إلى السعودية ليقضى‬.‫فى المزرعة‬.۳ ‫فى القرية ليساعد والده و ع ّمه‬.۲ ‫العطلة‬
‫ و‬,‫الحرام‬.۵ ‫ و يبقى شهرا فى مكة بالقرب من المسجد‬,‫المدينة و سيعتمر‬.۶ ‫العطلة بين م ّكة و‬
(menggunakan harokat) 21 .‫النبوي‬.٦ ‫سيبقى شهرا فى المدينة بالقرب من المسجد‬

Contoh pertama merupakan dikte standar, artinya siswa menulis semua


wacana yang didiktekan dengan tehnik sebagai berikut:
a. Teks dibacakan secara keseluruhan oleh guru
b. Kemudian teks dibaca bagian perbagian dan ditulis oleh siswa
c. Teks dibaca ulang secara keseluruhan oleh guru agar siswa dapat
memeriksa kembali tulisannya

Sedangkan, contoh kedua adalah dikte sebagian. Dengan kata lain


terdapat kata-kata yang dihilangkan dalam wacana guna diisi oleh siswa
melalui tulisan. Tehnik dikte sebagian sama halnya dengan tehnik dikte
standar, akan tetapi pada dikte sebagian siswa hanya menulis bagian kata yang
dihilangkan.

2. Tes cloze
Istilah cloze test dalam perspektif psikologi gestalt berarti proses
menutup sesuatu yang belum lengkap.22 Prosedur ini diperkenalkan oleh
Wilson Taylor (1953) sebagai suatu alat untuk mengukur keterbacaan.
Menurut Jafaspur (1995), tes cloze digunakan sebagai alat ukur kemampuan

۱۹٦ :‫ ص‬,( ‫ جامعة إمام بونجول اإلسالمية الحكومية‬:‫ (بادانج‬,‫كتاب المؤتمر الدولى الثامن التحاد مدرس اللغة العربية‬
20

۲۰۱۳ ,‫بادانج‬
21
Kitab Al-Arabiyah Bayna Yadaika, Jilid 1, Yang Dikutip Oleh Imam Asrori, Muhammad
Thohir Dkk., dalam Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab.
22
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.108

14
membaca dari penutur asli bahasa inggris, atau sebagai bahasa kedua dan
bahasa asing.
Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Djiwandono (1996),
prosedur (tes cloze) sebagai suatu proses pemahaman wacana yang disertai
dengan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Kekurangan yang
dimaksud adalah sebagian kata-kata dalam wacana yang sengaja dihilangkan.
Penghilangan kata-kata tertentu dilakuakan secara teratur, misalnya kata yang
kelima, atau keenam, atau ketujuh. Rumus yang digunakan untuk
menghilangkan kata-kata tertentu dalam wacana dikemukakn oleh
Djiwandono, yang disebut dengan ke-n.
Rumus ke-n dimaksudkan agar kata-kata bagian pertama dan terakhir
dari sebuah wacana tidak dihilangkan, hal ini bertujuan untuk memdahkan
siswa dalam mengisi kata-kata yang dihilangkan. Sebagaimana contoh berikut
ini:
a. Melengkapi sebuah paragraph dengan kata-kata yang telah disediakan
‫ أعد كتابة البطاقة مع إكمالها بالكلمات‬.‫ فيها عشر كلمات ناقصة‬,‫البطاقة األتية من عبد المنعم إلى والده‬
:‫المناسبة من القائمة التى تحتها‬
.‫والدي العزيز‬
.‫م‬.‫ فيها بمسجد الرسول ص‬.... ‫ التى‬.... ‫ من الرياض بعد أن وصلت إليها من المدينة‬..... ‫أكتب هذه‬
‫ الرياض كلها و كنت قد وصلت‬.... ‫ الرياض الذى شاهدت من فوقه‬.... ‫الصورة التى على البطاقة ل‬
.‫ الجميل‬... ‫ ذلك‬,‫ ثم ذهبت إلى الطائف‬,‫ و الحمد هلل‬.... ‫ و أديت‬.... ‫ و منها سافرت إلى مكة‬.... ‫جدة يوم‬
.‫ و السالم عليكم و رحمة هللا و بركاته‬.‫ الكريمة و إلى أخى أحمد‬... ‫تحياتى لك و إلى‬
.‫ عبد المنعم‬,‫ابنكم‬
23
)‫ المنورة‬,‫ برج‬,‫ المكرمة‬,‫ العمرة‬,‫ المصيف‬,‫ البطاقة‬,‫ السبت‬,‫ الوالدة‬,‫( منظر‬
b. Melengkapi sebuah paragraph dengan kata-kata yang sesuai
!‫إمأل كل من الفراغات األتية بكلمة مناسبة‬
‫بيتي‬
:‫ غرف‬..... .‫ فيها أزهار متنوعة‬,...... ‫ أمام بيتي حديقة‬.‫ و لكنه نظيف و مريح‬,‫ هو بسيط‬,‫هذا بيتى‬
.‫ و غرف النوم و غرفة الطعام‬.... ‫ الجلوس و غرفة‬..... ‫غرفة اإلستقبال و‬

23
Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam, (Malang: UIN
Maliki Press, 2010), hal. 80

15
‫ فى‬.‫ صغيرة‬.... ‫ على المنضدة‬.‫ و كراسى‬.... ‫ فى غرفة اإلستقبال‬.‫لبيتي مطبخ و حمام و مرحاض‬
‫ بيتي‬.‫ و جرائد‬.... ‫ غرفة المذاكرة كتب و‬.... .‫ أذاكر دروسي هناك‬, .... ‫ أنظر تلك غرفة‬.... ‫الزهرية‬
24.‫بالكهرباء‬ ‫مجهز‬

Perlu diketahui, bahwa ada dua macam tehnik penilaian dalam tes
cloze, yaitu penilaian kata secara eksak dan penilaian kelayakan konteks (Oller,
1979: 367-68).
Pada contoh pertama merupakan penilaian kata secara eksak. Artinya
pengisian kata harus sama persis dengan jawaban yang disediakan. Sebaliknya
pada contoh kedua, bahwa pengisian kata tidak harus sama persis. Selain itu
pengisian dapat menggunakan kata sinonim atau layak sesuai konteks. Contoh
pada kata : ...... ‫أمام بيتي حديقة‬, testee dapat mengisi dengan kata jamilah,
wasia’h, nadzifah, dll. Sesuai konteksnya.
3. Pemahaman paraphrase
Menurut Yeti Mulyati tes ini meminta siswa untuk menangkap makna
lain dari pernyataan/ dialog/ wacana yang disajikan secara lisan atau tulisan
yang semakna dengan maksud pernyataan tersebut.25 sedangkan menurut Iman
Asrori, bahwa pemahaman paraphrase adalah kemampuan teste untuk memilih
satu paraphrase yang paling benar dari beberapa paraphrase alternative yang
tersedia yang maknanya paling sesuai dengan dengan wacana yang disajikan.26
Penulis menyimpulkan, bahwa pemahaman paraphrase adalah pengungkapan
kembali suatu tuturan. Sebagaimana contoh berikut ini:
a. Gina lebih tinggi dari Gena, tetapi kalah satu cm dari Vena.27
1) Gina paling tinggi
2) Gena lebih tinggi dari vena
3) Vena lebih tinggi dari gina dan gena
4) Vena lebih tinggi 1 cm dari gena

24
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat Indonesia, 2012), hal.111
25
Modul 1 Berbagai Pendekatan Penyusunan Alat Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa
Dan Sastra Indonesia Oleh Yeti Mulyati dan Halimah FPBS UPI, hal.15
26
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, hal.51
27
Yeti Mulyati dan Halimah FPBS UPI, hal.15

16
b. 28
‫يتبادل المسلمون التهانى فى األعياد‬
‫يهنئ المسلمون كل منهم األخر‬ .‫أ‬
‫ يساعد المسلم أخاه المسلم‬.‫ب‬
‫ يلقى المسلم على أخيه المسلم التحية‬.‫ت‬

Kedua contoh diatas merupakan tes dengan tujuan melihat pemahaman


paraphrase teste. Kedua contoh tersebut sering kita jumpai dalam tes toefl dan
toafl, sering kali, tes ini mengecoh pemahaman teste. Adapun tehnik dalam
pelaksanaan teste ini yaitu: soal diperdengarkan oleh guru, selanjutnya teste
diminta untuk memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan wacana
yang disajikan dalam lembar jawaban yang telah dibagikan.

4. Jawaban pertanyaan (question answering)


Merupakan tes dalam pendekatan pragmatik yang mengharuskan teste
memilih jawaban yang sesuai dari pertanyaan yang didengarkan. Adapun
tehnik pelaksanaannya sama halnya dengan tehnik pelaksanaan paraphrase.
Namun, pada question answering biasanya soal yang diperdengarkan dapat
berupa percakapan/ dialog, berita singkat, pengumuman, dll. Sebagaimana
contoh berikut ini:
29
‫ متى تخرجت فى كلية العلوم؟‬.‫أ‬
‫ سأخرج اليوم‬.)۱
‫ منذ أربع سنوات‬.)۲
‫ تخرجت فى كلية العلوم‬.)۳
‫ أريد ثالثة مقاعد فى البلكون من فضلك‬:۱ ‫ صوت‬.‫ب‬
‫ فى أي حفلة؟‬:۲ ‫صوت‬
‫ حفلة السادسة و النصف هذا المساء‬:۳ ‫صوت‬
30
‫ كل المقاعد مشغولة‬.‫ اسفة‬:۶ ‫صوت‬
‫ أين يجري الحوار؟‬:۵ ‫صوت‬
‫ فى المسجد يوم الجمعة‬.)۱
‫ فى الكنيسة يوم األحد‬.)۲

28
Abdul Hamid…., hal. 44
29
Ibid., hal.59
30
“The Linguaphone Institute” yang dikutip oleh Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk.,
Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, hal.53

17
‫ عند شباك التذاكر‬.)۳
‫ فى السوق المركزي‬.)۶
Sama halnya dengan pemahaman paraphrase, tes jawaban pertanyaan
pun mempunyai tujuan untuk melihat pemahaman siswa yang meliputi kosa
kata, merangkai kata-perkata, mendengar, menghubungkan kata dengan kata
lainnya.
4. Wawancara (muqabalah)
Wawancara atau dialog sebagai tes yang digunakan untuk melihat
kemahiran kalam seorang teste. Selain itu seorang teste tak dapat melakukan
wawancara bila tidak memiliki kemampuan kosakata, penguasaan fonologi,
dapat menghubungkan antara pertanyaan dan jawaban, dll.
Pelaksanaan tes ini bervariasi, wawancara bisa dilakukan berkaitan
dengan situasi nyata yang dialami teste, pengalamancita-cita teste, bahkan isu
public dalam masyarakat. Wawancara ini dapat dilakukan antara guru dengan
murid atau antara murid dengan murid. Sebagaimana contoh berikut ini:

:‫ الألنشطة اليومية بين الطالب و الطالب‬: ‫أسئلة مهارة الكالم تحت العنوان‬
‫ السالم عليكم و رحمة هللا و بركاته‬:۱ ‫الطالب‬
............... :۲ ‫الطالب‬
‫ كيف حالك؟‬:۱ ‫الطالب‬
............... :۲ ‫الطالب‬
‫ فى أي ساعة استيقظت من النوم؟‬:۱ ‫الطالب‬
............... :۲ ‫الطالب‬
‫ أين تصلى الصبح؟‬:۱ ‫الطالب‬
............... :۲ ‫الطالب‬
‫ متى تذهب إلى الجامعة؟‬:۱ ‫الطالب‬
............... :۲ ‫الطالب‬
‫ متى ترجع من الجامعة؟‬:۱ ‫الطالب‬
31
............... :۲ ‫الطالب‬

31
Abdul Hamid…., hal. 60

18
5. Menulis dan berbicara
Tes menulis merupakan tes yang mengukur kemampuas teste dalam
menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, maupun idenya dalam bentuk tulis,32
yang mana hal ini pun dapat dilakukan secara lisan (berbicara). Selain itu,
dengan berbicara siswa dapat mengungkapkan pendapatnya mengenai suatu
tema. Sebagaimana contoh berkut ini:

33!‫األتية‬ ‫ اكتب التهانى لزميلك معتمدا على األمور‬.۱


‫ مناسبة تخرج زميلك من معهد اإلدارة حصوله على تقدير جيد جدا‬.‫أ‬
‫ مناسبة بزواج زميلك‬.‫ب‬

‫ و هات لها بموضوع مناسب‬,‫ أنظر إلى الصور فيما يأتى واحكها تحريريا ال تزيد عن عشرة اسطر‬.۲

!‫ تكلّم عن الصّور التالية‬.۳

32
Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab, hal.54
33
Nurul Murtadho, Bahasa Arab Jurnalistik ; Ucapan Selamat, Ucapan Belasungkawa dan
Periklanan, (Malang: MISYKAT, 2014).

19
Pada contoh pertama, teste ditugaskan untuk menulis ucapan selamat
kepada sesama teman yang seolah-olah terjadi di kehidupan nyata. Pada contoh
kedua, teste diberikan gambar tunggal untuk diekspresikan ke dalam tulisan
tentang apa yang dilihatnya, apa yang diingatnya, apa yang menjadi
pengalaman sebelumnya dll. Sedangkan pada contoh ketiga, teste diberikan
gambar berseri untuk diceritakan secara lisan, dapat pula berupa tulisan. Dalam
bercerita teste diberi kebebasan untuk mengekspresikannya, namun tetap
mengikuti alur cerita sesuai gambar.
Mekanisme dalam tes pragmatik melalui tulisan dan berbicara dapat
bervariasi. Artinya, tes dapat diberikan melalui stimulus atau tanpa stimulus.
Contoh kedua dan ketiga merupakan stimulus yang berupa cerita tunggal dan
berseri. Sebagaimana menurut Kashman (1991;323) dalam Darmiyati Zuchdi,
bahwa meminta murid-murid menceritakan dan menuliskan kembali apa yang
telah mereka pahami dengan kata-kata sendiri secara santai dan informal, dapat
digunakan untuk menolong murid-murid dalam keterampilan berbahasa lisan
dan untuk meningkatkan pemahaman bacaan bagi pembaca yang kurang
baik.34
6. Terjemah
Menurut (Berislin 1976 dan Nemark 1981), terjemah merupakan tes untuk
mengukur kemampuan teste dalam mentransfer suatu pikiran, ide atau pesan
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Proses transfer dari BSu ke BSa
merupakan kegiatan yang kompleks, Karena kegiatan ini melibatkan totalitas
kogniusi dan performansi penerjemah yang bukan saja terbatas pada
kemampuan berbahasa, melainkan juga memahami social budaya kedua
bahasa. terjemah dapat dilakukan baik dari BSu ke BSa atau BSa ke BSu.
Sebagaimana contoh berikut ini:

34
Darmiyati Zuchdi, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Secara Holistic, Artikel Cakrawala
Pendidikan No.1, tahun XVI, Februari 1997, hal.67

20
.‫ ترجم ما يأتى إلى اللغة اإلندونيسية الصحيحة‬.‫أ‬
"‫"و ما بكم من نعمة فمن هللا‬
‫ فلكم‬,‫ و طوبى لكم خير األزمنة‬,‫ و طوبى لكم خير األمكنة‬,‫أحبتنا األعزاء ! طوبى لكم من خير أ ّمة‬
‫ كرم‬,‫ شهر الصوم و الكرم‬,‫ و لكم خير قبلة بيت هللا الحرم و لكم خير شهور هللا‬,‫الخيرية بين األمم‬
35
......‫ و من كرمه كرم العبيد امتنانا و حبا للمعبود‬,‫المعبود تبارك و تعالى على العبيد‬

!‫عرب مايأتى‬
ّ .‫ب‬
Pembelajaran bahasa arab selama ini sering dianggap sebagai pelajaran yang
membosankan, menakutkan, dan dianggap sebelah mata, tidak hanya oleh
siswa atau mahasiswa akan tetapi oleh masyarakat umum. Yang paling
menyedihkan, bahasa arab juga dianggap kurang menarik oleh mahasiswa
jurusan bahasa arab sendiri. Sebabnya adalah mereka belum mengetahui
“jantung hati” atau isi dari materi pelajaran bahasa arab yang
sesungguhnya;...36
Menurut Sadtono (1983), pada umumnya hasil terjemahan dari BSu ke
BSa dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni:
a. Terjemah harfiah: maksudnya terjemahan yang dihasilkan cenderung sama
dengan susunan atau struktur bahasa sumbernya. Misalnya:
“Pembelajaran bahasa arab selama ini sering dianggap sebagai
pelajaran yang membosankan, menakutkan, dan dianggap sebelah mata,
tidak hanya oleh siswa atau mahasiswa akan tetapi oleh masyarakat
umum”.
‫ ليست لطالب أو طالب‬.‫ مخيفة و معتمدا مقلدة‬,‫دراسة اللغة العربية منذ فترة معتمدا كدراسة مملة‬
.‫ولكن لمجتمع عام‬,‫فقط‬
b. Terjemah korupsi: maksudnya hasil terjemahan tidak mencerminkan
substansi wacana yang utuh, bahkan teste sering mengurangi pesan yang
disampaikan dalam buku aslinya. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan
teste. Misalnya:

35
Nurul Murtadho, Bahasa Arab Jurnalistik……., hal.256
36
Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab; Konsep Dan Implementasinya,
(Yogyakarta: OMBAK, 2016). sinopsis

21
.‫ ليست لطالب ولكن لمجتمع عام‬.‫دراسة اللغة العربية معتمدا كدراسة مملة و مخيفة‬

c. Terjemah valid (shahih): mempunyai ciri-ciri bahwa terjemahan yang


dihasilkan tetap setia kepada induknya tapi tidak kelihatan sebagai
terjemahan, melainkan seperti tulisan aslinya. Misalnya:

.‫ بل لمجتمعة عامة‬,‫منذ فترة اللغة العربية كدراسة مملة و مخيفة و مقلدة ليست لطالب فحسب‬

III. CONTOH SOAL

Contoh soal ini dimaksudkan agar mempermudah dalam membedakan antara


tes diskret dan integratif. Contoh-contoh soal berikut ini dikutip dari kitab bahasa arab
yang digunakan untuk Madrasah Aliyah (MA) kelas X37 dan XI, sebagaimana berikut
ini:

" ‫رتّب الكلمة األتية حتى تكون جملة مفيدة " هند – جاكرتا – قالت – أنا – من‬ .‫أ‬
a. Diskret
b. Integratif

:‫ معنى الكلمة التى تحتها الخط‬,‫ هو جدّي اسمه منصور‬.‫ب‬


adikku .۱
kakekku .۲
kakakku .۳
pamanku .۶
nenekku .۵
a. Diskret
b. Integratif

.‫ عائلة كبيرة تتكون من أحد عشر شخصا‬..... ‫ و‬,‫ عائلتي تعيش فى باندونج‬:‫ قال سبحان‬.‫ث‬
‫ هو‬.۱
‫ هي‬.۲

37
Hasanudin dan Muharom, Bahasa Arab Untuk Madrasah Aliyah (MA) Kelas X, (Banda
Aceh: MATA I Publishing, 2009).

22
‫ فى‬.۳
‫ على‬.۶
‫ من‬.۵
a. Diskret
b. Integratif
:‫ امأل الفراغ ما يأتى‬.‫ج‬
۳ ‫ من المدرسة المتوسطة اإلسالمية‬..... .‫ عائشة‬.... :‫ و قالت‬,‫لتعرف نفسها‬
ّ ..... ‫تقدمت عائشة أمام‬
.‫ماالنج‬
a. Diskret
b. Integratif

‫ عائلتي صغيرة تتكون من خمسة أشخاص‬.‫ح‬


!‫عين المبتدأ فى الجملة السابقة‬
‫ صغيرة‬.۱
‫ عائلتي‬.۲
‫ تتكون‬.۳
‫ خمسة‬.۶
‫ أشخاص‬.۵
a. Diskret
b. Integratif

Terjemahan bahasa arab dari kalimat di bawah ini adalah…. .‫خ‬


“saya tidak senang pemuda yang malas”38

a. Diskret
b. Integratif

38
M.Subhan, M.Amin, dkk, Bahasa Arab Untuk Madrasah Aliayh (MA) Kelas XI, (Banda
Aceh: MATA I Publishing, 2009), hal.22

23
IV. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang ada, penulis menyimpulkan bahwa setiap tes mempunyai
pendekatan yang berbeda. Artinya masing-masing pendekatan dalam tes saling
melengkapi karna masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung
pada tujuan yang hendak dicapai oleh penyelenggara tes yaitu tester/ guru. Selain itu,
satu hal yang perlu diingat tidak ada ilmu yang benar-benar bersifat murni, karena ilmu
satu dengan ilmu lainnya saling menopang, saling memberi kontribusi, dan saling
melengkapi. Misalnya, ada yang berpendapat bahwa tes dengan pendekatan diskrit
sangat artifisial, namun pada kenyataannya tes ini masih digunakan terutama bagi
pelajar bahasa pemula. Dengan kata lain, tes yang disajikan harus menyesuaikan
kemampuan, latar belakang teste, kemampuan guru dan ketersediaan waktu.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa arab,
sangat berbeda dengan mempelajari bahasa ibu. Hal ini telah banyak disinggung oleh
ilmuan terdahulu salah satunya ialah Seorang dosen linguistic Prof. Dr. Tahiyya
‘Abdul ‘Aziz yang mengarang kitab berbahasa Inggris “Arabic Language the Origin
of Languages”. Ia mengatakan bahwa bahasa arab memiliki kosakata yang sangat luas,
kaya akan sinonim, Tiap huruf dalam bahasa Arab mempunyai symbol, tanda dan arti
tersendiri. Wajar bila penulis mengatakan bahwa tes dalam pendekatan bahasa asing
(arab) harus menyesuaikan pada kemampuan dan latar belakang teste.
“tak ada gading yang tak retak” penulis menyadari banyak sekali kekurangan
dalam penulisan makalah ini, penulis berharap kepada pemakalah selanjutnya untuk
mendesain tes bagi empat kemahiran berbahasa secara lebih rinci dan detail. Semoga
ilmu ini bermanfaat….amiin.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam, (Malang: UIN
Maliki Press, 2010).

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011).

Burhan Nurgiyantoro, Penialain Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,


(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2016).

Darmiyati Zuchdi, Evaluasi Pembelajaran Bahasa Secara Holistic, Artikel Cakrawala


Pendidikan No.1, tahun XVI, Februari 1997.

H.Douglas Brown, Language Assessment Principles and Classroompractices, (San


Francisco: Longman, 2003).

Imam Asrori, Muhammad Thohir Dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab,


(Malang: Misykat Indonesia, 2012).

Iskandarwassid Dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2011).

Modul 1 Berbagai Pendekatan Penyusunan Alat Penilaian Dalam Pembelajaran


Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh Yeti Mulyati dan Halimah FPBS UPI.

Nurul Murtadho, Bahasa Arab Jurnalistik ; Ucapan Selamat, Ucapan Belasungkawa


Dan Periklanan, (Malang: MISYKAT, 2014).

Syamsuddin Asyrofi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab; Konsep Dan


Implementasinya, (Yogyakarta: OMBAK, 2016). sinopsis

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung:


Rosdakarya, 2009).

, ‫محمد مصطفى سليم‬, )‫الكامل فى تعليم اللغة العربية و أدابها للمرحلة المتقدمة (المستوى األولى‬kitab

.‫ الجز الرابعة‬,‫ النحو الواضح فى قواعد اللغة العربية‬,‫على الجارم و مصطفى امين‬

.‫ الجز األول‬,‫ النحو الواضح فى قواعد اللغة العربية‬,‫على الجارم و مصطفى امين‬

,‫ جامعة إمام بونجول اإلسالمية الحكومية بادانج‬:‫ (بادانج‬,‫كتاب المؤتمر الدولى الثامن التحاد مدرس اللغة العربية‬
)۲۰۱۳

‫ جامعة أم القرى‬:‫ ( المملكة العربية السعودية‬,‫ تعليم اللغة العربية للناطقين بلغات أخرى‬,‫ محمود ك لمل الناقة‬,) ‫م‬
۱۹۸۵‫۔‬۱۶۰۵ : )‫(إقرأ‬
http://www.youtube.com/watch?v=JqRJlah3xN0

25
Revisi Makalah

Nama :Bintang Rosada


NPM :1520411008
Judul makalah :Pendekatan Dalam Tes Bahasa
Revisi :sisitematika penulisan terbalik

before after
1. Pendekatan komunikatif 1. Pendekatan diskret
2. Pendekatan diskret 2. Pendekatan integratif
3. Pendekatan integratif 3. Pendekatan komunikatif
4. Pendekatan pragmatik 4. Pendekatan pragmatik

26

Anda mungkin juga menyukai