Abstrak
Modality is a term used in grammatical and semantic analysis to refer to contrasts in
mood signaled by the verb and associated categories. Based on the result of this study,
in Arabic modal contrasts are primarily expressed by phrases such us ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+اراد
،...+ ﻟ َﻌ َﻞﱠ+..أن+ ﯾ َ ْﺒﺪ ُو،....ﺗَﻔ َﻀﱠﻞ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ أن+ ِل+ ﯾَﻨْ ﺒ َﻐِﻲ+ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ َن+
َرﺟَ ﺎ أ، ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ﺑ ِـ+ ھَﻢﱠ
ﻓﻌﻞ+أن+ﻟـ+ ﻻﺑﺪ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+...+ وﺟﺐ ﻋﻠﻰ،ﺣﺘﻤﺎ+ ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع،أن+ ﻏَﻠ َﺐَ ﻋَﻠﻰ اﻟﻈﻦ،..أن+ﻣﻦ اﻟﻤﺮﺟﺢ
ﺿﻤﯿﺮ ﻓﻲ+ ﯾﻤﻜﻦ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ ِل+ َ ﺟَﺎز،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن...+ َِﻐِﻲ ل
ْ ﻛَﺎنَ ﯾ َﻨْ ﺒ،ﻓﻌﻞ+أن+ض
ِ ﻣِ ﻨَﺎﻟْﻤَ ﻔْﺮُ ْو،ﻣﻀﺎرع
ﻓﻌﻞ+أن+ ْﻣِﻦ+ َ ﺗ َﻤَ ﻜﱠﻦ، ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ أن+ﻋَﻠ َﻰ+ ﻗ َﺪ َﱠر،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ان+ اﺳﺘﻄﺎع،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ﻣﺤﻞ ﻧﺼﺐ
ﻣﻀﺎرع. In Indonesia, modal contrasts are primarily expressed by lexical term or lexeme
addition such us ingin, mau, tolong, mari, ayo, dan silahkan, berharap, mungkin, bisa
jadi, belum pasti, tampaknya, kelihatannya, kayaknya dan harus, izin, perkenan, bisa,
dapat, dan mampu.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesulitan dalam pembelajan bahasa Asing sering dialami oleh para guru, dosen
dan tutor bahasa target sehingga diperlukan metode khusus untuk mempelajari bahasa
target. Hal tersebut juga sering kami hadapi ketika mengajar bahasa Arab di IKAHA.
Tugas–tugas mahasiswa berupa terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Arab masih
terkontaminasi oleh bahasa pertama. Fenomena kebahasaan tersebut menurut penulis
adalah fenomena yang wajar terjadi di dunia pembelajaran bahasa karena konsep
tersebut terkait dengan konsep LAD (Language Acquisition Device) yang diutarakan
Chomsky. Konsep LAD Chomsky menjelaskan bahwa tata bahasa bersifat innate
(warisan). Tata bahasa yang bersifat innate secara otomatis telah melekat cukup kuat
pada benak fikiran siswa dan tata bahasa pertama tersebut sudah dipakai dalam jangka
waktu yang cukup lama mulai masa kecil sampai anak belajar bahasa target, sehingga
ketika menerjemahkan bahasa pertama menjadi bahasa target, unsur-unsur bahasa
pertama akan melekat pada bahasa target.
Kesulitan pembelajaran dalam lingkungan bilingual dan multilingual perlu
mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus oleh para pengajar, sehingga pengajaran
tata bahasa dan unsur-unsur kebahasaan lainnya bisa dilakukan dengan seefesien
mungkin. Berkaitan dengan kesulitan pembelajaran tersebut penulis mencoba
melakukan sebuah penelitian sederhana berkaitan dengan kepentingan pembelajaran
bahasa. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kontrastif. Penelitian
kontrastif adalah penelitian yang berfungsi untuk membandingkan unsur-unsur
kebahasan pada bahasa ibu (B1) dan bahasa target (B2). Pada penelitian kontrastif
tersebut akan diketahui unsur-unsur kebahasaan yang sama dalam bahasa target, selain
itu dengan penelitian ini akan diketahui perbedaan unsur-unsur kebahasan pada B1 dan
B2 sehingga penelitian kontrastif akan memberikan kemudahan pada siswa atau siapa
saja yang belajar bahasa asing. Pakar bahasa arab dari universitas LEPZIG Jerman juga
mengutarakan hal yang sama1. Bahwa untuk mengajar tata bahasa atau satuan
kebahasan pada bahasa target perlu menggunakan pendekatan tata bahasa pertama.
Analisis kontrastif tersebut membandingkan persamaan-persamaan unsur dan berusaha
1
dipaparkan pada seminar internasional tentang pembelajaran bahasa Arab tanggal 21 Desember 2011
di SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya
2
mencari perbedaan dua bahasa yang dibandingkan. Dengan adanya analisis kontrastif
maka akan memudahkan pembelajar bahasa target karena mereka akan menganalogikan
unsur-unsur kebahasaan tersebut dengan bahasa target sehingga akan terbayang pada
benak mereka kontruksi tata bahasa atau fenomena kebahasaan pada bahasa target.
Pemaparan di atas memberikan inspirasi bagi penulis untuk melakukan analisis
kontrastif. Adapun analisis yang dilakukan oleh penulis adalah analisis kontrastif antara
bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Analis tersebut difokuskan pada pembahasan
modalitas. Modalitas adalah sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap
pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara hal-hal itu
sendiri. Sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri dari sebuah kalimat.
(Samsuri, 1985: 245)
Penelitian sederhana ini berusaha menganalisis bentuk-bentuk modalitas dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Arab, kemudian akan dianalisis persamaan dan perbedan
antara kedua bahasa tersebut. Penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan
kemudahan pada siswa, mahasisiwa dan para pembelajar bahasa Arab. Penulis
mengambil tema modalitas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia karena penulis
memiliki asumsi bahwa modalitas dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia sama-sama
banyak diungkapkan dengan penambahan leksikon akan tetapi ada beberapa modalitas
dalam kedua bahasa tersebut diungkapkan dengan cara yang khas, baik dengan
penambahan adjektival atau penambahan frase.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana bentuk modalitas dalam bahasa Indonesia?
b. Bagaimana bentuk modalitas dalam bahasa Arab?
c. Apa perbedaan dan persaman bentuk modalitas dalam bahasa Arab dan bahasa
Indonesia?
C. Metodologi penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sudaryanto (1986:62) mengatakan
bahwa metode deskriptif adalah penelitian berdasarkan fakta kebahasaan yang ada.
Adapun yang di maksud kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan angka
dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan tafsiran pada hasilnya (Arikunto,
2006: 12). Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan kerja yaitu tahap penyediaan
3
data, penyajian data, dan tahap analisis. Tahapan –tahapan penelitian tersebut antara
lain:
Pertama, adalah tahap penyedian data, data dalam artikel ini berupa kalimat yang
mengandung modalitas. Data-data tersebut diambil dari beberapa buku pemebelajaran
bahasa Arab. Jadi sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber tertulis.
Sumber tertulis tersebut adalah data primer. Pendekatan atau teknik yang digunakan
untuk menyediakan data pada penelitian sederhana ini adalah teknik pustaka (Subroto,
1992: 42). Adapun data kalimat berbahasa Indonesia dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer berasal dari pembangkitan data yakni dari penulis
sebagai penutur asli bahasa Indonesia. Data sekunder berasal dari buku-buku bacaan,
Koran, majalah berbahasa Indonesia.
Kedua, analisis data dilakukan dengan metode padan tranlasional. Metode padan
tranlasional adalah metode yang alat penentunya adalah bahasa lain. Bahasa lain yang
dimaksud adalah bahasa diluar bahasa yang di teliti (Mastoyo, 2007: 49).
II. PEMBAHASAN
a. Modalitas
Pandangan dan tafsiran mengenai modalitas sering berbeda antara ahli yang
satu dan ahli yang lain. Seperti yang dikutip oleh Perkins dari Ackrill, Aristoteles
merupakan ahli yang pertama kali menyatakan gagasan atau buah pikiran mengenai apa
yang sekarang disebut modalitas itu. Dengan menggunakan sudut pandang yang
didasari oleh logika modal (modal logic), Aristoteles menyebutkan keperluan
(necessity), kemungkinan (possibility), dan ketakmungkinan (impossibility) sebagai
permasalahan modalitas. Dua pengertian yang disebutkan pertama, yaitu keperluan dan
kemungkinan, oleh sebagian ahli dianggap sebagai masalah utama dalam sistem
modalitas (Palmer, 1979: 8).
Chaer (1994: 263) memberikan penjelasan tentang Modalitas, bahwa yang
dimaksud modalitas yaitu keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara
terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa.
Beberapa bahasa di dunia mengungkapkan modalitas dengan cara penambahan leksem
atau diungkapkan secara leksikal. Modalitas (modality) adalah:
4
1. Klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
keharusan;
2. Cara pembicara menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi
antarpribadi;
3. Makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam
kalimat; dalam Bahasa Indonesia modalitas dinyatakan seperti barangkali, harus,
akan atau dengan adverbial kalimat seperti pada hakikatnya menurut hemat saya, dsb.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa keterangan modalitas menunjukkan
sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap pendengar, terhadap
lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara hal-hal itu sendiri. Sedangkan
secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri atas sebuah kalimat. (Samsuri, 1985: 245).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa modalitas
merupakan sikap pembicara. Oleh karena itu, biasanya tedapat pada bagian depan
kalimat, meskipun ada pula yang terdapat di bagian tengah.
b. Macam-macam Modalitas
Modalitas secara umum dapat dibagi menjadi lima, yaitu modalitas intensional,
epistemik, deontik, dinamik, dan aletis.
(1)Modalitas Intensional adalah merupakan modalitas yang menyatakan keinginan,
harapan, permintaan, atau ajakan.
(2)Modalitas Epistemik adalah adalah modalitas yang menyatakan kemungkinan,
kepastian, dan keharusan.
(3)Modalitas Deontik yang menyatakan keizinan atau keperkenanan.
(4)Modalitas Dinamik adalah adalah modalitas yang menyatakan kemampuan.
(5)Modalitas Aletis adalah modalitas yang bersangkutan dengan keperluan.
c. Studi kontrastif
Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melalui
makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau
uraian. Yang dimaksud dengan pembahasan adalah proses atau cara membahas yang
bertujuan untuk mengetahui sesuatu dan memungkinkan dapat menemukan inti
permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik. diulas,
5
dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami. Moeliono (1988:32) menjelaskan bahwa
analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau
pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti.
dan dipahami. Moeliono menjelaskan bahwa kontrastif diartikan sebagai bersifat
membandingkan perbedaan.
Secara khusus analisis kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah
kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan
bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan
bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.
Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan (linguistik).
Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistik kontrastif yang merupakan
cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala
komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan
kemiripan-kemiripan yang ada.
Dari hasil temuan itu dapat diduga adanya penyimpangan-penyimpangan,
pelanggaran - pelanggaran, atau kesalahan - kesalahan yang mungkin dilakukan para
dwibahasawan. Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
analisis kontrastif adalah analisa yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang
sering membuat pembelajar bahasa kedua (B2) mengalami kesulitan dalam memahami
suatu materi bahasa ( James, 1998:1).
Adapun tujuan linguistik konstrastif pada dasarnya adalah untuk membandingkan
bahasa-bahasa berdasarkan kajian struktur berbagai tataran kebahasaan secara sinkronis
atau tujuan didaktis tertentu dalam rangka pencapaian keberhasilan dalam pengajaran
bahasa (Fernandez, 1994:4). Dengan analisa kontrastif ini pembelajar diharapkan dapat
memahami bahasa kedua dengan lebih mudah.
Dari penjelasan tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud
dengan linguistik kontrastif adalah ilmu bahasa yang meneliti perbedaan-perbedaan
yang terdapat pada dua bahasa atu lebih yang tidak serumpun.
Menurut Halliday (1970:113) terdapat dua prinsip pada analisis kontrastif, yaitu
memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan pola-pola tertentu dan bukan
6
bahasa secara keseluruhan. Prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja
sejumlah bahasa sebelum kita memerikan cara kerja masing-masing bahasa itu. Jika kita
ingin menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pembanding dalam mempelajari bahasa
asing. Kita tidak cukup menguasai bahasa ibu tetapi juga harus menguasai bahasa yanag
kita bandingkan. Pada prinsip kedua, kita tidak bisa membandingkan bahasa Indonesia
dengan bahasa Arab secara keseluruhan sedangkan hal yang dapat diperbandingkan
adalah satu atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa.
7
(2) (٧ :ﺗ ُِﺮ ْﯾﺪ ُ ﻣَﺮْ ﯾ َﻢُ ا َنْ ﺗَﻜ ُْﻮنَ ﻧَﺤِ ْﯿﻔ َﺔ ً )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
Maryam ingin kurus
(3) (١٤٧ :ْﻌَﺮﺑ ِ ﯿﱠﺔ َ ﺟَ ﯿّ ِ ﺪًا)اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
َ أ ُِر ْﯾﺪ ُ أ َنْ أ َ ﺗ َﻌ َﻠ َﱠﻢ اﻟ
Saya ingin belajar bahasa Arab dengan baik
(4) (١٧٨ :ﺸﯿ ٍْﺊ )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
َ ِ ﻣَﻦْ أ ََراد َ أ َنْ ﯾ َﺼ ُْﻮ َم ﻓ َْﻠﯿ َﺘ َﺴَﺤﱠﺮْ ﺑ
Barang siapa ingin berpuasa maka hendaknya makan sahur dengan apapun
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab untuk
mengungkapkan makna intensional ‘ingin’ menggunakan penambahan frase. Adapun
frase yang digunakan adalah frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ َ (أ ََرادDimyathi, -: 8)
8
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Arab untuk
mengungkapkan makna intensional ‘berharap’ menggunakan penambahan frase.
Adapun frase yang digunakan adalah frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+( َرﺟَﺎDimyathi, -: 8)
(12) َﻀﻠ ِْﻲ ﯾ ََﺎوا ِﻟﺪ َﺗ ِْﻲ ﺗَﻨ ََﺎوﻟ ِْﻲ اﻟﺪ َﱠواءَ َواﺷ َْﺮﺑ ِْﻲ اﻟْﻤَ ﺎء
ﺗَﻔ َ ﱠ
Silahkan wahai ibuku, makanlah obat dan minumlah air
(13) َﻀﻠ ِْﻰ أ ُ د ْ ُﺧﻠ ِْﻲ ْاﻟ َﻔﺼْﻞ
ﺗَﻔ َ ﱠ
Silahkan masuk kelas
b. Modalitas Epistemik
1. Modalitas Epistemik Yang Bermakna “Tampaknya”
Modalitas epistemik yang bermakna tampaknya dalam bahasa arab dapat
diwujudkan dengan penambahan unsur frase. Perwujudan modalitas unsur frase tersebut
bisa diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:
9
(14)
ﻣﺎ وﺟﺪت إﻻ ﻹﺑﻘﺎء اﻟﻨﺎس،، ﯾﺒﺪو أن اﺟﮭﺰة اﻟﺘﻮاﺻﻞ اﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻲ ﻣﺜﻞ اﻟﻜﻤﺒﯿﻮﺗﺮ واﻻﯾﻔﻮن واﻟﺒﻼك ﺑﯿﺮي وﻏﯿﺮھﺎ
ﺑﻌﯿﺪه ﻋﻦ ﺑﻌﻀﮭﺎ
Tampaknya layanan jejaring sosial seperti computer dan I-Phone, blackberry dan
lainnya mereka ada hanya untuk membuat orang jauh satu sama lain
(15) ﯾ َ ْﺒﺪ ُو ا َﻧ ﱠﮫُﻋَﺎد َ ﻻ َ ﯾ َﺘ َﺄ َﺧﱠﺮُ َﻛﺜ ِﯿْﺮً ا
Tampaknya dia tidak lagi sering terlambat
(16) ﯾﺒﺪو أن ﻛﻞ اﻟﺮﺟﺎل ﯾﺘﺸﺎﺑﮭﻮن ﺑﻌﺪ ﻣﺮور أرﺑﻌﺔ أﺷﮭﺮ
Tampaknya semua orang terlihat sama setelah empat bulan
Makna modalitas epistemik dalam bahasa Arab diungkapkan dengan
mendistribusikan frase ﯾﺒﺪو أنFenomena kebahasaan tersebut dapat kita lihat pada
beberapa contoh kata yang bergaris pada kalimat di atas. Beberapa kata bergaris
tersebut selalu mempunyai makna tampaknya ketika berdistribusi dalam jumlah kalimat
apapun. Tidak ada pola khusus yang bermakna beda ketika frase tersebut berdistribusi
dalam kalimat.
2. Modalitas Epistemik Yang Bermakna “ mungkin”
Modalitas epistemik yang bermakna mungkin dalam bahasa Arab dapat
diwujudkan dengan penambahan unsur frase. Perwujudan modalitas unsur frase
tersebut bisa diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:
(17) ﻣﻦ اﻟﻤﺮﺟﺢ ان ﯾﻠﺘﻘﻲ اﺣﻤﺪ ﺣﺮﯾﺮي ﻓﻲ اﻟﺴﻌﻮدﯾﺔ
Mungkin Ahmad bertemu Hariri di Saudi
(18) َﻣِﻦَ اﻟْﻤﺮﺟﺢ أن اﺣﻤﺪ ﻣﺎ َزَ الَ ﯾ ُﺤِ ﺒﱡﻚ
Mungkin ahmad masih mencintaimu
(19) (١١٥ :ُﺧْﺮى)اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ
َ ف إ ِﻟ َﻰ ﻗَﺮْ ﯾ َ ٍﺔ أ
َ ﻟ َﻌ َﻞّاﻟﺴ ِﱠﺎرقُ أ َ َﺧﺬ َ ْاﻟﺨَﺮُ ْو
Mungkin pencuri membawa domba ke desa lain
(20) (١١٥ :ﻟ َﻌ َﻞﱠ اﻟْﻤُﺴَﺎﻓ َِﺮﺗَﯿ ِْﻦ ﺗ َﻌ ُْﻮد َِان إ ِﻟ َﻰ أ َ ْھﻠِﮭِ ﻤَ ﺎ )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ
Mungkin dua orang yang bepergian kembali ke keluarga mereka berdua
(21) (١٢١ :ﻟ َﻌ َﻞﱠ ﻧَﺘ ِﯿْﺠَﺔ َ اﻟْﻤُ ﻘ َﺎﺑَﻠ َ ِﺔ طَ ﯿّ ِ ﺒ َﺔ ٌ ْاﻟﯿ َْﻮ َم )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
Mungkin hasil interview bagus hari ini
(22) َﻏَﻠ َﺐَ ﻋَﻠ َﻰ اﻟﻈﱠﻦّ ِ انﱠ أ َﺣْ ﻤَ ﺪ َ ﻣَ ﺎزَ الَ ﯾ ُﺤِ ﺒﱡﻚ
Mungkin Ahmad masih mencintaimu
(23) ﻻ ﯾﺠﻮز ﺑﯿﻌﮭﺎ إﻻ ﻟﻤﻦ ﻋ ُﻠﻢ أو ﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻦ أﻧﮫ ﯾﺴﺘﻌﻤﻠﮭﺎ ﻓﻲ اﻟﻤﺒﺎح.
10
Tidak boleh menjualnya kecuali bagi orang yang sudah tahu atau mungkin kepada
orang yang menggunakannya dalam hal mubah
(24) ﻻ ﯾﺠﻮز اﻟﺘﯿﻤﻢ إﻻ إذا ﻏﻠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻦ ﺣﺼﻮل اﻟﻀﺮر ﺑﺎﻟﻐﺴﻞ
Tayammum tidak boleh dilakukan kecuali mungkin bagi orang yang bahaya
dengan dibasuh
Selama ini para mahasiswa dan dan siswa-siswi yang belajar bahasa Arab
beranggapan modalitas epistemik ‘mungkin’ ketika diterjemahkan dalam bahasa Arab
mendapat padanan kata “mungkin” sebetulnya hal tersebut kurang tepat berdasarkan
kajian linguistik. Kata ‘ ’ﯾ ُﻤْ ﻜِﻦdalam bahasa Arab berdasarkan kajian linguistik memiliki
padanan dengan kata”boleh”.
Modalitas epistemik “mungkin” dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan
dengan frase ﻣﻦ اﻟﻤﺮﺟﺢ،ﻏَﻠ َﺐَ ﻋﻠﻰ اﻟﻈﻦ, dan leksem ّ ﻟ َﻌ َﻞdalam bahasa Arab(Dimyathi,-: 9).
Pengungkapan modalitas epistemik “mungkin” dalam bahasa Arab dapat kita lihat
dalam beberapa kata bergaris pada data di atas.
11
Orang islam harus memperhatikan kebersihan jalan
(27) (١١ :ﻻ َﺑُﺪﱠﻟِﻠْﻌ َﺎﻟ َﻢِ ْاﻹِ ْﺳﻼ َﻣِﻲ أ َنْ ﯾ َُﻮ ﱠﺣﺪ َ ﺻُﻔ ُْﻮﻓ َﮫُ)اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ
Dunia Islam harus menyatukan barisan mereka
(28) (٢١٦ :ْاﻟﻐَﻨ ﱡِﻲ َﻻﺑُﺪﱠ أ َنْ ﯾ ُ ِﻌﯿْﻦَ ْاﻟﻔ َ ِﻘﯿ َْﺮ)اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﻦ
Orang kaya harus membantu orang miskin
Beberapa data di atas menunjukkan bahwa modalitas epistemik yang bermakna
‘harus’ dalam bahasa Arab dapat direalisasikan dengan menambahkan frase. Adapun
frase yang digunakan adalah ْ أ َن+ ﯾ َِﺠﺐُ ﻋَﻠ َﻰdan frase ْ أ َن+( َﻻﺑُﺪﱠDimyathi,-: 9). Contoh
distribusi frase tersebut dapat dilihat dari beberapa frase yang bergaris pada kalimat di
atas.
12
epistemik yang bermakna’seharusnya’ bisa diungkapkan dengan dua frase yang telah
dijelaskan di atas.
C. Modalitas Deontik
1. Modalitas deontik yang bermakna “Boleh”
Modalitas deontik yang bermakna ‘boleh’ dalam bahasa Arab dapat
diwujudkan dengan penambahan unsur frase. Perwujudan modalitas unsur frase tersebut
bisa diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:
(35) َﯾ َﺠ ُْﻮزُ ﻟ َﻚَ ا َنْ ﺗ َﺬ ْ ھَﺐ
Kamu boleh pergi
(36) ھﻞ ﯾﺠﻮز ﻟﻺﻧﺴﺂن أن ﯾﺘﺰوّ ج ﺷﻘﯿﻘﺔ
Apakah seseorang boleh menikahi saudaranya?
(37) ﯾ ُﻤْ ِﻜﻨ ُﻚَ ا َنْ ﺗ َﺬ ْ ھَﺐ
Kamu boleh pergi
(38) ﯾ ُﻤْ ِﻜﻨ ُﻚَ ا َنْ ﺗَﻌْﻤَ ﻞَ اﻟﻮاﺟﺐ اﻟﻤﻨﺰﻟﻲ
Kamu boleh mengerjakan PR
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa modalitas Deontik yang
bermakna ‘boleh’ dalam bahasa Arab dapat direalisasikan dengan menambahkan frase.
Adapun frase yang digunakan adalah ْ ا َن+ ﻟـ+ ُ ﯾ َﺠ ُْﻮزdan frase ْ ْ ا َن+ َ(ﯾ ُﻤْ ِﻜﻨ ُﻚDimyathi, - : 9).
Contoh distribusi frase tersebut dapat dilihat dari beberapa frase yang bergaris pada
kalimat di atas.
D. Modalitas Dinamik
1. Modalitas Dinamik yang bermakna “bisa”
Modalitas dinamik yang bermakna ‘bisa’ dalam bahasa Arab dapat diwujudkan
dengan penambahan unsur frase. Perwujudan modalitas unsur frase tersebut bisa
diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:
Datanya:
(39) (١٠٤:ﯾ َ ْﺴﺘ َﻄِ ﯿْﻊُ اﻟﻄﱠﺎﻟِﺐُ أ َنْﯾ َﺘ َﻌ َﻠ َﱠﻢ ﻓ ِْﻲ ﺑ َ ْﯿﺘ ِ ِﮫ ْاﻷَنَ )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
Murid bisa belajar di rumahnya sekarang
(40) ا ِ ْﺳﺘ َﻄَﺎ َع إ ِ ﺑ َْﺮا ِھﯿْﻢُ أ َنْﯾ ُِﺠﯿْﺐَ ﻋَﻠ َﻰ أ َ ْﺳﺌ ِﻠ َ ِﺔ ﻋِﻠْﻢِ اﻟﻠ ﱡ ﻐَ ِﺔ
Ibrohim bisa menjawab soal linguistic
(41) (١٠٤:ﻻ َ ا َ ْﺳﺘ َﻄِ ﯿْﻊُ ا َنْ أ َﻣُﺮﱠ ﻋَﻠ َﯿْﻚَ ْاﻟﯿ َْﻮ َم ﻓ َﺄ َﻧَﺎ ﻣَ ْﺸﻐ ُْﻮ ٌل)اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﺑﯿﻦ ﯾﺪﯾﻚ
13
Saya tidak bisa menghampirimu hari ini, karena saya sibuk
Data di atas menunjukkan modalitas dinamik yang ditandai dengan penambahan
frase ﻓﻌﻞ اﻟﻤﻀﺎرع+ان+ اﺳﺘﻄﺎعyang bermakna ‘bisa’(Dimyathi, - : 9). Bahasa Indonesia
mengungkapkan modalitas dinamik yang bermakna ‘bisa’ tidak menggunakan frase
akan tetapi dengan penambahan leksem ‘bisa’.
2.Modalitas Dinamik Bermakna “mampu”
Interferensi bahasa dalam pembelajaran bahasa asing sering kali terjadi seperti
yang terjadi pada beberapa mahasiswa yang mempelajari bahasa Arab. Mereka sering
memberikan padanan yang salah pada bahasa target, contohnya ketika mengungkapkan
makna modalitas dinamik yang bermakna’mampu’ mereka sering menggunakan kata
ا ِ ْﺳﺘ َﻄَﺎ َع. padanan tersebut tidak tepat. Padanan kata yang tepat “mampu” kita perhatikan
dari beberapa kalimat dibawah ini.
Misalnya:
(42) ﻗ َﺪ َﱠر أ َﺣْ ﻤَ ﺪ ُ ﻠﻋَ َﻰ أ َنْ ﯾ َﻘ ُْﻮد َ اﻟ ﱠﺴﯿ َﱠﺎرة
Ahmad mampu mengemudi Mobil
(43) ﺗ َﻤَ ﻜّﻦَ أ َﺣْ ﻤَ ﺪ ُ ﻣِﻦْ أ َنْ ﯾ َﻘ ُْﻮد َ اﻟ ﱠﺴﯿ َﱠﺎرة
Ahmad mampu mengemudi mobil
(44) (١٤١ :َﺎن ﻣِﻦْ دُﺧ ُْﻮلِ اﻟْﻤﻌﺮض ﺑ َ ْﻌﺪ َ ﺷ َِﺮاءِ اﻟﺘﺬﻛﺮﺗﯿﻦ )اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ ﻟﻠﻨﺎﺷﺌﯿﻦ
ِ ﺼ ِﺪ ْﯾﻘ
ﺗ َ ﻤَ ﻜﱠﻦَ اﻟ ﱠ
Dua orang yang berteman mampu masuk ke pameran setelah membeli karcis
(45) ﻟ َﻢْ ا َ ﺗ َﻤَ ﻜﱠﻦْ ﻣِﻦْﺣَﻞّ ِ اﻟْﻤَ ﺴْﺄ َﻟ َ ِﺔ ِﻷ َﻧ ﱠﮭَ ﺎ ﺻَ ْﻌﺒ َﺔ
Saya tidak mampu menyelesaikan masalah ini karena sulit
Beberapa data di atas menunjukkan bahwa modalitas dinamik yang bermakna
‘mampu’ dalam bahasa Arab dapat direalisasikan dengan menambahkan frase. Adapun
frase yang digunakan adalah ْ ﻣِﻦ+ ْ ا َﺗ َﻤَ ﻜﱠﻦdan frase ْ أ َن+ﻋَﻠ َﻰ+ ﻗ َﺪ َﱠر. . Contoh distribusi frase
tersebut dapat dilihat dari beberapa frase yang bergaris pada kalimat di atas.
14
menjadi beberapa unsur makna. Untuk lebih jelasnya coba kita perhatikan beberapa
contoh uraian berikut ini.
a.Modalitas intensional
Modalitas intensional sesuai dengan yang telah diuraikan peneliti di atas
Merupakan modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, atau ajakan.
Modalitas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan unsur leksikal seperti ingin,
mau, tolong, mari, ayo, silahkan,dan berharap.
Contoh:
1.Modalitas intensional bermakna ingin
(46) Saya ingin segera menunaikan ibadah haji
(47) Bowo ingin melanjutkan studi S2 di pasca sarjana IKAHA
(48) Semua siswa ingin lulus ujian nasional
2. Modalitas intensional bermakna mau
(49) Dinar mau membeli baju baru
(50) Budi berniat melamar menjadi dosen di fakultas tarbiyah IKAHA
(51)Para pedagang asongan Jombang berniat mengadukan nasibnya di Depnakertrans
3. Modalitas intensional bermakna tolong
(52) Tolong! semua siswa belajar dengan sungguh-sungguh
(53) Tolong!Para polisi pemegang senjata api didata kembalI
(54) Tolong! para wajib pajak melaporkan SPT ke kantor pajak terdekat
3. Modalitas intensional bermakna mari
(55) Mari! kita bersama-sama menyelesaikan permasalahan ini bersama-sama.
(56) Mari! kita wujudkan Indonesia yang maju
(57) Mari! sumbangkan pemikiran anda, untuk kemajuan bangsa.
4. Modalitas intensional bermakna ayo
(58) ayo! bergotong royong
(59) ayo! wujudkan manajemen IKAHA menjadi manajemen yang berbasis
keunggulan dan kompetensi
(60) ayo! wujudkan Indonesia bebas korupsi
5. Modalitas intensional bermakna silahkan
(61) silahkan! mendaftar ke Unhasy secara online
(62) silahkan! semua dosen melaporkan laporan periodik PPL ke web resmi IKAHA
15
6. Modalitas intensional bermakna berharap
(63) Saya berharap kamu datang ke-rumahku hari ini
(64) Pemerintah berharap semua guru swasta yang memenuhi syarat sertifikasi guru
(65) Bupati jombang mengharap kan pelaksaan e-KTP bisa berjalan secara efisien dan
lancar.
7. Modalitas intensional bermakna “sebaiknya”
(67) Seyogyanya FPI bersikap persuasif ketika menyelesaikan permasalahan permasalahan
yang terjadi di masyarakat.
(68) Para suporter sepak bola sebaiknya di beri quota tambahan.
(69) Sepantasnya pemerintah bersikap adil ketika membuat kebijakan-kebijakan
perekonomian.
Data nomer 46 sampek no 69 menunjukkan bahwa penanda modalitas intensional
dalam bahasa Indonesia didominasi oleh penambahan leksem.
(2)Modalitas Epistemik
Modalitas epistemik adalah modalitas yang menyatakan kemungkinan,
kepastian, dan keharusan. Modalitas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan unsur
leksikal seperti mungkin, bisa jadi, belum pasti, tampaknya, kelihatannya, kayaknya dan
harus.
Contoh:
(70) Dia mungkin tidak bisa datang besok pada khitanan anak kita.
(71) Bisa jadi anak itu sempat terjatuh karena badannya biru-biru.
(72) Kami pasti datang pada pesta pernikahan itu, jangan khawatir!
(73) Dia belum pasti datang karena kesibukannya.
(74) Makalah ini harus dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan.
(75) Tampaknya rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah.
(76) Kelihatannya kereta api mutiara selatan tidak beroperasi hari ini.
(77) Kayaknya,kamu mulai menguasai teori-teori penelisan karya ilmiah.
Data nomer 70 sampek no 77 menunjukkan bahwa penanda modalitas epistemik
dalam bahasa Indonesia didominasi oleh penambahan leksem.
16
(3)Modalitas Deontik
Modalitas deontik adalah modalitas yang menyatakan keizinan atau
keperkenanan. Unsur penandanya dalam bahasa Indonesia adalah adalah unsur leksikal
seperti izin dan perkenan.
Contoh:
(78) Saya mohon izin tidak mengajar karena anak saya sakit.
(79) Atas perkenan beliaulah saya dapat mengajar di tempat ini.
Data nomer 78 sampek no 79 menunjukkan bahwa penanda modalitas intensional
dalam bahasa Indonesia didominasi oleh penambahan leksem.
17
Data nomer 86 sampek no 88 menunjukkan bahwa penanda modalitas
intensional dalam bahasa Indonesia didominasi oleh penambahan leksem.
4. Perbedaan dan persamaan modalitas dalam bahasa arab dan bahasa Indonesia
Penelitian kontrastif modalitas antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia
menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan, akan tetapi dalam penilitian ditemu
kan sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa penanda modalitas dalam bahasa
arab banyak berupa distribusi frase. Bahasa Indonesia memiliki fenomena kebahasaan
yang khas. Penanda modalitasnya banyak didominasi oleh penambahan leksem.
penjelasan mengenai perbedaan dan persamaan modalitas diantara dua bahasa tersebut
dapat ditelaah dari penjelasan berikut ini:
a. Persamaan modalitas dalam bahasa arab dan bahasa Indonesia.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia ketika mengungkapkan modalitas epistemik
yang bermakna ‘pasti’ sama-sama diungkapkan dengan penambahan unsure leksikal.
bahasa Indonesia mengungkapkan dengan leksem pasti dan bahasa arab dengan leksem
ً ﺣَﺘ ْﻤﺎ. Prilaku kebahasaan tersebut dapat dibuktikan dari contoh dibawah ini:
89 َھ ِﺬ ِه اﻟْﻤَﺮﱠ ة ُ ﺳَ ﯿ َﻔ ُْﻮزُ ﻓ َِﺮﯾْﻘ ٌﻨَﺎ ﻋَﻠ َﻰ َﻓ ِﺮ ْﯾﻘِﮭِ ﻢْ ﺣَﺘ ْﻤًﺎ
90. Kali ini tim kita pasti mengalahkan tim mereka
Dua kata bergaris tersebut menunujukkan bahwa modalitas epistemik yang
bermakna’pasti’ sama-sama di wujudkan dalam bentuk leksem.
18
ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ dan makna ‘sebaiknya’ diwujudkan dalam bentuk distribusi frase ﻟِـ+ ﯾ َ ْﻨﺒ َﻐ ِْﻲ
ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+.
c. Modalitas Epistemik
Hasil penelitian di atas menunujukkan bahwa modalitas epistemik dalam
bahasa Arab ditandai dengan frase. Modalitas epistemik yang bermakna ‘nampaknya’
menggunakan frase ْأ َن+ ﯾ َ ْﺒﺪُو, Bermakna ‘mungkin’ menggunakan frase / + ﻟ َﻌ َ ﱠﻞ/ ... ْ أ َن+ ِ ﻣِ ﻦَ اﻟْﻤُﺮَ ﺟﱠﺢ
. ْ أ َن+ ّ ﻏَﻠ َﺐَ ﻋ َﻠ َﻰ اﻟﻈِﱠﻦ, Bermakna ‘Seharusnya’ menggunakan frase ْ ا َن+ض
ِ ﻣِ ﻦَ اﻟْﻤَ ﻔْﺮُ ْوdan
menggunakan frase َل+ ﯾ َ ْﻨﺒ َﻐِﻰ+ َﻛ َﺎن
III.KESIMPULAN
Penelitian modalitas yang diteliti oleh peneliti merupakan penelitian yang penting
sebagai pijakan dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang asing (Mahasiswa atau
Siswa Indonesia yang belajar bahasa Arab). Hasil peneilian ini bisa disimpulkan, yakni:
1. Modalitas dalam Bahsa Indonesia banyak didominasi unsur leksikal atau
penambahan leksem yaitu ingin, mau, tolong, mari, ayo, dan silahkan, berharap,
mungkin, bisa jadi, belum pasti, tampaknya, kelihatannya, kayaknya dan harus,
izin, perkenan, bisa, dapat, dan mampu
2. Modalitas dalam bahasa Arab banyak didominasi frasa antara lain, ﻓﻌﻞ+أن+اراد
،....ﺗَﻔ َﻀﱠﻞ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ أن+ ِل+ ﯾ َﻨْﺒَ ﻐِﻲ+ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ َن+
َرﺟَﺎ أ، ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ﺑ ِـ+ ھَﻢﱠ،ﻣﻀﺎرع
وﺟﺐ،ﺣﺘﻤﺎ+ ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع،أن+ ﻏَﻠ َﺐَ ﻋَﻠﻰ اﻟﻈﻦ،..أن+ ﻣﻦ اﻟﻤﺮﺟﺢ،...+ ﻟ َﻌ َﻞﱠ+..أن+ﯾ َ ْﺒﺪ ُو
ﻓﻌﻞ+أن...+ ِ ﻛَﺎنَ ﯾ َﻨْ ﺒ َﻐ ِْﻲ ل،ﻓﻌﻞ+أن+ض
ِ ﻣِ ﻨَﺎﻟْﻤَ ﻔْﺮُ ْو، ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ﻟـ+ ﻻﺑﺪ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+...+ﻋﻠﻰ
ﻓﻌﻞ+ان+ اﺳﺘﻄﺎع،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ﺿﻤﯿﺮ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﻧﺼﺐ+ ﯾﻤﻜﻦ،ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ ِل+ َ ﺟَ ﺎز،ﻣﻀﺎرع
ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+أن+ ْﻣِﻦ+ َ ﺗ َﻤَ ﻜﱠﻦ، ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ أن+ﻋَﻠ َﻰ+ ﻗ َﺪ َﱠر،ﻣﻀﺎرع
3. Persamaan Modalitas Dalam Bahasa Indonesia dan bahasa Arab yakni bahwa
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia ketika mengungkapkan modalitas epistemik
yang bermakna ‘pasti’ sama-sama diungkapkan dengan penambahan unsur
leksikal. bahasa Indonesia mengungkapkan dengan leksem pasti dan bahasa arab
dengan leksem ً ﺣَﺘ ْﻤﺎ, sedangkan perbedaannya adalah bahwa modalaitas
epistemik dalam bahasa Arab semuanya diwujudkan dalam bentuk distribusi
frase. makna ‘ingin’ diwujudkan dengan frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ َ أ َرَ ادmakna ‘Berniat’
diwujudkan dalam bentuk distribusi frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ ب
ِ + ھَﻢﱠmakna ‘berharap’
diwujudkan dalam bentuk distribusi frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ رَ ﺟَ ﺎdan makna
‘sebaiknya’ diwujudkan dalam bentuk distribusi frase ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع+ ْ أ َن+ ﻟِـ+ ﯾ َ ْﻨﺒ َﻐ ِْﻲdan
Modalitas deontik dalam bahasa Arab yang bermakna ‘boleh’, Frase penanda
modalitas tersebut antara lain: 1. ْ ا َن+ َ ﯾ َﺠ ُْﻮزُ ﻟ َﻚ2. ْ ا َن+ َ ﯾُﻤْ ِﻜﻨ ُﻚ, c. Modalitas epistemik
yang bermakna ‘nampaknya’ menggunakan frase ْأ َن+ ﯾ َ ْﺒﺪُو, Bermakna ‘mungkin’
20
menggunakan frase . ْ أ َن+ ّاﻟﻈﱠﻦ
ِ ﻏَﻠ َﺐَ ﻋَﻠ َﻰ/ + ﻟ َﻌ َ ﱠﻞ/ ... ْ أ َن+ ِ ﻣِ ﻦَ اﻟْﻤُﺮَ ﺟﱠﺢ, Bermakna
‘Seharusnya’ menggunakan frase ْ ا َن+ض
ِ ﻣِ ﻦَ اﻟْﻤَ ﻔْﺮُ ْوdan menggunakan frase + َﻛ َﺎن
ل+ﯾ َ ْﻨﺒ َﻐِﻰ, modalitas dinamik dalam bahasa Arab memiliki dua modalitas deontik, yaitu
modalitas deontik yang bermakna ‘mampu’ dan modalitas dinamik yang bemakna’bisa’.
Modalitas yang bermakna mampu memiliki dua padanan dalam bahasa Arab, padanan
tersebut berupa frase, antara lain: frase ْ أ َن+ﻋَﻠ َﻰ+ َ ﻗ َﺪﱠرdan frase ْ أ َن+ ْ ﻣِ ﻦ+ َ ﺗ َﻤَﻜّﻦdan
Modalitas yang bermakna ‘bisa’ dapat direalisasikan dalam bentuk distribusi frase
dalam kalimat, adapun frase penanda modalitas yang bermakna biasa adalah ا َن+ ُ ا َ ْﺳﺘ َﻄِ ﯿْﻊ,
sedangkan Modalitas dalam bahasa Indonesia semuanya diwujudkan dalam
bentuk leksem. leksem-leksem tersbut berdistribusi dengan kalimat sehingga
membentuk makna modalitas. Pertama,Modalitas intensional dalam bahasa
Indonesia ditandai dengan leksem ingin, berniat, berharap, sebaiknya, dan
silahkan. Kedua, modalitas epistemik dalam bahasa Indonesia ditandai dengan
mungkin, bisa jadi, belum pasti, tampaknya, kelihatannya, kayaknya dan harus.
Ketiga modalitas deontik ditandai dengan leksem izin danperkenan. Keempat,
modalitas dinamik ditandai dengan leksem bisa, dapat, dan mampu. Kelima
modalitas aletis ditandai dengan leksem ‘harus.
21
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, Dimyati. Panduan Menulis Berbahasa Arab. (Jombang)
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta:
Rineka Cipta)
Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta)
Halliday, M.A.K. 1970. The Linguistic Sciences And Language Teaching.
(Bloomington: Indiana University Press)
Ibrohim, Fauzi, Husain, Muhtar Tohir dan Holiq, Muhammad Abdul. 2002. al-arobiyah
baina yadaika III. (Al-Su'udiyah: Al-Maktabah Al-Ro is)
Ismail Sini, 1984. Al-Arobiyyah Li Nasyi’in. (Mamlakah Al-Arabiyyah al-Suudiyyah,
Wazaratul Ma’arif)
James, Calr. 1998. Errors In Language Learning And Use. (England: Longman).
Mastoyo, Tri. 2007. pengantar Metode Penelitiaan Bahasa. (Yogyakarta:
Carasvatibook)
Subroto, Edi. 1989. Konsep Leksem Dan Upaya Pembaharuan Penyusunan Kamus
Dalam Bahasa Indonesia Dalam PIBSI XI. (Yogyakarta: Ikip
Muhamadiyah)
22