Anda di halaman 1dari 34

KONSEP BELAJAR DAN TEORI PEMBELAJARAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD
Dosen Pengampu: Dr.Enny Zubaidah

Oleh:
Felix Baskara Bhakti Utomo (15712251040)
Ardita Markhatus Solekhah (15712251076)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori,
sedangkanteori akan berkaitan dengan sesuatu yang dipandang secara ilmiah. Jika
teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraiam konsep dasar belajar akan
tertuju pada landasan ilmiah pembelaaran.
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Indikator belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku. Dan untuk
memantapkan pondasi pemahaman akan belajar, tentu kita perlu mengetahui
konsep dan teori belajar.
Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak
bahkan yang tidak nampak melalui pikiran. Berbahasa merupakan kelanjutan dari
proses berpikir karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk
bisa berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi
dalam masyarakat.
Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur
sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek. Pembelajaran adalah
suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan
proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.

Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa


pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat mengubah peserta
didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik
untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat
dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung. Hal
itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti, memahami, dan
menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran,
termasuk didalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep belajar bahasa.
2. Mengetahui belajar dan pembelajaran.
3. Mengetahui jenis-jenis belajar.
4. Mengetahui teori belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran.
5. Mengetahui prinsip dalam pembelajaran bahasa.
6. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran menyimak.
7. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran berbicara.
8. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran membaca.
9. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran menulis.
10. Mengetahui aplikasi prinsip-prinsip dalam pembelajaran bahasa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Belajar Bahasa
Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan sarana, alat, atau media
untuk berinteraksi dengan orang lain yang disebut bahasa. Percakapan terjadi
antara dua orang atau lebih yang saling mengeluarkan arus bunyi dan mengadakan
reaksi. Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaran
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Melalui ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat
mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.
Keraf, Gorys (1986: 21) mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian
sehari-hari disebut bahasa itu meliputi dua bidang yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh alat-alat ucap yang mengandung arti atau makna dan bunyi itu merupakan
getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar, serta arti atau makna
adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi.
Arus bunyi itu dinamakan arus ujaran. Ujaran manusia dapat dikatakan sebagai
bahasa apabila ujaran tersebut mengandung makna, atau apabila dua orang
manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang
serupa. Oleh karena itu apakah setiap ujaran itu mengandung makna atau tidak,
haruslah ditilik dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap
kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah
sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu
pula. Konvensi-konvensi masyarakat akhirnya menghasilkan bermacam-macam
satuan struktur bunyi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu makna tertentu secara
bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa.
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang dimaksud
adalah suatu proses menyampaikan maksud kepada orang lain dengan
menggunakan saluran tertentu. Komunikasi bisa berupa pengungkapan pikiran,
gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi suatu
peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat,

paragrap atau paraton, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur
prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kompetensi
pembelajaran bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca,
berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa
adalah

keterampilan

komunikasi

dalam

berbagai

konteks

komunikasi.

Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu
dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang
kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspekaspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam
pembelajaran di kelas guru mengajarkan Bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan. Salah satu fungsi
pengajar adalah penggerak terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai penggerak,
pengajar harus memenuhi beberapa kriteria yang menyatu dalam diri pengajar
agar

dapat

menunjukan

profesionalitasnya

dalam

membuat

rancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada kualitas penilaiannya.


B. Belajar dan Pembelajaran
1. Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sejalan
dengan konsep di atas Cronbach (Muhammad Surya, 2004: 28) menyatakan,
indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.

Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang

dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap,


kebiasaan, kecakapan atau pemahaman.

Terjadinya proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif yaitu


berhubungan dengan perubahan-perubahan tentang kekuatan variabel-variabel
hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebisaaan, atau
kecenderungan prilaku. Dalam hubungan ini Crow&Crow (Muhammad Surya,
2004: 32) menyatakan bahwa proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan
pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau
apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatankegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi
secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan.
Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah
terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang
berkaitan. Unsur utama dalam, belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian maka manifestasi
belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku.
Mengenai jenis perubahan tingkah laku dalam proses belajar ini, Gagne dan
Briggs menyatakan bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam
bentuk tingkah laku dalam aspek
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

kemampuan membedakan,
konsep kongkrit,
konsep terdefinisi,
nilai,
nilai/aturan tingkat tinggi,
strategi kognitif,
informasi verbal,
sikap, dan
keterampilan motorik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang

menyangkut pengertian belajar sebagai berikut.


a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan
yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen.

c. Hasil belajar ditujukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara


keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek
motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar
(teaching) dan konsep belajar (learning) (Suwarna Pringgawigda, 2002: 21).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya yakni kepada
penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu
sistem, sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa
atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur
serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Pembelajaran merupakan
perubahan yang bertahan lama dalam perilaku ataupun dalam kapasitas
berperilaku dengan cara tertentu yang dihasilkan dari praktik ataupun bentukbentuk pengalaman lainnya (Schunk, 2012: 5). Dalam proses pembelajaran terjadi
pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru
kepada siswa.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran
proses pembelajaran. Pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat
unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan
(practice), penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Preparation berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk
belajar. Pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru,
maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal. Tujuan tahap persiapan adalah
untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif
mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkannya dalam
situasi optimal untuk belajar. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa
ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif.
Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak bertanya

dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan


mengajak belajar penuh dari awal. Ketika asumsi negatif sudah digantikan
dengan yang positif, maka rasa gembira dan lega dapat mempercepat
pembelajaran mereka.
Persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program
belajar. Jika dapat diusahakan, peserta belajar diberi sarana persiapan sebelum
belajar yang berisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap
untuk belajar. Sarana itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut,
menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan
minat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang.
b. Penyampaian (Presentation)
Presentation

dalam

siklus

pembelajaran

dimaksudkan

untuk

mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses


belajar secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana terjadi
pertemuan antara fasilitator dengan peserta. Pembelajaran berasal dari
keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan
bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi
dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk
dijadikan fokus utama.
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan
fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar
dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap
penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang
baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca
indra dan cocok untu semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji
coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata,
pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain itu dapat dilakukan
dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan
dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkankemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberi

pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui pelatihan


memecahkan masalah. Dimana saat ini telah banyak berkembang seperti
munculnya quantum learning dan quantum teaching, integrated learning,
collaborative learning, accelerated learning, dsb.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70%
atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Tahap inilah pembelajaran yang
sebenarnya

berlangsung.

Peranan

instruktur

atau

pendidik

hanyalah

memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung


kelancaran pembelajaran. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik
adalah menyusun konteks tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang
bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Tujuan tahap pelatihan adalah membantu

peserta

belajar

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan


berbagai cara. Seperti aktifitas pemrosesan, permainan dalam belajar, aktifitas
pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog berpasangan
atau kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk aktifitas praktis
dalam membangun keterampilan lainnya.
d. Penampilan Hasil (Performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan
menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap
ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting
disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses
belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga
tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang
melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada pekerjaan
mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien
organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar
menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada

pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan penerapan. Pelatihan
terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan,
perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demikian sejalan
dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakekat inovasi
pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Jika keempat unsur
tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung. Dalam satu
studi

dilaporkan

bahwa

tanpa

penerapan

segera

dan

upaya

untuk

memperkuatnya, hanya sekitar 5% dari pelajaran di kelas yang tetap diingat.


Akan tetapi dengan penerapan segera dan bimbingan serta dukungan yang tepat
maka 90% pelajaran akan tetap melekat.
C. Jenis-jenis Belajar
1. Jenis Belajar Menurut Robert M.Gagne
Pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat
internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal
dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar
kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan
persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan).

Selain itu, dalam usaha

mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima


oleh panca indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa
belajar dan proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah
persitiwa dengan urutan sebagai berikut menimbulkan minat dan memusatkan
perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan
pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dala pembelajaran itu,
mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan

prasyarat,

menyampaikan

materi

pembelajaran,

memberikan

bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja


peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas,
mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.

Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar.


Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada
delapan tipe belajar:
a. Belajar isyarat (signal learning)
Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap
stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon. Dalam konteks inilah
signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan
isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat
kemudian diturunkan.
b. Belajar stimulus respon
Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang
diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement)
sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang
guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu
yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan
kemudian murid menjawab.
c. Belajar merantaikan (chaining)
Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik
sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.
Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan
proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
d. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu
obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah
kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja
dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat
prosedur dari praktek kayu.
e. Belajar membedakan (discrimination)
Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbedabeda pada stimulus yang
mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah
bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai
jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian
dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus)

siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus,
kubus, dsb.
f. Belajar konsep (concept learning)
Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek
dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep contohnya yaitu
memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori.
Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep
dalam kuliah mekanika teknik.
g. Belajar dalil (rule learning)
Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah
yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep
biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru
memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya
siswa tidak mengulangi kesalahannya.
h. Belajar memecahkan masalah (problem solving)
Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi
(higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau
permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka
mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika
jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil
belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau
gambar.
b. Informasi verbal yaitu seseorang belajar menyatakan atau menceritakan
suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan
cara menggambar.
c. Strategi kognitif yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur proses
belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.

d. Keterampilan motorik yaitu seseorang belajar melakukan gerakan secara


teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah
otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan
lancar dan luwes.
e. Sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan
pilihan-pilihan dalam bertindak.
2. Jenis Belajar dalam Taksonomi Bloom
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai
pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan
tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain
belajar yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6
tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah
Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b.

Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).


Pengetahuan (Knowledge)
Pemahaman (comprehension)
Aplikasi (Application)
Analisis (Analysis)
Sintesis (Synthesis)
Evaluasi (Evaluation)
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Pembagian domain ini disusun Bloom bersama

1)
2)
3)
4)
5)

dengan David Krathwol:


Penerimaan (Receiving/Attending)
Tanggapan (Responding)
Penghargaan (Valuing)
Pengorganisasian (Organization)
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or

Value Complex).
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan

aspek

keterampilan

motorik

seperti

tulisan

tangan,

mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Rincian dalam domain ini

tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Bloom.
Persepsi (Perception)
Kesiapan (Set)
Guided Response (Respon Terpimpin)
Mekanisme (Mechanism)
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Penyesuaian (Adaptation)
Penciptaan (Origination)

D. Teori Belajar Bahasa


Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Manusia melalui pemikirnnya mampu menjelajah ke
setiap fenomena yang nampak bahkan

yang tidak

nampak.

Manusia

berkomunikasi untuk bersosialisasi dan menyampaikan hasil pemikiran dengan


bahasa. Teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang pemerolehan bahasa.
1. Teori Behaviorisme
a. Behaviorisme Klasik
Tokoh behviour klasik yaitu psikolog Rusia Ivan Pavlov. Pavlov
melakukan serangkaian percobaan dengan melatih seekor anjing untuk
mengeluarkan air liurnya mengikuti bunyi lonceng kemudian dinamakan
pengkondisian klasik (classical conditioning). Pavlov menggunakan respon
meneteskan air liur sebagai respon tak terkondisikan (unconditioned response).
Dalam eksperimen klasik Pavlov melatih seekor anjing, dengan kejadian
diulang-ulang untuk mengasosiasikan bunyi sebuah lonceng dengan makanan
sampai seekor anjing memperoleh respons terkondisikan (conditioned
response). Stimulus yang terjadi netral (bunyi lonceng) memperoleh daya
untuk memancing sebuah respon (liur menetes) yang tadinya dipancing oleh
stimulus lain (bau daging).
Memanfaatkan penemuan Pavlov, John B. Watson dari Amerika
menemukan istilah behaviorisme. Teorinya memusatkan perhatiannya pada
aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan
antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua

perilaku termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan


(stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun
dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri
(instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari
menurut hubungan stimulus-respons.
Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Dalam pembelajaran bahasa, teori ini memandang organisme itu adalah
siswa, stimulus itu pengajaran yang diwujudkan dalam bentuk tugas, perintah
atau contoh, sedangkan respons adalah tingkah laku bahasa siswa sebagai reksi
terhadap pengajaran yang diajarkan guru dan penguatan adalah balikan dari
guru yang dinyatakan dalam bentuk pujian dan penguatan verbal/nonverbal.
Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari
respons-respons yang dibiasakan. Jadi, anak dapat menghasilkan respons
kebahasaan yang dikuatkan, baik respons yang berupa pemahaman atau
respons yang berwujud ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan
mereaksi stimulus secara memadai dan ia memperoleh penguatan untuk reaksi
itu.
b. Operant Conditioning
Skinner dikenal dengan percobaannya tentang perilaku binatang yang
terkenal dengan sebutan kotak Skinner. Teori Skinnner tentang perilaku verbal
merupakan peluasan teorinya tentang belajar yang disebutnya operant
conditioning. Konsep ini mengacu pada kondisi di mana manusia

atau

binatang mengirimkan respons atau operant (ujaran atau sebuah kalimat), tanpa
adanya stimulus yang tampak. Operant itu dipertahankan dengan penguatan.
Dengan perulangan yang terus-menerus

operant semacam itu akan

terkondisikan. Menurut Skinner, perilaku verbal, seperti perilaku yang lain,


dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus
dipertahankan dan kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila

akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan
diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu guru memilih metode
pengajaran yang lebih kreatif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar bahasa
misalnya dengan menyuruh siswa memnceritakan sesuatu yang diinginkannya
dengan bahasanya sendiri dalam durasi waktu yang telah ditentukan. Walaupun
pada awalnya siswa kesulitan dalam menyampaikan isi cerita namun jika
dibiasakan anak tersebut akan dapat dengan mudah menyampaikan isi cerita.
Awalnya memang dimungkinkan terjadi banyak kesalahan dalam cara
penyampaian isi cerita namun lambut laun anak tersebut akan lebih banyak
menyerap kata berdasarkan pembenaran yang didaat dari guru mengenai apa yang
seharusnya dikatakan atau bahasa seperti apakah yang dirasa lebih cocok dan
sebagainya.
2. Teori Nativisme
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran
bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa kita dilahirkan itu sudah memiliki bakat
untuk memperoleh dan belajar bahasa. Mereka menganggap bahwa bahasa
merupakan pemberian biologis sejak lahir Chomsky merupakan tokoh teori
Nativisme yang mengatakan bahwa hanya manusialah satu-satunya makhluk
Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa
juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Menurut Chomsky, bakat bahasa itu terdapat dalam
kotak hitam (black box) yang disebutnya sebagai language acquisition device
(LAD) atau piranti pemerolehan bahasa. McNeill mendeskripsikan LAD itu terdiri
atas empat bakat bahasa, yakni:
1) kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain dalam
lingkungannya,
2) kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang
beragam;
3) pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang
lain yang tidak mungkin;

4) kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang


membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari
data kebahasaan yang diperoleh.
Seorang anak yang berusia dua setengah tahun sudah pintar berkomunikasi
dengan ayah dan ibunya, serta kakak-kakaknya, bahkan dengan teman-temannya.
Anak usia dua tahun itu sudah bisa membedakan antara bunyi bahasa, yang hanya
berasal dari alat ucap manusia, dengan bunyi lain, yakni bunyi binatang tokek.
Manusia sejak lahir sudah dikaruniai bakat, kemampuan untuk dapat membedakan
bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi lain di sekitarnya. Ketika anak dipanggil
namanya, ia akan menjawab. Tetapi, ketika, misalnya, ada seekor kucing
mengeong di dekatnya, ia tidak akan menjawab, suara kucing itu.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu melalui teori ini guru akan
dapat memilih cara pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan didalam
proses pembelajaran yang dilakukannya. Setelah mengetahui kemampuan masingmasing anak dimungkinkan jika anak tersebut membentuk suatu kelompok drama
dengan mencampurkan jumlah siswa yang pandai berbahasa dan kurang pandai
berbahasa. Pada saat anak berkelompok akan terjadi interaksi secara langsung
yang berujung pada kerjasama di dalam kelompok untuk saling membenahi
kekurangan siswa lain dalam satu kelompok. Guru hanya berperan sebagai
pengamat yang akan membenahi jika dirasa ada yang kurang tepat . Selain
memunculkan kerjasama proses belajar bahasa dapat dilakukan sebanyak dua kali
yakni antar guru dan murid serta antar sesama murid.
3. Teori Kognitivisme
Penelitian Bloom dengan Jean Piaget, Slobin, dan lain-lain, merupakan
penunjuk jalan bagi gelombang baru atas kajian bahasa anak. Kali ini penelitian
itu terpumpun pada prasyarat kognitif dari perilaku berbahasa. Piaget
mendeskripsikan perkembangan menyeluruh sebagai hasil interaksi komplementer
antara kapasitas kognitif perseptual pengembangan anak dan dengan pengalaman
kebahasaannya. Slobin mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik
bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan perkembangan itu lebih
ditentukan oleh kompleksitas semantik daripada kompleksitas struktural. Bloom

menyatakan bahwa penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada penjelasan


kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui anak akan menentukan kode yang
dipelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.
Dalam teori kognitivisme terdapat pola tahapan proses belajar bahasa
yang disesuaikan dengan tingkat usia (Sesuai Umur) . Adapun pola yang ada
sebagai berikut :
a. Asimilasi yaitu proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur
kognitif.
b. Akomodasi yaitu proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan
baru.
c. Disquilibrasi yaitu proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama
dengan yang telah diketahuinya.
d. Equilibrasi yaitu proses penyeimbang mental setelah terjadi proses
asimilasi.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu guru harus memperhatikan
kesinambungan dan keterpaduan antar materi yang satu dengan yang lain. Dalam
proses pembelajaran biasanya terdapat materi yang tidak jauh berbeda antara yang
satu dengan yang lain misalnya menentukan unsur intrinsik dalam cerita dan
memahami bagian-bagian unsur dalam cerita. Jika berkaca pada teori ini maka
proses yang dilakukan guru sebelumnya adalah memberi pengetahuan kepada
siswa mengenai keseluruhan dari unsur intrinsik sebelum siswa mendapat tugas
sehingga siswa tidak bingung karena terkadang informasi yang ada di dalam buku
cetak tidak mudah dipahami siswa karenanya merupakan tugas guru untuk
membentuk suatu pemahaman yang utuh agar siswa mengerti dan berpedoman
pada satu titik saja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada siswa dalam
pengerjaan tugas yang diberikan guru.
4. Teori Fungsional (interaksionis)
Teori ini lebih menekankan pada fungsinya sebagai alat komunikasi. Para
peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan
kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain
dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia. Bahasa merupakan
manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk

berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai
manusia.
a. Kognisi dan perkembangan bahasa
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan
lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas
kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan
dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa
pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna
bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih
ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya.
Menurut Slobin ada dua hal yang menentukan model.
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas
komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema
batin konjungsi.
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan
pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata
bahasa.
b. Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan
baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa
kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya
digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk
itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan
komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu seorang guru akan lebih terbuka
dalam proses pembelajaran didalam kelas. Teori ini akan mempermudah guru
terutama dalam model belajar berbentuk diskusi. Siswa biasanya kesulitan dalam
berbahasa secara formal akibatnya ide atau pendapat yang dimiliki tidak dapat
dituangkan hanya karena siswa bingung bagaimana cara menungkan. Andaikan
guru memberi keleluasaan pada siswa untuk bisa berbicara atau mengemukakan
pendapat yang dimiliki dengan bahasa nya sendiri dimungkinkan akan banyak
siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yang ada namun guru juga tetap

memiliki fungsi sebagai korektor bahasa pada akhir diskusi atau sesekali
membenarkan bahasa siswa yang dirasa kurang benar.
5. Teori Konstruktivisme (Leu Vygotski)
Vygotsky mengakui bahwa faktor biologis (misalnya, pematangan
neurologis) berperan dalam pembangunan. Anak-anak membawa karakteristik dan
disposisi tertentu untuk situasi yang mereka temukan, dan tanggapan mereka
berbeda-beda. Selanjutnya, perilaku anak-anak, yang dipengaruhi sebagian oleh
sifat diwariskan, mempengaruhi pengalaman tertentu yang dimiliki anak. Namun,
fokus utama Vygotsky pada peran lingkungan-terutama sosial dan budaya
lingkungan-ini dapat mendorong pertumbuhan kognitif anak.
Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding
oleh Vygotsky. Scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu
sejumlah bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan
sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa
dapat mandiri.
Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka
sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk
mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari bahasa pertama dan
kedua. Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah
mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif menciptakan lingkungan belajar
yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan
mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Guru harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatan
belajar yang menarik dan memotivasi pelajar,
b. Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat
konsep.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa adalah dalam merencanakn isi dan
proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Dasar, guru harus
memperhatikan sebagai berikut.

a.
b.
c.
d.
e.

mencari materi yang konkret dan dapat diamati siswa,


menentukan karakteristik isi pembelajarannya,
mengetahuai apa yang dibayangkan dan direfleksikan siswa,
menghubungkan sesuatu yang diketahui siswa dangan lingkungannya, dan
menghubungkan konteks sosial masyarakat dengan isi dan proses

pembelajaran.
6. Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
agar bisa berkembang di tengah masyarakat. Teori humanisme menurut Coombs
(1981) adalah sebagai berikut.
a. Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya.
c. Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik,
pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).
d. Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual.
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. Suasana belajar
yang menantang dan bisa dimengerti.
f. Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus,
respek, menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa adalah teori ini mengajarkan rasa
menghargai dari guru terhadap siswa. Banyak ditemui kejadian yang berhubungan
dengan kekerasan pada anak didik bbaik di media cetak ataupun elektronik.
Menjadi guru berati harus siap terhadap segala hal yang berhubungan dengan
perilaku siswa. Terkadang ada seorang guru yang merasa dirinya paling benar dan
tidak menerima kritik dari anank didiknya. Seharusnya guru tersebut tidak
berperilaku demikian. Siswa mungkin memang takut tetapi siswa tidak meniru
hormat terhadap guru semacam itu. Guru yang baik adalah guru yang dihormati
bukan ditakuti.
E. Prinsip dalam pembelajaran bahasa
Prinsip pembelajaran menrupakan panduan dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar
bahasa yang kemudian

diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta

menajadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajaran.

Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat dijelasakan sebagai berikut. Pembelajar akan


belajar bahasa dengan baik apabila memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
1. Pembelajar diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat.
2. Pembelajar diberi kesempatan berparstisipasi dalam penggunaan bahasa secara
komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.
3. Pembelajar memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan
strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa,
4. Pembelajar akan belajar secara optimal jika ditunjukkan pada aspek
sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari
bahasa sasaran.
5. Pembelajar menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.
6. Pembelajar akan belajar dengan baik jika diberi umpan balik yang tepat
menyangkut kemajuan belajar.
7. Pembelajar akan belajar dengan baik jika diberi kesempatan untuk mengatur
pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1997: 76-80).
Selain prinsip-prinsip pembelajaran bahasa tersebut, lebih lanjut Crawford
(Richard & Renandya, 2002: 84-85) mengatakan tentang prinsip pembelajaran
fungsional bahasa harus diajarkan secara kontekstual, pembelajar membutuhkan
perkembangan bahasa yang sesuai dengan bahasa seacar fungsional, pembelajaran
bahasa harus diajarkan secara realistik dan berkesinambungan. Guru dianjurkan
untuk melaksanakan prinsip kontekstual, integratif, fungsional, dan apresiatif.
Agar dapat melaksanakan keempat prinsip tersebut dengan baik, akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Prinsip Kontekstual
Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis
dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Depdiknas (2005: 5) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Contextual
Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota masyarakat. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru hendaknya menggunakan
teknik, metode, dan strategi daripada memberi informasi secara langsung kepada
peserta didik. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered.
2. Prinsip Integratif
Bahasa merupakan suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan
kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan
berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Keempat sistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya,
pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur
tersebut. Sebagai contoh pada saat pembelajaran berbicara, kita menggunakan
kata, kata disusun menjadi kalimat, kalimat yang kita ucapkan menggunakan
intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini secara tidak sadar kita telah memadukan
unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik
(makna kalimat). Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa
hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan
berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam pembelajaran keterampilan membaca,
seseorang dapat sekaligus memadukan keterampilan menulis, dan keterampilan
berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak seseorang dapat memadukan
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca, atau
menulis.
3. Prinsip Fungsional
Prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa
harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam
memenuhi keterampilan untuk hidup. Prinsip fungsional dalam pembelajaran
bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan

komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru


bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi
dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerima informasi
(Hairuddin, 2000: 136). Oleh karena itu, pembelajaran harus berdasarkan
multisumber. Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan
lingkungan sekolah. Selain itu Tarigan (Hairuddin, 2000: 36) mengungkapkan
bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran guru adalah sebagai
pembelajar dalam proses pembelajaran disamping sebagai pengorganisasi,
pembimbing, dan peneliti.
4. Prinsip Apresiatif
Prinsip pembelajaran yang apresiatif lebih menyajikan pembelajaran yang
menyenangkan. Prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran
sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini
pembelajaran sastra dapatt dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan
berbahasa tersebut. Pembelajaran sastra yang menyenangkan adalah pembelajaran
yang mengagumkan. Ciri pembelajaran yang menyenangkan dapat dilihat dengan
cara peserta didik dalam memperhatikan guru pada saat berbicara dan bercerita.
F. Prinsip-prinsip Pembelajaran Menyimak
Pengetahuan seseorang sebesar 85% diperoleh berdasarkan hasil
mendengarkan, tetapi yang berhasil diingat hanya kira-kira 20%. Dengan
demikian betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan
menyimak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar mengajar
menyimak, pola kegiatan belajar mengajar umum yang dikemukakan oleh Rivers
(1978) dapat pula diterapkan pada aktivitas menyimak. Aktivitas itu meliputi
kegiatan mengidentifikasikan bunyi-bunyi bahasa, megidentifikasikan dan seleksi
tanpa retensi, mengidentifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek atau
terbatas, dan mengidentifikasi dan seleksi dengan retensi yang meminta waktu
yang panjang
Dalam pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip yaitu
sebagai berikut.

1. Menyimak merupakan kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan


kalimat bahasa yang diujarkan dan kemampuan membedakan satu bunyi
dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain, dan seterusnya.
2. Menyimak merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang
disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak relevan atau mubazir
dalam proses mendengarkan.
3. Menyimak berarti menyeleksi mana yang penting dan yang tidak penting, dan
yang paling utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan yang tidak
bermakna.
4. Menyimak

berhubungan

erat

atau

menyatu

dengan

mengingat

dan

mempertahankan ingatan (jangka pendek dan jangka panjang); dan


5. Menyimak merupakan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan
mengidentifikasi,

membedakan

komponen-komponen

kebahasaan

yang

bermakna dalam ujaran.


G. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbicara
Dalam

prinsip

pembelajaran

berbicaram

Rofiuddin

(1998:

18)

mengemukakan ada beberapa prinsip pembelajaran berbicara sebagai berikut.


1. Berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih yang
melangsungkan komunikasi secara lisan, ada pembicara dan ada penyimak.
2. Ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan penyimak,
mulai dari orang berbincang-bincang sampai ke pertemuan umum di lapangan.
3. Pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe
pertemuan lisan itu.
4. Pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.
Agar prinsip pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik,
hendaknya seorang guru juga memperhatikan kriteria pemilihan bahan ajar
berbicara, sebagai berikut.
1. Bahan yang dipilih harus memiliki nilai tambah, yaitu: a) memperkenalkan
gagasan baru, b) mengandung informasi yang belum diketahui siswa, c)
membantu siswa memahami cara berpikir orang lain, dan d) mendorong siswa
untuk membaca tanpa disuruh.
2. Meningkatkan kecerdasan siswa.
3. Memperluas kosakata yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah yang memadai;

4. Bahan bacaan memberikan kemungkinan kepada guru untuk mengajukan


pertanyaan, yakni a) membuat gambar, b) mengolah kembali informasi dalam
teks, c) melakukan permainan peran, dan percakapan.
5. Saduran sesuai dengan tingkat keterampilan siswa.
H. Prinsip-prinsip Pembelajaran Membaca
Berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran membaca, Burns (1982)
mengemukakan 14 prinsip pengajaran membaca. Prinsinsi-prinsip yang
dikemukakan didasarkan pada generalisasi hasil penelitian tentang pengajaran
membaca dan pada hasil observasi praktik membaca. Prinsip-prinsip ini
diharapkan dapat mengarahkan guru dalam merencanakan pengajaran membaca.
Berikut dipaparkan keempat belas prinsip tersebut.
1. Membaca adalah tindakan kompleks dengan banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Guru harus memahami semua aspek yang berkaitan dengan
proses membaca sehingga dia dapat merencanakan pengajaran membaca secara
bijaksana. Adapun aspek-aspek yang berkaitan dengan proses membaca adalah
sebagai berikut. a) Memahami sebuah simbol tertentu (aspek sensori), b)
menerjemahkan apa yang mereka lihat dari simbol-simbol atau kata-kata
(aspek persepsi), c) mengikuti alur (linear), logika, dan pola tata bahasa dari
kata yang ditulis (aspek sekuensi), d) menghubungkan kata-kata sebelumnya
yang disesuaikan dengan pengalaman langsung untuk memberi makna terhadap
kata yang dibaca (aspek pengalaman), e) membuat kesimpulan dan evaluasi
sebuah material (aspek berpikir), f) mengingat apa yang telah mereka pelajari
di waktu lampau dan menghubungkan ide baru dan fakta (aspek pembelajaran),
g) memahami hubungan antara simbol dan bunyi, antara kata dengan apa yang
mereka maksudkan (aspek asosiasional), h) berhubungan dengan ketertarikan
personal atau individu dan sikap yang memengaruhi tugas membaca (aspek
afektif). Melihat semua aspek di atas, jelas bahwa proses membaca merupakan
proses yang sangat kompleks. Dengan demikian, dalam membaca siswa harus
menguasai aspek-aspek tersebut.
2. Membaca merupakan proses interpretasi terhadap makna dari simbol-simbol
yang tertulis. Jika seseorang tidak memahami sebagian makna dari teks, maka

ia belum membaca, bahkan jika seseorang itu melafalkan setiap kata dengan
tepat.
3. Membaca melibatkan kegiatan mengkonstruksi makna dari passage makna dari
bagian yang tertulis.
Di samping untuk memahami informasi dari huruf-huruf dan kata-kata
dalam teks, membaca melibatkan kegiatan memilih dan menggunakan
pengetahuan tentang orang, tempat, sesuatu, dan pengetahuan tentang teks dan
organisasi teks. Sebuah teks tidak banyak mengandung makna seperti sumber
dari informasi yang memungkinkan pembaca untuk melibatkan pengetahuan
yang telah dimilikinya sehingga dapat menentukan makna yang terkandung di
dalam teks.
Beberapa metode pengajaran membaca lebih cocok bagi beberapa siswa
dari pada siswa lainnya. Sebagian siswa merupakan individu yang belajar
dengan cara mereka sendiri. Beberapa siswa merupakan pebelajar yang visual,
beberapa lainnya merupakan pebelajar auditor dan yang lainnya merupakan
pembelajar yang kinestetik. Guru harus membedakan pengajaran sesuai dengan
kebutuhan anak. Tentu saja, beberapa metode akan tepat bagi beberapa guru.
Guru memerlukan pemahaman mengenai variasi metode sehingga mereka
dapat menolong semua muridnya.
4. Belajar embaca merupakan proses yang berkelanjutan
Anak-anak belajar membaca dalam beberapa periode waktu yang
panjang, memperoleh kemampuan membaca lanjutan setelah mereka
menguasai keterampilan prasyarat. Bahkan setelah mereka menguasai semua
jenis membaca, latihan membaca masih harus terus berlanjut. Dengan tidak
memandang seberapa tua usia atau seberapa lama mereka telah meninggalkan
bangku sekolah, mereka tetap melanjutkan meningkatkan kemampuan
membacanya. Keterampilan membaca membutuhkan latihan yang terusmenerus. Jika seseorang tidak berlatih, maka kemampuan membacanya tidak
berkembang. Oleh karena itu, latihan membaca perlu dikembangkan secara
terus-menerus.
5. Siswa harus diajari pengenalan kata yang memungkinkan mereka dapat
mengenali pelafalan dan makna kata-kata sulit secara independen.

Siswa tidak dapat mengingat semua kata yang mereka baca dalam teks.
Oleh karena itu mereka membutuhkan untuk mempelajari teknik-teknik untuk
memahami kata-kata yang tidak dikenal sehingga mereka dapat memahami isi
bacaan meskipun tanpa bantuan guru, orang tau, atau teman.
6. Membaca dan keterampilan berbahasa lainnya sangat berkaitan
Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan bahasa tulis saat di
mana pembaca berusaha untuk merekonstruksi pesan penulis sangat
berhubungan erat dengan keterampilan berbahasa lainnya (menyimak,
berbicara, dan menulis). Hubungan erat antara menulis dan membaca adalah
keduanya merupakan kemampuan berbahasa reseptif, yang bertolak belakang
dengan dua keterampilan membaca ekspresif yaitu berbicara dan menulis.
Kemampuan menyimak yang baik sangat penting dalam meningkatkan
kemampuan membaca. Hubungan antara membaca dan menulis sangat kuat,
keduanya merupakan proses yang konstruktif. Pembaca harus mengkonstruksi
pesan dibalik teks yang tertulis, sementara itu menulis merupakan kegiatan
untuk menyampaikan ide dan mengekspresikan gagasan yang disampaikan
secara tertulis. Pesan yang disampaikan lewat tulisan, dikodekan oleh pembaca
melalui kegiatan membaca. Dengan demikian keempat keterampilan berbahasa
tersebut saling berkaitan.
I. Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis
Agar pembelajaran menulis terlaksana secara terarah dan efektif, perlu ada
prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pendidik yaitu guru.
Dixon dan Nassel (Arini dkk; 2007) mengemukakan beberapa prinsip
pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran
menulis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan menulis, siswa bertitik tolak dari topik priibadi yang
bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipahami dan diminati
oleh siswa.
2. Sebelum menulis

siswa

hendaknya

diberi

bercakapan.

Prinsip

ini

mengisyaratkan agar kegiatan menulis didahului oleh kegiatan berbicara

pengalaman, pengetahuan, dan kegemaran siswa yang ada kaitannya dengan


topik.
3. Menulis

bukan

merupakan

keterampilan

yang

mudah.

Prinsip

ini

mengisyaratkan agar keterampilan menulis dibelajarkan dalam konteks yang


menyenangkan, khususnya bagi penulis pemula. Mereka perlu mendapatkan
bimbinggan tentang komposisi penulisann yang sederhana agar mereka
bergairah menulis dan tidak mempunyai rasa frustasi.
4. Menulis hendaknya diberikan ke dalam bentuk komunikasi. Segal aide yang
ditulis hendaknya merupakan sesuatu yang dapat mereka sampaikan. Mereka
menjadi yakin bahwa melalui tulisan, idea tau gagasan siswa dikomunikasikan
kepada orang lain.
5. Menghindari pengoreksian kesalahan menulis. Kesalahan tata bahasa,
penyusunan kalimat, dan kesalahan mekanik sebagai akibat keterbatasan
kebahasan mereka hendaknya disikapi sebagai hal yang wajar. Pengoreksian
kesalahan tata bahasa dan mekanik dilaksanakan setelah siswa lancar dan tidak
mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam menulis.
6. Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan berbahasa lainnya
hendaknya ada hubungan yang jelas. Pembelajaran menulis hendaknya
mempunyai keterkaitan dengan cerita yang telah dibaca atau didengar.
J. Aplikasi Prinsi-prinsip dalam Pembelajaran Bahasa
1. Prinsip 1: Pembelajar diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan
dan minat. Aplikasinya dalam pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut.
a) Melibatkan peserta didik sebagai pribadi yang utuh harus dalam
menentukan

tujuan

dan

kegiatan

pembelajaran.

Misalnya

dalam

pembelajaran menulis puisi, siswa diberi kebebasan untuk menentukan


judul puisi asalkan konteks puisi sesuai dengan tema.
b) Guru mendorong kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah,
mengungkapkan pendapat, serta mendorong kreativitas peserta didik.
Misalnya dengan teknik diskusi, simulasi, sosiodrama, karyawisata,
penugasan, dan lain-lain.
c) Guru memperhatikan kegiatan, latihan, dan sumber belajar dengan
memperhatikan perbedaan individu, IQ, bakat, minat, gaya belajar, latar
belakang bahasa, dsb.

d) Memberikan penguatan serta dorongan kepada peserta didik agar tetap


percaya diri pada kemampuan yang dimiliki.
2. Prinsip 2: Pembelajar diberi kesempatan berparstisipasi dalam penggunaan
bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas. Aplikasi dalam
pembelajaran bahasa sebagai berikut.
a) Guru mendorong dan meningkatkan keterlibatan peserta didik secara aktif
dalam berbagai kegiatan komunikatif. Misalnya: dengan mengaktifkan
peserta didik untuk mengemukakan pendapat ketika diskusi, menceritakan
pengalaman pribadi di depan kelas, dll.
b) Guru sebagai fasilitator menyediakan berbagai kegiatan komunikaf secara
lisan maupun tulisan, misalnya pembelajaran dengan diskusi kelompok,
sosiodrama, kerja kelompok, simulasi, dan karya wisata yang dekat
dengan lingkungan siswa sehingga hal ini dapat memberikan pengalaman
yang bermakna dalam pembelajaran bahasa peserta didik.
3. Prinsip 3:
Pembelajar memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa antara lain:
a) guru menekankan bahwa bentuk-bentuk kebahasaan (misalnya kosakata,
tata bahasa), keterampilan, strategi, dan pengetahuan umum merupakan
bagian dari integral dari pengalaman belajar bahasa sehingga peserta didik
dapat menggunakan kemampuan berbahasa dengan tepat;
b) peserta didik dilatih untuk melakukan keterampilan lisan maupun tulisan
baik secara individu maupun kelompok. Contohnya: menulis majalah
dinding, lomba pidato, lomba menulis puisi antar kelas, dll.
4. Prinsip 4: Pembelajar akan belajar secara optimal jika ditunjukkan pada aspek
sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari
bahasa sasaran Aplikasi dalam pembelajaran bahasa sebagai berikut.
a) Memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk berhubungan
langsung dengan penutur dari daerah lain dan budaya asli bahasa lain.
Misalnya: mendatangkan penutur asli dari daerah lain, pertukaran antar
pelajjar, karyawisata, memperkenalkan peserta didik dengan yanyian
daerah lain, gambar, bukum, dan karyasastra lainnya.
b) Melakukan pembelajaran langsung dengan berkomunikasi dengan
penutur daerah lain. Hal ini dapat diperkaya dengan demontrasi film,

dan video yang dapat memperbaiki komunikasi peserta didik dengan


bahasa lain.
5. Prinsip 5: Pembelajar menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa sebagai berikut.
a) Guru menunjukkan secara jelas karakteristik umum bahasa dan budaya
sasaran serta peran peserta didik dalm kehidupan bermasyarakat.
b) Kesadaran berbahasa ditingkatkan dengan permainan bersajak,
berpantun, permainan kosakata, teka-teki, serta praktik berbahasa baik
secara lisan maupun tertulis.
c) Pembrlajaran diisi dengan pengalaman budaya bahasa sasaran.
6. Prinsip 6: Pembelajar akan belajar dengan baik jika diberi umpan balik yang
tepat menyangkut kemajuan belajar. Aplikasi dalam pembelajaran bahasa
adalah sebagai berikut.
a) Peserta didik

berserta

guru

bersama-sama

membahas

tujuan

pembelajaran dan mencari cara untuk mencapai tujuan pembelajaran


tersebut. Contoh: dalam pembelajaran menulis cerita, memahami
sosiokultur dan cerita rakyat suatu daerah.
b) Guru memberikan feedback yang efektif atas kegiatan pembelajaran.
c) Peserta didik didorong untuk menilai kinerja bahasa diri sendiri
maupun orang lain.
d) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang keberhasilan
komunikais, misalnya ketepatan dengan kaidah kebahasaan dan
ketepatan isi dengan konteks bahasan.
7. Prinsip 7: Pembelajar akan belajar dengan baik jika diberi kesempatan untuk
mengatur pembelajaran mereka sendiri. Aplikasi dalam pembelajaran bahasa
adalah sevagai berikut.
a) Guru memfokuskan kegiatan belajar pada keterampilan berbahasa
peserta

didik.

Mencakup

keterampilan

menyimak,

berbicara,

membaca, dan menulis.


b) Guru menciptakan kondisi untuk mengembangkan interaksi sosial dan
keterampilan belajar bersama.

BAB III
KESIMPULAN
Manusia sering disebut sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial.
Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan
yang tidak nampak. Berbahasa merupakan kelanjutan dari proses berpikir.
Karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk bisa
berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Untuk mempelajari atau memperoleh
bahasa degan cara mudah diperlukan penguasaan bahasa yang baik salah satu
caranya adalah dengan memahami teori belajar bahasa. Meliputi Behaviorisme,
Nativisme, Kognitivisme, Fungsional (interaksionis) Konstruktivisme serta
Humanisme.
Belajar merupakan hal yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan
sehingga tanpa ada belajar maka sesungguhnya tidak pernah ada pula pendidikan.
Di samping itu, pernanan penting belajar sebagi bentuk mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia di tengah persaingan antar bangsa lainnya
yang lebih dulu maju karena belajar. Sehingga pembelajaran bahasa harus
mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam
kegiatan pembelajarannya, serta menajadikan aspek-aspek tersebut sebagai
petunjuk dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang
harus dikuasai oleh guru adalah prinsip dalam pembelajaran menyimak, berbicara,
membaca dan menulis.
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip
saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang berkaitan dengan proses belajar. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru
dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira,
dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang
dapat menunjang, seperti: lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan
tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk
menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku

dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan
tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1997). Isi dan srategi pengajaran bahasa dan sastra. Malang: Y3A.
Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by principles an interactive approach to
language pedagogy. San Fransisco: Longman.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Materi pelatihan terintegrasi bahasa
dan sastra Indonesia. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.
Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad Surya. (2004). Psikologi pembelajaran dan pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.

Richard, J. C. & Renandya, W. A. (2002). Methodology in language teaching: an


apnthology of current practice. Cambridge: Cambridge University Press.
Schunk, Dale H. (2012). Learning theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suwardi Pringgawidagda. (2002). Strategi penguasaan berbahasa. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai