Oleh:
Felix Baskara Bhakti Utomo (15712251040)
Ardita Markhatus Solekhah (15712251076)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori,
sedangkanteori akan berkaitan dengan sesuatu yang dipandang secara ilmiah. Jika
teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraiam konsep dasar belajar akan
tertuju pada landasan ilmiah pembelaaran.
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Indikator belajar ditunjukkan dengan perubahan dalam tingkah laku. Dan untuk
memantapkan pondasi pemahaman akan belajar, tentu kita perlu mengetahui
konsep dan teori belajar.
Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak
bahkan yang tidak nampak melalui pikiran. Berbahasa merupakan kelanjutan dari
proses berpikir karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk
bisa berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya
dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi
dalam masyarakat.
Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur
sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek. Pembelajaran adalah
suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan
proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Undang undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Belajar Bahasa
Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan sarana, alat, atau media
untuk berinteraksi dengan orang lain yang disebut bahasa. Percakapan terjadi
antara dua orang atau lebih yang saling mengeluarkan arus bunyi dan mengadakan
reaksi. Dengan demikian, bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Ujaran
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Melalui ujaran inilah manusia
mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat
mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.
Keraf, Gorys (1986: 21) mengatakan bahwa apa yang dalam pengertian
sehari-hari disebut bahasa itu meliputi dua bidang yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh alat-alat ucap yang mengandung arti atau makna dan bunyi itu merupakan
getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar, serta arti atau makna
adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi.
Arus bunyi itu dinamakan arus ujaran. Ujaran manusia dapat dikatakan sebagai
bahasa apabila ujaran tersebut mengandung makna, atau apabila dua orang
manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang
serupa. Oleh karena itu apakah setiap ujaran itu mengandung makna atau tidak,
haruslah ditilik dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap
kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah
sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu
pula. Konvensi-konvensi masyarakat akhirnya menghasilkan bermacam-macam
satuan struktur bunyi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu makna tertentu secara
bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa.
Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang dimaksud
adalah suatu proses menyampaikan maksud kepada orang lain dengan
menggunakan saluran tertentu. Komunikasi bisa berupa pengungkapan pikiran,
gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi suatu
peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat,
paragrap atau paraton, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur
prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Hal ini relevan dengan kompetensi
pembelajaran bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca,
berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa
adalah
keterampilan
komunikasi
dalam
berbagai
konteks
komunikasi.
Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir,
menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu
dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang
kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspekaspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam
pembelajaran di kelas guru mengajarkan Bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan. Salah satu fungsi
pengajar adalah penggerak terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai penggerak,
pengajar harus memenuhi beberapa kriteria yang menyatu dalam diri pengajar
agar
dapat
menunjukan
profesionalitasnya
dalam
membuat
rancangan
kemampuan membedakan,
konsep kongkrit,
konsep terdefinisi,
nilai,
nilai/aturan tingkat tinggi,
strategi kognitif,
informasi verbal,
sikap, dan
keterampilan motorik.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang
dalam
siklus
pembelajaran
dimaksudkan
untuk
berlangsung.
Peranan
instruktur
atau
pendidik
hanyalah
peserta
belajar
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat seperti; penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan
dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan penerapan. Pelatihan
terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan,
perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demikian sejalan
dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakekat inovasi
pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Jika keempat unsur
tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung. Dalam satu
studi
dilaporkan
bahwa
tanpa
penerapan
segera
dan
upaya
untuk
prasyarat,
menyampaikan
materi
pembelajaran,
memberikan
siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus,
kubus, dsb.
f. Belajar konsep (concept learning)
Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek
dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep contohnya yaitu
memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori.
Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep
dalam kuliah mekanika teknik.
g. Belajar dalil (rule learning)
Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah
yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep
biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru
memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang
merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya
siswa tidak mengulangi kesalahannya.
h. Belajar memecahkan masalah (problem solving)
Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah
untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi
(higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau
permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka
mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika
jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil
belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau
gambar.
b. Informasi verbal yaitu seseorang belajar menyatakan atau menceritakan
suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan
cara menggambar.
c. Strategi kognitif yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur proses
belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
1)
2)
3)
4)
5)
Value Complex).
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan
aspek
keterampilan
motorik
seperti
tulisan
tangan,
tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Bloom.
Persepsi (Perception)
Kesiapan (Set)
Guided Response (Respon Terpimpin)
Mekanisme (Mechanism)
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Penyesuaian (Adaptation)
Penciptaan (Origination)
yang tidak
nampak.
Manusia
atau
binatang mengirimkan respons atau operant (ujaran atau sebuah kalimat), tanpa
adanya stimulus yang tampak. Operant itu dipertahankan dengan penguatan.
Dengan perulangan yang terus-menerus
akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan
diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu guru memilih metode
pengajaran yang lebih kreatif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar bahasa
misalnya dengan menyuruh siswa memnceritakan sesuatu yang diinginkannya
dengan bahasanya sendiri dalam durasi waktu yang telah ditentukan. Walaupun
pada awalnya siswa kesulitan dalam menyampaikan isi cerita namun jika
dibiasakan anak tersebut akan dapat dengan mudah menyampaikan isi cerita.
Awalnya memang dimungkinkan terjadi banyak kesalahan dalam cara
penyampaian isi cerita namun lambut laun anak tersebut akan lebih banyak
menyerap kata berdasarkan pembenaran yang didaat dari guru mengenai apa yang
seharusnya dikatakan atau bahasa seperti apakah yang dirasa lebih cocok dan
sebagainya.
2. Teori Nativisme
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran
bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa kita dilahirkan itu sudah memiliki bakat
untuk memperoleh dan belajar bahasa. Mereka menganggap bahwa bahasa
merupakan pemberian biologis sejak lahir Chomsky merupakan tokoh teori
Nativisme yang mengatakan bahwa hanya manusialah satu-satunya makhluk
Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa
juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Menurut Chomsky, bakat bahasa itu terdapat dalam
kotak hitam (black box) yang disebutnya sebagai language acquisition device
(LAD) atau piranti pemerolehan bahasa. McNeill mendeskripsikan LAD itu terdiri
atas empat bakat bahasa, yakni:
1) kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain dalam
lingkungannya,
2) kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang
beragam;
3) pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang
lain yang tidak mungkin;
berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai
manusia.
a. Kognisi dan perkembangan bahasa
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan
lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas
kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan
dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa
pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna
bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih
ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya.
Menurut Slobin ada dua hal yang menentukan model.
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas
komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema
batin konjungsi.
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan
pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata
bahasa.
b. Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan
baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa
kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya
digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk
itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan
komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa yaitu seorang guru akan lebih terbuka
dalam proses pembelajaran didalam kelas. Teori ini akan mempermudah guru
terutama dalam model belajar berbentuk diskusi. Siswa biasanya kesulitan dalam
berbahasa secara formal akibatnya ide atau pendapat yang dimiliki tidak dapat
dituangkan hanya karena siswa bingung bagaimana cara menungkan. Andaikan
guru memberi keleluasaan pada siswa untuk bisa berbicara atau mengemukakan
pendapat yang dimiliki dengan bahasa nya sendiri dimungkinkan akan banyak
siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yang ada namun guru juga tetap
memiliki fungsi sebagai korektor bahasa pada akhir diskusi atau sesekali
membenarkan bahasa siswa yang dirasa kurang benar.
5. Teori Konstruktivisme (Leu Vygotski)
Vygotsky mengakui bahwa faktor biologis (misalnya, pematangan
neurologis) berperan dalam pembangunan. Anak-anak membawa karakteristik dan
disposisi tertentu untuk situasi yang mereka temukan, dan tanggapan mereka
berbeda-beda. Selanjutnya, perilaku anak-anak, yang dipengaruhi sebagian oleh
sifat diwariskan, mempengaruhi pengalaman tertentu yang dimiliki anak. Namun,
fokus utama Vygotsky pada peran lingkungan-terutama sosial dan budaya
lingkungan-ini dapat mendorong pertumbuhan kognitif anak.
Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding
oleh Vygotsky. Scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu
sejumlah bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan
sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa
dapat mandiri.
Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka
sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk
mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari bahasa pertama dan
kedua. Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah
mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif menciptakan lingkungan belajar
yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan
mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Guru harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatan
belajar yang menarik dan memotivasi pelajar,
b. Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat
konsep.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa adalah dalam merencanakn isi dan
proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Dasar, guru harus
memperhatikan sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
pembelajaran.
6. Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa
agar bisa berkembang di tengah masyarakat. Teori humanisme menurut Coombs
(1981) adalah sebagai berikut.
a. Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya.
c. Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik,
pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).
d. Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual.
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. Suasana belajar
yang menantang dan bisa dimengerti.
f. Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus,
respek, menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Aplikasi dalam pembelajaran bahasa adalah teori ini mengajarkan rasa
menghargai dari guru terhadap siswa. Banyak ditemui kejadian yang berhubungan
dengan kekerasan pada anak didik bbaik di media cetak ataupun elektronik.
Menjadi guru berati harus siap terhadap segala hal yang berhubungan dengan
perilaku siswa. Terkadang ada seorang guru yang merasa dirinya paling benar dan
tidak menerima kritik dari anank didiknya. Seharusnya guru tersebut tidak
berperilaku demikian. Siswa mungkin memang takut tetapi siswa tidak meniru
hormat terhadap guru semacam itu. Guru yang baik adalah guru yang dihormati
bukan ditakuti.
E. Prinsip dalam pembelajaran bahasa
Prinsip pembelajaran menrupakan panduan dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar
bahasa yang kemudian
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota masyarakat. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru hendaknya menggunakan
teknik, metode, dan strategi daripada memberi informasi secara langsung kepada
peserta didik. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered.
2. Prinsip Integratif
Bahasa merupakan suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan
kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan
berbahasa yaitu berkomunikasi. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Keempat sistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya,
pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur
tersebut. Sebagai contoh pada saat pembelajaran berbicara, kita menggunakan
kata, kata disusun menjadi kalimat, kalimat yang kita ucapkan menggunakan
intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini secara tidak sadar kita telah memadukan
unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik
(makna kalimat). Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa
hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya disajikan secara terpadu atau terintegratif baik antara unsur fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan
berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam pembelajaran keterampilan membaca,
seseorang dapat sekaligus memadukan keterampilan menulis, dan keterampilan
berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak seseorang dapat memadukan
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca, atau
menulis.
3. Prinsip Fungsional
Prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa
harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam
memenuhi keterampilan untuk hidup. Prinsip fungsional dalam pembelajaran
bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan
berhubungan
erat
atau
menyatu
dengan
mengingat
dan
membedakan
komponen-komponen
kebahasaan
yang
prinsip
pembelajaran
berbicaram
Rofiuddin
(1998:
18)
ia belum membaca, bahkan jika seseorang itu melafalkan setiap kata dengan
tepat.
3. Membaca melibatkan kegiatan mengkonstruksi makna dari passage makna dari
bagian yang tertulis.
Di samping untuk memahami informasi dari huruf-huruf dan kata-kata
dalam teks, membaca melibatkan kegiatan memilih dan menggunakan
pengetahuan tentang orang, tempat, sesuatu, dan pengetahuan tentang teks dan
organisasi teks. Sebuah teks tidak banyak mengandung makna seperti sumber
dari informasi yang memungkinkan pembaca untuk melibatkan pengetahuan
yang telah dimilikinya sehingga dapat menentukan makna yang terkandung di
dalam teks.
Beberapa metode pengajaran membaca lebih cocok bagi beberapa siswa
dari pada siswa lainnya. Sebagian siswa merupakan individu yang belajar
dengan cara mereka sendiri. Beberapa siswa merupakan pebelajar yang visual,
beberapa lainnya merupakan pebelajar auditor dan yang lainnya merupakan
pembelajar yang kinestetik. Guru harus membedakan pengajaran sesuai dengan
kebutuhan anak. Tentu saja, beberapa metode akan tepat bagi beberapa guru.
Guru memerlukan pemahaman mengenai variasi metode sehingga mereka
dapat menolong semua muridnya.
4. Belajar embaca merupakan proses yang berkelanjutan
Anak-anak belajar membaca dalam beberapa periode waktu yang
panjang, memperoleh kemampuan membaca lanjutan setelah mereka
menguasai keterampilan prasyarat. Bahkan setelah mereka menguasai semua
jenis membaca, latihan membaca masih harus terus berlanjut. Dengan tidak
memandang seberapa tua usia atau seberapa lama mereka telah meninggalkan
bangku sekolah, mereka tetap melanjutkan meningkatkan kemampuan
membacanya. Keterampilan membaca membutuhkan latihan yang terusmenerus. Jika seseorang tidak berlatih, maka kemampuan membacanya tidak
berkembang. Oleh karena itu, latihan membaca perlu dikembangkan secara
terus-menerus.
5. Siswa harus diajari pengenalan kata yang memungkinkan mereka dapat
mengenali pelafalan dan makna kata-kata sulit secara independen.
Siswa tidak dapat mengingat semua kata yang mereka baca dalam teks.
Oleh karena itu mereka membutuhkan untuk mempelajari teknik-teknik untuk
memahami kata-kata yang tidak dikenal sehingga mereka dapat memahami isi
bacaan meskipun tanpa bantuan guru, orang tau, atau teman.
6. Membaca dan keterampilan berbahasa lainnya sangat berkaitan
Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan bahasa tulis saat di
mana pembaca berusaha untuk merekonstruksi pesan penulis sangat
berhubungan erat dengan keterampilan berbahasa lainnya (menyimak,
berbicara, dan menulis). Hubungan erat antara menulis dan membaca adalah
keduanya merupakan kemampuan berbahasa reseptif, yang bertolak belakang
dengan dua keterampilan membaca ekspresif yaitu berbicara dan menulis.
Kemampuan menyimak yang baik sangat penting dalam meningkatkan
kemampuan membaca. Hubungan antara membaca dan menulis sangat kuat,
keduanya merupakan proses yang konstruktif. Pembaca harus mengkonstruksi
pesan dibalik teks yang tertulis, sementara itu menulis merupakan kegiatan
untuk menyampaikan ide dan mengekspresikan gagasan yang disampaikan
secara tertulis. Pesan yang disampaikan lewat tulisan, dikodekan oleh pembaca
melalui kegiatan membaca. Dengan demikian keempat keterampilan berbahasa
tersebut saling berkaitan.
I. Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis
Agar pembelajaran menulis terlaksana secara terarah dan efektif, perlu ada
prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pendidik yaitu guru.
Dixon dan Nassel (Arini dkk; 2007) mengemukakan beberapa prinsip
pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran
menulis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan menulis, siswa bertitik tolak dari topik priibadi yang
bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipahami dan diminati
oleh siswa.
2. Sebelum menulis
siswa
hendaknya
diberi
bercakapan.
Prinsip
ini
bukan
merupakan
keterampilan
yang
mudah.
Prinsip
ini
tujuan
dan
kegiatan
pembelajaran.
Misalnya
dalam
berserta
guru
bersama-sama
membahas
tujuan
didik.
Mencakup
keterampilan
menyimak,
berbicara,
BAB III
KESIMPULAN
Manusia sering disebut sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial.
Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan
yang tidak nampak. Berbahasa merupakan kelanjutan dari proses berpikir.
Karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk bisa
berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Untuk mempelajari atau memperoleh
bahasa degan cara mudah diperlukan penguasaan bahasa yang baik salah satu
caranya adalah dengan memahami teori belajar bahasa. Meliputi Behaviorisme,
Nativisme, Kognitivisme, Fungsional (interaksionis) Konstruktivisme serta
Humanisme.
Belajar merupakan hal yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan
sehingga tanpa ada belajar maka sesungguhnya tidak pernah ada pula pendidikan.
Di samping itu, pernanan penting belajar sebagi bentuk mempertahankan
kehidupan sekelompok umat manusia di tengah persaingan antar bangsa lainnya
yang lebih dulu maju karena belajar. Sehingga pembelajaran bahasa harus
mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam
kegiatan pembelajarannya, serta menajadikan aspek-aspek tersebut sebagai
petunjuk dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang
harus dikuasai oleh guru adalah prinsip dalam pembelajaran menyimak, berbicara,
membaca dan menulis.
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip
saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan
yang berkaitan dengan proses belajar. Teori belajar adalah suatu teori yang di
dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru
dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira,
dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang
dapat menunjang, seperti: lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan
tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk
menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku
dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan
tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1997). Isi dan srategi pengajaran bahasa dan sastra. Malang: Y3A.
Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by principles an interactive approach to
language pedagogy. San Fransisco: Longman.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Materi pelatihan terintegrasi bahasa
dan sastra Indonesia. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional.
Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad Surya. (2004). Psikologi pembelajaran dan pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.