2) Metode Discovery
Metode discovery merupakan metode pengajaran modern yang dilakukan dengan cara
mengembangkan cara belajar siswa menjadi lebih aktif, mandiri, dan pemahaman yang lebih
baik. Siswa mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, sehingga dapat diingat lebih baik.
3) Metode Inquiry
Metode inquiry merupakan metode yang mampu membangun siswa untuk menyadari
apa yang dia dapatkan selama belajar. Guru tetap memiliki peranan penting dalam metode ini
yaitu dengan membuat design pengalaman belajar.
4) Mind Mapping
Mind mapping adalah metode belajar dengan menerapkan cara berfikir runtun terhadap
suatu permasalahan bagaimana bisa terjadi sampai pada penyelesaiannya.
1
5) Role Playing/ Berbagi peran
Metode pembelajaran dengan role playing yaitu dengan metode drama atau peran.
Metode ini dengan melibatkan siswa dalam berakting sebagai suatu karakter dalam suatu
situasi tertentu dan menunjukkan respon yang seharusnya dilakukan.
6) Cooperative Script
Skrip kooperatif merupakan metode belajar dengan memasangkan siswa dan secara
lisan menuntut siswa untuk mengutarakan intisari dari bagian materi yang disampaikan.
7) Metode Mengajar Beregu (Team Teaching Method)
Metode mengajar ini dilakukan oleh lebih dari satu pengajar, materi diberikan dengan
jadwal yang berbeda oleh beberapa pengajar.
8) Metode Mengajar Sesama Teman (Peer Teaching Method)
Metode mengajar ini dilakukan dengan cara berdiskusi, atau juga dengan
presentasihasil diskusi. Kelompok menyampaikan materi hasil diskusi dan memberi
kesempatan pada teman- temannya untuk bertanya.
9) Metode Bagian (Teileren method)
Metode pengajaran ini dilakukan denganmemberikan materi sebagian sebagian,
misalnya belajar ayat. Pengajaran dimulai dari ayat per ayat yang kemudian disambung lagi
dengan ayat lain.
10) Metode Global
Metode global ini mengajarkan pada siswa keseluruhan materi, kemudian siswa
membuat resume tentang materi tersebut yang mereka serap dan diambil intisarinya.
c. Penilaian
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi peserta didiki (Sukardi, 2009). Definisi lain datang dari Linn dan Grounlund
(dalam Koyan, 2011), yang menyatakan bahwa penilaian (asesmen) adalah istilah umum yang
melibatkan seluruh rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
hasil belajar peserta didik dan kemajuan belajar peserta didik. Secara umum penilaian bertujuan
untuk memberikan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik
dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik (Sukardi, 2009). Secara khusus
penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading,
seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
2
d. Sumber-sumber Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia
Menurut Spolsky dalam Tarigan (1989: 32), pembelajaran bahasa terutama
pembelajaran bahasa kedua mempunyai tiga sumber utama, yaitu: (1) Pemberian bahasa, (2)
Teori pembelajaran bahasa, dan (3) Teori pemakaian bahasa.
Dasar-dasar teoretis yang diperlukan dan data yang mendasari pengajaran bahasa
adalah: (1) Pisikologi untuk teori pembelajaran; (2) Pisikolinguistik untuk teori pembelajaran
bahasa; (3) Linguistik umum untuk teori-teori bahasa dan pemerian bahasa; (4) osiolinguistik
untuk teori pemakaian bahasa dalam masyarakat (Tarigan, 1989: 32).
3
c. Seleksi Gradasi Bahasa
Gradasi bahasa sebagai bagian pengembangan bahan ajar bahasa diyakini akan
berpengaruh terhadap proses maupun hasil pembelajaran bahasa. Oleh karena itu, isi
pembelajaran perlu ditatatingkatkan dengan mengacuhkan berbagai faktor dan mendasarkan
pada pola atau jenis gradasi tertentu. Faktor tersebut adalah tujuan, tingkat, waktu, masukan,
pembelajar, dan aktivitasn pembelajaran. Pola gradasi yang dapat dipilih adalah lurus, putar,
gramatis, situasional, atau nosional-fungsional. Pemilihan pola gradasi manapun dengan
pengacuhan faktor-faktor manapun, keoptimalan gradasi terpilih perlu dikaji dari perspektif
deskripsi bahasa sasaran, analsis kontrastif bahasa yang telah dikuasai dengan yang sedang
dipelajari, dan struktur proses pembelajaran.
4) Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top
down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan
4
pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan
berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
6) D.K Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967)
mempunyai argumen tersendiri agar pengembanagan kurikulum (curriculum developers) dapat
menggunakan suatu proses melingkar (a cycle process), yang mana setiap elemen saling
berhubungan dan saling bergantung.
5
pendidikan. Karena tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku (behavior) manusia, maka
hasilnya adalah taksonomi perilaku manusia. Taksonomi ini merupakan klasifikasi plus
urutannya. Bloom membagi perilaku manusia ke dalam tiga ranah (domain), yaitu : kognitif
(yang berkaitan dengan pikiran manusia), afektif (yang berkaitan dengan hati dan perasaan
manusia), dan psikomotor (yang berkaitan dengan gerakan fisik manusia).
b. Kurikulum
Richards (2002:73) mengatakan bahwa istilah kurikulum memiliki beragam definisi.
Dalam arti sempitnya itu identik dengan istilah silabus, seperti dalam spesifikasi isi dan urutan
apa yang diajarkan; dalam arti yang lebih luas itu mengacu pada semua aspek perencanaan,
implementasi dan evaluasi program pendidikan, mengapa, bagaimana, dan seberapa baik
bersama dengan apa proses belajar mengajar. Kurikulum adalah semua kegiatan di mana anak-
anak terlibat di bawah naungan sekolah. ini termasuk tidak hanya apa yang dipelajari siswa,
tetapi bagaimana mereka mempelajarinya, bagaimana guru membantu mereka belajar
menggunakan bahan pendukung apa, jenis, dan metode penilaian, dan dalam jenis fasilitas apa.
6
c. Hubungan Silabus dengan Pengembangan Kurikulum
Menurut Richards (2001:2) bahwa sejarah pengembangan kurikulum dalam
pembelajaran Bahasa dimulai dari makna desain silabus. Rancangan silabus adalah salah satu
aspek dari pengembangan kurikulum tapi tidak sama dengan kurikulum. Silabus adalah
spesifikasi dari instruksi dan daftar isi pembelajaran apa yang akan diajarkan dan dinilai.
Rancangan silabus adalah proses pengembangan silabus. Pengembangan kurikulum lebih
menyeluruh prosesnya daripada pengembangan silabus. Ini termasuk dalam proses yang
digunakan untuk menetapkan kebutuhan kelompok pembelajar, tujuan pengembangan atau
tujuan program yang ditujukan pada kebutuhan tersebut, untuk menetapkan silabus yang tepat,
pembelajaran structure, metode pembelajaran, bahan dan pelaksanaan evaluasi program
Bahasa yang dihasilkan dari proses ini.
5. ANALISIS KEBUTUHAN
a. Tujuan Analisis Kebutuhan
Richard (2001:52) menyatakan bahwa tujuan analisis kebutuhan dalam pengembangan
kurikulum bahasa dapat digunakan untuk sejumlah tujuan yang berbeda, misalnya: (1) Untuk
mengetahui kemampuan kebutuhan bahasa pelajar dan untuk melakukan peran tertentu, seperti
manajer penjualan, pemandu wisata atau mahasiswa. (2) Untuk membantu menentukan apakah
kursus yang sudah ada memadai kebutuhan potensial siswa. (3) Untuk menentukan siswa dari
kelompok yang paling membutuhkan pelatihan dalam keterampilan bahasa tertentu. (4) Untuk
mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang siswa dapat lakukan dan apa yang mereka
butuhkan. (5) Untuk mengumpulkan informasi tentang peserta didik mengenai masalah
tertentu yang dialami.
b. Analisis Kebutuhan Penutur Bahasa
Richards (2001:55-56) menyatakan bahwa sebagai contoh analisis kebutuhan untuk
penutur bahasa meliputi: (1) Petugas kurikulum dalam pelayanan pendidikan, yang mungkin
ingin menggunakan informasi tersebut untuk menilai kecukupan silabus, kurikulum, dan bahan
yang ada. (2) Guru yang akan mengajarkan dari kurikulum baru. (3) Peserta didik, yang akan
diajarkan dari kurikulum. (4) Penulis, yang sedang mempersiapkan buku baru. (5) Penguji
7
pribadi, yang terlibat dalam pengembangan penilaian akhir sekolah. (6) Pihak ketiga, yang
tertarik untuk mengetahui apa yang diharapkan dari siswa di keluar sekolah dan masalah yang
mereka hadapi.
6. ANALISIS SITUASIONAL
a. Faktor Kemasyarakatan
Dalam memeriksa dampak faktor-faktor sosial pada pengajaran bahasa, oleh karena itu
tujuannya adalah untuk menentukan dampak kelompok dalam masyarakat atau masyarakat
pada umumnya, yakni: (1) Pembuat kebijakan di pemerintahan, (2) Pejabat pemerintah
pendidikan dan lainnya, (3) Majikan, (4) Komunitas bisnis, (5) Politisi, (6) Spesialis
pendidikan tinggi, (7) Organisasi pendidikan, (8) Orangtua, (9) Warga negara, dan (10) Siswa.
b. Faktor Proyek
Proyek-proyek kurikulum biasanya diproduksi oleh orang-orang yang belajar. Anggota
tim adalah spesialis yang disewa khusus untuk tujuan tersebut, mereka mungkin guru kelas
yang diperbantukan pada proyek untuk jangka waktu tertentu, atau proyek dapat dilakukan oleh
guru staf lain dari lembaga pengajaran sebagai bagian dari tugas rutin mereka. Proyek
diselesaikan di bawah batasan waktu, sumber daya, dan pribadi yang berbeda, dan masing-
masing variabel ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap proyek.
c. Faktor Kelembagaan
Menurut Richards (2002: 97) Lembaga pengajaran adalah kumpulan guru, kelompok,
dan departemen, kadang berfungsi serempak, kadang-kadang dengan komponen yang berbeda
8
berfungsi secara independen, atau kadang-kadang dengan komponen dalam hubungan
konfrontatif. Di tangan, mungkin ada iklim di mana para guru tidak percaya satu sama lain dan
administrasi tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap sekolah.
d. Faktor Guru
Menurut Richards (2002:99), guru adalah faktor kunci dalam keberhasilan
implementasi perubahan kurikulum. Guru yang luar biasa sering dapat mengimbangi sumber
daya dan materi yang berkualitas buruk yang harus mereka kerjakan. Tetapi guru yang kurang
terlatih mungkin tidak dapat menggunakan bahan ajar yang efektif tidak peduli seberapa baik
mereka dirancang.
e. Faktor Pelajar
Peserta didik memiliki agenda mereka sendiri dalam pelajaran bahasa yang mereka
hadiri. Agenda-agenda ini, sebanyak tujuan guru, menentukan apa yang diambil para siswa dari
setiap pertemuan pengajaran/pembelajaran yang diberikan. Peserta didik dapat mempengaruhi
hasil proyek dalam cara yang tidak terduga.
9
Renandya, 2002:207). (2) Kompetensi Percakapan; Richards dan Renandya (2002:207)
menyatakan bahwa dalam kompetensi percakapan, peserta didik harus mengembangkan
kompetensi wacana, yang berkaitan dengan hubungan kalimat. (3) Kompetensi Sosiolinguistik;
Memahami sisi sosiolinguistik bahasa membantu peserta didik mengetahui apa yang cocok,
bagaimana mengajukan pertanyaan selama interaksi, dan bagaimana menanggapi secara
negatif sesuai dengan tujuan pembicaraan. (4) Kompetensi Strategi; Brown (dalam Richards
dan Renandya, 2002:208) kompetensi strategi merupakan cara pelajar memanipulasi bahasa
untuk mencapai tujuan komunikatif dan kemampuan mengimbangi pengetahuan yang tidak
sempurna dari aturan linguistik, sosiolinguistik, dan wacana.
MENGAJAR MENDENGAR
a. Mendengarkan Pembelajaran Bahasa
Menurut Rost (dalam Ricards dan Renandya, 2002:238), mendengarkan sangat penting
di kelas bahasa karena memberikan masukan untuk pelajar. Tanpa memahami masukan pada
tingkat yang tepat, pembelajaran apa pun tidak dapat dimulai. Mendengarkan adalah dasar
untuk berbicara.
c. Kegiatan Pra-Mendengarkan
Ada dua tujuan sederhana yang harus ditetapkan untuk periode pra-mendengarkan: (1)
Menyediakan konteks yang mencukupi untuk mencocokkan apa yang akan tersedia dalam
kehidupan nyata. (2) Menciptakan motivasi (dengan meminta peserta untuk berspekulasi
tentang apa yang akan mereka dengar), ini dapat dicapai hanya dalam 5 menit.
10
d. Mendengarkan Strategis
Di kehidupan nyata, mendengarkan bahasa kedua adalah kegiatan strategis. Pendengar
tidak resmi hanya mengenali sebagian dari apa yang mereka dengar (penelitian saya
menunjukkan persentase yang jauh lebih kecil daripada yang kita bayangkan) dan harus
membuat tebakan yang menghubungkan potongan-potongan yang terfragmentasi ini teks.
MENGAJAR MEMBACA
Teks bacaan yang baik juga menyediakan model yang baik untuk menulis, dan
memberikan kesempatan untuk memperkenalkan topik baru, untuk merangsang diskusi, dan
mempelajari bahasa (misalnya, kosakata, tata bahasa, dan idiom). Oleh karena itu, membaca
adalah keterampilan yang sangat dihargai oleh siswa dan guru.
a. Implikasi Penelitian Strategi Baca Untuk Guru
Mengingat bahwa strategi dapat diajarkan, dan bahwa salah satu tujuan mengajar
membaca adalah membantu siswa mengembangkan diri sebagai pembaca strategis. Tingkat
tergantung sebagian besar pada apakah siswa tampaknya mengidentifikasi strategi dengan
mudah dan mengartikulasikan penggunaan strategi saat mereka membaca. Faktor lain yang
perlu dipertimbangkan adalah seberapa banyak informasi tentang membaca strategis yang
harus dijelaskan, bukan ditimbulkan.
b. Membaca Ekstensif
Menurut Carrell dan Carson (1997, hlm. 49-50) dalam Richards (2002:295), "membaca
ekstensif” umumnya melibatkan pembacaan cepat materi dalam jumlah besar atau pembacaan
yang lebih panjang (misalnya, seluruh buku) untuk pemahaman umum, dengan fokus
umumnya pada makna dari apa yang sedang dibaca daripada bahasa.
c. Guru dan Murid Menjaga Track dari Kemajuan Siswa
Idealnya, siswa membaca sendiri tanpa perlu guru untuk memantau pembacaan mereka.
Selain menggunakan catatan buku, konferensi siswa-guru bulanan dapat dijadwalkan untuk
mengetahui apakah siswa mengalami masalah dengan pembacaan mereka. Menemukan materi
yang sesuai dengan selera membaca siswa serta memiliki berbagai buku pada tingkat yang
berbeda dapat menjadi sulit, terutama ketika pendanaan tidak mencukupi.
d. Manfaat Membaca Ekstensif
Manfaat membacaekstensif, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: (1)
Meningkatan pembelajaran bahasa di bidang-bidang seperti ejaan, kosakata, tata bahasa, dan
struktur teks. (2) Peningkatan pengetahuan dunia. (3) Meningkatkan keterampilan membaca
11
dan menulis. (3) Kenikmatan membaca yang lebih besar. (4) Sikap yang lebih positif terhadap
membaca. (5) Kemungkinan lebih tinggi mengembangkan kebiasaan membaca.
KETERAMPILAN MENULIS
a. Pendekatan Genre-Based untuk Instruksi Penulisan Konten
Sejak 1980-an, para peneliti telah melihat penggunaan bahasa tertulis di ruang kelas
sekolah dasar. Penelitian ini melampaui hanya menggambarkan situasi dan fitur untuk
mengusulkan strategi yang dapat meningkatkan kinerja siswa dalam berbagai situasi. Peneliti
lain (Christie, 1992; Martin, 1989) telah memperdebatkan pentingnya bentuk bahasa dan
struktur sebagai bagian integral dari penggunaan bahasa yang bermakna, pandangan yang
dilihat sebagai semakin penting untuk konteks L2 akademik. Poynton (1986), misalnya,
mengeksplorasi jenis-jenis tulisan siswa kelas dasar dan menyoroti pentingnya membantu
siswa untuk menyadari berbagai tujuan penulisan. Kesadaran metalinguistik ini
memberdayakan siswa dan memberi mereka alat untuk memanipulasi informasi dan mencapai
tujuan yang berbeda melalui tulisan.
12
3) Berpusat pada pelajar. Marsh (1986: 201) dalan Richards, (2011:117) menunjukkan
bahwa masalah kurikulum berpusat pada pelajar muncul kembali setiap dekade atau
lebih dan dapat merujuk pada salah satu dari berikut: (1) pengajaran individual, (2)
belajar melalui operasi praktis atau melakukan, (3) tidak ada kurikulum yang
diselenggarakan sama sekali tetapi didasarkan pada minat sesaat anak-anak, (4)
ekspresi diri kreatif oleh siswa, (5) kegiatan berorientasi praktis yang diarahkan pada
kebutuhan masyarakat, dan (6) istilah kolektif yang mengacu pada penolakan
pembelajaran yang diarahkan.
4) Rekonstruksi sosial. Morris (Richards, 2001:118) mengamati: Kurikulum yang berasal
dari perspektif ini berfokus pada pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang akan menciptakan dunia di mana orang peduli tentang setiap pertanda lingkungan,
dan distribusi kekayaan. Toleransi, penerimaan keragaman dan perdamaian akan
didorong. Ketidakadilan sosial dan ketidaksetaraan akan menjadi isu sentral dalam
kurikulum.
5) Pluralisme budaya. Filosofi ini berpendapat bahwa sekolah harus mempersiapkan siswa
untuk berpartisipasi dalam beberapa budaya yang berbeda dan bukan hanya budaya
kelompok sosial dan ekonomi yang dominan. Banks (dalam Richards, 2001:119)
berpendapat bahwa siswa dalam masyarakat multikultural perlu mengembangkan
kompetensi lintas budaya atau apa yang kadang-kadang disebut komunikasi antar
budaya. Pluralisme budaya berusaha untuk mengenang rasisme, untuk meningkatkan
harga diri kelompok minoritas, dan untuk membantu anak-anak menghargai sudut
pandang budaya lain dan agama (Uhrmacher 1993).
13
c. Outcome Nonbahasa dan Tujuan Proses
Jackson (1993, 8) berkomentar: Hasil non-bahasa mewakili lebih dari produk samping
yang diinginkan atau opsional dari proses pembelajaran bahasa. Mereka merupakan prasyarat
penting untuk keterlibatan yang berkelanjutan dan bermakna dengan proses pembelajaran
bahasa dan pembelajaran secara umum. Oleh karena itu, hasil non-bahasa adalah masalah
pengajaran dan pembelajaran yang sangat terkait dengan masalah akses dan kesetaraan bagi
para pembelajar dan pekerja yang tidak berbahasa.
14
d. Penentuan Ruang Lingkungan Dan Urutan Belajar
Menurut Richard (2001:149), ketentuan tentang isi pembelajaran perlu membahas
distribusi isi di seluruh pembelajaran. Ini dikenal sebagai ruang lingkup perencanaan dan
urutan pembelajaran awal. Ruang lingkup berkaitan dengan luasnya cakupan materi dalam
pembelajaran, yaitu, dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Berapa kisaran isi yang akan
dibahas? dan sejauh mana setiap topik harus dipelajari?
e. Perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia
Menurut Richard (2001:151) tahap selanjutnya dalam pengembangan pembelajaran
melibatkan pemetaan struktur pembelajaran yang hilang menjadi bentuk dan rangkaian dasar
yang cocok untuk mengajar. Beberapa perencanaan awal yang terlibat akan terjadi ketika ide
untuk isi pembelajaran sedang dibuat. Dua aspek dari proses ini, bagaimanapun juga
memerlukan perencanaan yang lebih rinci seperti memilih kerangka silabus dan
mengembangkan blok pembelajaran. Masalah-masalah ini terkait erat dan kadang-kadang
tidak dapat dipisahkan tetapi juga melibatkan berbagai jenis keputusan.
15
perencana guru melakukan kegiatan menetapkan pekerjaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
c. Proses Pembelajaran Bahasa
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca,
berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut
Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.
Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan.
11. RANCANGAN MATERI PEMBELAJARAN
a. Bahasa Autentik Dan Penyusunan Materi
Materi otentik adalah bahan bahasa yang awalnya ditujukan untuk penutur asli. Biasanya
bahan ini tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan sebagai bentuk bahan ajar, tetapi bahan
seperti ini menawarkan penutur asing kesempatan untuk belajar bahasa tertentu realistis
menggunakan contoh kehidupan nyata.
b. Penilaian Buku Teks
Buku teks pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di Sekolah sebagai buku
penunjang kegiatan pembelajaran. buku teks ini pada prosesnya memiliki peranan yang
sangat vital bagi siswa karena siswa “mengandalkan” buku ini sebagai pegangan dan berlatih
terhadap sebuah mata pelajaran. Ada beberapa faktor yang dapat kita jadikan bahan penilaian
terhadap sebuah buku teks pelajaran. Kelayakan isi (Kelayakan isi menyangkut materi apa
yang disajikan dalam buku teks. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku
teks dapat dikatakan memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari
kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung.) dan
kelayakan penyajian (Penyajian merupakan bagaimana sesuatu itu dikemas. Sesuatu
walaupun berniali bagus jika dikemas dengan tidak baik, tidak teratur, tidak runtut secara
konsep tentu akan membuat yang bagus itu menjadi tidak menarik. Bahkan dalam kaitannya
dengan buku teks penyajian isi atau materi buku memiliki peranan yang sangat penting karena
berhubungan dengan konsep berpikir siswa) merupakan hal yang perlu diperhatikan dari buku
teks yang akan dipilih karena kedua hal tersebut menentukan kualitas dan kesesuaianya
diterapkan pada siswa.
16
c. Penyiapan Materi Pelajaran
Penentuan bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam perencanaan
pembelajaran mengacu pada bahan kajian yang tertuang dalam kurikulun KTSP dan silabus
pada bagian butir pembelajaran. Bahan kajian tersebut dijabarkan dan disesuaikan dengan
tujuan peningkatan keterampilan berbahasa. Guru dapat melakukan penjabaran penyesuaian
bahan kajian sesuai dengan kebutuhan dalam lingkup tujuan yang ditetapkan dalam silabus
bahasa Indonesia. Materi pengajaran adalah bahan yang harus dipelajarai dan dikuasai oleh
siswa dalam proses pembelajaran yang terdiri dari kompetensi-kompetensi.
d. Penulisan Bahan Ajar
Bahan ajar adalah sarana untuk mendukung penyampaian materi pembelajaran. Bahan
ajar dapat berbagai macam, seperti buku teks pelajaran, modul, diktat, atau karya terjemahan.
Penulisan bahan ajar merupakan komponen pengembangan profesionalisme guru sehingga
guru diharapkan dapat menghasilkan buku, modul, atau diktat.
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi kebutuhan
pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis
bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada kurikulum, (b) rencna atau program pengajaran,
dan (c) silabus yang telah disusun. Materi bahan ajar berupa pokok bahasan dan sub pokok
bahasan yang tercantum dalam program pembelajaran sesuai dengan silabus. Hasil penyusunan
bahan ajar dari karya sendiri, paling ekonomis, walaupun beban tugasnya berat. Setiap bab
berjumlah lebih kurang 15-25 halaman, untuk pelajaran eksakta 10-20 halaman.
17
makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
c. Urutan Belajar Bahasa
Urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan,
penyajian, dan penutup. Pendahuluan terdiri atas tiga langkah, yaitu a) penjelasan singkat
tentang isi pembelajaran, b) penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman
siswa (appersepsi), dan c) penjelasan tentang tujuan pembelajaran. Penyajian terdiri atas
tiga langkah, yaitu a) uraian, b) contoh, dan c) latihan. Penutup terdiri atas dua langkah,
yaitu a) tes formatif dan umpan balik dan b) tindak lanjut.
Tahapan serta prosedur yang telah ditentukan baiknya diaplikasikan oleh pendidik
dalam proses penilaian proses dan hasil penilaian agar rangkaian pembelajaran serta tujuan
dapat diukur sudah sesuai ataukah belum dengan perencanaan yang sudah dibuat.
19
pemerintah pusat, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru,
guru secara pribadi, dan lain-lain (Rohman, 2012:122).
b. Monitoring Guru
Monitoring merupakan pengawasan yang berarti proses pengamatan, pemeriksaan,
pengendalian dan pengoreksian dari seluruh kegiatan organisasi. Monitoring juga
merupakan suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan
dalam penjaminan efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam penilaian kinerja guru,
perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan oleh institusi/pihak terkait. Hasil monitoring dan evaluasi,
merefleksikan efektivitas penilaian kinerja guru yang dilaksanakan oleh sekolah. Hasil
monitoring dan evaluasi juga dipergunakan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan
penilaian kinerja guru berikutnya.
c. Revitalisasi Peran Guru
Menurut Sudjarwadi (2003), tiga hal yang harus dikuasai dalam upaya revitalisasi
peranan guru, yaitu guru dengan kemampuannya diharapkan dapat mengembangkan dan
membangun tiga pilar keterampilan sebagai berikut.
1. Learning skills, yaitu keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan
pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
2. Thinking skills, yaitu keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk
menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
3. Living skills, yaitu keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial
yang bermuara pada daya juang, tanggung jawab, dan kepekaan sosial yang tinggi.
20