Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

TEKS DAN KONTEKS

Oleh

IRMA YANI TARIGAN (8186191006)

A REGULER 2018

Analisis Wacana Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu :Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
TEKS DAN KONTEKS
Irma Yani Tarigan
A Reguler 2018
Pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu linguistik begitu pesat. Hal ini dimulai dengan berkembangnya tata
bahasa yang berpusat pada kalimat dan jenis kata kemudian akhirnya pada kajian wacana.
Penggunaan wacana bukan hanya pada cakupan ujaran, tetapi juga pembicaraan di muka umum,
tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah. Melalui wacana manusia dapat saling
menyapa, menegur, meminta, memohon, menyetujui, menyepakati, bertanya, meminta
keterangan, meyakinkan, mengeritik mengomentari, dan lain sebagainya. Analisis wacana
merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara
alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadap para pengguna sebagai suatu elemen
masyrakat.
Kajian wacana memiliki unsur pendukung yang sangat kompleks. Unsur tersebut terdiri
atas unsur verbal (linguistik) dan unsur nonverbal (nonlinguistik). Struktur linguistik wacana
merupakan satuan lingual tertinggi dalam hirarki kebahasaan. Sementara itu, unsur nonlinguistik
yang melingkupinya mengandung pengetahuan dan informasi tak terbatas. Hal ini menunjukkan
bahwa kajian secara struktural wacana adalah aspek kajian yang sangat luas, artinya kebahasaan
yang lebih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai hubungan antara unit kebahasaan
yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, kajian wacana merupakan satuan bahasa yang
kompleks dalam hirarki gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam
bentuk wacana yang utuh. Adapun unsur-unsur yang terkait dengan kajian wacana ini di
antaranya, yaitu teks, ko-teks, dan konteks.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Teks adalah
bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Konteks adalah sesuatu yang
menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua
kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.

APA ITU KONTEKS?


Konteks dapat dilihat berdasarkan produksi dan interpretasi ucapan. Teori tindak tutur dan
pragmatik memandang konteks sebagai "pengetahuan", meskipun bagian terpenting dari
pengetahuan itu adalah "pengetahuan tentang situasi". Sosiolinguistik interaksional dan etnografi
komunikasi juga memandang konteks sebagai "pengetahuan", dan mereka juga memasukkan
"pengetahuan tentang situasi" Namun, pendekatan-pendekatan ini membuat kerangka kerja dan
konstruksi untuk menganalisis "situasi" sebagai bagian dari "pengetahuan" Teori tindak tutur
juga sebagian tergantung pada jenis situasi konkret yang dianalisis oleh sosiolinguistik
interaksional dan etnografi komunikasi. Analisis variasi memandang konteks sebagai "situasi",
tanpa menggabungkannya ke dalam "pengetahuan". Analisis variasi juga mengkategorikan "teks"
sebagai bagian dari konteks. Analisis percakapan berfokus pada bagaimana teks merupakan
sarana untuk menampilkan "situasi," dan bagaimana teks menciptakan pengetahuan, tetapi tidak
terbatas pada pengetahuan tentang "situasi".

1. Konteks Sebagai Pengetahuan


Teori tindak tutur dan pragmatik keduanya memandang konteks dalam hal pengetahuan,
yaitu apa yang dapat diasumsikan oleh pembicara dan pendengar dan bagaimana pengetahuan
tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan.
Konteks bagi para ahli teori tindak tutur diartikan sebagai jenis khusus latar belakang
pengetahuan yang disebut kaidah-kaidah konstitutif, yakni, pengetahuan tentang kondisi-kondisi
yang diperlukan oleh Pn dan Mt untuk memahami sebuah tuturan yang selalu dipandang sebagai
sesuatu yang khusus namun berbeda dengan tuturan yang lain. Sumbangan utama konteks
terhadap pemaknaan ujaran dalam penerapan tindak tutur ke wacana adalah kontribusinya
terhadap pengetahuan (misalnya, kondisi dan aturan) yang mendasari kinerja dan kesuksesan
dari berbagai jenis tindak tutur. Pengetahuan abstrak tentang teks dan konteks yang baru saja
dicatat adalah yang memungkinkan kita mengidentifikasi berbagai jenis tindak tutur. Schiffrin
(dalam Rusminto, 2010: 56) mendefinisikan konteks sebagai sebuah dunia yang diisi orang-
orang yang memproduksi tuturan-tuturan atau situasi tentang susunan keadaan sosial sebuah
tuturan sebagai bagian konteks pengetahuan di tempat tuturan tersebut diproduksi dan
diinterpretasi. Dengan demikian, konteks tidak saja berkenaan dengan pengetahuan, tetapi
merupakan suatu rangkaian lingkungan tempat tuturan dimunculkan dan diinterpretasikan
sebagai realisasi yang didasarkan pada aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat pemakai
bahasa.
Pragmatik Model Grice memandang konteks sebagai kontribusi kognitif pada interpretasi
tuturan. Konteks yang dimaksud adalah sangat berbeda denan yang dimaksud oleh teori tindak
tutur adalah prinsip umum bahwa para pelaku / pembicara menganggap satu sama lain sudah
saling percaya dan saling memikirkan; membuat kontribusi percakapan anda seperti yang
diharapkan dengan cara menerima maksud atau arah pembicaraan yang sedang berlangsung.
Teori tindak tutur mengelompokkan konteks ke dalam berbagai aspek keadaan sosial, dan
mengaitkan berbagai kelompok kondisi (baik tekstual dan tak langsung) dengan unit fungsional
berlabel khusus (mis. Jenis tindak tutur bicara). Pragmatik Gricean, di sisi lain, mengelompokkan
konteks ke berbagai sumber latar belakang pengetahuan (asumsi tentang manusia tentang sifat
manusia, teks, situasi, dunia) yang berbeda tanpa mengelompokkan jenis pengetahuan tertentu ke
dalam unit berlabel. Prinsip inilah yang disebut Prinsip Kooperatif (CP).
2. Konteks sebagai situasi dan pengetahuan
Kedua pendekatan untuk wacana, sejauh ini mencakup pengetahuan tentang keadaan sosial
yang membingkai ucapan sebagai bagian dari konteks kognitif di mana ucapan diproduksi dan
ditafsirkan. Bagian ini meninjau cara dua pendekatan lain untuk wacana, sosiolinguistik
interaksional, dan etnografi komunikasi, menggabungkan analisis situasional ke dalam
pandangan mereka tentang konteks.
Konteks sebagai situasi adalah masalah kritis terhadap sosiolinguistik interaksional.
Sebenarnya salah satu bentuk utama ancangan ini adalah bahwa ancangan ini memberikan
banyak sekali kehalusan pandangan interaksi social dan situasi social termasuk cara kerangka
partisipan dan pembenaran itu muncul dari situasi inetraksional bahasa dan konteks terkait,
bahasa dan konteks saling mendukung satu sama lain. Bahasa membutuhkan konteks dalam
pemakaiannya. Begitu pun sebaliknya, konteks baru memiliki makna jika di dalamnya terdapat
tindak bahasa sehingga bahasa tidak hanya berfungsi dalam interaksi-interaksi yang diciptakan,
tetapi bahasa juga membentuk dan menyediakan interaksi-interaksi yang sedang terjadi sebagai
konteks. (Duranti dan Goodwin 1991)
Konteks di mana fokus sosiolinguistik interaksional bersifat internal dan eksternal bagi
individu.Tidak ada yang lebih baik diilustrasikan daripada dalam formulasi terkenal dari salah
satu "bapak" sosiolinguistik interaksional:"Jika pria mendefinisikan situasi sebagai nyata, mereka
nyata dalam konsekuensi mereka" (Cooley 1902). sosiolinguistik interaksional menyediakan
cara untuk mengidentifikasi berbagai jenis dan tingkat konteks, untuk mengonseptualisasikan
peran konteks organisasi dan interpretatif, dan untuk menggambarkan bagaimana ujaran dan
bagian-bagian ujaran memiliki peran kontekstualisasi yang memungkinkan kita untuk menarik
kesimpulan.
Etnografi komunikasi menggabungkan pendekatan lain dalam kerangka kerja penyelidikan
yang lebih besar ke dalam pengetahuan budaya dan praktik sosial dan linguistik yang
disediakannya. Etnografi komunikasi memandang konteks sebagai kognitif (apa yang kita
ketahui, yang menyertai kompetensi komunikatif kita) dan sosial (komponen sosial dan budaya
yang menggabungkan kejadian-kejadian komunikasi tertentu). Dalam etnografi komunikasi
konteks sangat diperlukan agar komunikasi penutur dengan lawan tutur berjalan dengan lancar.
Konteks berhubungan dengan segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan
lawan tuturnya serta menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Sedangakan etnografi berupaya
menelaah pola-pola penggunaan atau ragam bahasa dalam budaya tertentu.
3. Konteks sebagai situasi dan teks: analisis variasi
Analisis variasi juga menganggap konteks sebagai situasi, tetapi dengan cara yang agak
berbeda dari pendekatan yang dibahas sejauh ini. Seperti etnografi komunikasi, analisis variasi
membagi situasi menjadi komponen-komponen yang terpisah. Dalam analisis variasi ini melihat
unsur dalam teks itu sendiri dan konteks yang mendukung teks tersebut. Unit dasar narasi adalah
peristiwa sedangkan unit dasar daftar adalah kesatuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa narasi
berkaitan dengan unsur konteks sedangkan daftar bekaitan dengan unsur linguistik atau
bahasanya, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis atau dapat juga dikatakan berkaitan dengan
kohesi dalam wacana. Hal ini perlu diperhatikan agar wacana yang diproduksi dapat dipahami
oleh mitra tutur.
4. Konteks sebagai pengetahuan, situasi, dan teks: Analisis percakapan
Sekilas analisis percakapan tampak menggabungkan cara lain memandang interaksi.
konteks adalah pengetahuan (teori tindak tutur, pragmatik), konteks sebagai situasi (interaksi
sosiolinguistik, komunikasi etnografi) dan analisis teks (analisis variasi). Tetapi pandangan yang
sangat khusus tentang pengetahuan dan hubungannya dengan tindakan dan bahasa, yang
membedakan konteks analisis percakapan dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut yaitu analisis
percakapan lebih memiliki asumsi, metodologi dan terminology difokuskan pada
pergantian/transisi percakapan, dan berdasarkan pada teori etnometodologi.
Analisis percakapan sama halnya dengan sosiolinguistik interaksional dalam kaitannya
dengan problem aturan sosial, dan bagaimana bahasa bisa menciptakan dan diciptakan oleh
konteks sosial. Analisis percakapan juga mirip dengan etnografi komunikasi yang berkaitan
dengan pengetahuan manusia dan diyakini bahwa tidak ada detail percakapan atau (interaksi)
yang dapat diabaikan secara apriori sebagai hal yang tidak penting. Ketiga pendekatan tersebut
juga berfokus pada analisis rinci urutan ujaran tertentu yang benar-benar telah terjadi. Akan
tetapi, analisis percakapan juga cukup berbeda dari beberapa pendekatan yang telah dibicarakan.
Perbedaan tersebut yaitu analisis percakapan lebih memiliki asumsi, metodologi dan terminology
difokuskan pada pergantian/transisi percakapan, dan berdasarkan pada teori etnometodologi.

APA ITU TEKS?


Teks sebagai isi linguistik dari ujaran: makna kata yang tetap dari semantik, ekspresi, dan
kalimat, tetapi bukan kesimpulan yang tersedia untuk pendengar tergantung pada konteks di
mana kata, ekspresi, dan kalimat digunakan.Teks memberikan bagian "apa yang dikatakan" dari
ujaran. Konteks menggabungkan dengan "apa yang dikatakan" untuk menciptakan ujaran.
Ada beberapa pegertian yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan teks. Berdasarkan
beberapa pengertian yang dikemukan ahli tersebut secara keseluruhan hampir sama. Luxemburg
(1989) menyatakan bahwa teks ialah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik
merupakan satu kesatuan. Teks dalam hal ini tidak hanya dipandang dari sisi tata bahasa yang
sifatnya tertulis atau unsur-unsur kebahasan yang dituliskan, lebih dari itu, suatu teks juga dilihat
dari segi maksud dan makna yang diujarankan. Teks memiliki kesatuan dan kepaduan antara isi
yang ingin disampaikan dengan bentuk ujaran, dan situasi kondisi yang ada. Dengan kata lain,
bahwa teks itu berupa ungkapan berupa bahasa yang di dalamnya terdiri dari satu kesatuan antar
isi, bentuk, dan situasi kondisi penggunaannya.
Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah (1)
satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang
membentuk ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia.Dilihat dari tiga
pengertian teks yang dikemukakan dalam Kamus Linguistik tersebut dapat dikatakan bahwa teks
adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang
dihasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia.
Dilihat dari hakikat teks seperti yang telah dikemukakan di atas, teks merupakan esensi
wujud suatu bahasa. Sebuah teks bukan sekedar unit tata bahasa yang tampak, akan tetapi teks
merupakan unit semantik memunyai satu kesatuan arti. Kemudian, koteks adalah teks yang
bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki
hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di depan (mendahului) atau di
belakang (mengiringi). Sedangkan konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.
Konteks dapat dianggap sebagai sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu
pembicaraa/dialog/teks.
Dengan adanya konteks, maka munculah sebuah wacana yang terdiri dari teks-teks. Hal
tersebut dikarenakan makna yang terealisasi di dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai
bahassa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks.

Anda mungkin juga menyukai