Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

EPISTEMOLOGIS: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR


1. Jarum Sejarah Pengetahuan
Pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya
spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya merubah struktur kemasyarakatan. Salah satu
cabang pengetahuan yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda
dengan pengetahuan lainnya dalam segi metodenya. Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan
dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu alam dan ilmu sosial.
Pendekatan interdisipliner merupakan keharusan namun tidak dengan menghamburkan
otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang berdasarkan routenya
masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru. Paradigma ini bukan ilmu
melainkan cara berpikir ilmiah seperti logika, matematika, statistika dan bahasa. Pendekatan
interdisipliner bukan merupakan fusi dari berbagai disiplin keilmuan yang akan menimbulkan
anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat oleh suatu pendekatan tertentu, dimana
disiplin keilmuan dengan otonominya masing-masing, saling menyumbangkan analisisnya
dalam mengkaji obyek yang mengkaji telaahan bersama.

2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu khasanah mental yang secara langsung maupun tidak
langsung tirut memperkaya kehidupan kita. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada
pengkajian obyek yang berada pada lingkup pengalaman manusia sedangkan agama
memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat transendental yang berada diluar
pengalaman kita. Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu untuk menyusun
pengetahuan yang benar. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai ontologi,epistemologi, dan aksiologi. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan
mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Pada peradaban
tertentu perkembangan ilmu terapan sifatnya kuantitatif, artinya perkembangan ditandai
dengan terkumpulnya lebih banyak lagi pengetahuan yang sejenis. Pada peradaban lain
pengembangannya bersifat kualitatif , artinya dikembangkan konsep-konsep baru yang
bersifat mendasar dan teoritis.
Karakteristik akal sehat diberikan oleh titus sebagai berikut: 1) Karena landasannya
yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan
pengulangan. 2) Karena landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk
bersifat kaburdan samar-samar. 3) Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdassarkan

1
asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat merupakan pengetahuan yang tidak
teruji. Rasionalisme dengan kerangka berpikir deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan
yang benar bila ditinjau dari alur logikanya namun ternyata sangat bertentangan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir
yang ada dan memperkecil kekurangannya.

3. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-
langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan yang
terdapat dalam metode ilmiah. Dengan cara ini maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional yang teruji dan memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa pernyataan
dianggap benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu.
Perkembangan kebudayaan ada tiga tahap yakni tahap mistis, ontologis dan
fungsional. Tahap mistis adalah sikap manusia yang menyatakan dirinya terkepung oleh
kekuatan gaib disekitarnya. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi merasakan
dirinya terkepung oleh kekuatan gaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya
serta mulai melakukan telaah terhadap obyek tersebut. Tahap fungsional adalah sikap
manusia yang memfungsionalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri.
Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni (a) harus konsisten
dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori
keilmuan secara keseluruhan, dan (b) harus cocok dengan fakta empiris sebab teori yang
bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses
logico-hypothetico-verifikasi ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Perumusan masalah, penyusunan kerangka,perumusan hipotesis, pengujian hipotesis,
penarikan kesimpulan.
Sifat eksplisit memungkinka terjadinya komunikasi yang intensif pada kalangan
masyarakat ilmuan. Ilmu ditemukan secara individual namun dimanfaatkan secara sosial.
Secara kumulatif maka teori ilmiah berkembang seperti piramida terbalik yang makin lama
makin tinggi. Sikap pragmatis dari ilmu adalah cocok dengan perkembangan peradaban
manusia dimana telah terbukti secara nyata peranan ilmu dalam membangun peradaban

2
tersebut. Ilmu dapat memberikan jawaban positif terhadap masalah yang dihadapi manusia
pada waktu tertentu. Cara berpikir sistem bukan disiplin keilmuan baru merupakan sarana
berpikir yang membantu proses pengkajian kita seperti logika, bahasa, matematika dan
ststistika.

4. Struktur Pengetahuan Ilmiah


Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan
berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk
menguasai gejala-gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Pengetahuan ilmiah pada
hakikatnya mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, meramalkan dan mengkontrol.
Terdapat empat jenis penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional, dn genetik.
Deduktif menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan
menarik kesimpulan secara logis dari premis yang telah ditentukan sebelumnya.
Probabilistik merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus
dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif melainkan
penjelasan yang bersifat peluang. Fungsional merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah
unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau
perkembangan tertentu.
Genetik menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan
gejala yang muncul kemudian.
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu
faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan
yang merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman
yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat universal. Demi kepraktisan ilmu tidak
merupakan kumpulan pengetahuan uang bersifat kasus, melainkan pengetahuan yang bersifat
umum yang disimpulkan dari berbagai kasus. Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep
maka makin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh
pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata.
Tidaklah berarti bahwa metode ilmiah dari ilmu sosial berbeda dengan metode ilmiah
ilmu alam. Keduanya tetap menggunakan metode ilmiah yang sama namun dengan tahap
penerapan dan teknik-teknik operasional yang berbeda. Disamping hukum maka teori
keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan
sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang

3
mampu menjelaskan kejadian yang berlaku. Postulat merupakan asumsi dasar yang
kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat ilmiah ditetapkan tanpa
melalui prosedur melainkan ditetapkan begitu saja. Pada hakikatnya postulat merupakan
anggapan yang ditetapkan secara sembarang dengan kebenaran yang tidak dibuktikan.
Sebuah postulat dapat diterima sekiranya ramalan yang bertumpu kepada postulat
kebenarannya dapat dibuktikan. Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti
tanpa kebenarannya maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam
argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris
dapat diuji. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya
belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar. Sedangkan yang
telah diketahui dinamakan penelitian terapan. Manusia disebut juga homo faber (makhluk
yang membuat peralatan) disamping homo sapiens (makhluk yang berpikir) yang
mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang
bersifat praktis.

4
KOMENTAR
Pembahasan Bab IV Epistemologis: Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar
Buku yang berjudul Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer yang ditulis oleh
Jujun S. Suriasumantri, pada bagian atau pada bab IV, penulis membahasa topik mengenai
epistemologis: cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Dalam bab ini juga, penulis
menguraikan dan membahas mengenai Jarum Sejarah Pengetahuan, Pengetahuan, Metode
Ilmiah, dan Struktur Pengetahuan Ilmiah. Terdapat 4 sub judul atau sub pembahasan dalam
bab ini. Masing-masing pembahasan banyak menguraikan tentang pengetahuan dan ilmu
pengetahua. Contohnya, pada sub judul atau sub pembahasan pertama yang membahas
mengenai Jarum Sejarah Pengetahuan. Di dalam bagian ini, penulis mencoba menguraikan
titik sejarah ilmu pengetahuan atau pengetahuan.
Secara menyelururuh, penulis memberikan penjelasan dan uraian mengenai sejarah
dari pengetahuan. Pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan
timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya merubah struktur kemasyarakatan.
Salah satu cabang pengetahuan yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang
berbeda dengan pengetahuan lainnya dalam segi metodenya. Secara metafisik ilmu mulai
dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu alam dan
ilmu sosial. Pendekatan interdisipliner merupakan keharusan namun tidak dengan
menghamburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang
berdasarkan routenya masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru.
Paradigma ini bukan ilmu melainkan cara berpikir ilmiah seperti logika, matematika,
statistika dan bahasa. Pendekatan interdisipliner bukan merupakan fusi dari berbagai disiplin
keilmuan yang akan menimbulkan anarki keilmuan, melainkan suatu federasi yang diikat
oleh suatu pendekatan tertentu, dimana disiplin keilmuan dengan otonominya masing-
masing, saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji obyek yang mengkaji telaahan
bersama.
Pada bagian ini, penulis cenderung menguraikan sejarah pengetahuan lebih singkat
dan sederhana, namun jelas dan dapat dipahami oleh pembaca. Tidak terlalu culit untuk
memahai isi dari bagian tersebut, dikarenakan penulis juga menyertakan contoh sebagai
pendukung atas uraian-uraian yang telah dijelaskan di dalam bagian ini.
Tetapi, untuksegi atau kajian epistemologi dalam bagian ini tidak terlalu ditonjolkan
oleh penulis. Penulis terlalu banyak membahas tentang sejarah pengetahuan, namun tidak
dihubungkan dengan kajian epistemologi di dalamnya. Seharusnya, kajian epistemologi tetpa
dihubungkan dalam bagian ini, karena epistemologi merupakan judul besar bab ini.
5
Pada bagian sub judul yang kedua atau sub pembahasan yag kedua, penulis
menguraikan tentang Pengetahuan. Penulis mendefinisikan, menguraikan, dan menjelaskan
tentang karakteristik pengetahuan, seperti pada kutipan ringkasan berikut.
Pengetahuan merupakan suatu khasanah mental yang secara langsung maupun tidak
langsung tirut memperkaya kehidupan kita. Secara ontologis ilmu membatasi diri pada
pengkajian obyek yang berada pada lingkup pengalaman manusia sedangkan agama
memasuki pula daerah penjelajahan yang bersifat transendental yang berada diluar
pengalaman kita. Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu untuk menyusun
pengetahuan yang benar. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai ontologi,epistemologi, dan aksiologi. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan
mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Pada peradaban
tertentu perkembangan ilmu terapan sifatnya kuantitatif, artinya perkembangan ditandai
dengan terkumpulnya lebih banyak lagi pengetahuan yang sejenis. Pada peradaban lain
pengembangannya bersifat kualitatif , artinya dikembangkan konsep-konsep baru yang
bersifat mendasar dan teoritis.
Karakteristik akal sehat diberikan oleh titus sebagai berikut: 1) Karena landasannya
yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan
pengulangan. 2) Karena landasannya berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk
bersifat kaburdan samar-samar. 3) Karena kesimpulan yang ditariknya sering berdassarkan
asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat merupakan pengetahuan yang tidak
teruji. Rasionalisme dengan kerangka berpikir deduktifnya sering menghasilkan kesimpulan
yang benar bila ditinjau dari alur logikanya namun ternyata sangat bertentangan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir
yang ada dan memperkecil kekurangannya.
Pada bagian ini, penulis mulai menghubungkan epistemologis dengan pengetahuan.
Mula-mula penulis mendefinisikan apa yang dimaksud dengan pengetahuan, menguraikan
pengetahuan yang didapatkan manusia di lingkungan sekitar, dan menjelaskan karakteristik
pengetahuan terhadap kajian epistemologis.
Tetapi, pada bagian ini penulis tidak menyertakan atau tidak menambahkan contoh
dalam penjelesannya. Sehingga cukup membingungkan pembaca dalam memahami isi yang
terdapat atau isi yang dibahas pada bagian ini.
Bahasa yang digunakan oleh penluis pada bagian ini cukup sulit untuk dipahami. hal
ini dikarenakan, pada bagian ini penulis telah menghubungkan kajian epistemologis dengan
pengetahuan itu sendiri.
6
Kemudian pada sub judul yang ketiga atau sub pembahasan yang ketiga, penulis
membahas mengenai Metode Ilmiah. Metode ilmiah ini mengarah pada metode yang
digunakan dalam mengkaji eistemologis untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan
ilmiah. Penulis mulai menunjukkan cara untuk seseorang agar dapat mendapatkan
pengetahuan yang benar berdasarkan pengamatan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut
ilmu. Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-
langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan yang
terdapat dalam metode ilmiah. Dengan cara ini maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu
sifat rasional yang teruji dan memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan. Teori korespondensi menyebutkan bahwa pernyataan
dianggap benar apabila terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu.
Perkembangan kebudayaan ada tiga tahap yakni tahap mistis, ontologis dan
fungsional. Tahap mistis adalah sikap manusia yang menyatakan dirinya terkepung oleh
kekuatan gaib disekitarnya. Tahap ontologis adalah sikap manusia yang tidak lagi merasakan
dirinya terkepung oleh kekuatan gaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek disekitarnya
serta mulai melakukan telaah terhadap obyek tersebut. Tahap fungsional adalah sikap
manusia yang memfungsionalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri.
Pada bagian ini, pembahasannya cukup menarik. Karena penulis memberikan suatu
cara kepada pembaca untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang benar berdasarkan metode
ilmiah yang dikaji melalui epistemologis.
Bab ini cukup sesuai diuraikan, untuk menambah pemahaman pembaca tentang
bagaimana cara mendapatkan atau memperoleh pengetahuan yang benar dengan cara yang
ilmiah.
Bahasa yang digunakan penulis oada bagian ini juga cukup baik dan dapat dipahami
dengan mudah oleh pembaca. Hanya saja, tidak dapat ditemukan contoh di dalam
pembahasan bagian ini.
Pembahasan selanjutnya dalam bab IV adalah mengenai Struktur Pengetahuan Ilmiah.
Setelah penulis menguraikan tentang bagaimana metode ilmiah yang dapat digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, penulis mulai menguraikan tentang bagaimana strktur
pengetahuan ilmiah. Pada bab ini, penulis menguraikan struktur pengetahuan ilmiah yang
dimaksud, seperti:
7
Tidaklah berarti bahwa metode ilmiah dari ilmu sosial berbeda dengan metode ilmiah
ilmu alam. Keduanya tetap menggunakan metode ilmiah yang sama namun dengan tahap
penerapan dan teknik-teknik operasional yang berbeda. Disamping hukum maka teori
keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan
sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang
mampu menjelaskan kejadian yang berlaku. Postulat merupakan asumsi dasar yang
kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Postulat ilmiah ditetapkan tanpa
melalui prosedur melainkan ditetapkan begitu saja. Pada hakikatnya postulat merupakan
anggapan yang ditetapkan secara sembarang dengan kebenaran yang tidak dibuktikan.
Sebuah postulat dapat diterima sekiranya ramalan yang bertumpu kepada postulat
kebenarannya dapat dibuktikan. Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti
tanpa kebenarannya maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam
argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris
dapat diuji. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya
belum pernah diketahui dinamakan penelitian murni atau penelitian dasar. Sedangkan yang
telah diketahui dinamakan penelitian terapan. Manusia disebut juga homo faber (makhluk
yang membuat peralatan) disamping homo sapiens (makhluk yang berpikir) yang
mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis dengan teknologi yang
bersifat praktis.
Pada kutipan ringkasan bab IV tersebut, penulis memberitahukan kepada pembaca
bahwa metode imiah sangat penting digunakan dalam mendapatkan dan memperoleh suatu
pengetahuan yang benar. Begitu juga dengan struktur pengetahuan ilmiah, tanpa adanya
struktur pegetahuan ilmiah, seseorag tentu tidak dapat mendapatkan atau memperoleh
pengetahuan yang benar dengan menggunakan kajian epistemologis.
Pada bagian ini, bahasa yang digunakan penulis sudah cukup jelas dan dapat dipahami
oleh pembaca. Bahasa yang digunaka penulis cukup ringan untuk dimengerti dan pembaca
dapat dengan cepat menangkap isi yang diuraikan dalam bagian ini.
Tetapi, masih sama seperti bagian-bagian sup pembahasan sebelumnya, pada bagian
ini juga tidak disertakan contoh di dalamnya. Sehingga, masih kurang mendukung menurut
saya, untuk melengkapi pembahasan-pembahasan yang dibahas dalam bab ini. Karena sustu
pembahasan tanpa adanya contoh, akan menimbulkan ‘gagal pafam’ atau terdapat sebagian
orang yang sulit memahami suatu pembahasan jika tidak disertakan contoh. Alangkah lebih
baiknya, di tiap-tiap pembahasan yang terdapat dalam bab IV ini disertai contoh, agar
memudahkan pembaca untuk memehami isi yang dibahas di dalamnya.
8

Anda mungkin juga menyukai