Anda di halaman 1dari 5

 Hikayat menurut Hamzah (1996:128) adalah prosa fiksi lama yang menceritakan

kehidupan istana atau raja serta dihiasi olehkejadian yang sakti dan ajaib. Pada umumnya
hikayat bercerita tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan
keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
 Umumnya hikayat memiliki fungsi sebagai pembangkit semangat, penghibur atau pelipur
lara, atau hanya untuk meramaikan suatu acara atau pesta. Cth: hikayat hang tuah,
hikayat abu nawas
Nilai Konsep Nilai Kutipan Teks

Memohon kepada Tuhan dengan


Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa
berdoa dan bersedekah agar
qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin.
Agama dimudahkan urusannya.

Pasrah kepada Tuhan setelah Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah
berusaha. Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya
Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah
Tidak melihat perbedaan status
hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan
sosial.
senang hati.
Sosial
Membantu orang orang yang
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
berada
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya.
dalam posisi kesulitan
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut
dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu
sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia
 Raja ditunjuk berdasarkan
menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi
keturunan dan raja yang memiliki
bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:
putra lebih dari satu selalu
barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang
mencari tahu siapa yang paling
dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
gagah dan pantas menjadi
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan
Budaya penggantinya. Mencari jodoh
menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti.
putrinya dengan cara
Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh
mengadakan sayembara atau
Buraksa.
semacam
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan
Perlombaan untuk menunjukkan
bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan
yang terkuat dan terhebat.
dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok
parasnya itu.“Barang siapa yang dapat susu harimau beranak
muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Tidak mau bekerja keras untuk Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu
mendapatkan sesuatu. kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu.
Moral Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan
Memperdaya orang yang tidak
hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan
berusaha.
pahanya diselit besi hangat.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah
usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada
Kewajiban belajar ilmu agama
Edukasi Mualim Sufan. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula
sejak usia kecil.
mengaji kitab usul, fkih, hingga saraf, tafsir sekaliannya
diketahuinya.

 Ciri-ciri Hikayat
1. Anonim, pengarang dari hikayat umunya tidak dikenal.
2. Istana Sentris, Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/
kerajaan atau pusat ceritanya berada didalam lingkungan istana.
3. Bersifat Statis, tetap atau tidak banyak terjadi perubahan.
4. Bersifat Komunal, menjadi milik masyarakat.
5. Menggunakan Bahasa Klise, Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional, Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik.
7. Bersifat Didaktis, mendidik baik Didaktis secara moral maupun didaktis secara
religi.
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia, Hikayat menceritakan kisah secara
universal seperti peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan
oleh yang baik.
9. Magis, Pengarang akan membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba
indah.
 Unsur Hikayat= Tema, Latar, Alur, Amanat, Tokoh, Sudut pandang, Gaya
 Puisi ialah sebuah karya seni yang berupakan sebuah tulisan yang menggunakan kualitas
estetika (keindahan bahasa) sehingga berfokus kepada unsur bunyi, irama, serta
penggunaan diksi.
 Puisi Baru merupakan sebuah jenis puisi yang tidak lagi terikat oleh adanya aturan,
artinya puisi baru ini mempunyai bentuk lebih bebas dibandingkan puisi lama didalam
semua hal seperti rima, baris, bait, diksi serta lain sebagainya. contoh: balada (cerita),
himne (pujaan), ode (sanjungan berjasa), epigram (ajaran hidup), romansa (cinta), elegi
(sedih), satire (kritik/sindiran),. Ciri-ciri
1. Tidak anonim
2. Tidak terikat aturan
3. Lisan dan tulis
 Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Contoh: pantun,
karmina, seloka, gurindam, syair, talibun, mantra. Ciri-ciri
 Tidak diketahui siapakah nama sang pengarang dari puisi tersebut.
 Merupakan sebuah sastra lisan karena disampaikan serta diajarkan dari mulut ke
mulut.
 Sangat terikat dengan kaidah serta juga aturan-aturan yang berlaku seperti gaya
bahasa, diksi, rima, intonasi lain sebagainya.
 Pantun, bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, 2 baris pada awal
pantun disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.
 Gurindam, puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, dan biasanya berisi
nasihat.
 Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah : Tema Amanat Alur/Plot
Perwatakan/Penokohan Latar/Setting, sudut pandang
 Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang Penciptaan adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan
2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan adalah keadaan masyarakat
baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat karya sastra diciptakan
3. Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang
 Majas adalah gaya bahasa yang merupakan perumpamaan untuk menguatkan kesan
dalam kalimat yang bernuansa imajinatif.
1. Majas perbandingan:
 Personifikasi: benda mati yang dapat bersikap seperti manusia.Contoh; “daun
pepaya itu melambai-lambai seolah mengajak ku bermain bersama.”
 Metafora, yaitu gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit
mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan atau perbandingan Contoh: “Pria
yang sukses itu dulunya dianggap sampah masyarakat.
 Asosiasi, yaitu gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun
disamakan dengan menambahkan kata sambung bagaikan, bak, atau seperti.
Contoh: Wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
 Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan,
bahkan terkesan tidak masuk akal. Contoh: “Pria itu memiliki semangat yang keras
seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.”
 Eufemisme, yaitu gaya bahasa dimana kata-kata yang dianggap kurang baik diganti
dengan padanan kata yang lebih halus.
Contoh: kata kencing diganti dengan buang air kecil.
 Metonimia, yaitu gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk merujuk
pada benda yang umum. Contoh: “Bila haus, minumlah Aqua“, aqua berarti air dan
merupakan merek air mineral.
 Simile, yaitu gaya bahasa yang menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu
ungkapan.
Contoh: “Anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan induknya.”
 Alegori, yaitu gaya bahasa yang menyandingkakan suatu objek dengan kata kiasan.
Contoh: “Mencari wanita yang sempurna seperti mencari jarum dalam tumpukan
jerami.”
 Sinekdok, majas ini terbagi dua, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro
parte.
> Sinekdok pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur
benda untuk menjelaskan keseluruhan benda tersebut. Contoh: “batang hidungnya
tidak muncul juga hingga hari ini.” Dalam hal ini kata ‘batang hidung’ merujuk pada
individu secara keseluruhan.
> Sinekdok totem proparte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan
untuk menjelaskan sebagian situasi atau benda. Contoh: “Indonesia mewakili asia
tenggara dalam turnamen sepak bola internasional.” Dalam hal ini kata ‘Indonesia’
merujuk pada tim sepak bolanya saja.
 Simbolik, yaitu gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara manusia
dengan sikap mahluk hidup lainnya. Contoh: “Gadis itu selalu mencari kambing
hitam untuk setiap masalahnya.”
2. Majas pertentangan
1. kenyataan sebenarnya justru sebaliknya. Contoh: “Silahkan mampir
ke gubuk kami yang sederhana ini.” Rumah disebut sebagai gubuk.
2. Paradoks, yaitu suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya
dengan situasi kebalikannya. Contoh: “Di tengah keramaian itu aku
merasa kesepian.”
3. Antitesis, yaitu gaya bahasa yang memadukan pasangan kata dimana artinya
saling bertentangan. Contoh: “Semua orang sama di mata hukum, tak perduli tua-
muda atau kaya-miskin.”
4. Kontradiksi interminus, yaitu gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang
disebutkan sebelumnya. Umumnya majas ini disertai dengan konjungsi,
misalnya hanya saja atau kecuali. Contoh: “Semua murid boleh
bermain, kecuali murid yang tidak mengerjakan tugas.”
3. Majas sindiran
1. Ironi, yaitu gaya bahasa yang memakai kata kiasan dimana artinya berlawanan
dengan fakta sebenarnya. Contoh: “Wah ruang belajar mu sangat rapih, sampai-
sampai sulit untuk duduk di sini.”
2. Sinisme, yaitu gaya bahasa dimana seseorang memberikan sindiran secara
langsung kepada orang lain. Contoh: “Badan mu bau sekali, tapi kalau disuruh
mandi tidak mau.”
3. Sarkasme, yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain dengan
konotasi yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini diucapkan seseorang ketika ia
sangat marah. Contoh: “Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kau hanya akan
jadi sampah masyarakat!”
4. Majas penegasan
1. Pleonasme
2. Repetisi
3. Retorik
4. Klimaks
5. Antiklimaks
6. Paralelisme
7. Tautologi
 Resensi adalah kegiatan menilai, membahas, mengkritik atau mengungkapkan kembali
isi yang ada didalam sebuha karya dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan
kritikan terhadap karya tersebut.

1. C 8. D
2. A 9. D
3. B 10. E
4. E 11. D
5. A 12. E
6. E 13. C
7. C 14. A

Anda mungkin juga menyukai