Hikayat adalah salah satu cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Apa
bedanya dengan cerpen dan novel?
Pasti kamu pernah mendengar cerita tentang Lahilote. Itu, lho, kisah seorang pemuda dan ketujuh
bidadari. Cerita ini paling banyak digemari dikalangan masyarakat. Apalagi didaerah Gorontalo.
Kalau di daerah lainnya pasti ada juga yang tahu cerita tentang Tujuh Bidadari, namun judul
ceritanya yang berbeda-beda.
“Tunggu-tunggu, hikayat? Apa sih hikayat? Kalau cerpen atau novel sih tahu, tetapi hikayat itu kayak
gimana?”
Pengertian Hikayat
Layaknya cerpen maupun novel, hikayat juga termasuk prosa atau karya sastra berupa karangan
yang berbentuk narasi dan tidak terikat oleh rima. Hikayat adalah cerita Melayu klasik yang
menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian para tokohnya.
Contohnya, kisah Mahabharata mengandung pesan agar umat manusia senantiasa berbuat berkata
jujur, setia, bertanggungjawab, ikhlas, serta menggali potensi yang ada dalam diri masing-masing.
Hikayat biasanya dibaca sebagai pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk
meramaikan pesta. Hikayat biasanya berisi kisah tentang ketakjuban, keajaiban, ataupun kehebatan
seorang tokoh, serta keanehan dan mukjizat yang dialami tokoh utama.
Melalui hikayat, kamu bisa memetik nilai-nilai kehidupan untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dan bijaksana. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat, ada 6 nilai, yaitu nilai religius
(agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan). Perhatikan
penjelasan dan contohnya berikut ini!
1. Nilai Religius
Nilai religius atau agama mengajarkan kita untuk meyakini keberadaan Tuhan, senantiasa meminta
pertolongan kepada-Nya, dan meningkatkan keimanan.
Contoh: “Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada
fakir dan miskin.”
2. Nilai Moral
Nilai moral mengajarkan kita untuk bertindak hati-hati, tidak merugikan orang lain, dan mematuhi
norma yang berlaku di masyarakat. Nilai yang biasanya merujuk pada kebenaran, kejujuran, dan
ajaran kebaikan lainnya. Tokoh yang melanggar aturan moral biasanya mendapat balasan yang
setimpal.
Contoh: “Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih
untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.”
3. Nilai Sosial
Nilai sosial mengajarkan kita untuk berbuat baik pada sesama tanpa melihat perbedaan status, ras,
suku, dan agama. Nilai ini menjadi pedoman untuk berinteraksi dengan orang lain yang punya latar
belakang berbeda.
Contoh: “Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan
puteri menerimanya dengan senang hati.”
4. Nilai Budaya
Nilai budaya berhubungan dengan adat istiadat atau kebiasaan masyarakat tertentu. Nilai budaya
dalam hikayat bisa berbeda tergantung darimana hikayat tersebut berasal.
Contoh: “Raja Kabirsudah mencanangkan bahwa barangsiapa yang dapat membunuh Buraksa akan
dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu.”
Nilai edukasi berhubungan dengan kewajiban mengenyam pendidikan sejak kecil. Baik itu ilmu
agama, pengetahuan umum, kesenian, dan sebagainya.
Contoh: “Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan
pergi mengaji kepada Mualim Suian.
Pada suatu masa, saat Pulau Andalas
dipimpin oleh Sultan Alam, datanglah raja
dari negeri Penyu bernama si Meulu
Bersifat Rekaan
Istana sentris
“kita bisa mengenali tanda-tanda
kehadirannya. Apabila kita nebdebgar suara
seruling yang sangat merdu, tetapi meyayat
hati dan penuh kesedihan, itu tandanya Statis
Nabang si penunggang paus ada disekitar
daerah tersebut”.
anonim
Keesokan harinya, di samudra dekat Negeri
Penyu, terjadilah pertarungan yang dahsyat
antara seorang bocah yang menunggangi ika
paus raksasa dan naga raksasa
Kaidah Kebahasaan Hikayat
Salah satu ciri yang melekat pada hikayat yaitu penggunaan kata-kata kuno dan majas dalam
teksnya. Hal ini dikenal sebagai kaidah kebahasaan
1. Kata Arkais
Kata arkais adalah kata yang berhubungan dengan masa dahulu, kuno, dan tidak lazim digunakan di
zaman sekarang. Contoh kata arkais seperti jangat, langis, atau maharana. Jangat artinya
keranjang, langis artinya punah, dan maharana artinya perang besar.
2. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal atau konjungsi kronologis adalah kata penghubung untuk menandakan urutan
waktu, Contohnya: sebelum. sesudah, lalu, setelahnya, hingga, sampai, sejak, kemudian, dan akhirnya.
3. Majas
Majas adalah gaya bahasa agar kalimat menjadi lebih hidup. Dalam hikayat, ada dua jenis majas
yang sering digunakan, yaitu majas simile, antonomasia, dan hiperbola
a. Majas Simile
Majas simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi
dianggap mengandung segi yang serupa. Ditandai dengan kata bagai, bagaikan, bak,
laksana, seperti, serupa, dan semisal.
b. Majas Antonomasia
Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama aslinya,
tetapi dari sifat yang melekat pada seseorang atau benda tersebut.
c. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan berlebihan dan terkesan tidak
masuk akal.
Contoh: “Tangisan sang puteri terdengar hingga langit ke tujuh,”
d. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang menyatakan benda mati seoalaolah hidup dan
berlaku layaknya manusia.
Contoh : “Kobaran api melalap segala yang ada di dalam gubuk tua itu”
e. Majas Metafora
Majas metafora adalah majas perbandingan. Menggunakan kata atau kelompok kata untuk
mewakili hal lain yang bukan sebenarnya.
Dahulu kala di daerah Limboto, Gorontalo, terdapat sebuah mata air yang jernih dan dingin. Mata
air ini jarang dijamah oleh manusia karena terletak di tengah-tengah hutan yang lebat. Mata air inilah
yang biasa didatangi oleh para bidadari dari kayangan untuk mandi. Mata air ini bernama Tupalo.
Pada suatu hari turunlah seorang jejaka dari kayangan, ia sangat tampan dan perkasa. Ia bernama
Jilumoto, yang artinya “seseorang yang menjelma menjadi manusia”. Ketika menyaksikan bidadari yang
mandi di Tupalo, ia menyembunyikan sayap salah seorang dari mereka. Ternyata sayap itu milik seorang
bidadari yang paling tua di antara yang lainnya yang bernama Mbui Bungale. Saat mengetahui bahwa
sayapnya hilang, Mbui Bungale tidak dapat kembali ke kayangan. Selanjutnya ia bertemu dengan
Jimuloto, setelah saling berkenalan, Jimuloto mengajaknya untuk menikah dan tinggal di bumi. Akhirnya
mereka pun menikah. Mereka kemudian memutuskan untuk mencari tempat tinggal dan lahan untuk
bercocok tanam. Akhirnya mereka menjumpai sebuah bukit yang mereka beri nama Hantu lo Ti’opo atau
“bukit kapas”. Di bukit inilah mereka mengolah tanah dan menanam aneka tanaman yang dapat dimakan.
Suatu ketika Mbui Bungale mendapat kiriman dari kayangan, yaitu sesuatu yang disebut Bimelula atau
mustika sebesar telur itik. Mbui Bungale mengambil Bimelula itu dan kemudian menyimpannya pada
mata air Tupalo, tempat biasanya ia mandi, dan ditutupnya dengan sebuah tolu (tudung).
Pada suatu hari ada empat pelancong yang berasal dari bagian Timur tersesat ke tempat itu dan
menemukan mata air tersebut. Begitu melihat air yang jernih dan dingin, mereka segera berendam di
sana, saat ada di air mereka melihat sebuah tolu terapung-apung di atas air. Mereka penasaran dan
berusaha mengambilnya. Namun tiba-tiba terjadi badai dan angin topan di sana, hujan pun turun dengan
sangat deras. Dunia menjadi gelap gulita, mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi, lalu dengan sekuat
tenaga mereka berusaha keluar dari sana dan mencari tempat yang aman.
Setelah badai reda, hujan pun berhenti. Mereka kembali ke mata air untuk melihat apa yang sedang
terjadi. Mereka melihat tudung itu masih terletak di tempatnya semula. Dengan penuh keheranan mereka
kembali mendekati tudung itu untuk mengangkatnya, tetapi sebelumnya mereka meludahi tudung itu
dengan sepah pinang. Setelah melakukan hal itu, mereka tidak menjauh dari mata air, tetapi mengintip
dan ingin tahu siapa pemilik tudung itu. Tak lama kemudian datanglah Mbui Bungale dengan suaminya
bermaksud menjemput Bimelula yang tertutup dengan tudung itu.
Ketika Mbui Bungale mendekati tudung, ia dihadang oleh empat pelancong yang tak dikenalnya itu.
Mereka kemudian berkata, “Wahai kalian berdua, siapakah kalian sebenarnya, untuk maksud apa kalian
mendatangi tempat ini?”
“Saya Mbui Bungale, dan ini suami saya Jilumoto, kami bermaksud menjemput mustika dalam tudung
itu.” jawab Mbui Bungale.
Keempat orang itu dengan lantang menjawab, “Tidak seorangpun yang kami ijinkan menjamah tempat
ini, apalagi mengambil barang-barang yang ada di sini, tempat ini adalah milik kami.”
Mbui Bungale balik bertanya,, “Apa buktinya bahwa tudung itu milik kalian?”
“Lihatlah sepah pinang di atasnya, inilah buktinya,” jawab salah seorang pelancong itu.
Mbui Bungale hanya tersenyum dan berkata, “Jika kalian benar menguasai mata air dan tudung itu,
cobalah kalian besarkan mata air ini menjadi danau. Kuingatkan kepada kalian bahwa mata air ini
diturunkan oleh Yang Maha Kuasa untuk digunakan oleh manusia yang baik budi pekertinya, bukan
orang-orang tamak dan rakus. Tanah ini berada dalam lindunganNya, oleh karena itu jalah dan jangan
engkau cemarkan. Jika kalian benar-benar pemilik mata air ini, cobalah perluas airnya, silahkan
keluarkan ilmu-ilmu kalian.”
Pertama kali yang memperagakan kesaktiannya adalah orang yang dianggap pemimpin dari mereka
berempat. Sambil membentangkan tangannya dengan lantang ia berkata, “Oh, mata air kami! Meluaslah
kalian….” demikian pemimpin rombongan itu memperagakan kesaktiannya, tapi tak terjadi apapun di
tempat itu. Air tak juga meluas, angin pun tak bergerak.
Mbui Bungale kembali tersenyum dan berkata dengan mereka berempat, “Ayo keluarkan kekuatan kalian,
buktikan jika mata air ini milik kalian. Atau kalian telah menyerah dan mengaku kalah?”
Pemimpin rombongan itu berkata dengan nafas tersengal-sengal, “Jika kamu pemilik tempat ini, maka
tunjukkanlah kemampuanmu!”
Mbui Bungale kemudian bersedakep dan mengarahkan tangannya ke arah mata air sambil berdoa,
“Tuhanku, berikanlah aku kekuatan, Luaskan dan besarkan mata air ini, mata air para
bidadari…..membesarlah…..!” Tak lama kemudian terdengar suara air bergemuruh, tanah menggelegar,
perlahan-lahan mata air itu melebar dan meluas. Mbui Bungale dalam sekejap telah berada di atas
pohon, sementara keempat orang itu terpana kagum melihat keajaiban itu.
Air semakin tinggi dan mulai mencapai tempat keempat orang yang berada di atas pohon kapak, dengan
berteriak mereka memohon ampun pada Mbui Bungale, wanita itu kemudian berkata, “Masihkah kalian
mengakui tempat ini sebagai milik kalian?” Keempat pelancong itu minta maaf kepada Mbui Bungale dan
mdan mempersilahkannya untuk mengambil tudung mustika itu.
Mbui Bungale mengambil tudung itu yang setelah dibukanya berisi sebuah telur, dan ajaib saat itu telur
tersebut menetas, di dalamnya terdapat seorang bayi perempuan cantik yang konon akan menjadi Raja
Limboto. Gadis itu dikenal dengan nama Tulango Hula, yang artinya cahaya bulan. Setelah itu Mbui
Bungale berencana membawa bayinya pulang dan mengajak keempat pelancong itu, sejenak ia
melayangkan pandangan kembali ke danau, di sana dilihatnya lima biji buah terapung-apung di air, ia
mengambil dan mencium buah yang ternyata jeruk itu. Sejak saat itu danau tersebut diberi nama Bulalo
Lo limu o tutu yang artinya “danau dari jeruk kayangan”, dan dikenal sebagai Danau Limboto.
( LKPD 1 )
NAMA :
KELAS :
Pada kegiatan kali ini, Anda akan membaca sebuah teks hikayat berjudul “Hikayat Bulalo Lo
Limutu”. Setelah itu, jawablah beberapa pertanyaan dibawah ini!
1. Dalam hikayat “Bulalo Lo Limutu” , turunlah seorang jejaka dari kayangan, ia sangat tampan
dan perkasa. Ia bernama (……………………), yang artinya “seseorang yang menjelma menjadi
manusia
2. Berdasarkan cerita hikayat tersebut, Mbui Bungale memiliki sifat yang sangat ditakuti oleh
para pelancong. Apa saja sifat Mbui Bungale yang dapat diteladani? Berilah centang !
Sederhana
Baik
Berani
Jujur
Pemalu
Sakti
3. Tentukanlah penyataan berikut benar atau salah. Berilah tanda centang pada kolom yang
tersedia.
4. Kita dapat mengambil pelajaran dalam cerita tersebut, untuk selalu bersikap jujur dan
benar. Kita tidak boleh sombong dan takabur seperti para pelancong yang terdapat dalam
cerita tersebut. Setujukah Anda dengan pernyataan berikut?berikan alasan?
Setuju …………………………………………………………………………………………………………………
5. Sebagai pelajar, anda diharapkan menjadi pribadi yang jujur, benar dan baik kepada
sesama. Janganlah sombong dan takabur seperti para pelancong yang terdapat dalam cerita
tersebut. Untuk itu, apa saja hal yang dapat anda lakukan sebagai wujud sikap yang baik,
jujur dan benar terhadap orang tua dan gurumu?
6. Dalam teks hikayat tidak lepas dari nilai-nilai. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi pedoman
dalam kehidupan anda. Nilai-nilai apa saja yang dapat anda petik dari hikayat tersebut?
Proyek Mini
Nama :
Kelas :
Tujuan : (1) Melatih kepercayaan diri peserta didik agar dapat berbicara langsunng di
depan orang banyak
Waktu : 2x pertemuan
Pada pembelajaran sebelumnya, anda telah memahami tentang hikayat berdasarkan nilai-nilai
dalam teks tersebut. Sekarang, anda akan belajar tentang bagaimana mengulas kembali cerita
hikayat yang disampaikan secara lisan, dengan gaya dan intonasi sesuai kreatifitas anda sendiri
(bisa menggunakan alat peraga)
Petunjuk :
1. Teks hikayat merupakan salah satu dari jenis cerita rakyat dengan unsur pencitraan
yang ditonjolkan memiliki ciri yaitu…..
A. Khayal
B. Lisan
C. Anonim
D. Logis
E. Istana-sentris
Hang Jebat merupakan orang yang menjadi pengganti dari posisi Hang
Tuah yang menaruh dendam atas keputusan raja yang diberikan kepada
sahabatnya tersebut. Kesetiaan yang dimilikinya terhadap sahabatnya
membuat Hang Jebat mengamuk di area Keraton. Dayang-dayang dan
putri-putri banyak diperlakukan kurang sopan sehingga banyak orang yang
menjadi mati karena keris yang dimilikinya dan hasil pemberian dari Hang
Tuah kepada dirinya. Tiada seorang pun di Keraton yang berani
mendinginkan dirinya sehingga raja juga mengalami kesulitan dan
ketakutan atas perlakuan dirinya tersebut.
3. Dari cuplikan bacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa watak yang dimiliki oleh Hang
Jebat yaitu…..
A. Baik hati
B. Lembut
C. Sombong
D. Kasar
E. Pemberani
4. Ciri dominan yang terdapat di dalam kutipan teks hikayat di atas yaitu…..
A. Istana sentris
B. Kesaktian
C. Anonim
D. Logis
E. Kemustahilan
5. Nilai yang dapat dipetik dari teks hikayat di atas adalah…
a. Nilai edukasi
b. Nilai moral
c. Nilai agama
d. Nilai sosial
e. Nilai budaya
6. Karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan
silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat
disebut...
A. Dongeng
B. Novel
C. Hikayat
D. Komik
E. Prosa
7. “Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan
laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata
Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Konjungsi yang menyatakan urutan waktu atau peristiwa pada penggalan teks hikayat
di atas adalah ...
A. Kemudian
B. Lalu
C. Maka
D. Setelah itu
8. Teks hikayat banyak menggunakan kata arkais. Yang dimaksud kata arkais adalah ...
A. Kata-kata baku.
B. Kata-kata Melayu yang sudah jarang digunakan.
C. Kata-kata yang sudah jarang digunakan.
D. Kata-kata resapan dari bahasa asing
9. Bacalah kutipan teks hikayat berikut!
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat
Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra.
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada
fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan
bersalin dua orang putra laki-laki.
Ada pun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka
baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan
anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Isi pokok dari kutipan teks hikayat di atas adalah ...
A. Seorang raja bernama Indera bungsu dari Negeri Kobat tiada juga beroleh putra
setelah berpuluh tahun menikah.
B. Membaca doa kunut dan sedekah kepada kaum fakir dan miskin mendatangkan
rezeki anak kembar yang kuat.
C. Seorang raja bernama Indera bungsu mempunyai seorang istri bernama Tuan Puteri
Sitti Kendi dan seorang putra bernama Indera Bangsawan.
D. Raja Indera bungsu dikaruniai putra kembar bernama Syah Peri yang terlahir dengan
panah dan Indera Bangsawan dengan pedang.