Anda di halaman 1dari 10

MENYUSURI NILAI

DALAM CERITA LINTAS


AKHIR ZAMAN
Christian J. H. Manurung
XB
PENGERTIAN HIKAYAT

Hikayat, berasal dari kata bahasa Arab "haka" yang


artinya menceritakan, menirukan, menyerupai,
melukiskan, berkata, dan meneruskan. Ini adalah
karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang
mencakup cerita, undang-undang, dan silsilah.
Hikayat dapat bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan dari sifat-sifat tersebut.
Perbedaan Hikayat dan cerpen :

Perbedaan karakterisasi dan plot antara hikayat dan cerpen


terletak pada latar belakang tokoh, alur cerita, dan sudut
pandang penceritaan. Hikayat cenderung memiliki tokoh dari
keluarga kerajaan atau golongan yang istimewa, dengan alur
maju dan sudut pandang orang ketiga, sementara cerpen lebih
variatif dalam pemilihan tokoh, alur cerita, dan sudut pandang
penceritaan. Nilai-nilai pendidikan, religius, moral, dan sosial
tetap terkandung dalam kedua jenis karya sastra tersebut.
Kaidah bahasa yang digunakan Hikayat dan cerpen :

KONJUNGSI URUTAN WAKTU


1. Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan sebuah
kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu sebelumnya, saat,
maupun setelahnya.
Penggunaan konjungsi urutan waktu yang tidak tepat akan mengubah
logika alur cerita dan koherensi sebuah paragraf. Hal lain yang perlu
diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah frekuensinya.
2.MAJAS
Majas atau gaya bahasa sangat
erat kaitannya dengan cerita fiksi.
Majas digunakan untuk
menambahkan keindahan cara
penyampaian cerita.
Majas yang sering di gunakan dalam Hikayat maupun Cerpen :
Antonomasia :
1. majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol

Personifikasi :
2. majas yang menyatakan benda mati maupun benda hidup yang bukan manusia (hewan/tumbuhan)
sebagai s yang seolah-olah bersifat dan berlaku layaknya manusia
Simile :
3. majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya secara eksplisit menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding.

Metafora :
4. majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai
dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain.

5. Hiperbola :
gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang
sebenarnya
Ringkasan cerita Hikayat Sa-Ijaan dan Ikan Todak :
Alur cerita Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak bermula dari seorang datu yang berkekuatan luar biasa sedang bertapa dengan
khusyuk. Datu Mabrur bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Ia berharap, melalui pertapaan itu, Sang Pencipta
memberikan sebuah pulau untuk dijadikan tempat tinggal bagi keturunannya. Pada hari terakhir tapanya, ketika laut sedang
tenang, seorang raja ikan todak tiba-tiba menyerangnya. Datu Mabrur dengan tenang menepis serangan itu tanpa berpindah
dari tempatnya. Ikan itu terpelanting berulang kali dan Datu Mabrur tetap tidak membuka mata sampai serangan terakhir. Saat
ikan todak terjatuh, Datu Mabrur bertanya maksud serangan itu kepada si ikan. Raja ikan todak mengaku sebagai penguasa
perairan dan menyatakan bahwa tapa Datu Mabrur telah mengganggu kedamaian lautan. Namun, setelah kalah dari Datu
Mabrur, raja ikan todak memutuskan tunduk, begitu juga ikan-ikan lainnya. Namun, raja ikan todak terluka parah setelah
pertarungan itu. Karenanya, ia meminta tolong kepada Datu Mabrur agar mengobati lukanya dan dikembalikan ke laut. Jika
mau menuruti permohonan itu, raja ikan todak berjanji akan mengabulkan semua permintaan Datu Mabrur. Ingin menguasai
kerajaan laut? Berkeliling lautan? Semuanya akan dikabulkan oleh raja ikan todak. Datu Mabrur sudi mengobati luka ikan todak
sebagai wujud kepedulian sesama makhluk. Akan tetapi, ia juga bercerita maksud dan tujuan pertapaannya selama ini.
Mendengar cerita dan harapan mulia sang datu, raja ikan todak pun secara sukarela mau mengabulkan. Ia akan menyediakan
pulau untuk dihuni oleh keturunan sang datu. Saat Raja Ikan bersama ke laut bersama rakyatnya, kedua belah pihak berseru
, "Sa-ijaan!" Sa-ijaan artinya semufakat, satu hati, dan se-iya sekata. Sebelum tengah malam, Datu Mabrur terkejut oleh gemuruh
dari dasar laut. Jutaan ikan mendorong dan menciptakan daratan baru sebagai wujud pemenuhan sumpah Raja Ikan Todak.
Ikan-ikan itu berteriak, "Sa-ijaan!". Datu Mabrur dengan kagum dan penuh syukur kepada Sang Pencipta menamai pulau baru
tersebut Pulau Halimun.
Ringkasan cerita Hikayat si Miskin :
Ringkasan Hikayat si Miskin bermula dari cerita kehidupan di sebuah Kerajaan Antah Berantah yang dipimpin Maharaja Indra Dewa. Pada
zaman dahulu kala, di kerajaan tersebut, hiduplah Raja Keindraan beserta istrinya yang jatuh miskin, melarat dan terlunta-lunta karena
terkena kutukan dari Batara Indra. Untuk bertahan hidup, suami-istri itu terpaksa makan makanan dari sisa-sisa yang ada di tempat
sampah, di suatu kampung yang kejam, setiap hari. Penduduk setempat melempari mereka berdua dengan hinaan, pukulan, dan tak sudi
membiarkannya tinggal di kampung itu. Perlakukan tersebut membuat si Miskin merasa sangat sedih sehingga tidak berani masuk
kampung lagi lantaran takut dipukuli dan dilempari batu. Suatu hari, tibalah masa kehamilan sang istri. Ketika usia buntingnya menginjak
tiga bulan, dia mengidam buah mempelam dan nangka, yang tumbuh di halaman istana raja nun jauh di sana. Akan tetapi, ternyata
Maharaja Indra Dewa sangat bermurah hati, sudi memberikan buah yang diminta. Rakyat di kerajaan tersebut juga memberikan bantuan
berupa makanan, pakaian, beras, dan perkakas lainnya. Setelah beberapa bulan, istri si Miskin melahirkan seorang putra yang sangat elok.
Anak itu diberi nama Markamah 'anak dalam kesukaran'. Bersamaan dengan kelahiran anaknya, mereka mulai mencari tempat menetap.
Karena itu, sang suami menggali tanah di suatu area demi membangun "rumah". Tak disangka, saat menggali tanah untuk memancangkan
tiang atap, si Miskin menemukan segepok emas yang terpendam. Mereka pun memanfaatkan emas tersebut untuk memperbaiki derajat
kehidupannya. Dengan berkat Allah, mereka membangun kerajaan mereka sendiri, Puspa Sari. Si Miskin pun menjadi raja yang arif dan
perkasa dengan nama Maharaja Indra Angkasa. Istrinya bernama Ratna Dewi. Kerajaan itu pun semakin terkenal, tetapi Maharaja Indra
Dewa dari Antah Berantah merasa iri. Pada saat itu, tersiar kabar bahwa Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui
keberuntungan kedua anaknya kelak, yakni Markamah dan tuan putri Nila Kesuma. Kesempatan tersebut digunakan Maharaja Indra Dewa.
Semua ahli nujum dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan kepada Indra Angkasa bahwa Makramah dan Nila Kesuma akan
mendatangkan malapetaka terhadap kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum pun menyetujui perintah Maharaja Indra Dewa untuk
memfitnah kedua anak Maharaja Indra Angkasa. Setelah mendengar kata-kata dari ahli nujum, Maharaja Indra Angkasa yang merasa
murka memutuskan untuk membuang kedua anaknya. Mereka pun pergi tanpa tujuan yang pasti. Setelah kepergian kedua anaknya,
Kerajaan Puspa Sari terbakar dan rakyatnya terpecah belah. Akhirnya, si Miskin dan istrinya menyadari bahwa mereka telah menjadi
korban fitnah para ahli nujum yang menyebabkan kehancuran Kerajaan Puspa Sari.
Ringkasan cerpen Tarian Pena :
Cerita Tarian Pena dimulai dengan tokoh aku menyusuri jalan kampung yang sepi, di bawah terik matahari. Ia
tiba di "istana tuaku" di mana seorang perempuan tua menyambutnya dengan hangat. Di dalam istana tersebut,
aku mulai menari dengan pena di atas lembaran putih, menuangkan semua perasaannya. Tiba-tiba, aku tertidur
dan bermimpi pangeran gagah menjemputnya. Pagi cerah berikutnya, aku berdiri di sekolah menunggu teman
dengan senyuman. Ia senang menuangkan pengalaman sehari-hari dalam tulisan, baik itu puisi maupun diary.
Waktu berlalu cepat, dan aku pulang ke "istana tuaku" untuk kembali menari dengan pena. Namun, kebahagiaan
itu terganggu ketika narator mendengar kabar bahwa ibunya telah meninggal. Setelah kehilangan ibunya, aku
benar-benar merasa kehilangan arah dan mengalami hari-hari yang penuh sesal. Aku banyak merenung dan
menulis kisahnya dengan pena. Dalam tulisannya, aku memimpikan ibu yang telah pergi. Di tengah
kesedihannya, aku juga mengalami mimpi buruk tentang kematian perempuan tua yang selalu menyambutnya.
Kisah berlanjut dengan aku meratapi kehilangan ibu dan menghadapi kesulitan hidup tanpa kehadirannya.
Dalam kepedihannya, aku mengungkapkan kerinduan dan kelelahannya terhadap kejadian yang menimpanya.
Secara keseluruhan, cerita Tarian Pena menggambarkan perjalanan emosional narator melalui tulisan dan mimpi,
dari kebahagiaan hingga kehilangan, dan kesulitan menghadapi realitas tanpa kehadiran orang yang dicintai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai