Anda di halaman 1dari 9

Tugas 1

1. Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel,sejarah tersebut dibuat ?


2. Dimanakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat ?
3. Peristiwa apa saja yang dikisahkan ?
4. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam penceritaan ?
5. Dibagian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergolong ke dalam novel
sejarah ?

Jawaban:
1. latar waktu cerita dalam novel Kemelut di Majapahit adalah pada masa Raden Wijaya
menjadi raja pertama di Majapahit dan diberi gelar Kertajasa Jayawardhana.
2. latar tempat pada kutipan novel Kemelut di Majapahit adalah di Kerajaan Majapahit.
3. berikut beberapa peristiwa yang dikisahkan dalam novel Kemelut di Majapahit.
a. Diangkatnya Ranggalawe menduduki jabatan sebagai Bupati Tuban.
b. Putri Kerajaan Pamalayu dinikahi sang prabu, yang sudah memiliki beberapa istri,
sehingga istrinya menjadi lima.
c. Terjadinya pernikahan Sang Prabu dengan sang putri dari Kerajaan Pamalayu membuat
sang adipati Ranggalawe murka. Bahkan, adipati mendatangi sang prabu untuk
membahas persoalan tersebut.
4. a. Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana
b. Adipati Ranggalawe
c. Kebo Anabrang
d. Dyah Tribunan
e. Dyah Nara Indradhita
f. Dyah Nara Inderadewi
g. Dara Petak
h. Patih Nambi
5. novel tersebut tergolong sebagai novel sejarah. Hal tersebut terlihat dari judulnya, yakni
“Kemelut di Majapahit”. Judul tersebut menggunakan latar tempat terjadinya cerita, yakni
di Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan bersejarah di Indonesia.
Tugas 2

1. Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel,sejarah tersebut dibuat ?


2. Dimanakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat ?
3. Peristiwa apa saja yang dikisahkan ?
4. Siapa saja tokoh yang terlibat dalam penceritaan ?
5. Dibagian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergolong ke dalam novel
sejarah ?

Jawaban:
1. Latar waktu cerita tidak secara spesifik disebutkan.Namun, cerita ini mengacu pada era sejarah
dijawa, dimana tokoh-tokoh seperti gajah mada, prabu airlangga, dan patih narotama hidup di
era ini berkisar antara abad ke 13 hingga abad ke 14.

2. Latar dalam kutipan novel sejarah tersebut terutama berada di Jawa, Indonesia. Beberapa
tempat yang disebutkan dalam cerita adalah Ghirah, terowongan bawah tanah, Mojoagung,
Hangawiyat, dan Bedander.

3. -Kabut tebal turun ke tanah Jawa, mungkin karena kedatangan para bidadari.
- Calon Arang, seorang penyihir wanita, menebar tenung dan menyebabkan kabut tebal serta
Penyakit menyebar di seluruh negeri
- Empu Barada dipanggil untuk meredam sepak terjang Calon Arang.
- Ditemukan mayat Prajurit Klabang Gendis dengan anak panah di tenggorokannya, dan mayat
Pembunuhannya yang mati dipatuk ular.
- Gajah Mada mencurigai prajurit Bhayangkara sebagai pembunuh.
4. - Gajah Mada: Patih Daha yang menjadi salah satu tokoh utama.
- Prabu Airlangga: Raja besar di tanah Jawa.
- Patih Narottama: Patih yang membantu Prabu Airlangga dan mencari bantuan Empu Barada
- Gagak Bongol: Salah satu prajurit Bhayangkara yang melaporkan penemuan mayat kepada
Gajah mada.
- Gajah Enggon: Seorang prajurit yang juga melaporkan penemuan mayat kepada Gajah Mada.
- Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Kartika Sinumping, Jayabaya, Pradhabasu,
Lembang Laut, Riung Samudra, Gajah Geneng, Macan Liwung, dan Gagak Bongol: Nama-nama
prajurit Bhayangkara yang dikaitkan dengan pembunuhan.
5. - Cerita ini mengambil latar belakang sejarah Jawa dengan memasukkan tokoh-tokoh sejarah
yang dikenal, seperti Gajah Mada, Prabu Airlangga, dan Patih Narottama.
- Terdapat referensi terhadap peristiwa sejarah yang terkenal, seperti penyebaran kabut tebal
oleh Calon Arang dan penggunaan kekuatan sihir oleh Empu Barada.
- Penyebutan tempat-tempat sejarah seperti Ghirah, Mojoagung, Hangawiyat, dan Bedander.
- Penggambaran kehidupan dan kondisi pada masa lalu, seperti kehidupan kerajaan, praktik
sihir, dan pertempuran antarprajurit
Kutipan Struktur keterangan

Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pendahuluan atau Bagian ini menyajikan
pun awan di langit. Dan bulan telah orientasi pengenalan atau informasi
terbit bersa maan dengan sekilas tentang latar dan
tenggelamnya matari. Dengan cepat ia tokoh yang terdapat dalam
naik dan kaki langit, mengunjungi cerita.
segala dan semua yang tersentuh
cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga
hewan dan manusia. Langit jernih,
bersih, dan terang. Di atas bumi Jawa
lain lagi keadaannya gelisah, resah,
seakan-akan manusia tak
membutuhkan ketenteraman lagi.

Sang Patih berhenti di tengah-tengah Penyampaian rangkaian Bagian ini menyampaikan


pendodop, dekat dengan damarsewu, peristiwa berbagai peristiwa yang
menegur, " Dingin-dingin begini terjadi dalam cerita.
anakanda datang. Pasti ada sesuatu
keluarbiasaan. Mendekat sni,
anakanda." Dan Patragading berjalan
mendekat dengan lututnya sambil
mengangkat sembah, merebahkan diri
pada kaki Sang Patih. "Ampuni patik,
membangunkan Paduka pada malam
buta beini kabar duka, Paduka.
Balatentara Demak di bawah Adipati
Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-
duga.

"Bagaimana Bupati Jepara?" Tewas konflik Bagian ini menyajikan


enggan menyerah Paduka, Patragading konflik yang terjadi antara
mengangkat sembah. " Sisa tokoh satu dengan tokoh
balatentara Tuban mundur ke timur lain dalam cerita.
kota. Jepara penuh dengan balatentara
Demak. Lebih dari tiga ribu orang."

Seluruh Tuban kembali dalam Penyelesaian konflik Bagian ini menyajikan solusi
ketenangan dan kedamaian-kota dan atau resolusi atas konflik pada bagian
pedalaman. Sang Patih Tuban sebelumnya.
mendiang telah digantikan oleh Kala
Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Nama
barunya WIrabumi. Panggilannya yang
lengkap: Gusti Patih Tuban Kala CUwil
Sang Wirabumi. Dan sebagai patih ia
tetap memimpin pasukan ajah.

Tugas 3
Tugas 4

Perbandingan antara Teks Sejarah "Borobudur" dengan Novel Sejarah "Rumah Kaca" karya
Pramoedya Ananta Toer

1. Teks Sejarah Borobudur:

Teks sejarah Borobudur merupakan teks yang berdasarkan fakta sesungguhnya. Pada
penulisan teks ini, penulis menyajikan dengan hati-hati dengan menggunakan bahasa yang baku
dan dituntut untuk menyajikan fakta sebagaimana adanya.

Penulis mengetengahkan deskripsi Candi Borobudur mulai dari luasnya, jumlah patung Buddha
jumlah stupa dan stupa induk. Untuk menghasilkan tulisan tersebut, penulis harus menguasai
secara detail sejarah Borobudur, di mana letak Borobudur, dan siapa saja yang terlibat dengan
pembangunan candi tersebut.

2. Novel Sejarah Rumah Kaca:

Meskipun Rumah Kaca dikategorikan novel sejarah, bukan berarti semua yang terjadi di
dalamnya merupakan fakta atau sepenuhnya fiksi. Perihal nama-nama tokoh bisa jadi fiksi ada
juga yang nyata. Akan tetapi untuk rangkaian cerita yang menjadi kekuatan sebuah novel,
kemungkinan besar merupakan kisah tidak nyata atau fiksi. Termasuk dialog-dialog yang terjadi
di dalamnya.

Kesimpulan: Teks sejarah sangat ketat dan harus bisa dibuktikan oleh ilmu yang berkaitan,
sementara novel sejarah tidak dituntut untuk selalu berdasarkan fakta.
Nomor Kaidah Bahasa Kutipan teks
1 Terdapat penggunaan kalimat yang menggambarkan
Kalimat bermakna lampau kejadian di masa lalu, seperti "Pada saat itu, Gajah
Mada bergelut dalam takhta dan angkara."

2 Terdapat penggunaan konjungsi yang menunjukkan


Penggunaan kunjungsi yang urutan waktu, seperti "Ketika Calon Arang, si
menyatakan urutan waktu perempuan penyihir dari Ghirah marah..."

3 Terdapat penggunaan kata kerja material yang


Penggunaan kata kerja menggambarkan tindakan fisik, seperti "Empu Barada
material menebas pelepah daun keluwih..."

4 Terdapat penggunaan kalimat tidak langsung untuk


Penggunaan kalimat tidak mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh, seperti
langsung "Gajah Mada merasa tak nyaman..."

5 Terdapat penggunaan kata kerja mental yang


Penggunaan kata kerja menggambarkan keadaan mental atau pikiran tokoh,
mental seperti "Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan
senyumnya..."

6 Terdapat penggunaan dialog antara tokoh-tokoh


Penggunaan dialog dalam cerita, seperti "Ditemukan mayat lagi, Kakang
Gajah," ucap Gajah Enggon.

7 Terdapat penggunaan kata sifat untuk memberikan


Penggunaan kata sifat deskripsi atau atribut pada objek atau keadaan, seperti
"Ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas..."

Tugas 5
Tugas 7

Nomor Nilai-nilai yang terkandung Jawaban


dalam novel sejarah
1 Nilai moral Nilai moral dalam teks novel sejarah tersebut adalah
orang yang cerdik akan bertindak dengan
pengetahuannya, tetapi yang bebal akan mengumbar
kebodohannya.

2 Nilai Budaya Nilai kebudayaan dalam teks novel sejarah tersebut


terlihat melalui beberapa kalimat di antaranya
penggunaan kata-kata bahasa jawa seperti, sugeng,
tolek, wisesa ruhani dll.
Kemudian, disebutkan juga kelebihan bangsa Jawa
adalah sangat peka terhadap suara hati.Terdapat juga
penyebutan kata wayang dan tembang macapat yang
merupakan piranti kebudayaan kesenian.

3 Nilai sosial Nilai sosial dalam teks novel sejarah tersebut yakni
ketika terjadi interaksi di antara dua orang dengan
latar belakang bangsa dan budaya yang berbeda,
melakukan pertemuan dan dialog.

Selain itu, tampak pada sikap Danurejo II yang tetap


menghormati dan bersikap dengan ramah dan sopan
kepada van Rijnst meski merupakan musuh dari Sultan
Hamengkubuwono II, begitu pula dengan van Rijnst
yang sangat peduli dengan tata krama dalam
menyambut tamunya dengan baik.

4 Nilai ketuhanan/Religi: Nilai ketuhanan yang dimunculkan pada teks novel


sejarah tersebut adalah latar belakang agama van
Rijnst yaitu Katolik dan Protestan. Kemudian, disebut
juga agama Hindu Buddha dan Islam.
Tugas 6

Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.

1. Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zubaid adalah kucing hitam di waktu


malam dan burung merak disiang hari.
2. Dalam hati-kecilnya bayangan Sang Adipati, yang jelas memberanikan
istrinya, antara sebentar mengawang dan mengancam hendak merobek-
robek hatinya
3. Bau kemenyan menyebar menyapa hidung siapa pun tanpa kecuali.
4. Cakradara sama sekali tidak menyadari seseorang mengikuti gerak kakinya
dengan pandangan tidak berkedip dan isi dada yang mengombak.
5. Majapahit memang bisa berada dalam genggamannya, dan kekuasaan
manakah yang lebih tinggi dibanding kekuasaan seorang raja?

JAWABAN :

1. Kucing hitam di waktu malam dan burung merak di siang hari, maknanya
adalah orang yang terlihat sangatlah menakutkan dari bentuk tubuhnya
akan tetapi memiliki hati yang sangat baik dan penyayang.
2. Merobek-robek hatinya, maknanya adalah keadaan yang menyakiti hatinya.
3. Hidung siapa pun tanpa kecuali, maknanya adalah aroma yang tersebar ke
seluruh penjuru dan di mana-mana.
4. Isi dada yang mengombak, maknanya adalah keadaan hati yang sedang
bingung, tidak menentu, galau dan sangatlah kacau.
5. Majapahit memang bisa berada dalam genggamannya, maknanya adalah
kerajaan Majapahit bisa tunduk pada kekuasaannya.
Tugas 8

Peristiwa sejarah Pengembangan peritiwa

Perjuangan Kartini dalam Peringatan hari kartini merupakan bentuk suatu


memperjuangkan hak-hak penghormatan dan mengenang jasa-jasa ibu karini dalam
perempuan dan pendidikan memperjuangkan hak-hak kaum wanita, agar memiliki hak
bagi perempuan di Jepara, yang setara dan sama dengan laki-laki.kartini merupakan
Hindia Belanda pada akhir abad sosok wnita pertama yang memprakarsai perkumpulan
ke-19. dalam memajukan pendidikan perempuan.

NO Sisi kehidupan Jawaban


Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat atau disebut
1 Data pribadi dengan gelarnya sebelum menikah yakni Raden Ajeng
Kartini Lahir di Jepara, 21 April 1879 kartini adalah seorang
tokoh jawa dan pahlawan Nasional Indonesia.kartini juga
merupakan seorang pejuan kemerdekaan dan kedudukan
kaumnya, pada saat itu terutama wanita jawa.
Kartini merupakan putri dari bupati Jepara dan lahir di
2 Rumah tangga keluarga bangsawan Jepara. Ia memiliki saudara perempuan
yang juga berjuang dalam pendidikan perempuan. Kartini
menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat dan memiliki
tiga orang anak.

Kartini memiliki tiga orang anak, yakni Soesalit, Roekmini,


Anak – anak dan Soeria. Sayangnya, Kartini meninggal dunia dalam usia
3 muda, sehingga tidak dapat melihat anak-anaknya tumbuh
dewasa.

Kartini bercita-cita untuk memberikan pendidikan yang


Cita – cita sama bagi perempuan seperti yang didapatkan oleh laki-
4 laki. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci emansipasi
perempuan dan menginspirasi perempuan lain untuk
mengejar cita-cita dan hak-hak mereka.

Kartini memiliki hubungan dekat dengan suaminya, Raden


Adipati Joyodiningrat, yang mendukung
Romantika hidup perjuangannya.Meskipun pernikahan mereka diatur oleh
5 tradisi, mereka berhasil membentuk hubungan yang saling
mendukung satu sama lain dalam menjalani perjuangan
mereka.

Anda mungkin juga menyukai