B. Kutipan Novel Sejarah Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara
1. Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?
Jawab: Pada Malam hari
2. Di manakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat?
Jawab: Kerajaan Majapahit
3. Peristiwa apa sajakah yang dikisahkan?
Jawab:
Cerita mengenai adanya kabut tebal yang berhubungan dengan bidadari yang
turun dari kahyangan, selain itu kabut yang amat tebal membawa penyakit ke
seluruh Negara
Gajah Mada mendapat laporan bahwa prajuritnya bernama Klabang Gendis
mati dengan anak panah menancap tepat ditenggorokan dan pembunuh prajurit
itu mati di patuk ular
4. Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam penceritaan?
Jawab: Gajah Mada, Gajah Enggon dan Gajah Bongol
5. Di bagian apa sajakah yang menandakan bahwa novel tersebut tergolong ke
dalam novel sejarah?
Jawab: Pada latar tempat dan waktu yaitu pada masa berdirinya kerajaan
Majapahit, nama dari tokoh di kerajaan, dan kisah prajurit yang mati dengan
anak panah yang menancap ( kisah ini biasanya terjadi pada masa masa zaman
dahulu )
1. Faktual Imajinatif
Jelaskan makna ungkapan yang terdapat pada kutipan novel sejarah berikut ini.
1. Ia tahu benar Tholib Sungkar Az-Zubaid adalah kucing hitam di waktu malam dan
burung merak di siang hari.
Makna yang kalimatnya dimiringkan: Yang terlihat hanya bagusnya saja
sedangkan yang buruknya tidak terlihat.
2. Dalam hati-kecilnya bayangan Sang Adipati, yang jelas memberanikan istrinya,
antara sebentar mengawang dan mengancam hendak merobek-robek hatinya.
Makna yang kalimatnya dimiringkan: menyakiti perasaannya.
3. Bau kemenyan menyebar menyapa hidung siapa pun tanpa terkecuali.
Makna yang kalimatnya dimiringkan: baunya tercium dimana-mana.
4. Cakradara sama sekali tidak menyadari seseorang mengikuti gerak kakinya
dengan pandangan tidak berkedip dan isi dada yang mengombak.
Makna yang kalimatnya dimiringkan: mengalami perasaan tegang.
5. Majapahit memang bisa dalam genggamannya, dan kekuasaaan manakah yang
lebih tinggi dari kekuasaan seorang raja?
Makna yang kalimatnya dimiringkan: kekuasaan yang berada di bawah naungan
seorang penguasa.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai moral yang sering ditemui adalah sifat rendah hati
dan tata krama kepada orang lain. Seringkali orang salah mempersepsikan sifat rendah
hati yang berarti sama dengan rendah diri padahal, kedua sifat itu berbeda. Rendah
hati adalah sifat tidak sombong atau tidak angkuh. Sedangkan, rendah diri adalah sifat
yang merasa dirinya kurang. Sifat rendah hati tidak sampai menghilangkan
kepercayaan diri seseorang namun, sifat rendah hati adalah keadaan dimana seseorang
tidak merasa sombong akan sesuatu dan tidak merasa angkuh terhadap orang lain,
itulah yang disebut dengan rendah hati. Sifat rendah hati biasanya berhubungan
dengan tata krama. Tata krama adalah kebiasaan yang mengatur sopan santun dan
disepakati oleh lingkungan. Tata krama berperan penting di dalam kehidupan sehari-
hari karena tata krama lah yang menyebabkan seseorang bisa diterima di lingkungan
masyarakat atau tidak. Hubungan antara rendah hati dan tata krama akan
menyebabkan adanya keseganan masyarakat terhadap seseorang yang memiliki sifat
itu yang akhirnya akan memudahkan seseorang untuk bergaul dan diterima orang lain
di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu, nilai moral seperti rendah hati dan tata krama begitu penting dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, seseorang wajib untuk menanam perilaku
tersebut hingga akhir hidupnya.
Kelahiranku dibantu oleh seorang bidan yang oleh orang disebut "sanro".
Bidan itu bernama indo melo. dalam adat kelahiran tradisional tersebut. Biasanya ari-
ari hanya dipotong dengan sembilu yang berfungsi sebagai pisau yang terbuat dari
kulit bambu. Pusar si orok biasanya juga hanya diberi obat ramuan tradisional.Baik
Ahmad Abdul maupun Tuti Marini bukan kelahiran jawa barat, Ahmad Abdul lahir
pada tanggal 17 agustus 1908 di Gorontalo dan Tuti Marini lahir pada 10 November
1911 di semarang .Ibunya anak seorang spaialis mata di Yogya. Ayahnya bernama
Pulpowardojo bertugas sebagai pemiliki sekolah. Ia bersaudara tujuh orang.
Aku adalah anak keempat dari delapan saudara, dari Suami istri Ahmad Abdul
dengan Tuti Marini.ayahku meninggal dunia pada tanggal 10 September 1950 di
Makasar.Bagaimana Aku ketika kecilnya? tidak ada yang terlalu istimewa.Soal
makanan, aku biasa saja.Sarapan paginya, roti dan kue kegemaranku adalah barongko.
Aku menempuh pendidikan SMA di SMAK Dago, Kota Bandung pada tahun
1954. Aku kemudian melanjutkan pendidikan di ITB (Institut Teknologi Bandung).
Namun, hanya beberapa bulan di ITB kemudian aku memutuskan untuk mengikuti
jejak teman-temannya untuk bersekolah di Jerman. Namun berbeda dengan yang
lainnya, aku tidak menggunakan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman melainkan dengan menggunakan biaya
sendiri dari ibuku . Mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya penguasaan
Teknologi yang berwawasan nasional yaitu teknologi maritim dan teknologi
dirgantara dikala Indonesia waktu itu masih berkembang akhirnya aku diberi
kesempatan belajar di Jerman.
KEHIDUPAN DI JERMAN
Pendidikan yang ditempuh aku diluar negeri bukan pendidikan kursus kilat
akan tetapi merupakan sekolah bertahun – tahun sambil kerja praktek. Sejak awal Aku
memang tertarik dengan how to build commercial aircraft bagi rakyat Indonesia yang
menjadi ide Soekarno di masa jabatannya. Darisana kemudian muncul perusahaan –
perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya IPTN. Kemudian ketika aku
sampai di Jerman, aku punya tekad untuk sungguh – sungguh di perantauan dan harus
pulang membawa kesuksesan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah
dan kehidupan sehari – harinya.
Beberapa tahun kemudian, di tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa
Indonesia yang belajar disana diberikan beasiswa penuh. Hanya aku yang punya
paspor hijau atau swasta dari pada teman yang lain.Bagiku di perantauan, musim
liburan bukan liburan bagi beliau justru menjadi kesempatan emas yang harus diisi
dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku.
Setelah masa liburan berakhir, semua kegiatan dikesampingkan kecuali
belajar. Berbeda dengan teman – temannya yang lain, mereka lebih banyak
menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan
uang tanpa mengikuti ujian. Kemudian pada tahun 1960, aku mendapat gelar Diploma
Ing, dari Technische Hochschule dengan predikat cumlaude (sempurna) yang nilai
rata – ratanya mencapai 9,5. Dengan gelar insinyur yang sudah dikantongi kemudian
membuat aku mendaftarkan diri untuk bekerja di Firma Talbot yang merupakan
sebuah industri kereta api Jerman.
Setelah itu kemudian aku melanjutkan studinya untuk mendapatkan gelar
Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fure Maschinenwesen
Aachen.kehidupanku semakin keras di Jerman, pagi - pagi aku harus jalan kaki cepat
ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat biaya hidup kemudian pulang malam
hari dan belajar untuk kuliahnya. Memang penuh liku akan tetapi mendapatkan hal
yang manis di akhir hidupku dengan pulang ke Indonesia membuat pesawat
Indonesia.
SEMINAR PPI
INDONESIA di tahun lima puluhan merupakan masa subur partai partai
politik apalagi setelah pemilu 1955, semua partai- partai politik berusaha
mempengaruhi organisasiMahasiswa yang berafilisiasi pada partai politik tertentu.
Suasana politik Indonesia makin memuncak ketika mulai terjadi pcmberoncakan
PRRI/Permesta pada ahun 1957. kehidupan mahasiswa sudah teranjur takotak - kotak
pun wadah organisasi»si mahasiswa terpecah dalam PPMI (persatuan perhimpunan
Mahasiswa lndonesia), dan MMI (majelis Mahasiswa Indoneia).
Barulah pada tanggal 17 agustus 1979, kedua organisasi mahasiswa ini lebur
menjadi Musyawarah Nasional Mahasiswa Indonesia. Dalam suasana demikian ini
aku diangkat menjadi Ketua perhimpunan pelajar indonesia di Alchen. pemilihan ini
berdasarkan kriteria tertentu bagi seorang mahasiswa yang dianggap memiliki
kelebihan dan calon jelas tidak berorientasi pada salah satu aliran politik.
"Kalau saya individualis tidak mungkin saya terpilih jadi ketua. Saya disuruh
menandatangni suatu seruan, suatu 'apeal' dari pemuda" begitulah kataku
Aku memang tidak pernah terpengaruh oleh suasana perpecahan dan politik
praktis yang menjangkiti pikiran mahasiswa di tanah air. Aku iuga lidak terpengaru
dengan suasana acuh tak acuh beberapa kalangan mahasiswa seangkatanku di rantau,
mereka lebih banyak memikirkan kehidupan santai. Aku juga tidak hanya memikirkan
pelajaran semata tetapi aku selalu tertarik dengan problem di tanah air.
Tahun 1958 tercetuslah suatu gagasan besar. Gagasanku menyelenggarakan
Seminar pembangunan bagi seluruh mahasiswa yang belajar di Eropa. Gagasan
tersebut mendapat dukungan dari forum yang lebih luas yakni dari kongres PPI
Jerman Barat dan disetujui untuk dilaksanakan oleh PPI Eropa. Maka dibentuklah
Panitia Persiapan Seminar pembangunan (PPSP) yang dipimpin olehku. Rapat - rapat
panitia sering dilakukan di rumah kediaman Duta Bear RI di jerman Barat, Koning
Swinter Zairin Zain. Di sana sering juga diadakan rapat - rapat maraton dan aku
sendiri yang memimpin rapat sampai menjelang pagi.
KARIR DI INDUSTRI
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, Aku sudah mulai bekerja untuk
menghidupi kehidupanku dan biaya studinya. Setelah lulus, Aku bekerja di
Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat
terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebrilianku, 4
tahun kemudian, Aku dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi
di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk
Dewan Direktur MBB (1978 ). Akulah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil
menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karirku sudah sangat cemerlang, terutama
dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Aku menjadi “permata” di negeri
Jerman dan Aku pun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Aku menyumbang
berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika.
KEPULANGAN KE TANAH AIR
Pada tahun 1968, Aku telah mengundang sejumlah insinyur untuk bekerja di
industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja
di MBB atas rekomendasiku. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan
pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia
dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan
ketika Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujukku untuk pulang ke
Indonesia, Aku langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi
di Jerman.
Hal ini dilakukan aku demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada
bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, aku pulang ke tanah air. Aku pun diangkat
menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi
pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari
tahun 1974-1978, aku masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat
sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Aku mulai benar-benar fokus setelah Aku melepaskan jabatan tingginya di
Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada 1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga
1997, Aku diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek)
sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Disamping itu Aku juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan
berbagai jabatan lainnya.
Ketika menjadi Menristek, Aku mengimplementasikan visinya yakni
membawa Indonesia menjadi negara industri berteknologi tinggi. Aku mendorong
adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung
menuju negara industri maju. Visiku yang langsung membawa Indonesia menjadi
negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar
negeri yang menghendaki pembangunan secara bertahap yang dimulai dari fokus
investasi di bidang pertanian. Namun, Aku memiliki keyakinan kokoh akan visiku.
Aku ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan
Aku membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan
hasil pertanian. Aku menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah
USD 30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen (USD 0,07). Artinya 1 kg pesawat terbang
hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan
massa 10 ton, maka akan diperoleh beras 4,5 juta ton beras kemudian Aku pun diberi
kepercayaan untuk memimpin industri-industri strategis seperti Pindad, PAL, dan PT
IPTN.