Anda di halaman 1dari 23

MENIKMATI &

MENGIDENTIFIKASI CERITA
SEJARAH
KELOMPOK
1. Alya
1 :
Rahayu
2. Ade Priyana
3. Adelia Safitri
4. Alya Febriani
5. Annisa Aulia
6. Adrian Abel
7. Adriano Sihotang
1. Pengertian Novel
SejaraTh
Novel sejarah adalah novel yang di
dalamnya menjelaskan dan
menceritakan tentang fakta
kejadian masa lalu yang menjadi
asal muasal atau latar belakang
terjadinya sesuatu yang memiliki
nilai kesejarahan, dan bisa
bersifat naratif atay deskriptif
2.MENGIDENTIFIKASI INFORMASI DALAM
TEKS CERITA SEJARAH

Membaca novel,termasuk juga novel sejarah dapat


dilakukan dengan cepat.perlu diusahakan agar membaca
novel selesai dalam satu kurun waktu tertentu.perlu
juga ditumbuhkan kesadaran terhadap diri sendiri bahwa
membaca pada mula nya akan terasa berat tetapi jika
sudah terbiasa akan mudah membaca novel dengan cepat

Kegiatan mendata informasi penting dalam novel sejarah


tentu akan berbeda dengan mendata informasi penting
dalam teks sejarah.informasi penting dalam novel
sejarah lebih mengarah ke fakta sejarah yang dijadikan
latar penceritaan serta imajinasi penulis atas fakta
tersebut.
3.Jenis novel sejarah
Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai
novel(rekon).Berdasarkan jenis nya novel ulang
terdiri atas tiga jenis yaitu rekon
pribadi,rekon faktual,rekon imajinatif.

Rekon pribadi Rekon faktual Rekon imajinatif

rekon pribadi adalah rekon faktual(informasional) rekon imajinatif adalah


novel yang membuat adalah novel yang membuat novel yang membuat kisah
kejadian dan kejadian faktual seperti faktual yang
penulisnya terlibat eksperimen ilmiah,laporan dikhayalkan dan
secara langsung polisi,dll diceritakan secara
rinci.
4. Cara menikmati cerita
sejarah
Contoh Novel
Sejarah
Kemelut Di Majapahit
(S.H.Mintardja)
Gemuruh angin yang berdatangan seakan mengantarkan kebahagiaan Raden Wijaya yang
berhasil menjadi raja Majapahit pertama yang
bergelar Kertarajasa Jawardhana.Ia berbagi kebahagiaan nya bersama senopati (perwira) yang
setia dan banyak membantunya.Pada saat itu Raden Wijaya memberikan pangkat kepada para
senopatinya,salah satunya yaitu Ronggo Lawe yang diangkat menjadi adipati di
Tuban. Hubungan antara jungjunan dengan para pembantunya amalah erat dan baik bagaikan
tali persaudaraan.
Seiring dengan berjalannya waktu hubungan tersebut terguncang setelah Sang
Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi
dengan seorang putri dari melayu. Hal ini bertujuan agar tidak menghendaki adanya dendam
dan perebutan kekuasaan kelak.
Keempat orang istri Raden Wijaya yaitu Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, Dyah
Nara
Indra Duhita sebagai istri kedua, ketiga adalah Dyah Jaya Indra Dewi dan yang ke empat
yaitu Retno Sutawan atau Rajapati yang berarti "Tekasih”.Kecantikan Dyah Gayatri terkenal
diseluruh negeri dan dipuja-puja oleh para sastrawan pada masa itu. Pada beberapa tahun lalu
pasukan Pamalayu diutus oleh sang Prabu ke negeri Melayu. Pasukan ini dipimpin oleh kebo
anabrang pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa dua orang putri besaudara.Sang
Prabu Kertarajasa terpikat oleh putri yang kedua yaitu Dara Petak. Maka Dara Petak dinikahi
oleh raja sebagai istrinya yang kelima.Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini karena
Beberapa waktu kemudian terjadilah persaingan diantara para istri ini, yang dilakukan
secara diam-diam. Persaingan ini memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang
tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing. Para
senopati benar merasakan persaingan itu dan
terjadilah perpecahan secara diam-diam diantara mereka sebagai ihak Dyah Gayatri dan kepada
Dara Petak keturunan melayu.
Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak dahulu tentu berpihak kepada Dyah
Gayatri persaingan dan kebencian dilakukan secara diam-diam karena mereka segan kepada Sang
Prabu yang adil dan bijaksana. Pada suatu ketika sang Prabu melakukan pengangkatan patih
Hamangkubumi yaitu kerajaan Majapahit.Yang dipilih oleh raja yaitu Senopati Nambi.
Pengangkatan ini memang banyak dipengaruhi oleh bujukan Dara Petak. Mendengar berita
itu seorang penyelidik langsung pergi menghadap Adipati Ronggo Lawe yang sedang makan
ditemani oleh kedua istrinya, Ronggo Lawe marah bukan main ketika mendengar berita tersebut
dan langsung melempar nasi yang ada di tangannya kelantai. Kedua istrinya berusaha
menenangkan Adipat Ronggo Lawe. Akan tetapi adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri dan langsung
berangkat ke Majapahit bersama pengawal dengan kuda kesayangannya.
Tak lama kemudian, haya suara derap kaki kuda kesayangan Ronggo Lawe yang berlari
congkolang yang memecah kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris perasaan kedua orang istri
yang menghawatirkannya.Ronggo Lawe langsung menghadap paduka Raja yang sedang dihadapan oleh
para senopati dan punggawa, Ronggo Lawe tidak lupa mengaturkan sembahnya dan langsung
berkata”Hamba sengaja datang untuk mengingatkan paduka dari kehilapan yang paduka lakukan
diluar kesadaran Paduka!” semua para penghadap raja menjadi tegang ketika mendengar ucapan
Ronggo Lawe , Raja menjawab dengan suara tenang”Kakang,apakah maksudmu dengan ucapan
Ronggo Lawe menjelaskan bahwa pengangkatan Nambi sebagai Patih Raja itu tidak tepat dan tidak
bijaksana dan dipengaruhi oleh suara belakang. Dan Raja juga menjelaskan bahwa keputusan itu sangat
tepat dan merasa tidak dipengaruhi oleh siapa-siapa.
Tetapi Rongo Lawe berusik Keras bahwa keputusan Raja itu tidak adil dan bijaksana, disisi itu
Ronggo Lawe yang melihat patih nambi dan istri tercinta Baginda Raja yakni Dara Petak terlihat
seperti tegang dan benci kepada Ronggo Lawe, Ronggo Lawe tersenyum sinis sambil menunjuk kepada Dara
Petak dan Nambi dan berkata”apa raja tidak sadar bahwa raja telah dipengaruhi oleh meraka.” Meras
tidak enak oleh Ronggo Lawe ketika istri tercinta di tunjuk-tunjuk oleh Ronggo Lawe, Raja menyuruh
punggawanya mengusir Rongo Lawe dari Majapahit.Baginda berkata “berani sekali kau menunjuk-nunjuk
istriku seperti itu, sekarang kau pergi dari sini.”Ronggo Lawe menjawab sambil memegang dadanya
“baik baginda, tapi suatu saat nanti baginda akan menyesal.” Pada saat itu Ronggo Lawe pergi dari
Majapahit.
Beberapa minggu kemudian baginda Raja sedang berjalan-jalan di suatu tempat, beliau melihat
patih Nambi dengan istri tercintnya sedang berbincang-bincang mencurigakan. Raja mengintip dan
mendengar pembicaraan mereka. Ternyata mereka merencanakan ingin membunuh raja dan menguasai
kerajaan Majapahit. Raja tidak menyangka bahwa istrinya yang sangat dicintai nya itu
menghianatinya.
Raja tidak langsung menindak mereka melainkan ia berpikir ingin menindaknya di kerajaan
nanti.
Ketika sesampainya Dara Petak dan Patih Nambi di kerajaan. Baginda raja berbicara dengan
suara lantang”terkutuk engkau berdua.” Dara Petak langsung sontak pucat dan berkata”apa maksudmu
kakang?” “kau tega menghianati aku,kau ingin membunuhku.ternyata benar apa yang dikatakan kakang
Ronggo Lawe kau ini busuk.” Tidak mendengar penjelasannya lagi Raja menyuruh pengawal menghukum
mati Dara Petak dan Nambi, lalu memanggil kembali Ronggo Lawe ke Kerajaan. Raja sangat menyesal
dan meminta maaf kepada Ronggo Lawe dan akhirnya Ronggo Lawe di angkat menjadi patih di kerajaan
PERTANYAAN...?
1.
Kapankah latar waktu cerita dalam ku
tipan novel sejarah
di atas dibuat?

Jawaban:

Latar waktu cerita dalam kutipan novel


sejarah
2. Dimanakah latar dalam kutipan novel
sejarah tersebut dibuat?

Jawaban:

Lat1ar tempat dalam kutipan novel


sejarah tersebut adalah di kerajaan
Majapahit
3. Peristiwa apa sajakah yang
dikisahkan?

Jawaban:

Peristiwa yang diceritakan dalam novel


tersebut adalah pemberontakan yang
terjadi di kerajaan Majapahit setelah
Raja Jayanegara mangkat.
4.Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam
penceritaan?

Jawaban:

Raja Jayanegara, Pasukan Bhayangkara, Gajah


Mada, Raden Cakradara, Raden Kudamerta, Ra
Tanca, Raden Wijaya, Raja Kertanegara, Lembu
Tal, Mahisa Cempaka, Ranggamuni, Tentara
Mongol, Kubilai Khan, dan Rakuti
Gajah M a d a Bergelut
Dalam Tahta Dan
Angkara
Mengambil latar belakang 9 tahun setelah kematian Sri Jayanegara,
penulis bercerita tentang peliknya prosesi pergantian kekuasaan dari Sri
Jayanegara kepada salah satu anak perempuan Raden Wijaya dari istri ke
empat, Ratu Gayatri: Sri Gitarja atau Dyah Wiyat. Namun memilih salah satu
diantaranya adalah pekerjaan yang sulit. Masing-masing Sekar Kedaton
telah memiliki calon suami, Raden Cakradara untuk Sri Gitarja dan Raden
Kudamerta untuk Dyah Wiyat dimana di belakang mereka berdiri para
pendukung yang akan melaksanakan segala cara untuk memuluskan jalan
menjadi pendamping Ratu Majapahit.
Pembunuhan demi pembunuhan terjadi di lingkungan istana sesaat setelah
kematian Sri Jayanegara. Gajah Mada meminta kepada Ratu Gayatri, yang
diberikan mandat oleh para istri Raden Wijaya lainnya untuk memilih
penerus pemimpin Majapahit, untuk menunda pemilihan dan memberinya
kesempatan untuk menyelidiki pembunuhan-pembunuhan yang terjadi tersebut
Satu demi satu kenyataan terbongkar. Mulai dari
kenyataan bahwa para korban pembunuhan adalah para
pendukung Raden Kudamerta, yang
memojokan kedudukan Raden Cakradara, hingga sebuah kenyataan
pahit
bagi Dyah
Wiyat karena Raden Kudamerta telah memiliki istri, bahkan se
orang putra, sementara sumpah setia perkawinan telah
terucap.
Perebutan tahta semakin pelik saat sebuah kenyataan baru
terungkap, sebuah kelompok dengan lambang “buah maja yang
dililit ular” – yang dikemudian hari diketahui bahwa penggagas
lambang tersebut adalah istri Ra Tanca, sang pembunuh Sri
Jayanegara, bergerak di belakang layar mencoba merebut tahta
Diantara semua kemelut tersebut, Gajah Mada
harus kehilangan pimpinan Bhayangkara, Gajah
Enggon, yang terluka
dan
tidak sadarkan diri, saat mencoba menangkap musu
h lama Majapahit yang
ia
curigai berada dibalik semua kemelut perebutan t
ahta ini. Sementara persoalan semakin pelik saat
munculnya seseorang yang menggunakan kata sandi
“Bagaskara Manjer Kawuryan”, yang seharusnya te
rkubur bersama dengan kematian
Ra Tanca.
Pertanyaan...?
1.Kapankah latar waktu cerita dalam kutipan
novel sejarah tersebut di buat?

Jawaban:

Latar belakang waktu terjadi ketika Raden


Wijaya sudah menjadi raja dengan gelar
Kertarajasa Jayawardana
2. Dimanakah latar dalam kutipan novel
sejarah tersebut di buat?

Jawaban:

Latar tempat dalam peristiwa tersebut terjadi


di kerajaan Majapahit
3.peristiwa apa sajakah yang dikisahkan?

Jawaban:

Ada beberapa peristiwa dalam kisah tersebut:


a. Ranggalawe diangkat menjadi Bupati Tuban

b.Sang Prabu yang sudah memiliki empat istri, menikah


lagi dengan Putri dari Kerajaan Pamalayu

c.Adipati Rangglawe sangat marah karena pernikahan


tersebut

d. Adipati Ranggalawe mendatangi Prabu Kertarajasa


Jayawardana
4. Siapa sajakah tokoh yang terlibat dalam
penceritaan?

Jawaban:

Raden Wijaya, ronggo lawe, keempat orang


putri raja kertanegara, kebo anbrang, dara
petak dan kedua istri tinggi lawe.
5.Di bagian apa sajakah yang menandakan bahwa
novel tersebut tergolong ke dalam novel
sejarah?

Jawaban:

penggunaan latar tempat di Kerajaan Majapahit


dan latar waktu ketika Kerajaan Majapahit
masih berdiri. Kemudian, novel tersebut juga
menggunakan karakter yang namanya diambil
dari tokoh-tokoh yang hidup pada zaman
Kerajaan Majapahit.
Thank You
For Watching

Anda mungkin juga menyukai