Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDHULUAN

1.1     LATAR BELAKANG MASALAH


Satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapakan sebuah gagasan
dalam bentuk untaian kalimat disebut paragraf atau alinea. Berdasarkan pengetian itu,
paragraf dapat disebut sebagai untaian kalimat yang berisi sebuah gagasan dalam karangan.
Dengan pengertian itu, sejalan dengan konsep untaian kalimat, paragraf yang ideal terdiri atas
sejumlah kalimat.
Jika paragraf terdiri atas sejumlah kalimat dan kalimat-kalimat dalam paragraf  itu
berhubungan, dapat dikatakan bahwa menyusun paragraf pada hakikatnya adalah menyusun
sejumlah kalimat dalam rangka menghubungkan sejumlah gagasan. Sehubungan dengan itu,
paragraf sering disebut sebagai karangan mini. Karena itu, tidaklah keliru jika dinyatakan
bahwa menyusun paragraf adalah menyusun karangan mini.
Dari latar belakang tersebut penulis hanya membatasi pembuatan karya tulis pada
paragraf deskripsi saja.
Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal dari arab. Hikayat mulai dikenal di
Indonesia sejak masuknya ajaran agama islam ke Indonesia. Hikayat berasal dari bahasa arab
“ hikayah “ yang berarti kisah,cerita dongeng. Dalam sastra melayu lama hikayat diartikan
sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa melayu yang menceritakan
kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah
yang mereka miliki.

1.2         RUMUSAN MASALAH


 Apa yang dimaksud dengan paragraf deskripsi?
 Apa Ciri-ciri dari paragraf deskripsi ?
 apa pola-pola pengembangan pada paragraf deskripsi ?
 apa itu frase adjektif dan contohnya ?
 Apa yang dimaksud denganHikayat ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paragraph Deskripsi


A.    Pengertian paragraph deskripsi
Paragaf deskripsi disebut juga suatu paragraph yang menggambarkan suatu keadaan dengan
cukup terperinci. Dan seolah-olah menyaksikan atau merasakan keadaan yang digambarkan.
Contoh paragaraf deskripsi :
Diantara daun kayu tampak didepan mereka tebing itu turun kebawah. Dikakinya tegak
pondok , sunyi mati, tak sedikit jua pun kentara bahwa dia melindungi manusia yang hidup,
pandai bergerak dan bersuara. Dibawahnya kedenganran sebentar-sebentar sapi mengendus
dan binatang-binatang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari
celah-celah dinding pondok, keluar cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar
yang halus itu, lenyap dibalut oleh kelamnya maha kuasa. Disekeliling pondok itu tertengok
pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.

B.     Ciri-ciri paragraf deskripsi.


1)      Menyajikan keadaan peristiwa, tempat, benda atau orang.
2)      Menimbulkan kesan-kesan tertentu kepada pembacanya.
3)      Banyak menggunakan kata-kata prase yang bermakna keadaan atau sifat.

C.    Pola-pola pengembangan paragraf deskripsi


1)      Pola tematis
Setiap tema diwakili oleh satu atau dua buah kalimat.
Adapun tema yang terdapat didalam paragraf adalah :
1.      Alunan nada
2.      Ribuan pasang tangan
3.      Ribuan mahasiswa baru dan Sivitas Akademi Unpad
4.      Permainan mereka dan
5.      Acara yang merupakan rangkaian Dies Natalis Ke-50 Unpad
Contoh paragraf yang berpola tematis :
Terdengar suara seruling sangat merdu. Terasa menyayat-nyayat hati. Suara gamelan bertalu-
talu berselang dengan suara gong’ gung…… gung…….. ! begitu menggema suara itu. Tepuk

2
tangan penonton sesekali menyelinginya. Tidak ada kesedihan lagi disana, meskipun bagiku,
semuanya tidak lebih dari semua peristiwa yan memilukan.
Tema-tema dalam paragraf itu antara lain :
1.      Suara seruling
2.      Suara gamelan
3.      Tepuk tangan penonton
4.      Kesedihan dan
5.      Sebuah peristiwa yang memilukan.
2)      Pola keruangan
Susunan paragraf ini disusun menurut urutan ruang, misalnya dari atas kebawah, dari pinggir
ketengah, dari utara keselatan, dan sebagainya. Adapun urutan penggunaannya yaitu :
1.     `Diantara daun kayu
2.      Dikakinya
3.      Dibawahnya
4.      Di celah-celah dinding, dan
5.      Disekeliling pondok.

D.    Penggunaan frase adjektif


Salah satu cirri paragraph deskripsi adalah banyknya menggunakan kata atau frase adjektif.
Adapun yang dimaksud dengan frase adjektif adalah kelompok kata yang intinya berupa kata
sifat.
Contohnya :
Begitu memukau, sudah rusak, dan indah sekali
Ketiga kelompok itu dinakan dengan frase adjektif karena unsur intinya berupa kata sifat.

2.2 Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan
luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal.
Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah.Dan salah satu bentuk
sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya
mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/
kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.

3
Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra
Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
Ciri - ciri hikayat ada18 adalah sebagai berikut ini :
1. Berisi kisah - kisah kehidupan lingkungan istana (istana sentris)
2. Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai - nilai Islam
3. Nama nama tokoh dipengaruhi oleh nama - nama Arab
4. Ditemukan tokoh dengan karakter diluar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5. Tidak ada`pembagian bab atau judul
6. Juru cerita tidak pernah disebuntak secara eksplisit (anonim)
7. Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8. Banyak menggunaka kosakata yang kini tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari -
hari
9. Seringkali menggunakan pernyataan yang berulang - ulang
10. Peristiwa seringkali tidak logis
11. Sulit memahami jalan ceritanya
12.Bersifat istana centris
13.anonim(nama pengarang tidak di cantumkan)
14.berkembang secara stetis
15.bersifat imajinatif,hanya bersifat khayal
16.Lisan,karena di sebarkan lewat mulut ke mulut
17.berbahasa klise,meniru bahasa penutur sebelumnya
18.bersifat logis,menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri

ada juga yang lebih terperinci


1. Statis

Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat
Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama,
malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.

2. Diferensiasi sedikit

Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan
beberapa unsur kuat sekali.

4
3. Tradisional

Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan
ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam
satu cerita juga sering diulang-ulang.

4. Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat

Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau
dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang
sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara
turun-temurun.

5. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun

Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan
dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-
kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.

6. Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional

 Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya:


harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
 Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata,
misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya,
Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang
nama sungainya. (dari Sejarah Melayu)
 Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah
 Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam
dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan
nahkoda itu.

7. Pokok Cerita

Selalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak
pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang

5
kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan
orang yang selalu malang.

Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :


1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat

Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :


1. Melayu Asli
    Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
    Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
    Hikayat Indera Bangsawan
    Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
    Hikayat Panji Semirang
    Hikayat Cekel Weneng Pati
    Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
    Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
    Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
    Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
    Hikayat Bachtiar
    Hikayat Seribu Satu Malam

1.     Tema, adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita yang dicetuskan oleh pengarang.
Biasanya, tema hikayat berupa kehidupan kerajaan, hal-hal di luar akal pikiran (ajaib),
petualangan, ketuhanan, dan lain-lain. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan

6
2.    Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat
menggunakan teknik sebagai berikut.
a.    Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
b.    Penggambaran oleh tokoh lain.

3.    Alur, adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi
satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Dalam hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang
pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh
utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan gemilang,
sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang
benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu
perkelahian atau pertentangan.

4.    Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi empat, yaitu:
a.    Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan nama tertentu terjadinya
peristiwa.
b.    Latar waktu, berhubungan dengan ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
c.    Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam hikayat. Pada umumnya, berkaitan
dengan tradisi dan adat-istiadat yang masih kental.
d.    Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar dalam hikayat. Misalkan
ketakutan, romantisme, dan lain-lain.

5.    Gaya bahasa, adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan
lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi,
penggunaan majas, dan penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bahasa
Melayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya cenderung tidak
efektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada beberapa hikayat yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga kita tidak kesulitan dalm membacanya.

7
6.    Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita
biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik ‘diaan’,
menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.

7.    Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.
Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya

Ekstrinsik hikayat
1.     Nilai, merupakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam sebuah cerita. Nilai terbagi
menjadi tujuh, antara lain.
a.    Nilai ketuhanan, berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai Sang
Pencipta.
b.    Nilai agama, menyangkut aturan-aturan yang terkait dengan hubungan manusia dengan
Tuhan.
c.    Nilai moral, yaitu hubungan yang menyangkut masalah baik buruk,   sopan santun, dan
etika antar manusia.
e.    Nilai budaya, merupakan masalah adat-istiadat, bahasa, dan kepercayaan.
f.    Nilai sosial, menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam kehidupan
sosialnya.
g.    Nilai pendidikan, berhubungan dengan ajaran yang dapat diambil    dari sebuah cerita.
h.    Nilai psikologis; menyangkut masalah eksisitensi diri manusia, kebimbangan, ketakutan,
dendam, dan hal lain yang dialami oleh manusia. Lebih lanjutnya, nilai psikologis
berhubungan dengan kejiawaan dalam diri manusia.
2.    Latar belakang sosial budaya. Biasanya masih terikat dengan tradisi dan adat-istiadat
setempat.
3.    Latar belakang pendidikan pengarang. Para penulis hikayat sudah berpendidikan cukup
tinggi, terbukti dengan karya-karyanya yang masih bertemakan kehidupan kerajaan.
Sedangkan, cerita rakyat biasa sangat jarang di ceritakan. Sekalipun ada, cerita rakyat
tersebut bertemakan kepahlawanan, kecerdikan seseorang, dan kemalangan seseorang. Selain
itu, terbukti dengan penggunaan bahasa Melayu tinggi, bukan bahasa Melayu sehari-hari
(Lingua Franca).
          Pada umumnya, unsur ekstrinik dalam hikayat hanya nilai-nilai yang terkandung saja.

8
BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sebagai salah satu jenis
karangan deskripsi ditulis untuk mendeskripsikan atau memerikan, menggambarkan, atau
melukiskan suatu objek sehingga pembaca memiliki penghayatan seolah-olah menyaksikan
atau mengalaminya sendiri. Objek dalam karangan deskripsi itu dapat berupa manusia dan
tempat atau suasana. 
Cerita hikayat memiliki banyak manfaat, tujuan, karakteristik, dan lain sebagainya.
Cerita hikayat dapat membuat kita terinspirasi, hal tersebut dapat berdampak baik pada
kehidupan kita. Setiap cerita hikayat pasti memiliki amanat yang berbeda – beda. Cerita
hikayat juga lebih menarik daripada novel, komik, dan sejenisnya. Karena cerita hikayat
diambil dari kisah nyata atau kehidupan sehari – hari dan memiliki nilai moral , nilai
kebudayaan yang sangat kental.

3.2         SARAN
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menulis paragraf 
deskripsi. Dan makalah ini juga dapat bermanfaat bagi diri saya pribadi untuk menambah
pengetahuan saya dalam menulis paragraf deskripsi dan hikayat.
Dalam pembuatan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif  sangat penulis harapkan dari
para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://aryasuwardi08.blogspot.com/2013/03/makalah-hikayat.html

https://tasyacantik94.blogspot.com/2017/11/contoh-makalah-bahasa-indonesia-tentang.html

10

Anda mungkin juga menyukai