Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Novel dan Hikayat


Novel, disebut novella berasal dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Italia yang berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novel

diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa . Dewasa ini istilah

novella mengandung

(Inggris:novellet) yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya sedang, tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek Novel muncul pada Angkatan Balai Pustaka. Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita tentang kehidupan seseorang (tokoh) dan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Hikayat, Secara etimologis kata hikayat diturunkan dari bahasa Arab hikayat yang berarti cerita, kisah, dongeng-dongeng. Jika ditinjau dari bahasa Melayu, kata hikayat ini pun memiliki arti yang sama dengan yang dikemukakan Hava, yaitu cerita kuno/cerita lama dalam prosa atau riwayat (sejarah). Hikayat muncul pada Angkatan Pujangga Lama dan Sastra Melayu Lama. Pada Angkatan Pujangga lama, hikayat merupakan salah satu karya sastra yang mendominasi pada saat itu. Hikayat adalah Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.

B. Ciri-Ciri Novel dan Hikayat


1. Novel
Terdiri atas jumlah halaman yang cukup banyak. Di bangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Menyajikan permasalahan lebih terperinci jika dibandingkan dengan cerpen. Dari segi bentuk dapat diwujudkan dalam bentuk karangan prosa dan tidak menutup kemungkinan adanya unsur puitis. Dari segi jenisnya novel lebih cenderung menampilkan karangan narasi karena novel lebih mengutamakan unsur penceritaan.

Isi novel lebih mengetengahkan gambaran hidup dan kehidupan lahir dan batin tokohnya dalam mengarungi dunia dan masyarakatnya. Unsur utama dari novel adalah cerita atau kisah, sehingga novel berkesan fiktif dan khayalan.

2. Hikayat
Bersifat istanasentris. Anonim (nama pengarang tidak di cantumkan). Berkembang secara statis. Bersifat imajinatif, hanya bersifat khayal. Lisan, karena di sebarkan lewat mulut ke mulut. Berbahasa klise, meniru bahasa penutur sebelumnya. Bersifat logis, menggunakan logika sendiri tidak sesuai dengan logika sendiri. Unsur karya sastra hikayat ada yang terkesan mengandung unsur dongeng sehingga terkesan rekaan atau fiksional.

C. Struktur Novel dan Hikayat


Terbagi menjadi dua, yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun novel ataupun hikayat dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun dari luar novel maupun hikayat. Unsur instrinsik novel dan hikayat antara lain:

Instrinsik Hikayat
1. Tema, adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita yang dicetuskan oleh pengarang. Biasanya, tema hikayat berupa kehidupan kerajaan, hal-hal di luar akal pikiran (ajaib), petualangan, ketuhanan, dan lain-lain. 2. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut. a. Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.

b. Penggambaran oleh tokoh lain. 3. Alur, adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Dalam hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu perkelahian atau pertentangan. 4. Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi empat, yaitu: a. Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan nama tertentu terjadinya peristiwa. b. Latar waktu, berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. c. Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam hikayat. Pada umumnya, berkaitan dengan tradisi dan adat-istiadat yang masih kental. d. Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar dalam hikayat. Misalkan ketakutan, romantisme, dan lain-lain. 5. Gaya bahasa, adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bahasa Melayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya cenderung tidak efektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada beberapa hikayat yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga kita tidak kesulitan dalm membacanya. 6. Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik diaan, menempatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.

7. Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya.

Instrinsik novel
1. Tema, yang merupakan ide pokok cerita. Biasanya bertemakan kehidupan sehari-hari yang sederhanan, seperti kekeluargaan, percintaan, persahabatan, dan lain-lain. 2. Alur, yaitu rangkaian jalinan cerita. Alur bermacam-macam jenisnya, sepertialur maju, alur mundur, dan alur campuran (majudan mundur). Namun, yang sering dipakai oleh pengarang adalah alur maju. Ada juga yang menggunakan alur mundur, itu pun sangat sedikit. Untuk alur campuran, umumnya dipakai dalam novel terjemahan. Dalam hal ini, tidak selamanya tokoh utama yang baiklah yangf mendapatkan kemenangan yang gemilang. 3. Penokohan, adalah watak tokoh dalam cerita. Dalam novel, tokoh utama tidak selamanya baik, ada juga yang jahat. Terkadang, cara penggambaran fisik dan ucapan tokoh menipu, sehingga penggambarannya berbanding terbalik. 4. Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita biasanya menempatkan diri pada sudut pandang orang ketiga maupun pertama. 5. Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan social terjadinya peritiwa dalam novel. Lingkungan sosial biasanya sudah terpengaruh oleh unsureunsur asing, dan tidak terlalu mengedepankan tradisi. 6. Gaya bahasa, merupakan cara penyampaian pengarang dalam bercerita, meliputi pemilihan kata, penggunaan diksi, majas, dan penghematan kata. Pada umunya, menggunakan bahasa Indonesia, asing, percampuran antara keduanya, maupun daerah-Indonesia. Dalam hal diksi dan majas pun hanya sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Penggunaan kalimatnya pun mudah dipahami, juga tidak menghamburhamburkan kata (penghematan kata).

7. Amanat, yaitu pesan yang terkandung dalam cerita. Amanat biasanya tersimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus membaca hingga tuntas.

Unsur Ekstrinsik Hikayat dan Novel


Ekstrinsik hikayat
1. Nilai, merupakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam sebuah cerita. Nilai terbagi menjadi tujuh, antara lain. a. Nilai ketuhanan, berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta. b. Nilai agama, menyangkut aturan-aturan yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan. c. Nilai moral, yaitu hubungan yang menyangkut masalah baik buruk, sopan santun, dan etika antar manusia. e. Nilai budaya, merupakan masalah adat-istiadat, bahasa, dan kepercayaan. f. Nilai sosial, menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosialnya. g. Nilai pendidikan, berhubungan dengan ajaran yang dapat diambil cerita. h. Nilai psikologis; menyangkut masalah eksisitensi diri manusia, kebimbangan, ketakutan, dendam, dan hal lain yang dialami oleh manusia. Lebih lanjutnya, nilai psikologis berhubungan dengan kejiawaan dalam diri manusia. 2. Latar belakang sosial budaya. Biasanya masih terikat dengan tradisi dan adatistiadat setempat. 3. Latar belakang pendidikan pengarang. Para penulis hikayat sudah berpendidikan cukup tinggi, terbukti dengan karya-karyanya yang masih bertemakan kehidupan kerajaan. Sedangkan, cerita rakyat biasa sangat jarang di ceritakan. Sekalipun ada, cerita rakyat tersebut bertemakan kepahlawanan, kecerdikan seseorang, dan dari sebuah

kemalangan seseorang. Selain itu, terbukti dengan penggunaan bahasa Melayu tinggi, bukan bahasa Melayu sehari-hari (Lingua Franca). Pada umumnya, unsur ekstrinik dalam hikayat hanya nilai-nilai yang terkandung saja.

Ekstrinsik novel
Pada umunya, unsur yang terkandung hampir sama dengan hikayat, namun yang membedakan sebagai berikut. 1. Latar belakang sosial budaya pengarang, sudah tidak terpengaruhi budaya lokal, cenderung kepada percampuran budaya asing dan lokal. 2. Keadaan subjektivitas individu pengeluaran yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup. 3. Pandangan hidup suatu bangsa.

D. Perbedaan Antara Novel dan Hikayat


Novel merupakan bentuk kesusastraan baru sedangkan hikayat bentuk kesusastraan lama. Novel lebih pendek dari pada hikayat. Novel menceritakan kehidupan masyarakat sedangkan hikayat menceritakan kehidupan raja-raja, dewa-dewa, dan hal-hal yang ajaib. Novel di hiasi ilustrasi kehidupan yang realistis sedangkan hikayat di hiasi dongengan yang serba indah dan fantastis.

E. Perbandingan Unsur Ekstrinsik Hikayat dan Novel


No 1. Unsur Ekstrinsik Latar budaya belakan Novel tidak terpengaruh budaya lokal, namun cendurung percampuran antara budaya Hikayat Masih erat dengan tradisi dan adatistiadat. sosial Sebagian bahkan hampir semua

lokal dan asing. 2. Nilai-nilai Mencerminkan kehidupan yang homogen dan kultural. Mencerminkan kehidupan yang heterogen dan multikultural. F. Perbandingan Unsur Intrinsik Novel dan Hikayat No 1. Unsur intrinsik Tema Hikayat Berkisah kehidupan kerajaan, dewa-dewa, kepahlawanan. Jarang sekali menceritakan kehidupan masyarakat biasa. Sehingga mempunyai logika tersendiri yang ajaib dan fantastis. 2. Gaya bahasa Menggunakan Bahasa melayu, ada beberapa macam diksi dan penggunaan kalimat yang tidak efektif. 3. Sudut pandang Lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga, kecuali pada hikayat Abdullah 4. Alur Pada akhir cerita, tokoh utama baiklah yang selalu menang, dan tokoh utama jahat mengalami kekalahan. Penulisan akhir alur (ending) tidak menggantung. 5. Latar Latar sosial budaya masih erat kaitannya dengan Akhir alur (ending) kadang menggantung. Kadang tokoh utama jahat yang mengalami kemenangan dan tokoh utama baik mengalami kekalahan. Latar sosial budaya sudah tercampur unsur asing. Menggunakan Bahasa Indonesia/ asing/ percampuran keduanya, minim diksi dan kalimat mudah di mengerti. Antara sudut pandang orang pertama dan orang ketiga seimbang. Novel Berkisah kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti keluarga, percintaan, dll. Sehingga menggunakan logika umum (not fantastis)

tradisi. 6. Penokohan Tokoh utama baik dicirikan mempunyai kesaktian mandraguna dan kelebihan lainnya. 7. Amanat Memiliki pesan yang ingin disampaikan. Tokoh utama baik terkadang biasa-biasa saja, tidak menonjolkan kelebihan dalam dirinya. Memiliki pesan yang ingin disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai