Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, sertataufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hikayat ini. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuankita mengenai Hikayat. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah initerdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanyakritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akandatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orangyang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yangkurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
Latar Belakang .............................................................................................................................1
Rumusan Masalah ........................................................................................................................1
Tujuan Pembuatan Makalah .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
Pengertian Hikayat........................................................................................................................2
Ciri-ciri Hikayat............................................................................................................................2
Macam-macam hikayat ................................................................................................................2
Struktur Cerita Hikayat ................................................................................................................3
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat.........................................................................................3
Contoh Hikayat.............................................................................................................................5
BAB III PENUTUP......................................................................................................................7
Kesimpulan...................................................................................................................................7
Saran..............................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak masyarakat bahkan pelajar sekolah yang mulai melupakankarya sastra melayu
klasik terutama hikayat. Akibat dari semakin berkembangnya tekhnologidan juga sastra-sastra lain nya
yang semakin modern, sehingga sastra melayu klasik sepertihikayat sudah kurang diminati oleh pelajar.
Karya sastra melayu klasik sendiri termasukkesastraan rakyat.
Karya satra melayu klasik tidak bertarikh dan beranonim. Karya ini tertulisdalam huruf Arab. Hasil
sastra melayu yang dianggap tertua sangat kental dari pengaruhIslam, misalnya Hikayat Seri Rama yang
salah satu versinya menceritakan tentang NabiAdam. Semua hasil sastra zaman peralihan berjudul
Hikayat. Hikayat itu sendiri berasal darikata Arab yang berarti cerita sastra.
Banyak nilai kehidupan atau pesan moral yang terkandung didalam karya sastramelayu klasik. Nilai-
nilai tersebut tidak selalu mudah ditemukan karena tidak dikemukakansecara eksplisit atau terlihat dalam
deretan kata/kalimat.
Oleh karena itu,dibutuhkan pemahaman yang sangat tinggi agar dapat menemukan dan menganalisir nilai-
nilai yangterkandung dalam karya sastra melayu klasik.Namun karena banyak nya nilai kehidupan
didalamnya tidak salah apabila kita memperbanyak frekuensi membaca sastra-sastra melayuklasik
terutama hikayat untuk dapat mengambil pelajaran dari cerita-cerita yang disampaikanmelalui hikayat.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan hikayat ?
2. Apa ciri-ciri dari hikayat ?
3. Apa macam-macam hikayat ?
4. Bagaimana struktur cerita hikayat ?
5. Apa saja unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam hikayat ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Hikayat
Hikayat berasal dari kata Arab yang berarti cerita sastra. Hikayat merupakan bentukcerita yang berasal
dari Arab dan juga merupakan kisah yang amat panjang. Hikayat ituhampir mirip dengan dongeng, penuh
dengan daya fantasi.
Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985 : 59) bahwa hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu
Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orangternama, para raja atau para orang suci
di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan,dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat
hidup.
Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra melayu lama. Hikayat berisi cerita,Undang-undang, dan
silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, sejarah, kepahlawanan, biografi, atau gabungan sifat-sifat
tersebut dengan tujuan untuk pelipur lara, membangkitkansemangat juang, atau sekedar meramaikan
pesta.
b. Ciri-ciri Hikayat
1) Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2) Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/kerajaan
3) Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4) Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5) Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6) Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7) Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8) Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan
dimenangkan oleh yang baik
9) Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
c. Macam-Macam Hikayat
Macam-macam hikayat dapat di bedakan berdasarkan isi dan asalnya, yaitu:
2. Pengaruh Jawa
Contoh:
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
2
3. Pengaruh Hindu (India)
Contoh:
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
Contoh:
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat BachtiarHikayat Seribu Satu Malam
3
3. Alur, adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga
menjadisatu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Dalam hikayat, terdapat beberapa
peristiwa
yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan toko
hutama yang jahat.
Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan gemilang,sedangkan yang jahat
dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak
yang benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu
perkelahian atau pertentangan.
4. Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi empat, yaitu:
Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan nama
tertentuterjadinya peristiwa.
Latar waktu, berhubungan dengan ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa
yangdiceritakan
Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupansosial masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam hikayat. Pada
umumnya, berkaitan dengan tradisi dan adat-istiadat yang masih kental.
Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar dalam hikayat.
Misalkanketakutan, romantisme, dan lain-lain.
5. Gaya bahasa, adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan
danlisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan
diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bah
asaMelayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya cenderung
tidakefektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada beberapa hikayat yang
telahditerjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga kita tidak kesulitan dalm
membacanya.
6. Sudut pandang, adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam bercerita. Pencerita
biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga, dengan menggunakan teknik ‘diaan’,mene
mpatkan pencerita sebagai orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.
7. Amanat, merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca.Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya
II. Latar belakang sosial budaya. Biasanya masih terikat dengan tradisi dan adat-
istiadatsetempat.
4
III. Latar belakang pendidikan pengarang. Para penulis hikayat sudah berpendidikancukup
tinggi, terbukti dengan karya-karyanya yang masih bertemakan kehidupankerajaan.
Sedangkan, cerita rakyat biasa sangat jarang di ceritakan. Sekalipun ada,cerita rakyat
tersebut bertemakan kepahlawanan, kecerdikan seseorang, dankemalangan seseorang.
Selain itu, terbukti dengan penggunaan bahasa Melayu tinggi, bukan bahasa Melayu sehari-
hari (Lingua Franca). Pada umumnya, unsur ekstrinik dalam hikayat hanya nilai-nilai yang
terkandung saja.
f. Contoh Hikayat
Pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatusungai. Maka
dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Makadinantinya kalau-kalau ada orang
lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu
dengan istrinya.
Sebermula adapun istri orangitu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu
sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya,
"Apaupayaku hendak menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orangitu, "Hai tuan
hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang, sungai ini tidak
hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kataorang tua bungkuk itu dan
serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawiitu pun sukalah, dan berkata di dalam
hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hinggalehernya juga ia
berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tuaitu, "Tuan hamba seberangkan
apalah hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimanahamba hendak bawa tuan hamba kedua ini?
Melainkan seorang juga dahulu maka boleh,karena air ini dalam."Maka kata orang tua itu kepada istrinya,
"Pergilah diri dahulu." Setelah itu makaturunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu.
Arkian maka kata Bedawiitu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba
seberangkan." Makadiberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka
dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya
airitu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungaiitu, maka
kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya denganmudanya. Mengapa
maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuanhamba buangkan orang bungkuk itu,
agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikanistri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan
perempuan itu. Maka kata perempuan itukepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah,setelah sudah
maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itusemuanya dilihat oleh orang
tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawiitu. Kalakian maka heranlah orang tua itu.
Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlahkeduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi
dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang
demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnyasungai itu
aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu.Dengan hal yang
demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
5
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu makadisuruh oleh
Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata
Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah
besar dinikahkan dengan hamba." Maka kata orang tua itu, "Istri hamba,dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Makaorang pun
berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan
itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara duaorang laki-laki ini?”. Maka kata perempuan
celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba."Maka pikirlah Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-
seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh
Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba." Maka kataMasyhudulhakk,
"Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat
duduknya?" Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu.Maka disuruh oleh Masyhudulhakk
perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu.Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah
engkau ini. Sungguhkah perempuan ituistrimu?" Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah
nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah
suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini,
siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di manakampung tempat ia duduk?" Maka
tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh olehMasyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu.
Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tuaitu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah
perempuan itu istrimu sebenar- benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya,siapa
mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya. MakaMasyhudulhakk dengan sekalian
orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dankebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti
oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu.Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga
perempuan celaka itu. Laludidera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka
itu seratus kali.Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian
itu.Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hikayat adalah bentuk cerita yang berasal dari
Arab dan juga merupakan kisah yang amat panjang. Hikayat itu hampir miripdengan dongeng, penuh
dengan daya fantasi. Hikayat merupakan salah satu bentuk sastramelayu lama. Hikayat berisi cerita,
Undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan,keagamaan, sejarah, kepahlawanan, biografi, atau
gabungan sifat-sifat tersebut dengan tujuanuntuk pelipur lara, membangkitkan semangat juang, atau
sekedar meramaikan pesta. Sebagaisalah satu karya sastra melayu klasik hikayat banyak mengandung
nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat bagi para pembacanya.
B. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hikayat adalah salah satu sastra melayu klasik yang
didalamnya terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan cerminan dalammenjalani
kehidupan, jadi sebagai seorang pelajar tidak ada salah nya jika kita banyakmembaca hikayat dan
sastra melayu ataupun sastra lainnya agar mendapat semakin banyak pelajaran
7
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.Sastromiharjo, Andoyo., 2011. Bahasa Dan Sastra Indonesia 2, Jakarta: Yudhistira.Tatang, Atet.,
dkk. 2009. Bahasa Negeriku, Jawa Tengah: Platinum