Anda di halaman 1dari 21

HIKAYAT SEBAGAI SALAH SATU KARYA SASTRA LAMA

INDONESIA

MAKALAH
Diajukan unruk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
pada Jurusan Manajemen

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas II C

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Daftar Gambar ii
Kata Pengantar iii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Tujuan 1
C. Pembahasan Masalah 2

BAB II Pembahasan 3
A. Pengertian Hikayat 3
B. Jenis-jenis Hikayat 4
C. Klasifikasi Hikayat 5
D. Karakteristik Hikayat 6
E. Ciri-ciri Hikayat 7
F. Unsur Hikayat 8
G. Contoh Hikayat 9
1. Hikayat Hang Tuah 9
2. Hikayat Abu Nawas 11
3. Hikayat Antu Ayek 13

BAB III Simpulan 15


Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hikayat Hang Tuah 9


Gambar 2.1 Hikayat Abu Nawas 11
Gambar 2.1 Hikayat Antu Ayek 13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hikayat ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Hikayat. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Cimahi, 6 Mei 2019

Penyusun       
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat banyak masyarakat bahkan pelajar sekolah yang mulai melupakan


karya sastra melayu klasik terutama hikayat. Akibat dari semakin berkembangnya
tekhnologi dan juga sastra-sastra lain nya yang semakin modern, sehingga sastra
melayu klasik seperti hikayat sudah kurang diminati oleh pelajar. Karya sastra
melayu klasik sendiri termasuk kesastraan rakyat. Karya satra melayu klasik tidak
bertarikh dan beranonim. Karya ini tertulisdalam huruf Arab. Hasil sastra melayu
yang dianggap tertua sangat kental dari pengaruh Islam, misalnya Hikayat Seri Rama
yang salah satu versinya menceritakan tentang Nabi Adam. Semua hasil sastra zaman
peralihan berjudul Hikayat. Hikayat itu sendiri berasal darikata Arab yang berarti
cerita sastra.

Banyak nilai kehidupan atau pesan moral yang terkandung didalam karya
sastramelayu klasik. Nilai-nilai tersebut tidak selalu mudah ditemukan karena tidak
dikemukakansecara eksplisit atau terlihat dalam deretan kata/kalimat. Oleh karena itu,
dibutuhkan pemahaman yang sangat tinggi agar dapat menemukan dan menganalisir 
nilai-nilai yangterkandung dalam karya sastra melayu klasik. Namun karena banyak
nya nilai kehidupandidalamnya tidak salah apabila kita memperbanyak frekuensi
membaca sastra-sastra melayuklasik terutama hikayat untuk dapat mengambil
pelajaran dari cerita-cerita yang disampaikan melalui hikayat.

B. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian dari hikayat.
2. Mengetahui ciri-ciri hikayat, jenis-jenis nya, struktur ceritanya, sertaunsur-
unsur intrinsik serta ekstrinsik dari hikayat.
3. Mengajak masyarakat pada umumnya, serta pelajar secara khusus
untukkembali membaca sastra melayu klasik khususnya hikayat,
setelahmengetahui banyak nilai kehidupan yang dapat diambil dari
membacahikaya.

C. Pembahasan Masalah

Terdapat pembahasan masalah yang akan kami susun, dengan


pembahasan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hikayat ?
2. Apa ciri-ciri dari hikayat ?
3. Apa macam-macam hikayat ?
4. Bagaimana struktur cerita hikayat ?
5. Apa saja unsur yang terdapat dalam hikayat ?
6. Bagaimana contoh teks hikayat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hikayat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikayat adalah karya sastra


Melayu lama berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah
bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat
dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk
meramaikan pesta.

Hikayat mempunyai pengertian (1) karangan yang kadarnya cerita,


bukan peristiwa yang benar-benar terjadi atau hasil rekaan; (2) cerita itu cerita
yang sudah kuno atau cerita lama; (3) bentuk cerita itu prosa; (4) namun juga
berarti cerita yang pernah terjadi, yaitu kenang-kenangan atau sejarah dan
riwayat (Baried dkk., 1985:6).

Hikayat menurut Hamzah (1996:128) adalah prosa fiksi lama yang


menceritakan kehidupan istana atau raja serta dihiasi olehkejadian yang sakti
dan ajaib. Pengertian hikayat yang lebih panjang didefinisikan Supratman
(1996:65), hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang
isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah, umumnya mengisahkan
tentang kepahlawanan seseorang, lengkap dengan keanehan,
kekuatan/kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.

Sardiman (2008:123) menyatakan bahwa hikayat adalah sebagai


berikut.

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah yang menarik, penuh
keajaiban, atau hal-hal yang kadang-kadang tidak masuk akal. Hikayat ditulis
dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Beberapa contoh hikayat
yang muncul pada masa pengaruh Islam di antaranya adalah Hikayat
Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat Si Miskin,
dan Hikayat Amir Hamzah. Pengaruh Hindu-Buddha juga terserap ke dalam
bentuk karya sastra hikayat.
D. Jenis-jenis Hikayat

Hikayat dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rekaan,


hikayat sejarah, dan hikayat biografi (Baried dkk., 1985:27). Hikayat rekaan 2
mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti istana menduduki pusat
yang sangat berperan, tujuan utama ceritanya untuk menghibur, tokoh-tokoh
utama selalu mendapatkan kemenangan dan mengalami akhir yang baik, segi
ajaran moral tidak diabaikan, pola cerita selalu bersifat streotip, dan adanya
alur cerita yang dapat diramalkan.

Hikayat sejarah merupakan hikayat yang bersifat historis dan


mempunyai ciri-ciri, seperti penyebutan nama tempat yang memang ada
dalam pengertian geografis, penyebutan nama-nama historis dalam hikayat,
mayoritas kandungan cerita merupakan silsilah suatu dinasti, tahun terjadinya
peristiwa tidak dinyatakan dengan jelas, dan pembicaraan mengenai peristiwa-
peristiwa yang bersifat kontemporer mendapat tempat sendiri. Pada sisi lain,
hikayat biografi mempunyai ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti
menerangkan dan menyoroti tokohtokoh historis dan peristiwa yang
sesungguhnya, pusat perhatian hikayat bergeser ke arah kepribadian manusia
genius, orang yang bermoral intelektual, atau orang yang mempunyai emosi
yang tinggi memiliki perhatian rohani tersendiri, biografi disusun secara
kronologis dan logis, biografi tidak mengenal perbedaan yang metodologis,
walaupunn begitu hikayat geografi tetap dirasakan adanya unsure fiktif
(Baried dkk., 1985:27—31).

Hikayat raja Alit selanjutnya disingkat HRA merupakan salah satu


koleksi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berkode W
194, Hikayat Raja Alit, 13 hlm, [R# 452], Rol 387.02. Dalam Katalogus
Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Dep. P&K, naskah tersebut berkode
Ml. 693 (dari W194), mempunyai panjang 34 cm dan lebar 19½ cm, 8
halaman, 27 baris, menggunakan 3 huruf arab baik dan jelas, dan terdapat
pada catatan Van Ronkel halaman 276. HRA merupakan sebuah fragmen dari
bahasa Ulu Pasemah Lebar yang diterjemahkan ke dalam bahasa melayu,
tentang Raden Alit dan peperangan dengan Aceh.

Rismawati (2017:54) membagi hikayat menjadi beberapa jenis, yakni:

1. Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisi berbagai ajaran agama yang terkait
dengan hukum, akhlak, tasawuf, filsafat dan sebagainya.
2. Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisi sejarah masa lampau, baik sejarah Islam
maupun sejarah lainnya, misalnya Hikayat Hasan Husen.
3. Hikayat safari, yaitu hikayat yang menceritakan kisah perjalanan, seperti Hikayat
Malem Dagang.
4. Hikayat peristiwa, yaitu hikayat yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian,
seperti Hikayat Prang Kompeuni.
5. Hikayat jihad. Yang dimaksud dengan hikayat jihad, yaitu hikayat yang
kandungannya berisi semangat jihad untuk melawan musuh, seperti Hikayat
Prang Sabil.
6. Hikayat cerita (novel), yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau roman, baik
roman fiksi atau roman sejarah. Hikayat jenis ini banyak sekali, seperti hikayat
Banta Beransah.

E. Klasifikasi Hikayat
1. Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
a. Cerita Rakyat
b. Epos India
c. Cerita dari Jawa
d. Cerita-cerita Islam
e. Sejarah dan Biografi
f. Cerita berbingkat

2. Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :


a. Melayu Asli, contohnya:
1) Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
2) Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
3) Hikayat Indera Bangsawan
4) Hikayat Malim Deman

b. Pengaruh Jawa, contohnya :


1) Hikayat Panji Semirang
2) Hikayat Cekel Weneng Pati
3) Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)

c. Pengaruh Hindu (India), contohnya:


1) Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
2) Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
3) Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
4) Hikayat Bayan Budiman

d. Pengaruh Arab-Persia, contohnya:


1) Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
2) Hikayat Bachtiar
3) Hikayat Seribu Satu Malam

F. Karakteristik Hikayat

1. Kemustahilan :  kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari
segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak diterima nalar.
Contoh :  bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari
gendang
2. Anonim :  Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau
pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan.
3. Kesaktian : seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam
hikayat. Contoh : Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak
sebuah kerajaan, Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud
dan kuda hijau.
4. Istanasentris : Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja.
Selain itu, latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh
raja serta istana dalam suatu kerajaan.
5. Arkais : Bahasa yang digunakan sudah lampau. Jarang dipakai/tidak lazim
digunakan dalam komunikasi masa kini.

G.Ciri-ciri Hikayat

Ciri-ciri hikayat :
1. Isinya menceritakan tentang kehidupan di istana atau kerajaan
2. Ceritanya selalu berakhir dengan kebahagiaan
3. Menggunakan bahasa Melayu yang sulit dipahami
4. Memulai kisahnya dengan kata-kata sebermula, arkian, syahdan, alkisah, hatta
atau tersebutlah
5. Disusun dengan unsur instrinsik dan ekstrinsik
6. Diikutsertakan dengan pantun
7. Berbingkai-bingkai : artinya berisi cerita-cerita yang diceritakan oleh
seseorang setelah hal
8. Ihwal orang yang bercerita itu diceritakan
H. Unsur Hikayat

Unsur-Unsur Pembangun Hikayat Baried, dkk (1985: 65—82)


menjabarkan beberapa struktur hikayat. Struktur hikayat digunakan untuk
melihat dan memahami teks hikayat. Adapun struktur hikayat tersebut
antaralain,

(a) Motif

(b) Penokohan,

(c) Latar

(d) Sudut Tinjauan.

Motif adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan karakter,


peristiwa, atau konsep yang sering diulang-ulang, yang ada dalam cerita
rakyat atau kesusastraan. Shipley (dalam Beried, 1985: 65) disebutkan bahwa
motif adalah pola sebuah karya yang khas; kata atau pola pemikiran yang
berulamg-ulang dalam situasi yang sama, atau untuk menimbulkan suasana
perasaan yang sama dalam suatu karya, atau dalam berbagai karya dengan
selingan yang teratur. Motif mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam
suatu cerita atau hikayat, motif dapat digunakan untuk memperpanjang cerita.
Fungsi motif lainnya ialah sebagai pembayangan dalam cerita (Beried, 1985:
65—66).

Penokohan Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada


dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan
tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan
gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya tokoh
utama berada di pihak yang benar, berwatak baik, dan dengan kehebatan dan
kesaktiannya diaunggu dalam suatu pertempuran atau perkelahian (Beried,
1985: 75). Cara yang digunakan oleh pengarang dalam melukiskan tokoh
hikayat pada umumnya adalah cara yang termasuk analitik. Maksudnya
adalah dengan terperinci pengarang menjelaskan watak atau sifat sang tokoh.
Cara yang dramatik, yaitu cara pemberian gambaran secara tidak langsung,
jarang ditemukan (Beried, 1985: 77)

I. Contoh Hikayat
1. Hikayat Hang Tuah

Gambar 2.1 Hikayat Hang Tuah

Alkisah, pasangan Hang Mahmud dan Dang Merdu mempunyai seorang anak laki-
laki bernama Hang Tuah. Keluarga tersebut tinggal di sebuah desa bernama Sungai
Duyung. Di daerah itu, semua orang tahu bahwa Raja Bintan yang memimpin
wilayah tersebut terkenal baik dan disegani oleh rakyatnya.
Mahmud pun berkeluh kesah kepada istrinya untuk mengadu nasib ke Bintan, siapa
tahu nasibnya akan lebih baik. Setelah berkata tersebut kepada sang istri, malamnya
Hang Mahmud bermimpi ada bulan turun dari langit dan bersinar di atas kepala Hang
Tuah. Laki-laki tua tersebut kemudian terbangun menemui anaknya dan mendapati
pemuda itu memancarkan bau wangi. Pagi harinya, keluarga tersebut mengadakan
acara selamatan.
Hari berikutnya, Hang Tuah membantu sang ayah untuk membelah kayu sebagai
persediaan. Di saat yang bersamaan, datanglah para pemberontak yang akan
membunuh orang-orang desa. Banyak orang panik menyelamatkan diri, tapi si
pemuda masih tetap sibuk membelah kayu. Dari jauh, sang ibu berteriak panik dan
menyuruh Hang Tuah untuk pergi menyelamatkan diri. Namun, sudah terlambat
karena para pemberontak sudah berada di depannya.
Para pemberontak kemudian mencoba untuk menusuk Hang Tuah menggunakan
keris tapi dia berhasil menghindar. Lalu ketika ada kesempatan, dia mengayunkan
kapak tepat ke kepala pemberontak dan akhirnya pemberontak tersebut mati.
Berita Hang Tuah berhasil mengalahkan pemberontak sudah tersebar ke seluruh
penjuru negeri. Dia pun kemudian diundang ke istana oleh sang raja. Sebagai bentuk
terima kasih, dia sering diundang untuk datang ke istana dan menjadi orang
kepercayaan raja.
Hal tersebut tentu saja membuat para Tumenggung dan pegawai-pegawai yang lain
menjadi iri. Orang-orang iri tersebut kemudian bekerjasama untuk memfitnah Hang
Tuah. Tumenggung kemudian berkata pada raja bahwa Hang Tuah merencanakan
pengkhianatan terhadap kerajaan dan sedang mendekati perempuan di istana bernama
Dang Setia.
Setelah mendengar hal tersebut, Raja Bintan menjadi murka lalu menyuruh para
pengawal untuk membunuh Hang Tuah. Namun, Allah melindungi pemuda yang
tidak bersalah tersebut sehingga para pengawal tidak bisa membunuhnya. Karena
tidak mau menimbulkan masalah lagi, akhirnya Hang Tuah memilih untuk
mengasingkan diri ke hutan.
2. Hikayat Abu Nawas

Gambar 2.2 Hikayat Abu Nawas

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas.


Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang
dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak
orang.
“Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi
rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman
tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak
mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan,” kata
lelaki itu.
Mendengar penuturan laki-laki yang sedang sedih tersebut, Abu
Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di
kepalanya.
“Kamu mempunyai domba di rumah?” Tanya Abu Nawas padanya.
“Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya,” jawabnya. Setelah
mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah
domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah.
Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi
membeli seekor domba. Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu
Nawas. “Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku
menjadi tambah sempit dan berantakan,” keluhnya.
“Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di
dalam rumahmu,” jawab Abu Nawas. Kemudian, pria itu bergegas pergi ke
pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang
diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit.
Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk
mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi,
termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba
tersebut. Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua
domba yang dimiliki.
Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas
kemudian bertanya, “Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah
lebih lega?” “Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi
nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah,” jawab pria
tersebut sambil tersenyum. Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan
masalah pria dan rumah sempitnya itu.

3. Hikayat Antu Ayek


Gambar 2.3 Hikayat Antu Ayek
Pada zaman dahulu kala di wilayah Sumatra Selatan, ada sebuah
keluarga petani sederhana yang tinggal di sekitar aliran sungai. Keluarga
tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik parasnya
bernama Juani. Tak hanya mempunyai wajah cantik, badannya pun langsing
sehingga banyak gadis-gadis lain yang iri melihatnya.
Karena kecantikannya, banyak pemuda tampan yang menaruh hati dan
berkeinginan untuk meminangnya. Sayangnya, tak ada satu pun pinangan
yang Juani terima karena memang belum berniat untuk menikah. Orangtuanya
pun sempat khawatir kalau anak semata wayangnya akan menjadi perawan
tua. Namun, gadis itu mampu meyakinkan orang tuanya bahwa pria baik
sesuai kriterianya akan segera datang.
Hingga pada suatu hari, wilayah tersebut dilanda kekeringan sehingga
kebun kopi yang dijadikan tumpuan keluarga Juani mengalami gagal panen.
Akibatnya, ayah Juani pun berhutang kepada seorang rentenir kaya untuk
memenuhi biaya hidup sehari-hari sampai musim panen selanjutnya tiba.
Lama kelamaan, hutang tersebut kian menumpuk, sang ayah pun tidak mampu
untuk membayar saat ditagih.
Rentenir itu kemudian berkata bahwa hutang keluarga tersebut akan
dianggap lunas kalau ayah Juani mau menikahkan anak gadisnya dengan
putranya. Juani terpaksa setuju untuk menikah dengan anak rentenir yang
bernama Bujang Juandan demi membantu orangtuanya. Meskipun akan
menikah dengan anak orang kaya, tapi hal itu tidak membuatnya bahagia.
Pasalnya, lelaki itu menderita penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan di
sekujur tubuhnya.
Di hari pernikahan, Juani merasa tidak sanggup jika harus
meneruskannya. Apalagi, sudah terbayang di kepalanya akan dicemooh
banyak orang karena menolak lelaki tampan dan akhirnya malah menikah
dengan pria yang berpenyakitan. Dia merasa sangat putus asa dan memilih
untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai yang dalam.
Setelah beberapa saat, barulah keluarganya menyadari apa yang terjadi
pada Juani. Sayang, semuanya sudah terlambat. Selang beberapa hari, gadis
itu ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Konon, sejak kematian
Juani, di sungai tersebut akan terdengar suara seorang gadis yang menangis
dan sering meminta korban, terutama anak laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Alfari, Shabrina. 2018. Pengertian Hikayat dan Karakteristiknya. [online]. Tersedia


di https://blog.ruangguru.com/pengertian-hikayat-dan-karakteristiknya
yang direkam pada 6 Mei 2019 12.16 WIB

Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.

Fitriana, Yulita. 2016. Hikayat Datuk Hitam dan Bajak Laut. Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Kemendikbud

Hadi, Dian Choirul. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Memahami Hikayat


Bermuatan Nilai-nilai Moral Untuk Peserta Didik SMA/MA. [online].
Tersedia di https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/
article/view/6851 yang direkam pada 6 Mei 2019 12.31 WIB

Hamzah, A. 1996. Sastra Melayu Lama dan Raja Rajanya. Jakarta: Dian Rakyat.

Rismawati.2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya


Akademika.

Sutrisno, Sulastin. 1983. Hikayat Hang Tuah: Analisa Struktur dan Fungsi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wibowo, Erwin. 2018. Pengembangan Modul Teks Hikayat Bagi Siswa Kelas X
Tingkat SMA. [Online]. Tersedia di
http://digilib.unila.ac.id/54850/3/TESIS%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf yang direkam pada 6 Mei 2019 13.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai