PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koran, radio, televisi, dan majalah merupakan sumber informasi. Sumber
informasi tersebut disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Teks cerita
sejarah juga dapat menjadi informasi karena di dalamnya memuat fakta atau
informasi-informasi pada masa lalu yang berhubungan dengan peristiwa
sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa
kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran
atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran berpidato,
atau yang lainnya.
Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi rekaan yang
mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa
unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa. Namun, dalam teks
cerita sejarah terdapat pula cerita yang sifatnya rekaan, misalnya mitos asal-
usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos kedatangan sebuah agama, dan
mitos alegori.
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang akan menjadi
rumusan masalah, ialah:
1. Apa pengertian konteks dan permodelan teks cerita
sejarah?
2. Bagaimana struktur dan ciri kebahasaan teks cerita
sejarah?
3. Bagaimana membandingkan teks cerita sejarah?
4. Bagaimana cara menyunting dan mengabstraksi dalam teks
cerita sejarah?
5. Bagaimana memproduksi teks cerita sejarah?
6. Bagaiamana cara mengonversi teks cerita sejarah kedalam
bentuk lain?
Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru bidang studi kami. Adapun tujuan
khusus dibuatnya makalah ini adalah:
1. Memahami konteks dan permodelan teks cerita sejarah.
2. Menjelaskan struktur teks cerita sejarah.
3. Menjelaskan citi kebahasaan teks cerita sejarah.
4. Mengetahui cara menyunting dan mengabstraksi teks cerita
sejarah.
5. Memproduksi teks cerita sejarah.
6. Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain.
Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu pembaca maupun
penulis untuk mengetahui pembangunan konteks dan permodelan dalam teks
cerita sejarah.
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita
sejarah adalah sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Mencari literature dan referensi yang berasal dari buku-buku dan browsing
dengan menggunakan internet mengenai informasi tambahan lainnya seputar
pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah serta referensi-
referensi lain yang dapat membantu dalam penelitian ini.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Halaman Depan : Berisikan cover makalah, halaman
pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
2. BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang, rumusan
permasalahan, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II Landasan Teori : Berisikan teori-teori yang
digunakan untuk pembengunan konteks dan pemodelan cerita
sejarah.
4. BAB III Pembahasan : Berisi cara pembengunan konteks
dan pemodelan cerita sejarah.
5. BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan, saran-saran,
daftar pustaka, dan lampiran untuk pengembangan pembengunan
konteks dan pemodelan cerita sejarah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah
Konteks adalah kondisi dimana suatu kejadian itu terjadi . Ada beberapa jenis
konteks. Konteks fisik meliputi ruangan, objek nyata, pemandangan, dan lain
sebagainya. Dimensi pemilihan waktu atau tempo suatu konteks meliputi hari
dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa komunikasi.
Teks cerita sejarah merupakan karangan berbentuk narasi atau wacana yang
menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu. Narasi tersebut dapat
berisi fakta atau fiksi.
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kejadian
dalam peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika suatu
konteks historis. Sejarah termasuk ilmu empiris, karena sejarah sangat
bergantung pada pengalaman manusia. Oleh sebab itu, sejarah kerap
dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan
antropologi dan sosiologi, sejarah membicarakan manusia dari segi waktu,
seperti perkembangan masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk lainnya,
kesinambungan yang terjadi pada suatu masyarakat, pengulangan peristiwa
yang terjadi pada masa lampau, dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar masyarakat itu
sendiri.
Peristiwa sejarah ini bukan semata-mata cerita turun-temurun, tetapi sebagai
negara yang cerdas kita harus mampu menggali nilai dan kearifan yang
terdapat dalam sebuah cerita sejarah. Dalam menyusun teks cerita sejarah,
langkah-langkah yang dilakukan adalah mencari informasi, mengumpulkan
data yang tepat, akurat, serta autentik, kemudian di teliti secara cermat,
diinterpretasikan kemudian direkontruksi sehingga menghasilkan kisah
sejarah yang mudah dipahami.
Memahami Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Struktur Teks Cerita sejarah
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang membedakannya dengan jenis
karangan lainnya. Struktur teks cerita sejarah terbagi menjadi enam, yaitu
abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan koda atau amanat.
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita
sejarah bersifat opsional. Artinya, sebuah teks cerita sejarah bisa saja tidak
melalui tahapan ini. abstrak biasanya berisi pengenalan singkat tentang atau
tokoh.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah. Orientasi berisi
pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan
pengenalan pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu dihubungkan secara
sebab-akibat. Peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya pseristiwa
lain.
4. Klimaks
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita sejarah. Pada
saat klimaks inilah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah. Pengarang teks
cerita sejarah mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu
menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang tejadi.
Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah memiliki kaidah atau ciri kebahasaan, yaitu :
1. Menggunakan bentuk lampau (peristiwa telah terjadi).
2. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan,
misalnya pergi, tidur, lari, dan membeli.
3. Penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa
atau kejadian, misalnya dan, tetapi, setelah itu, dan kemudian.
Konjungsi adalah kata sambung yang menghubungkan unsur-
unsur kalimat. salah satu fungsi dari konjungsi adalah untuk
menyatakan urutan peristiwa, hal itu seperti yang tampak pada
kalimat berikut.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor
Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 .
Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kata yang bergaris bawah merupakan salah satu contoh konjungsi yang
menyatakan urutan peristiwa. Selain kemudian, setelah, kata konjungsi lain
seperti selanjutnya, lalu (temporal)
4. Penggunaan fungsi keterangan yang mengungkapkan
tempat, waktu dan cara. Fungsi dalam kalimat kita sudah kenali
bersama ada subjek (S), objek (O), predikat (P), dan keterangan.
Untuk fungsi keterangan ada yang menerangkan tempat, waktu
dan cara.
Teks Cerita Sejarah dibagi menjadi 2 :
1. Teks Cerita Sejarah Fiksi : Teks Cerita Sejarah yang tidak
nyata.
Contoh :
Novel
Cerpen
Legenda
Roman
2. Teks Cerita Sejarah Non-fiksi : Teks Cerita Sejarah yang
nyata.
Contoh :
Biografi
Autobiografi
Certia Perjalanan
Catatan Sejarah
Perbedaan teks cerita sejarah fiksi dan non-fiksi :
Teks Cerita Sejarah Fiksi :
1. Jalan pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau
menurunkan pengisahanya dari dunia nyata.
2. Penggambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih
mendalam.
3. Pengembangan kharakter tokoh tidak diungkapkan
sepenuhnya.
4. Menyajikan kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi
pengarang.
Teks Cerita Sejarah Non-Fiksi :
1. Disusun bedasarkan data atau fakta yang objektif
2. Penggambaran tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.
3. Menyajikan kehidupan sesuai dengan data atau fakta.
Membandingkan Teks Cerita Sejarah
Menbandingkan teks cerita sejarah artinya membandingkan isi kedua teks
cerita sejrah meliputi struktur,waktu dan kronologi kejadian.
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari sumber-sumber
sejarah yang yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para pelaku
sejarah dan saksi sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang sejaman
atau orang pertama yang pernah mengalami sendiri secara langsung
peristiwa sejarah yang sesungguhnya. Untuk memperoleh sumber ini maka
seorang peneliti harus melakukan kegiatan wawancara, sehingga dapat
diperoleh sejumlah keterangan lisan terhadap obyek penelitian.
Contoh obyek penelitian sejarah adalah “Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia”Sumber primer yang dibutuhkan adalah para pelaku atau saksi
sejarah seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Ahmad Subardjo dan
lain-lain. Terhadap para pelaku atau saksi tersebut maka peniliti harus
melakukan wawancara Secara langsung, sehingga dapat memperoleh
keterangan lisan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua yaitu orang
yang tahu terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi pelaku.
Pihak kedua ini merupakan saksi ahli yaitu orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu.
Penyuntingan dan Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
Penyuntingan
Arti kata menyunting menurut KBBI adalah menyiapkan naskah siap cetak
atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan
bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata, dan struktur kalimat).
Ketika menyunting naskah, ada beberapa aspek yang harus Anda perhatikan.
Berikut adalah aspek-aspek dalam menyunting :
1. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang bilangan, dan
tanda baca.
2. Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan kata.
3. Keefektifan kalimat.
4. Ketepatan struktur kalimat.
5. Keterpaduan paragraf.
Penyuntingan naskah dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
1. Penyunting harus membaca cermat kalimat demi kalimat
dalam naskah untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
2. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam naskah.
3. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
4. Penyunting memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita ulang (recount) atau rekon adalah teks yang
menceritakan kembali pengalaman masa lalu secara kronologis dengan
tujuan untuk memberi informasi, atau menghibur pembacanya, atau bisa
keduanya.
Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual
(informasional), dan rekon imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di
mana penulisnya terlibat secara langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah cerita ulang yang
memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi,
dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita
imajinatif dengan lebih detil.
Suatu teks cerita ulang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Orientasi : informasi yang menjawab apa?, di mana?,
siapa?, kapan?, dan mengapa?
2. Rentetan peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya
Peristiwa.
3. Riorientasi atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian
yang diceritakan ulang.
Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan.
Proses untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan
dengan istilah mengonversi. Dalam mengonversi cerita ulang menjadi teks
lain, yang berubah hanya model teks, sedangkan bagian isi tetaplah sama.
Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Cerita sejarah yang masih dalam bentuk lisan atau naskah kuno yang
merupakan kendala, tidak menjadi halangan untuk memindahkan cerita
sejarah ke dalam bentuk teks.
Teks cerita sejarah dapat dibuat dengan langkah-langkah berikut :
1. Bertanya atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa
sejarah. Pencarian inormasi ini berfungsi untuk mengumpulkan
bukti-bukti sejarah berupa kata.
2. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah tersebut.
Cerita sejarah dapat mempunyai beberapa versi, terutama
berkaitan dengan unsur cerita yang sifatnya fiktif.
3. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam
penentuan ini jangan melupakan bahwa cerita sejarah
mengandung fakta. Jadi ambillah cerita sejarah yang mengandung
fakta paling banyak di dalamnya.
4. Membuat urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini
membantu Anda memahami cerita sejarah yang terjadi.
5. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan
urutan peristiwa yang telah dikumpulkan . Cerita sejarah dapat
dinarasikan dengan gaya bahasa pengarang. Pengembangan
cerita sejarah tentu saja bukan pada unsur fakta, melainkan unsur-
unsur fiktifnya.
Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain
Teks cerita sejarah umumnya berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah
dapat diubah kedalam bentuk lain, misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan
mengubah ini disebut dengan konversi. Menurut KBBI, Konversi adalah
perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain. Dengan
demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan perubahan.
Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
1. Membaca teks ulang secara keseluruhan.
2. Mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita
ulang.
3. Merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
4. Menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai
konversi.
5. Menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
6. Merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada
kesalahan.
BAB III
PEMBAHASAN
Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Contoh teks cerita sejarah lainnya :
Peristiwa Rengasdengklok
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam
utusan dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung
Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal
16 Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan tersebut.
Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara
golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari
akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas
Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang.
Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah
diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke
Rengasdengklok adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian semula,
tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah
perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad
Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat
untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya
telah ditambah dengan wakil pemuda.
5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral
Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan
yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan. Pertemuan ini
dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
Informasi Setiap Paragraf
Paragraf Informasi dalam Teks
II
· Peristiwa yang diidentifikasi pada paragraf ini adalah pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok.
· Pelaku dalam peristiwa tersebut yaitu golongan muda, Bung Karno dan Bung Hatta.
· Peristiwa tersebut terjadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang datang dari pengaruh
Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
III
· Peristiwa tersebut bertujuan agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
· Peristiwa tersebut melibatkan Bung Karno dan Bung Hatta.
IV
· Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dibawanya kembali Bung Karno dan Bung Hatta untuk
membicarakan proklamasi melalui siding PPKI.
· Peristiwa tersebut melibatkan Mr. Ahmad Subardjo, Bung Karno, Bung Hatta, Yusuf Kunto, dan
Wikana.
· Dalam peristiwa tersebut menjelaskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta merupakan pemimpin
yang punya pendirian teguh.
V
· Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dimulainya pertemuan yang dilakukan di rumah pembesar AL
Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.
· Yang terlibat dalam peristiwa pada paragraf ini adalah Somubuco dan Nasimura, Laksamana Muda
Maeda.
IV – –
V Setelah Setelah mengetahui bahwa
Somubuco dan Jendral Nasimura
tidak menghalangi proklamasi asal
tidak ada pernyataan yang anti
Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Urutan Peristiwa sejarah 2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas
Tahap 1 Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari
Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat
tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.
Urutan peristiwa sejarah 4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang
punya pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian
Tahap 3 semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani
oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto,
dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu
ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang
PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
Reorientasi 5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral
Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada
pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan
laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol
No. 1 Jakarta.
Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa
kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran
atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran berpidato,
atau yang lainnya. Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi
rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah,
ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa.
Struktur teks cerita sejarah terdiri dari abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks,
resolusi dan koda/amanat. Teks cerita sejarah yang umumnya berbentuk
narasi dapat di konversi ke dalam bentuk lain, misalnya teks drama
monolog/dialog dan juga teks puisi.
Saran
Setelah membaca makalah ini , kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas umumnya dan pelajar. Dan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pembangunan konteks dan
pemodelan teks cerita sejarah adalah:
1. Struktur teks iklan
2. Kebahasaan teks iklan
Terakhir kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dan kami juga mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
untuk lebih menyempurnakan isi dari makalah ini. Semoga Tuhan selalu
melimpahkan rahmatNya dan kasih sayangNya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Leo Agung. 2007. IPS 5 : Untuk Kelas 5 SD dan MI. Klaten: Sahabat.
http://hendryanggriawan68.blogspot.com/2015/07/teks-cerita-sejarah-
pengertian-struktur.html
http://dedd157.blogspot.com/2015/06/teks-cerita-sejarah-contoh-teks-
dan.html
http://ahmadiyahdamayanti99.blogspot.co.id/2015/08/bahasa-
indonesia_17.html
XII-RPL / 37
Teks Cerita Sejarah terdapat 3 kata di dalamnya. Yang pertama adalah Teks
yang berarti bahan tertulis untuk dasar memberikan suatu informasi.
Kemudian kata Cerita yang berarti tuturan yang membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal/peristiwa. Kemudian kata Sejarah yang berarti kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau. Maka dapat disimpulkan bahwa
Teks Cerita Sejarah merupakan suatu teks yang menceritakan
tentang fakta atau kejadian di masa lalu, dimana kejadian ini mengandung
nilai sejarah di dalamnya. Contohnya adalah Berita, Biografi, Cerita Sejarah
Indonesia, dll.
1. Orientasi
Orientasi merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari Teks Cerita
Sejarah yang biasanya berisi ide utama dari teks tersebut.
1. Urutan Peristiwa
Urutan Peristiwa merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang
biasanya disampaikan dalam bentuk kronologis.
1. Reorientasi
Reorientasi berisi tentang komentar pribadi dari penulis Teks tersebut tentang
peristiwa sejarah yang diceritakan.
Tsunami Aceh
Orientasi
Peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh.
Gempa bumi dan Tsunami Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004.
Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia
yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh
merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur,
ribuan pula mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di
kuburkan secara masal.
Urutan Peristiwa
Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak
pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah
kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa
pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu
membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu
beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang
tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan
kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan
Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur
yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya
150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas
tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan
kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.
Di Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa.
Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda
Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan
rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami
yang menghantam pantai barat Aceh.
Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi
yang terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26
Desember 2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat
Aceh. Tepat jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di
Istora Jakarta panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total,
mata mereka pada berkaca-kaca.
Reorientasi
Peristiwa ini merupakan salahsatu peristiwa yang sangat mengenaskan dan
paling banyak memakan korban yang pernah terjadi di Indonesia. Semoga
kejadian ini tidak terjadi kembali di negri kita yang tercinta ini.
1. Mencari ide gagasan dalam Wacana yang berisi sejarah, dengan begitu kita
akan dapat membuat Orientasi yang merupakan pengenalan dari suatu
kejadian. Caranya adalah dengan mencari jawaban dari 5W 1H dalam
Wacana tersebut. Contohnya : Apa yang terjadi? Kapan hal tersebut
terjadi? Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut? Bagaimana peristiwa
tersebut terjadi? Dan Mengapa peristiwa tersebut terjadi?
2. Menganalisa urutan peristiwa dengan mengidentifikasi masalah dan
menulis kronologi kejadian/peristiwa secara bertahap.
3. Mengulas kembali isi dari Teks tersebut dan menulis ulang menggunakan
bahasa sendiri sesuai analisa struktur paragraf yang sudah di lakukan
sebelumnya. Bagian ini Optional, artinya boleh saja tidak menyertakan
tahapan ini.
4. Menyempurnakan Teks dengan memperhatikan EYD ataupun tata bahasa
agar lebih mudah dipahami.
1. Kelompok Nomina, yaitu kata benda yang mempunyai lebih dari satu kata.
Di mana gabungan dari kata tersebut dapat mengacuh kepada jenis
nomina. Terdapat tiga jenis kelompok nomina, yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok nomina modifikatif, yaitu kelompok nomina yang mewatasi
atau membatasi arti nomina yang bersangkutan. Artinya, nomina yang
sebelumnya bersifat umum dibatasi menjadi nomina yang bersifat khusus.
Contoh.
Nomina : Rumah.
*Keterangan:
*Keterangan :
7. Konjungsi
8. Nominalisasi
1. Sufiks (akhiran)
(-an, -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris, -us, -isme, -is, -isasi, -isida, -ita, -or, dan -
tas)
Contoh kalimat :
2. Dalam sekejab di seluruh tepian dunia.
3. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada
di Indonesia.
4. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama.
1. Prefiks (imbuhan)
(ke-, pe-, dan se-)
Contoh kalimat :
2. Saat terjadi gempa bumi dan tsunami aceh.
3. Paling banyak memakan korban di Indonesia.
4. Durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah dunia.
1. Infiks (sisipan)
(-el- dan -er-)
Contoh kalimat :
2. Telunjuk orangitu sangat panjang.
3. Serulingitu berbunyi sangat merdu.
4. Telapaktangan adik sangat kotor.
1. Kombinasi afiks
(pemer-, keber-an, kese-an, keter-an, pember-an, pemer-an, penye-an,
perse-an, dan perseke-an)
Contoh kalimat :
2. Menurut coordinator Perserikatan Bangsa Bangsa.
3. Jumlah korban tewas diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa.
4. Diperkirakan sedikitnya 150.000 orang hilang.
9. Kesimpulan
Teks Cerita Sejarah tersebut memiliki unsur yang benar dan urutan peristiwa
yang kompleks. Memiliki kaidah kebahasaan yang seharusnya dimiliki oleh
sebuah teks cerita sejarah, seperti adanya penggunaan konjungsi,
nominalisasi, dan afiks.