Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Koran, radio, televisi, dan majalah merupakan sumber informasi. Sumber
informasi tersebut disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Teks cerita
sejarah juga dapat menjadi informasi karena di dalamnya memuat fakta atau
informasi-informasi pada masa lalu yang berhubungan dengan peristiwa
sejarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa
kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran
atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran berpidato,
atau yang lainnya.

Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi rekaan yang
mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa
unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa. Namun, dalam teks
cerita sejarah terdapat pula cerita yang sifatnya rekaan, misalnya mitos asal-
usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos kedatangan sebuah agama, dan
mitos alegori.
 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka yang akan menjadi
rumusan masalah, ialah:
1. Apa pengertian konteks dan permodelan teks cerita
sejarah?
2. Bagaimana struktur dan ciri kebahasaan teks cerita
sejarah?
3. Bagaimana membandingkan teks cerita sejarah?
4. Bagaimana cara menyunting dan mengabstraksi dalam teks
cerita sejarah?
5. Bagaimana memproduksi teks cerita sejarah?
6. Bagaiamana cara mengonversi teks cerita sejarah kedalam
bentuk lain?
 Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru bidang studi kami. Adapun tujuan
khusus dibuatnya makalah ini adalah:
1. Memahami konteks dan permodelan teks cerita sejarah.
2. Menjelaskan struktur teks cerita sejarah.
3. Menjelaskan citi kebahasaan teks cerita sejarah.
4. Mengetahui cara menyunting dan mengabstraksi teks cerita
sejarah.
5. Memproduksi teks cerita sejarah.
6. Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain.
 Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu pembaca maupun
penulis untuk mengetahui pembangunan konteks dan permodelan dalam teks
cerita sejarah.
 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita
sejarah adalah sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Mencari literature dan referensi yang berasal dari buku-buku dan browsing
dengan menggunakan internet mengenai informasi tambahan lainnya seputar
pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita sejarah serta referensi-
referensi lain yang dapat membantu dalam penelitian ini.
 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Halaman Depan : Berisikan cover makalah, halaman
pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
2. BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang, rumusan
permasalahan, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II Landasan Teori : Berisikan teori-teori yang
digunakan untuk pembengunan konteks dan pemodelan cerita
sejarah.
4. BAB III Pembahasan : Berisi cara pembengunan konteks
dan pemodelan cerita sejarah.
5. BAB IV Penutup : Berisi tentang kesimpulan, saran-saran,
daftar pustaka, dan lampiran untuk pengembangan pembengunan
konteks dan pemodelan cerita sejarah.
BAB II
LANDASAN TEORI
 Pengertian Konteks dan Permodelan Teks Cerita Sejarah
Konteks adalah kondisi dimana suatu kejadian itu terjadi . Ada beberapa jenis
konteks. Konteks fisik meliputi ruangan, objek nyata, pemandangan, dan lain
sebagainya. Dimensi pemilihan waktu atau tempo suatu konteks meliputi hari
dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa komunikasi.
Teks cerita sejarah merupakan karangan berbentuk narasi atau wacana yang
menceritakan peristiwa dalam kurun waktu tertentu. Narasi tersebut dapat
berisi fakta atau fiksi.
Teks sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Kejadian
dalam peristiwa tersebut dianggap sebagai proses atau dinamika suatu
konteks historis. Sejarah termasuk ilmu empiris, karena sejarah sangat
bergantung pada pengalaman manusia. Oleh sebab itu, sejarah kerap
dimasukkan dalam ilmu kemanusiaan. Akan tetapi, sejarah berbeda dengan
antropologi dan sosiologi, sejarah membicarakan manusia dari segi waktu,
seperti perkembangan masyarakat dari suatu bentuk ke bentuk lainnya,
kesinambungan yang terjadi pada suatu masyarakat, pengulangan peristiwa
yang terjadi pada masa lampau, dan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat yang biasanya disebabkan oleh pengaruh dari luar masyarakat itu
sendiri.
Peristiwa sejarah ini bukan semata-mata cerita turun-temurun, tetapi sebagai
negara yang cerdas kita harus mampu menggali nilai dan kearifan yang
terdapat dalam sebuah cerita sejarah. Dalam menyusun teks cerita sejarah,
langkah-langkah yang dilakukan adalah mencari informasi, mengumpulkan
data yang tepat, akurat, serta autentik, kemudian di teliti secara cermat,
diinterpretasikan kemudian direkontruksi sehingga menghasilkan kisah
sejarah yang mudah dipahami.
 Memahami Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
 Struktur Teks Cerita sejarah
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang membedakannya dengan jenis
karangan lainnya. Struktur teks cerita sejarah terbagi menjadi enam, yaitu
abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan koda atau amanat.
1. Abstrak
Abstrak adalah ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita
sejarah bersifat opsional. Artinya, sebuah teks cerita sejarah bisa saja tidak
melalui tahapan ini. abstrak biasanya berisi pengenalan singkat tentang atau
tokoh.
2. Orientasi
Orientasi menjadi pembuka dalam teks cerita sejarah. Orientasi berisi
pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan tokoh berkaitan dengan
pengenalan pelaku.
3. Komplikasi
Tahapan ini berisi urutan kejadian. Kejadian-kejadian itu dihubungkan secara
sebab-akibat. Peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya pseristiwa
lain.
4. Klimaks
Klimaks merupakan puncak konflik dalam sebuah teks cerita sejarah. Pada
saat klimaks inilah konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
5. Resolusi
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya. Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda/Amanat
Koda adalah bagian akhir dari sebuah teks cerita sejarah. Pengarang teks
cerita sejarah mempunya maksud menulis bagian koda ini, yaitu
menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang tejadi.
 Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Teks cerita sejarah memiliki kaidah atau ciri kebahasaan, yaitu :
1. Menggunakan bentuk lampau (peristiwa telah terjadi).
2. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan,
misalnya pergi, tidur, lari, dan membeli.
3. Penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa
atau kejadian, misalnya dan, tetapi, setelah itu, dan kemudian.
Konjungsi adalah kata sambung yang menghubungkan unsur-
unsur kalimat. salah satu fungsi dari konjungsi adalah untuk
menyatakan urutan peristiwa, hal itu seperti yang tampak pada
kalimat berikut.
 Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor
Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 .
 Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut,
golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kata yang bergaris bawah merupakan salah satu contoh konjungsi yang
menyatakan urutan peristiwa. Selain kemudian, setelah, kata konjungsi lain
seperti selanjutnya, lalu (temporal)
4. Penggunaan fungsi keterangan yang mengungkapkan
tempat, waktu dan cara. Fungsi dalam kalimat kita sudah kenali
bersama ada subjek (S), objek (O), predikat (P), dan keterangan.
Untuk fungsi keterangan ada yang menerangkan tempat, waktu
dan cara.
Teks Cerita Sejarah dibagi menjadi 2 :
1. Teks Cerita Sejarah Fiksi : Teks Cerita Sejarah yang tidak
nyata.
Contoh :
 Novel
 Cerpen
 Legenda
 Roman
2. Teks Cerita Sejarah Non-fiksi : Teks Cerita Sejarah yang
nyata.
Contoh :
 Biografi
 Autobiografi
 Certia Perjalanan
 Catatan Sejarah
Perbedaan teks cerita sejarah fiksi dan non-fiksi :
 Teks Cerita Sejarah Fiksi :
1. Jalan pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau
menurunkan pengisahanya dari dunia nyata.
2. Penggambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih
mendalam.
3. Pengembangan kharakter tokoh tidak diungkapkan
sepenuhnya.
4. Menyajikan kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi
pengarang.
 Teks Cerita Sejarah Non-Fiksi :
1. Disusun bedasarkan data atau fakta yang objektif
2. Penggambaran tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.
3. Menyajikan kehidupan sesuai dengan data atau fakta.
 Membandingkan Teks Cerita Sejarah
Menbandingkan teks cerita sejarah artinya membandingkan isi kedua teks
cerita sejrah meliputi struktur,waktu dan kronologi kejadian.
Untuk membandingkan teks cerita sejarah, dapat di lihat dari sumber-sumber
sejarah yang yang ada. Yang di maksud terdiri dari :
1. Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber asli yang diperoleh dari para pelaku
sejarah dan saksi sejarah. Sumber primer ini diperoleh dari orang sejaman
atau orang pertama yang pernah mengalami sendiri secara langsung
peristiwa sejarah yang sesungguhnya. Untuk memperoleh sumber ini maka
seorang peneliti harus melakukan kegiatan wawancara, sehingga dapat
diperoleh sejumlah keterangan lisan terhadap obyek penelitian.
Contoh obyek penelitian sejarah adalah “Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia”Sumber primer yang dibutuhkan adalah para pelaku atau saksi
sejarah seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Ahmad Subardjo dan
lain-lain. Terhadap para pelaku atau saksi tersebut maka peniliti harus
melakukan wawancara Secara langsung, sehingga dapat memperoleh
keterangan lisan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekuder merupakan keterangan lisan dari pihak kedua yaitu orang
yang tahu terjadinya peristiwa sejarah tetapi tidak pernah menjadi pelaku.
Pihak kedua ini merupakan saksi ahli yaitu orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu.
 Penyuntingan dan Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
 Penyuntingan
Arti kata menyunting menurut KBBI adalah menyiapkan naskah siap cetak
atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan
bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata, dan struktur kalimat).
Ketika menyunting naskah, ada beberapa aspek yang harus Anda perhatikan.
Berikut adalah aspek-aspek dalam menyunting :
1. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang bilangan, dan
tanda baca.
2. Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan kata.
3. Keefektifan kalimat.
4. Ketepatan struktur kalimat.
5. Keterpaduan paragraf.
Penyuntingan naskah dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
1. Penyunting harus membaca cermat kalimat demi kalimat
dalam naskah untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
2. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam naskah.
3. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
4. Penyunting memeriksa kebenaran data dan teori jika ada.
 Mengabstraksi
Mengabstraksi atau Cerita ulang (recount) atau rekon adalah teks yang
menceritakan kembali pengalaman masa lalu secara kronologis dengan
tujuan untuk memberi informasi, atau menghibur pembacanya, atau bisa
keduanya.
Cerita ulang terdiri atas tiga jenis, yaitu rekon pribadi, rekon faktual
(informasional), dan rekon imajinatif.
1. Rekon pribadi adalah cerita ulang yang memuat kejadian di
mana penulisnya terlibat secara langsung.
2. Rekon faktual (informasional) adalah cerita ulang yang
memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi,
dan lain-lain.
3. Rekon imajinatif adalah cerita ulang yang memuat cerita
imajinatif dengan lebih detil.
Suatu teks cerita ulang terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Orientasi : informasi yang menjawab apa?, di mana?,
siapa?, kapan?, dan mengapa?
2. Rentetan peristiwa (events) : Isi cerita ulang atau Terjadinya
Peristiwa.
3. Riorientasi atau kesimpulan penulis akan kejadian-kejadian
yang diceritakan ulang.
Teks cerita ulang dapat diubah menjadi teks lain sesuai dengan kebutuhan.
Proses untuk mengubah teks cerita ulang menjadi bentuk teks lain dinamakan
dengan istilah mengonversi. Dalam mengonversi cerita ulang menjadi teks
lain, yang berubah hanya model teks, sedangkan bagian isi tetaplah sama.
 Memproduksi Teks Cerita Sejarah
Cerita sejarah yang masih dalam bentuk lisan atau naskah kuno yang
merupakan kendala, tidak menjadi halangan untuk memindahkan cerita
sejarah ke dalam bentuk teks.
Teks cerita sejarah dapat dibuat dengan langkah-langkah berikut :
1. Bertanya atau menggali informasi mengenai suatu peristiwa
sejarah. Pencarian inormasi ini berfungsi untuk mengumpulkan
bukti-bukti sejarah berupa kata.
2. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah tersebut.
Cerita sejarah dapat mempunyai beberapa versi, terutama
berkaitan dengan unsur cerita yang sifatnya fiktif.
3. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis. Dalam
penentuan ini jangan melupakan bahwa cerita sejarah
mengandung fakta. Jadi ambillah cerita sejarah yang mengandung
fakta paling banyak di dalamnya.
4. Membuat urutan peristiwa dalam cerita sejarah. Urutan ini
membantu Anda memahami cerita sejarah yang terjadi.
5. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan informasi dan
urutan peristiwa yang telah dikumpulkan . Cerita sejarah dapat
dinarasikan dengan gaya bahasa pengarang. Pengembangan
cerita sejarah tentu saja bukan pada unsur fakta, melainkan unsur-
unsur fiktifnya.
 Mengonversi teks cerita sejarah kedalam bentuk lain
Teks cerita sejarah umumnya berbentuk narasi. Namun, teks cerita sejarah
dapat diubah kedalam bentuk lain, misalnya teks drama dan puisi. Kegiatan
mengubah ini disebut dengan konversi. Menurut KBBI, Konversi adalah
perubahan dari suatu sistem pengetahuan ke sistem yang lain. Dengan
demikian, verba mengonversi berarti mengubah atau melakukan perubahan.
Proses yang harus dilakukan dalam mengonversi teks cerita ulang, berikut:
1. Membaca teks ulang secara keseluruhan.
2. Mencermati pilihan kata (diksi) yang tepat dalam teks cerita
ulang.
3. Merangkum isi teks cerita ulang secara menyeluruh.
4. Menentukan jenis teks apa yang digunakan sebagai
konversi.
5. Menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk lain.
6. Merevisi bentuk teks baru jika memungkinkan ada
kesalahan.

BAB III
PEMBAHASAN
 Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Contoh teks cerita sejarah lainnya :
Peristiwa Rengasdengklok
1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam
utusan dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung
Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal
16 Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan tersebut.
Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara
golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari
akan terjadi pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas
Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari Karawang.
Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut telah
diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke
Rengasdengklok adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya.
4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya
pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian semula,
tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda. Untunglah
perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr. Ahmad
Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat
untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya
telah ditambah dengan wakil pemuda.
5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral
Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan
yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan. Pertemuan ini
dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang,
Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
 Informasi Setiap Paragraf
Paragraf Informasi dalam Teks

· Peristiwa yang diidentifikasi pada urutan orientasi ini adalah


pertemuan golongan pemuda denga Bung Karno di kediaman Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
· Pelaku dalam peristiwa tersebut ialah golongan muda (Darwis
I dan Wikana), golongan tua dan juga Bung Karno.
· Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Agustus 1945 pukul 22.30.
· Peristiwa tersebut terjadi di Indonesia.
· Peristiwa tersebut terjadi karena proses proklamasi kemerdekaan
yang ingin di percepat.
· Dalam peristiwa tersebut terjadi pengancaman pertumpahan
darah yang dahsyat dan besar.

II
· Peristiwa yang diidentifikasi pada paragraf ini adalah pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok.
· Pelaku dalam peristiwa tersebut yaitu golongan muda, Bung Karno dan Bung Hatta.
· Peristiwa tersebut terjadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang datang dari pengaruh
Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
III
· Peristiwa tersebut bertujuan agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
· Peristiwa tersebut melibatkan Bung Karno dan Bung Hatta.

IV
· Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dibawanya kembali Bung Karno dan Bung Hatta untuk
membicarakan proklamasi melalui siding PPKI.
· Peristiwa tersebut melibatkan Mr. Ahmad Subardjo, Bung Karno, Bung Hatta, Yusuf Kunto, dan
Wikana.
· Dalam peristiwa tersebut menjelaskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta merupakan pemimpin
yang punya pendirian teguh.
V
· Peristiwa yang diidentifikasi yaitu dimulainya pertemuan yang dilakukan di rumah pembesar AL
Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta.
· Yang terlibat dalam peristiwa pada paragraf ini adalah Somubuco dan Nasimura, Laksamana Muda
Maeda.

 Kronologi Peristiwa Sejarah


No. Waktu Peristiwa

1 15 Agustus 1945 Pertemuan golongan pemuda dengan Bung Karno.


2 16 Agustus 1945 Pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta ke
rengasdengklok.
 Penanda Waktu Peristiwa Sejarah
Paragraf Penanda Waktu Kata dalam kalimat

I Pada tanggal 15 Agustus 1945 Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar


pukul 22.30 malam utusan dari
golongan pemuda, Darwis dan
Wikana, menemui Bung Karno di
kediaman Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta.

Pada Tanggal 16 Agustus 1945 Wikana menyampaikan tuntutan agar


Bung Karno mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia
esok hari, yaitu pada tanggal 16
Agustus 1945.

Esok hari Wikana mengancam bahwa esok hari


aka terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar.

II Pada tanggal 16 Agustus 1945 Menghindari hal-hal yang tidak


diinginkan, maka pada tanggal 16
Agustus 1945, tiga tokoh pemuda
yang terdiri atas Sukarni, Yusuf
Kunto, dan Singgih membawa Bung
Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari
Karawang.

III Secepatnya Maksud dan tujuan para pemuda


membawa ke Rengasdengklok
adalah agar Bung Karno dan Bung
Hatta mengumumkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia secepatnya.

IV – –
V Setelah Setelah mengetahui bahwa
Somubuco dan Jendral Nasimura
tidak menghalangi proklamasi asal
tidak ada pernyataan yang anti
Jepang, maka dimulailah pertemuan.

 Struktur Teks Cerita Sejarah


Struktur Teks Kalimat dalam Teks

Orientasi 1. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam


utusan dari golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui
Bung Karno di kediaman Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari,
yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno menolak
permintaan tersebut. Terjadilah ketegangan akibat
pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda.
Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.

Urutan Peristiwa sejarah 2. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas
Tahap 1 Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan
Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km dari
Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat
tersebut telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh
Komandan Kompi Subeno.

Urutan peristiwa sejarah 3. Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke


Rengasdengklok adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta
Tahap 2 mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia
secepatnya.

Urutan peristiwa sejarah 4. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang
punya pendirian teguh. Beliau tetap berpegang pada pendirian
Tahap 3 semula, tidak mau menyerah kepada kemauan pemuda.
Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani
oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto,
dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu
ke Jakarta guna membicarakan proklamasi melalui sidang
PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan wakil pemuda.
Reorientasi 5. Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral
Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada
pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan
laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol
No. 1 Jakarta.

 Penyuntingan Teks Cerita Sejarah


Berikut ini contoh teks yang belum di sunting!
Sejarah Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tgl 20 November sampai 15 Desember
1945 antara pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden bersenjata
mulai timbul di Magelang dan meluas menjadi pertempuran ketika tentara
Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak pra interniran Belanda di
Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tgl 2 November
1945 setlah dilakukan perundingan antara Presiden Soekarno dan Brigadir
Jenderal Bethel di Magelang.
Semntara itu, secara diam2 pasukan Sekutu meninggalkan Magelang dan
mundur ke kota Ambarawa yaitu pada tgl 21 November 1945. Resimen Kedu
Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan
pengejaran. Pd saat pengunduran itu, pasukan Sekutu
mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran
untuk membebaskan dua desa tersebut, pada tgl 26 November 1945 gugurlah
Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dg gugurnya
Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel Soedirman, Panglima Divisi Banyumas
mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR
berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa
dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan
Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju ke Semarang.
Jika kita membaca dan mengamati teks diatas, akan ditemukan
beberapa penulisan-penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah. Dalam
menyunting sebuah teks atau naskah, maka penyunting harus membaca
terlebih dahulu teks tersebut dan menandai kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Selain itu, penyunting menganalisis kalimat yang ditulis, menimbang dan
melihat keefektifan, diksi, serta konsep yang tertera dalam teks tersebut.
Seperti pada contoh paragraf di atas, kita menemukan kesalahan-kesalahan
yang sudah di beri tanda underline. Berikut merupakan hasil penyuntingan
berdasarkan kesalahan yang sudah ditandai.
Sejarah Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 20 November sampai 15
Desember 1945 antara pasukan TKR melawan pasukan Sekutu. Insiden
bersenjata mulai timbul di Magelang dan meluas menjadi pertempuran ketika
tentara Sekutu dan NICA membebaskan secara sepihak para interniran
Belanda di Magelang dan Ambarawa. Insiden ini berakhir pada tanggal 2
November 1945 setelah dilakukan perundingan antara Presiden Soekarno
dan Brigadir Jenderal Bethel di Magelang.
Sementara itu, secara diam-diam pasukan Sekutu meninggalkan Magelang
dan mundur ke kota Ambarawa yaitu pada tanggal 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera
mengadakan pengejaran. Pada saat pengunduran itu, pasukan Sekutu
mencoba menunduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam pertempuran
untuk membebaskan dua desa tersebut, pada tanggal 26 November 1945
gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan
gugurnya Letnan Kolonel Isdiman maka Kolonel Soedirman, Panglima Divisi
Banyumas mengambil alih pimpinan pasukan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dalam waktu setengah jam pasukan TKR
berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa
dikepung selama 4 hari 4 malam. Pada tanggal 15 Desember 1945, pasukan
Sekutu meninggalkan kota Ambarawa dan mundur menuju ke Semarang.
 Mengabstraksi Teks Cerita Sejarah
Berikut ini contoh mengabstraksi teks cerita sejarah!
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa bersejarah Negara Republik Indonesia, Rengasdengklok di mulai,
pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari
golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyerukan agar Bung
Karno dapat mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya
esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Bung Karno menolak
permintaan tersebut. Karena hal tersebut, terjadi ketegangan akibat
pertentangan pendapat antara golongan tua dan muda. Karena hal itu pula,
Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar di Indonesia.
Pihak-pihak baik dari pihak golongan muda ataupun tua mencoba
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus
1945, tiga tokoh pemuda yaitu Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa
Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, yang berjarak kira-kira 15
km dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut
telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar
Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia secepatnya. Sudah banyak yang mengetahui, Bung Karno dan
Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh. Beliau tetap
berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada kemauan
pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat dijembatani oleh Mr.
Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto, dan Wikana sepakat
untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta guna membicarakan
proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah ditambah dengan
wakil pemuda.
Seusai sidang PPKI tersebut, pihak-pihak dari Indoensia mengetahui bahwa
Somubuco dan Jendral Nasimura tidak menghalangi proklamasi asal tidak
ada pernyataan yang anti Jepang, maka dimulailah pertemuan. Pertemuan ini
dilakukan di rumah seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana
Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.

 Memproduksi Teks Cerita Sejarah


Produksi Teks Cerita Sejarah dapat dilihat sebagai berikut :
Peristiwa Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari
golongan pemuda, Darwis dan Wikana, menemui Bung Karno di kediaman
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan
agar Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok
hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno menolak permintaan
tersebut. Terjadilah ketegangan akibat pertentangan pendapat antara
golongan tua dan muda. Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan besar.
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada tanggal 16 Agustus
1945, tiga tokoh pemuda yang terdiri atas Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih
membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, kira-kira 15 km
dari Karawang. Mereka memilih Rengasdengklok karena tempat tersebut
telah diamankan dari pengaruh Jepang oleh Komandan Kompi Subeno.
Maksud dan tujuan para pemuda membawa ke Rengasdengklok adalah agar
Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia secepatnya.
Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang punya pendirian teguh.
Beliau tetap berpegang pada pendirian semula, tidak mau menyerah kepada
kemauan pemuda. Untunglah perbedaan pendapat tersebut dapat
dijembatani oleh Mr. Ahmad Subardjo. Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto,
dan Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta
guna membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah
ditambah dengan wakil pemuda.
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura tidak
menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti Jepang, maka
dimulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah seorang pembesar
angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Imam Bonjol No. 1
Jakarta.
 Mengonversi Teks Cerita Seajarah
Perhatikan teks cerita sejarah yang terdapat pada 3.5 Memproduksi Teks
Cerita Sejarah!
Teks berita tersebut dapat di konversi ke dalam teks drama. Teks drama
terdiri atas dua tipe, yaitu drama monolog dan drama dialog. Selain itu, teks
cerita sejarah tersebut dapat juga dikonversi ke bentuk teks puisi.
 Mengonversi Teks Cerita Sejarah menjadi Drama monolog
Peristiwa Rengasdenglok
Bung Karno dan Bung Hatta merupakan tokoh penting dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh yang menjadi cerminan dari semua
masyarakat. Pemimpin yang memiliki pendirian teguh.
Dalam perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, butuh
perjuangan yang sangat kuat dari semua golongan bangsa. Melewati perang
fisik, perang pemikiran dan juga perang batin.
Hingga akhirnya perjuangan Indonesia mencapai peristiwa Rengasdengklok.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam utusan dari
golongan pemuda ( Darwis dan Wikana), menemui Bung Karno di kediaman
Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.
(Wikana menyampaikan tuntutannya pada Bung Karno)
“Bung, lebih baik kita mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia
esok hari.”
(Bung Karno menolak permintaan tersebut).
“Tidak, kita belum siap untuk melakukan proklamasi esok hari.”
Karena pertentangan antar keduanya pun, menyebabkan munculnya
pertentangan antara golongan muda dan tua.
(Wikana mengancam bahwa esok hari akan terjadi pertumpahan darah yang
dahsyat dan besar).
“Jika memang begitu, bersiap-siaplah besok akan terjadi pertumpahan darah
yang dahsyat dan besar di kalangan masyarakat.”
Kemudian, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945, tiga tokoh pemuda (Sukarni, Yusuf Kunto, dan
Singgih) membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok.
(Bung Karno dan Bung Hatta merasa bingung, sehingga Bung Karno pun
bertanya).
“Mengapa kami harus di bawa ke Rengasdengklok?”
(Golongan pemuda saling memandang, hingga Sukarni pun menjawab).
“Karena Rengasdengkloklah tempat yang paling aman dari pengaruh Jepang
oleh Komandan Kompi Subeno.”
(Bung Karno dan Bung Hatta hanya mengangguk mengerti).
Perbedaan pendapat yang sebelumnya terjadi, akhinya dapat dijembatani
oleh Mr. Ahmad Subardjo. Karena itu, Mr. Ahmad Subardjo, Yusuf Kunto dan
Wikana sepakat untuk membawa kembali kedua tokoh itu ke Jakarta untuk
membicarakan proklamasi melalui sidang PPKI yang anggotanya telah
ditambah dengan wakil pemuda.
(Mr. Ahmad Subardjo pun mengajak kedua rekannya untuk pergi menjemput
Bung Karno dan Bung Hatta).
“Baiklah, lebih baik kita segera menjemput keduanya untuk mempercepat
sidang PPKI yang akan dilaksanakan.”
(Yusuf Kunto dan Wikana mengangguk setuju, dan segera pergi).
Setelah mengetahui bahwa Somubuco dan Jendral Nasimura dari pihak
Jepang tidak menghalangi proklamasi asal tidak ada pernyataan yang anti
Jepang, maka di mulailah pertemuan. Pertemuan ini dilakukan di rumah
seorang pembesar angkatan laut Jepang, Laksamana Muda Maeda, di Jalan
Imam Bonjol No.1 Jakarta
 Mengonversi Teks Cerita Sejarah dalam bentuk puisi
SEJARAH NEGARAKU
Perjuangan bangsaku Indonesia
Melewati berjuta cucuran keringat
Kobaran semangat bangsaku
Menghapus penjajahan
Kemerdekaan bangsaku
Dititik darah penghabisan
Melewati persidangan
Menjalani keputusan
Halangan dari kaum yang kontra
Derita bangsaku
Untuk mencapai kemerdekaan
Sejarah Negaraku Indonesia
BAB IV
PENUTUP

 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks berarti naskah berupa
kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci untuk pangkat ajaran
atau asalan dan bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran berpidato,
atau yang lainnya. Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau nasrasi
rekaan yang mengandung unsur-unsur sejarah. Dalam teks cerita sejarah,
ada beberapa unsur nyata, misalnya tokoh, nama tempat dan peristiwa.
Struktur teks cerita sejarah terdiri dari abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks,
resolusi dan koda/amanat. Teks cerita sejarah yang umumnya berbentuk
narasi dapat di konversi ke dalam bentuk lain, misalnya teks drama
monolog/dialog dan juga teks puisi.
 Saran
Setelah membaca makalah ini , kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas umumnya dan pelajar. Dan beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pembangunan konteks dan
pemodelan teks cerita sejarah adalah:
1. Struktur teks iklan
2. Kebahasaan teks iklan
Terakhir kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dan kami juga mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun
untuk lebih menyempurnakan isi dari makalah ini. Semoga Tuhan selalu
melimpahkan rahmatNya dan kasih sayangNya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Leo Agung. 2007. IPS 5 : Untuk Kelas 5 SD dan MI. Klaten: Sahabat.
http://hendryanggriawan68.blogspot.com/2015/07/teks-cerita-sejarah-
pengertian-struktur.html
http://dedd157.blogspot.com/2015/06/teks-cerita-sejarah-contoh-teks-
dan.html
http://ahmadiyahdamayanti99.blogspot.co.id/2015/08/bahasa-
indonesia_17.html

37. YUDA ADITYA PRATAMA

Ulasan Teks Cerita Sejarah


Disusun Oleh :

Yuda Aditya Pratama

XII-RPL / 37

1. Definisi Teks Cerita Sejarah


Teks cerita sejarah adalah sebuah teks yang di dalamnya memuat suatu
cerita yang menjelaskan suatu peristiwa atau fakta yang terjadi di masa lalu
dan kejadian tersebut mempunyai nilai sejarah di dalamnya.

Teks Cerita Sejarah terdapat 3 kata di dalamnya. Yang pertama adalah Teks
yang berarti bahan tertulis untuk dasar memberikan suatu informasi.
Kemudian kata Cerita yang berarti tuturan yang membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal/peristiwa. Kemudian kata Sejarah yang berarti kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau. Maka dapat disimpulkan bahwa
Teks Cerita Sejarah merupakan suatu teks yang menceritakan
tentang fakta atau kejadian di masa lalu, dimana kejadian ini mengandung
nilai sejarah di dalamnya. Contohnya adalah Berita, Biografi, Cerita Sejarah
Indonesia, dll.

2. Struktur Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah mempunyai Struktur teks sebagai berikut :

1. Orientasi
Orientasi merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari Teks Cerita
Sejarah yang biasanya berisi ide utama dari teks tersebut.

1. Urutan Peristiwa
Urutan Peristiwa merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang
biasanya disampaikan dalam bentuk kronologis.
1. Reorientasi
Reorientasi berisi tentang komentar pribadi dari penulis Teks tersebut tentang
peristiwa sejarah yang diceritakan.

3. Contoh Teks Cerita Sejarah

Tsunami Aceh

Orientasi
Peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh.
Gempa bumi dan Tsunami Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004.
Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia
yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh
merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur,
ribuan pula mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di
kuburkan secara masal.

Urutan Peristiwa
Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak
pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh
sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan
dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.

Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah
kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa
pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu
membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm.
Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu
beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang
tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan
kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan
Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.

Kekuatan gempa pada awalnya dilaporkan mencapai magnitude 9.0. Pada


Februari 2005 dilaporkan gempa berkekuatan magnitude 9.3. Meskipun
Pacific Tsunami Warning Center telah menyetujui angka tersebut. Namun,
United States Geological Survey menetapkan magnitude 9.2. atau bila
menggunakan satuan seismik momen (Mw) sebesar 9.3.

Kecepatan rupture diperkirakan sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara –


barat laut dengan panjang antara 1200 hingga 1300 km. Menurut Koordinator
Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah
korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005)
mencapai 127.672 orang.

Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur
yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya
150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas
tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan
kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.

Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh


Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005)
adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah
korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling
banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total
luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami
rakyat Aceh.
Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000
orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban
229.826 orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi
gempa dan Tsunami terburuk 10 tahun terakhir.

Di Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa.
Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda
Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan
rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami
yang menghantam pantai barat Aceh.

Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan
Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi
Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi
yang terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26
Desember 2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat
Aceh. Tepat jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di
Istora Jakarta panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total,
mata mereka pada berkaca-kaca.

Reorientasi
Peristiwa ini merupakan salahsatu peristiwa yang sangat mengenaskan dan
paling banyak memakan korban yang pernah terjadi di Indonesia. Semoga
kejadian ini tidak terjadi kembali di negri kita yang tercinta ini.

4. Cara Membuat Teks Cerita Sejarah

1. Mencari ide gagasan dalam Wacana yang berisi sejarah, dengan begitu kita
akan dapat membuat Orientasi yang merupakan pengenalan dari suatu
kejadian. Caranya adalah dengan mencari jawaban dari 5W 1H dalam
Wacana tersebut. Contohnya : Apa yang terjadi? Kapan hal tersebut
terjadi? Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut? Bagaimana peristiwa
tersebut terjadi? Dan Mengapa peristiwa tersebut terjadi?
2. Menganalisa urutan peristiwa dengan mengidentifikasi masalah dan
menulis kronologi kejadian/peristiwa secara bertahap.
3. Mengulas kembali isi dari Teks tersebut dan menulis ulang menggunakan
bahasa sendiri sesuai analisa struktur paragraf yang sudah di lakukan
sebelumnya. Bagian ini Optional, artinya boleh saja tidak menyertakan
tahapan ini.
4. Menyempurnakan Teks dengan memperhatikan EYD ataupun tata bahasa
agar lebih mudah dipahami.

5. Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah


Setiap teks pasti memiliki ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan, berikut
adalah ciri kebahasaan dari teks cerita sejarah :

1. Pronomina (kata ganti), adalah kata yang digunakan untuk menggantikan


benda dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
Misalnya kata saya, atau dia.
2. Frasa adverbial, adalah kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa,
waktu, dan tempat.
3. Verba material, adalah kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas
atau perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material
menunjukan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya memotong,
menggoreng, dan memukul.
4. Konjungsi Temporal (kata sambung waktu), berguna untuk menata
urutan-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya
memanfaatkan konjungsi (kata penghubung) temporal.

6. Kelompok Nomina dan Kelompok Verba

1. Kelompok Nomina, yaitu kata benda yang mempunyai lebih dari satu kata.
Di mana gabungan dari kata tersebut dapat mengacuh kepada jenis
nomina. Terdapat tiga jenis kelompok nomina, yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok nomina modifikatif, yaitu kelompok nomina yang mewatasi
atau membatasi arti nomina yang bersangkutan. Artinya, nomina yang
sebelumnya bersifat umum dibatasi menjadi nomina yang bersifat khusus.
Contoh.
Nomina : Rumah.

Kelompok Nomina (Modifikatif) : Rumah makan, rumah sakit, dll.

*Keterangan:

Nomina, bentuk katanya bermakna umum. Seperti dalam contoh


kata rumah memiliki arti yang umum. Sedangkan kelompok nomina, seperti
pada kata rumah makan, merupakan dua kata yang mengacuh pada kata
benda dan bermakna khusus, yaitu tempat/rumah untuk makan.

1. Kelompok nomina koordinatif, yaitu kelompok nomina di mana


penggabungan dari kata-katanya bermakna tidak saling menerangkan atau
bisa saja bertolak belakang.
Contoh.
Nomina : Makanan

Kelompok Nomina (Koordinatif) : Sandang pangan

*Keterangan :

Dalam kelompok nomina (Koordinatif), terdapat kata sandang dan


kata pangan. Di mana kata pangan tidak memiliki makna yang sama
dengan kata sandang. Begitu pun sebaliknya.

1. Kelompok nomina apositif, yaitu kelompok nomina yang merupakan


kata tambahan yang dapat menggantikan unsur kata sebelumnya.
Biasanya bentuk ini dapat terlihat dalam sebuah kalimat.
Contoh kalimat : Cirebon, kota udang, adalah kota di mana tempat Sunan
Gunung Jati berdakwah.
*Keterangan :
Kata miring pada kalimat tersebut merupakan jenis kelompok nomina apositif.
Karena dapat menggantikan kata Cirebon.

2. Kelompok Kata Verba (inti kata sifat) dibedakan atas :


3. Kelompok kata verba modifikatif (mewatasi /saling menerangkan)
contoh : membanting tulang, mencuri perhatian, menulis surat

1. Kelompok kata verba koordinatif / setara (tidak saling menerangkan,


dapat disisipi dan, atau)
contoh : menulis dan membaca, menanam dan memupuk, menangkap dan
mengadili

1. Kelompok kata verba apositif (keterangan yang ditambahkan/diselipkan


dan saling menggantikan)
contoh : Menulis puisi, kegiatan mencurahkan isi hati, memerlukan ampilan
khusus.

7. Konjungsi

1. Konjungsi temporal yang menghubungkan dua peristiwa yang tidak


sederajat :
Apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari,
sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah,
tatkala.

2. Konjungsi temporal yang menghubungan dua bagian kalimat yang


sederajat :
Sebelumnya, sesudahnya.

8. Nominalisasi

Nominalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pembentukan nomina dari


kelas kata yang lain dengan menggunakan afiks tertentu, kerap terjadi pada
bahasa yang digunakan untuk menjelaskan isi penceritaan ulang. Dalam
pembentukan nomina, afiksasi yang terjadi antara lain adalah sebagai berikut
:

1. Sufiks (akhiran)
(-an, -at, -si, -ika, -in, -ir, -ur, -ris, -us, -isme, -is, -isasi, -isida, -ita, -or, dan -
tas)
Contoh kalimat :
2. Dalam sekejab di seluruh tepian dunia.
3. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada
di Indonesia.
4. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama.

1. Prefiks (imbuhan)
(ke-, pe-, dan se-)
Contoh kalimat :
2. Saat terjadi gempa bumi dan tsunami aceh.
3. Paling banyak memakan korban di Indonesia.
4. Durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah dunia.

1. Konfiks (imbuhan gabung)


(ke-an, pe-an, dan per-an)
Contoh kalimat :
2. Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang sangat lama.
3. Kekuatan gempa ini mampu membuat setengah bumi bergetar.
4. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah.

1. Infiks (sisipan)
(-el- dan -er-)
Contoh kalimat :
2. Telunjuk orangitu sangat panjang.
3. Serulingitu berbunyi sangat merdu.
4. Telapaktangan adik sangat kotor.
1. Kombinasi afiks
(pemer-, keber-an, kese-an, keter-an, pember-an, pemer-an, penye-an,
perse-an, dan perseke-an)
Contoh kalimat :
2. Menurut coordinator Perserikatan Bangsa Bangsa.
3. Jumlah korban tewas diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa.
4. Diperkirakan sedikitnya 150.000 orang hilang.

9. Kesimpulan
Teks Cerita Sejarah tersebut memiliki unsur yang benar dan urutan peristiwa
yang kompleks. Memiliki kaidah kebahasaan yang seharusnya dimiliki oleh
sebuah teks cerita sejarah, seperti adanya penggunaan konjungsi,
nominalisasi, dan afiks.

Anda mungkin juga menyukai