Anda di halaman 1dari 6

Majas Edensor :

1. Majas perbandingan

Majas perbandingan diantaranya yakni; majas asosiaso/ perumpamaan, metafora, metonimia,

personifikasi, dan sinekdokhe.

a. Asosiasi atau Perumpamaan

Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda,

tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan,

seumpama, seperti, dan laksana.

Majas Asosiasi yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Menggelinjang berguling-guling seperti buaya mematahkan leher lembu Halaman 6

2.) laksana melintas titian serambut terbelah tujuh di atas neraka yang berkobar-kobar. Halaman 5

3.) "Kalau salah arah, kita akan terdampar di Teluk Hauraki, Selandia Baru, mati kering seperti ikan

asin." Halaman 7

4.) Perasaanku melambung, melesat-lesat seperti mercon banting. Halaman 31

5.) Aku melangkah seperti rangka kayu yang reyot. Halaman 35

6.) Hidungnya mendengus-dengus seperti hewan disembelih . Halaman 36

b. Metafora

Majas metafora adalah majas yang mengungkapkan perbandingan analogis antara dua hal yang berbeda.

Majas Metafora yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Terapung-apung seperti telah di halau tenaga dahsyat Halaman 8

2.) Seperti menyimak gambar tiga dimensi Halaman aman 9


c. Personifikasi

Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-oleh

mempunyai sifat seperti manusia.

Majas personifikasi yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Perahu bergoyang serupa denting sinar sitar. Halaman 5

2.) Langit telah mencatat semua kejadian Halaman 8

3.) Seperti akar ilalang yang menusuk-nusuk kakiku Halaman 12

d. Metonimia

Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri lebel/merk dari sebuah benda untuk

menggantikan benda tersebut. Contoh :

Majas personifikasi yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Mulut kami ternganga melihat kaca bulat penutup Swiss Military itu berguling-guling, berputar

mengelilingi kaki meja, makin lama putarannya makin lemah lalu terbaring menyedihkan seiring

luruhnya semangat Arai ( Swiss Military = merk arloji ) Halaman aman 215

2. Majas sindiran

Majas sindiran terdiri atas ironi, sinisme, dan sarkasme.

a. Sarkasme

Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang

sedang marah.

Majas Sarkasme yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Keras kepala! Mirip sekali ibumu! Halaman aman 3 dan 7


3. Majas Penegasan

Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

a. Retorik

Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya

memberkan penegasan, sindiran, atau menggugah.

Majas Retorik yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Mengapa alam bergelora menyambutku? Halaman 13

b. Pleonasme

Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud

menegaskan arti suatu kata.

Majas pleonasme yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Dua puluh empat Oktober adalah hari berdirinya Persyarekatan Bangsa-Bangsa, PBB! Halaman

16

c. Repetisi

Repetisi adalah majas perulangan kata-kata atau frasa sebagai penegasan. Kata atau frasa tersebut

diulang mendatar. Repitisi basanya dipakai dalam prosa.

Majas Repetisi yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) aku melihat buih berlimpah-limpah Halaman 5

2.) penguasa laut itu menggelinjang berguling-guling Halaman 6

3.) aku terombang-ambing di seret hiu Halaman 7

4.) menerjemahkan kalimatnya yang bersayap-sayap Halaman 10


5.) berkelana di atas tanah-tanah Halaman 12

6.) Wak Haji pindah ke langit-langit dan beduk bertalu-talu bukan jam shalat Halaman 18

4. Majas Pertentangan

Majas pertentangan terdiri atas empat bentuk berikut.

a. Antitesis

Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawan artinya.

Majas Antitesis yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Ia gadis muda yang luar biasa cantik, gorgeous. Aku seakan menatap cover majalah Vogue. .

Halaman 53

b. Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dan kenyataanya dengan maksud

memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.

Majas hiperbola yang terdapat dalam novel Edensor :

1.) Burut terkutuk yang meniup skrotum dan kelaki-lakianya,bengkak seperti balon Halaman 2

2.) Mengumpul di selangkang, kubuang pandanganku karena hatiku perih Halaman 4

3.) Aku terlempar ke udara Halaman 6

4.) Punggung gemawan berkilau membias cahaya rembulan Halaman 8

5.) Sambaran api Mars dan arus dingin Pluto akan menjebakmu Halaman aman 10

6.) Bekerja keras sepanjang hidup membanting tulang-belulang Halaman aman 12

Sudut pandang

Sudut pandang pengarang dalam novel ini yaitu sebagai orang pertama atau tokoh pertama yang

berperan sebagai aku (Ikal). Si penulis berperan menjadi karakter dalam tulisannya. Baik berperan dalam
satu karakter dari awal sampai akhir cerita, maupun berpindah-pindah peran dari satu karakter ke

karakter lain.

Amanat :

Kita dapat mengambil banyak pelajarandari novel yang berjudul Edensor ini. Dalam novel
ini ditulis bahwa jika kita ingin menggapai cinta atau mempunyai mimpi, maka kita harus
memperjuangkan mimipi tersebut dan berusaha pantang menyerah untuk meraihnya.
Novel ini mengingatkan kita bahwa menerima kehidupan berarti menerima kenyataan
bahwa tidak ada hal yang sekecil apa pun terjadi karena kebetulan. Mengingatkan pula bahwa
kenakalan-kenakalan masa kecil kita, pada suatu saat akan menimpa kita kembali atau kita akan
menuai karma.
Dan bermimpilah setinggi-tingginya karena Tuhan akan mendengar dan kelak pasti
dikabulkan.

Ekstrinsik :

A.Agama

a. Mesjid seperti oase bagi semua anak melayu udik. Bukan sekadar tempat shalat dan mengaji.

b. Adzan magrib mengalir ke dalam rumah-rumah panggung orang Melayu, umat berduyun-

duyun menuju mesjid, menuju kemenangan.

c. “Brother Muslim! Oh, Subhanallah, marhaban, marhaban.”

B.Adat

a. ”Namun bagi orang Melayu pedalaman seperti kami, nama amat penting, nama berurusan

dengan agama dan dianggap sumber aura.”

b. “Boleh jadi ia salah satu pasangan yang menikah dan hidup bersama tapi tak berminat punya

anak. Suatu pilihan hidup yang sedang booming di Prancis.”


C.Sosial

a.”Ayahku dengan ketulusannya yang tak terukur, dengan pension Rp.87.300,- masih

bersemangat memikirkan nasib orang-orang di kampungnya, masih sempat memikirkan apa

yang terbaik untuk bangsanya.”

Anda mungkin juga menyukai