b) Konjungsi Temporal
No Paragraf ke- Kalimat Konjungsi
Temporal
1. Paragraf Sedang sayap Marco, yang selama Sedang
kedelapan, ini tidak mendapat medan untuk
kalimat keempat berpawai akan menggunakan
kesempatan ini.
2. Paragraf keenam Mulailah aku mengingat-ingat Sejak
belas, kalimat secara kronologis pekerjaanku
kedua sejak 1912 sampai masuk ke tahun
1915
3. Paragraf Setelah beberapa minggu berlalu, Setelah
kesembilan ternyata pemain utama sebagai
belas, kalimat Surapati adalah orang yang itu-itu
ketiga juga: Marco
f) Dialog
Paragraf kedua belas
Kalimat: "Kalau perintah itu diberikan padaku setelah predikat 'tenaga ahli itu
dicabut oleh Gubermen, aku akan lakukan dengan segera, Tuan. Kalau tidak,
aku masih punya hak untuk menolak."
g) Kata Sifat
No Paragraf ke- Kalimat Kata Sifat
1. Paragraf Pelarian-pelarian politik dari Giat
kesatu, kalimat Nederland, Sneevliet, dan Baars itu
pertama semakin giat di Jawa Timur,
khususnya di Surabaya.
2. Paragraf Beruntung mereka bergerak hanya di Rendah
kesatu, kalimat kalangan orang-orang yang
keempat berbahasa Belanda, yang menduduki
tempat sosial yang rendah dan hidup
dalam kemasygulan.
3. Paragraf kedua, Mas Tjokro, "kaisar" yang masih Kekanak-
kalimat kekanak-kanakan dalam politik itu, kanakan dan
keempat harus dibikin kebal terhadap induksi kebal
mereka.
2. Nilai Moral/Etik
Paragraf ke-5, kalimat ke-2
Kutipan kalimat/paragraf : “Semestinya ia bisa lebih bijaksana sedikit”
Nilai moral/etik tampak pada kata bijaksana, dimana kita harus lebih
bijaksana dalam menghadapi hal apapun itu, baik itu dalam kita berbicara,
bersikap, bahkan menyelesaikan masalah pun harus tetap bijaksana.
3. Nilai Agama
Paragraf ke-dua, kalimat ke-5
Kutipan kalimat/paragraf : “Dia harus lebih banyak miring ke agamanya
sendiri daripada ke arah radikal abangan Eropa ini”
Nilai agama tampak pada kalimat “Dia harus lebih banyak miring ke
agamanya sendiri”. Maksudnya seseorang yang dimaksud pada kalimat
tersebut harus lebih dominan atau lebih mengarah terhadap agamanya
dibandingkan harus terpengaruhi oleh radikal orang-orang Eropa.
4. Nilai Sosial
Paragraf ke-2, kalimat ke-1
Kutipan kalimat/paragraf : “Pidato Sneevliet mulai bermunculan dalam
terjemahan Melayu, dalam terbitan koran-koran di Sala, Semarang, Madiun,
Surabaya. Juga pidato-pidato Baars yang mampu berbahasa Melayu dan
Jawa dengan fasih. Tapi, koran-koran Jawa Barat dan Betawi tampaknya
tenang-tenang saja. Pengaruhnya mulai menjalari panggung pribumi.
Tampaknya pengaruhnya dapat diibaratkan sebuah roda. Sekali orang
mengenal dan menggunakannya, dia lantas jadi bagian dari kehidupan.”
Nilai sosial tampak pada pengaruh dari Pidato Sneevliet dan Baars, dimana
bahwa pidato Sneevliet dan Baars itu membawa pengaruh sosial terhadap
panggung pribumi, terlihat sebuah usaha dari Sneevliet dan Baars yang telah
berhasil mempengaruhi para pribumi dengan pidatonya.
5. Nilai Estetis
Paragraf ke-1, kalimat ke-dua
Kutipan kalimat/paragraf: “Pelarian-pelarian politik dari Nederland,
Sneevliet, dan Baars itu semakin giat di Jawa Timur, khususnya di
Surabaya”
Nilai estetis tampak pada penulisa cerita yang ditulis dengan kata-kata yang
kurang diketahui oleh banyak orang. Tetapi, tulisan tersebut indah apabila
dilihat dari segi kesastraan.