(Balatentara Demak di
bawah Adipati Kudus
memasuki Jepara tanpa
diduga-duga)
''.Allah Dewa Batara!" sahut Sang Puncak Konflik Bagian tersebut merupakan
Patih. "Itu bukan aturan raja-raja! Itu puncak konflik dimana
aturan brandal!" Putragading mengabarkan
bahwa Bupati Jepara telah
"Balatentara Tuban tak sempat tewas dan bagaimana
dikerahkan,Paduka:' keadaan porak-poranda
Jepara selanjutnya Boris
"Bagaimana Bupati Jepara?" yang melarikan diri ke
pelataran dengan frustasi.
"Tewas enggan menyerah Paduka;'
Patragading mengangkat sembah. ("Tewas enggan menyerah
"Sisa balatentara Tuban mundur ke Paduka)
timur kota. Jepara penuh dengan
balatentara Demak. Lebih dari tiga (Akupergi! Jangan
ribu orang:' dicari.Takperludicari!"
Meraung.)
"Begitulah kata warta;' Pada
meneruskan dengan hati-hati (Ia lari keluar ruangan,
matanya tertuju pada langsung menuju ke
Boris. "Semua bangunan batu di atas pelataran depan.)
wilayah Kota, gapura, area, pagoda,
kuil, candi, akan dibongkar. Setiap
batu berukir telah dijatuhi hukum
buang ke laut! Tinggal hanya
pengumumannya:'
Mula-mula pertikaian berkisar pada Resolusi 1 Pada bagian ini konflik telah
kelakuan Trenggono yang begitu mereda dengan penulis
sampai hati membunuh abangnya mengisahkan sedikit awal
sendiri, kemudian diperkuat oleh mula tentang pertikaian
sikapnya yang polos terhadap yang disebabkan oleh
peristiwa Pakuan. Mengapa Sultan tak kelakuan Trenggono dan
juga menyatakan sikap menentang memberikan kutipan
usaha Portugis yang sudah mulai tentang penyelesaian
melakukan perdagangan ke Jawa? masalah terhadap konflik
Sikap itu semakin ditunggu semakin yang baru terjadi. Dalam
tak datang. Para musafir yang sudah bagian ini terdapat
tak dapat menahan hati lagi telah penilaian-penilaian tentang
bermusyawarah dan membentuk nasib yang dialami tokoh-
utusan untuk menghadap Sultan. tokoh setelah mengalami
Mereka ditolak dengan alasan: apa puncak konflik.
yang terjadi di Pajajaran tak punya
sangkut paut dengan Demak dan (Mula-mula pertikaian
musafir. berkisar pada kelakuan
Trenggono yang begitu
Jawaban itu mengecewakan para sampai hati membunuh
musafir. Bila demikian, mereka abangnya sendiri,)
menganggap, sudah tak ada perlunya
lagi para musafir mengagungkan
Demak karena keagungannya (Para musafir yang sudah
memang sudah tak ada lagi. Apa tak dapat menahan hati lagi
gunanya armada besar peninggalan telah bermusyawarah dan
Unus, yang telah dua tahun disiapkan membentuk utusan untuk
kalau bukan untuk mengusir Portugis menghadap Sultan.)
dan dengan demikian terjamin dan
melindungi Demak sebagai negeri (Masuknya Peranggi ke
Islam pertama- tama di Jawa? Jawa berarti ancaman
Masuknya Peranggi ke Jawa berarti langsung terhadap Islam.)
ancaman langsung terhadap Islam.
Kalau Trenggono tetap tak punya
sikap, jelas dia tak punya sesuatu
urusan dengan Islam.
"Pada suatu kali, kaki kuda Demak Koda Pada bagian tersebut
akan mengepulkan debu di seluruh penulis menggambarkan
bumi Jawa. Bila debunya jatuh akhir dari novel yang Sang
kembali ke bumi, ingat-ingat para Patih Tuban mendiang telah
kawula, akan kalian lihat, takkan ada diganti. Lalu ceritanya pasar
satu tapak kaki orang Peranggi pun kota dan pasar bandar
tampak. Juga tapak- tapaknya di kembali damai dan merdeka
Blambangan dan Pajajaran akan seperti sedia kala
musnah lenyap tertutup oleh debu
kuda kalian:' Seluruh Tuban kembali (Sang Patih Tuban mendiang
dalam ketenangan dan kedamaian- telah digantikan oleh Kala
kota dan pedalaman. Sang Patih Cuwil, pemimpin pasukan
Tuban mendiang telah digantikan oleh gajah. Nama barunya:
Kala Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Wirabumi.)
Nama barunya: Wirabumi.
Panggilannya yang lengkap: Gusti (Pasar kota dan pasar
Patih Tuban Kala Cuwil Sang bandar ramai kembali
Wirabumi. Dan sebagai patih ia masih seperti sediakala.)
tetap memimpin pasukan gajah,
maka Kala Cuwil tak juga terhapus
dalam sebutan. Pasar kota dan pasar
bandar ramai kembali seperti
sediakala. Lalu lintas laut, kecuali
dengan Atas Angin, pulih kembali.
Sang Adipati telah menjatuhkan titah:
kapal-kapal Tuban mendapat
perkenan untuk berlabuh dan
begadang di Malaka atau Pasai