Tema yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu bertemakan cinta,
budaya, dan adat istiadat. Di mana novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang adat
istiadat dan kebudayaan dari sebuah dukuh yang ada di Banyumas yang bernama Dukuh
Paruk yang kondang dengan ronggengnya. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga
diselipkan kisah cinta asmara sang ronggeng Srintil yang merupakan tokoh utama dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menjalin kisah cinta dengan pemuda bernama Rasus.
Sakarya: Percaya dengan hal mistis “sedikitpun Sakarya tidak ragu, Srintil telah
kerasukan indang ronggeng”. pemikirannya belum maju, “tak seorangpun
menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh Paruk hanya lengkap bila ada keramat Ki
Secamenggala, cabul, sumpah serapah, dan ronggeng.
Nyai Kartareja : Licik “memberikan minum pemabuk kepada sulam dan dower
supaya bisa mengelabui mereka”. bersikap Tenang “nyai kartareja tetap tenang
menghadapi sulam dan dower memperebutkan sayembara buka klambu”
Waras : Tidak gampang tertarik “waras tidak tertarik kepada tubuh cantik srintil".
dan juga Penyayang binatang “waras lebih suka memandikan burung
kesayangannya”
Goder : Mudah di bujuk “setelah srintil membelikan mainan untuknya, barulah goder
kembali kepelukan srintil. penasaran “goder menanyakan kepada tampi tentang siapa
sebenarya srintil itu”
Tampi : berwatak Suka berbagi “tampi mau berbagi goder kepada srintil” dan juga
Jujur “tampi berkata jujur saat ditanya srintil “apakah tampi sudah mengajarkan goder
untuk takut kepadanya?”
Pak bakar : berwatak Jahat “membakar pekuburan dukuh paruh untuk menghasut
orang dukuh paruk” dan Tidak bertanggung jawab “dia yang membuat
srintil,sakarya,dan kartareja masuk penjra tapi dia tidak berbuat apa-apa”.
Bajus : gampang berjanji “bajus berjanji untuk menikahi srintil kepada orang dukuh
paruk” dan juga Egois “ bajus cuma memanfaatkan srintil untuk kepentingan pribadi”
3) Latar Tempat/Suasana/Waktu
Dukuh paruk “berderit baling-baling bambu yang dipasang anak gembala di tepian
Dukuh Paruk”
Kebun “di tepi kampong, tiga anak bersusah payah mencabut sebatang singkong.”
Dibawah pohon nangka “ dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka, srintil
menari dan bertembang”
Rumah Nyai Kartareja “didalam rumah, Nyai Kartareja sedang menghias Srintil”.
Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan Alur Campuran sebagian
besar menggunakan alur maju dan sesekali disertai flashback atau menceritakan masa
lalu. Seperti cerita tempe bongkrek yang menimpa dukuh paruk dahulu ketika Srinti
bayi.
Juga menggunakan alur klimaks, karena masalah yang dialami pemeran utama
semakin memuncak dan tidak mengalami penyelesaian yang bahagia pada akir cerita.
5) Gaya bahasa
menggunakan majas simile / perumpamaan “tetapi Srintil tenang seperti awan putih
bergerak di akhir musim kemarau”
6) Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandangan orang pertama pelaku utama, karena
memakai kata “aku”
dan sudut pandang pengganti orang ketiga karena adanya kata “dia, –nya, dan nama
tokoh”
7) Amanat
O
L
E
H
NAMA : LINDA