Anda di halaman 1dari 5

Unsur Intrinsik novel ronggeng dukuh paruk

A. Tokoh dan Penokohan

1. Srintil

 kekanak-kanakan, “ tetapi Srintil tidak malas melakukan perbuatan yang lucu dimata
orang-orang Dukuh Paruk”
 Setia “srintil setia menunggu kedatangan rasus kembali ke dukuh paruh”
 Pemilih “srintil tidak mau tidur dengan sembarang lelaki”
 Penyayang “srintil sangat menyayangi goder, anak tampi yang bersamanya setiap
hari”
 Suka menolong “Srintil mau menolong Waras untuk membuat waras normal sebagai
lelaki”
 Mudah percaya “srinti percaya kepada bajus untuk dinikahi, padahal bajus punya
maksud tertentu dibalik semuanya”
 Gila “srintil menjadi gila setelah melihat kenyataan bahwa bajus tidak seperti yang
diharapkan”

2. Rasus

 Berani “ketika perampok itu membelakangiku, aku berjalan hati-hati. Pembunuhan


aku lakukan untuk pertama kali”
 Suka berkhayal “penampilan srintil membantuku mewujudkan anganku tentang
pribadi emak”
 Berserah diri “aku bersembahyang, aku berdoa untuk dukuh paruk agar sadar”
 Tidak sombong “rasus, kembali ke dukuh paruk untuk melihat kampung halaman
meskipun dia sudah menjadi seorang pasukan
 Patuh kepada tanggung jawab “Rasus bersedia menerima semua resiko kalau dia
melanggar peraturan seorang pasukan”
 Kuat pada pendirian “Rasus rela dipukul sampai pingsan demi keinginannya melihat
keadaan neneknya yang sudah tua di dukuh paruk”
 Penyayang “Rasus tidak bisa melihat Srintil diperlakukan seperti seorang ronggeng
yang ditakdirkan untuk melayani laki-laki manapun, sehingga rasus keluar dari dukuh
paruk
 Bekerja keras “Rasus mau menjadi penjual singkong untuk kelangsungan hidupnya”
 Tabah “rasus berada dalam ketenangan sempurna ketika mengisap wajah nenek agar
matanya tertutup
 Mau belajar demi kemajuan

3. Warta

 Berfikir dengn logika “ percuma, hanya sebatang linggis dapat menembus tanah
sekeras ini, ujar Warta”
 Jujur “ ya benar. Engkau cantik sekali sekarang, ujar Warta”

4. Darsun

 Menganggap remeh “air? Ejek Darsun. Dimana kau dapat menemukan air?”
 Pamrih “ah tidak, Potong Darsun. Kecuali engkau mau menari seperti ronggeng”

5. Sakarya

 Percaya hal mistis “sedikitpun Sakarya tidak ragu, Srintil telah kerasukan indang
ronggeng”
 pemikirannya belum maju, “tak seorangpun menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh
Paruk hanya lengkap bila ada keramat Ki Secamenggala, cabul, sumpah serapah, dan
ronggeng
 penuduh “sakarya menuduh srintil ada sesuatu dengan rasus”
 pengejut “sakarya terkejut mengdengar kata-kata pak Bakar yang mengandung
penghinaan

6. Kartareja

 Licik “kartareja menipu sulam dan dower tentang siapa yang menang diantara mereka
yang bisa mendapatkan malam bukak klambu”
 Pemarah “emosi kartareja meluap ketika melihat sulam dan dower bertengkar
dirumahnya”

7. Nyai Kartareja

 Licik “memberikan minum pemabuk kepada sulam dan dower supaya bisa
mengelabui mereka”
 Tenang “nyai kartareja tetap tenang menghadapi sulam dan dower memperebutkan
sayebara buka klambu”
 Resah/khawatir “ ia khawatir karna srintil belum pulang”

8. Sakum

 Kepabakan “ia berusaha menghidupi anak dan istrinya mesipun Cuma sebagai
penabur gendang”
 Punya rasa yang kuat “meskipun dia buta, tetapi dia tidak bisa dibohongi orang lain”
 Dewasa “sakum meminta kepada rasus untuk menjemput srintil ke penjara”
 Pengertian “srintil selalu menceritakan masalahnya kepada sakum, dan hanya sakum
yang mengerti dirinya”

9. Dower

 Pejuang “dia berusaha menawarkan ringgit perak dengan kerbau untuk bisa
memenangkan sayembara bukak-klambu”
 Pencuri “dower mencuri kerbau bapaknya dari kandang demi diberikan kepada
Kartareja sebagai syarat pemenang bukak-klambu”
 Dendam “dower pergi ke dukun untuk membalas sakit hatinya kepada srintil”

10. Sulam

 Sombong “Sulam meremehkan dower yang Cuma membawa kerbau untuk upah
bukak-klambu”
 Mudah dipengaruhi “sulam tertipu dengan pembicarain Nyai Kartareja

11. Waras

 Tidak suka wanita “waras tidak tertarik kepada tubuh cantik srintil”
 Penyayang binatang “waras lebih suka memandikan burung kesayangannya”

12. Goder

 Murah di bujuk “setelah srintil membelikan mainan untuknya, barulah goder kembali
kepelukan srintil
 Berani “goder menanyakan kepada tampi tentang siapa sebenarya srintil itu”
 Penakut “goder takut ketika sritil ingin memeluknya, karna goder sudah lama tidak
melihat srintil”

13. Tampi

 Suka berbagi “tampi mau berbagi goder kepada srintil”


 Jujur “tampi berkata jujur saat ditanya srintil “apakah tampi sudah mengajarkan goder
untuk takut kepadanya?”
 Bijaksana “tampi menjelaskan kepada goder tentang siapa srintil itu sebenarnya”

14. Pak bakar

 Jahat “membakar pekuburan dukuh paruh untuk menghasut orang dukuh paruk”
 Tidak bertanggung jawab “dia yang membuat srintil,sakarya,dan kartareja masuk
penjra tapi dia tidak berbuat apa-apa”

15. Bajus

 Manis dimulut “bajus berjanji untuk menikahi srintil kepada orang dukuh paruk”
 Egois “ bajus cuma memanfaatkan srintil untuk kepentingan pribadi”
 Tidak menghargai wanita “bajus memberikan srintil kepada bosnya untuk dipuaskan”

B. Alur

Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan alur maju tetapi sesekali disertai
flashback atau menceritakan masalalu. Seperti cerita tempe bongkrek yang menimpa dukuh
paruk dahulu ketika Srinti bayi. Dalam novel ini menggunakan alur klimaks, karena masalah
yang dialami pemeran utama semakin memuncak dan tidak mengalami penyelesaian yang
bahagia pada akir cerita

C. Latar

1.Latar Tempat

1. Dukuh paruk “berderit baling-baling bambu yang dipasang anak gembala di tepian
Dukuh Paruk”
2. Lading/kebun “di tepi kampong, tiga anak bersusah payah mencabut sebatang
singkong.”
3. Dibawah pohon nangka “ dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka, srintil
menari dan bertembang”
4. Rumah Nyai Kartareja “didalam rumah, Nyai Kartareja sedang menghias Srintil”
5. Perkuburan “rombongan bergera menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan
paing depan membawa pedupan”
6. Markas Tentara “rasus meminta izin kepada komandan untuk kembali ke dukuh
paruk, di markas ternyata rasus dipukul sampai pingsan”
7. Di hutan “sampai dihutan, perburuan langsung dimulai”
8. Rumah Sakarya “kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu
dibelakang, dan lainnya di halaman. Sakarya terkejut langsung mengerti”
9. Pasar dawuan “perkenalanku dengan pedagang singkong dipasar Dawuan
memungkinkan aku mendapat upah”
10. Rumah nenek “selagi orang mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan
dengan Srintil diberanda rumah nenekku sendiri”
11. Rumah Sakum “ketika rasus lewat rumah sakum lalu sakum memanggilnya dan
meminta supaya rasus dapat menolong srintil yang ditahan
12. Lapangan Bola kantor Kecamatan “malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat
dilapangan sepak bol dekat kantor kecamatan”
13. Alaswangkal “hampir tengah hari rombongan dukuh paruk memasuki kampung
alaswangkal”
14. Kantor polisi “rasus ingin menemui srintil yang ditahan di kantor polisi”
15. Penjara/tahanan “ketika rasus dan srintil bertemu di ruang tamu dipenjara mereka
menangis”
16. Sawah “ditengah sawah, seratus meter disebelah barat dukuh paruk bajus memimpin”
17. Pantai “sampai dipantai, bajus memilih tempat terpencil untuk memarkirkan mobil jip
nya”
18. Villa “bajus membelokan mobilnya ke sebuah villa yang sudah disewanya”
19. Rumah sakit “ketegangan dihatiku hamper berakhir ketika becak berhenti di gerbang
rumah sakit tentara”

2.Latar Waktu

 Musim Kemarau

Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah
tujuh bulan kerontang”

 Sebelas tahun silam

“Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup
tersiram hujan lebat”

  Agustus Tahun 1963

“Perayaan Agustussan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di lapangan
kecamatan Dawuan”

 Tahun 1964
“Tetapi pada tahun 1964 itu, ketika paceklik merajalela di mana-mana, ronggeng Dukuh
Paruk malah sering naik pentas”

 Februari Tahun 1966

“Tengah malam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut tenggara Jawa Tengah.
Kegelapan yang mencekam telah berlangsung setengah tahun lamanya”

 Tahun 1970

“Memasuki tahun 1970 kehidupan di wilayah Kecamatan Dawuan berubah gemuruh oleh
deru truk-truk besar berwarna kuning serta buldoser dari berbagai jenis dan ukuran”

D. Sudut Pandang

Novel ini menggunakan sudut pandangan orang pertama pelaku utama, karena memakai kata
“aku” dan sudut pandang pengganti orang ketiga karena adanya kata “dia, –nya, dan nama
tokoh”

E. Tema

Tema yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu bertemakan cinta, budaya, dan adat
istiadat. Di mana novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang adat istiadat dan kebudayaan
dari sebuah dukuh yang ada di Banyumas yang bernama Dukuh Paruk yang kondang dengan
ronggengnya. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga diselipkan kisah cinta asmara sang
ronggeng Srintil yang merupakan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menjalin
kisah cinta dengan pemuda bernama Rasus

F. Gaya Bahasa

Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini ada beberapa yang menggunakan bahasa Jawa
dan mantra-mantra jawa yang tidak ada terjemahannya. Seperti kata-kata Niyatingsun matak
aji pamurung, Hadi aing tampean aing cikaruntung nantung, Ditaburan boeh sna, manci rasa
marang, Srintil marang Rasus, Kene wurung kana wurung, pes mimpes dening, Eyang
Secamenggala

G. Amanat

Kita tidak boleh melihat seseorang dari luarnya saja, melainkan dari hatinya. Jangan mau
tertinggal dengan perkembangan zaman, dan jangan dihasut oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Jangan  mau diperbodoh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai