Anda di halaman 1dari 13

LEMBAR KERJA BHS INDONESIA

“ TEKS RESENSI “

NAMA : ASHARI HATTA KUSWARA

KELAS : XI – MIPA 1

ABSEN : 7
1. Mencari resensi 2 novel.
Identitas :
Judul Buku : Ronggeng Dukuh Paruh
Nama Pengarang : Ahmad Tohari
Nama Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 1982 ( edisi trilogi ) dan 2003
Jumlah Halaman : 174 halaman ( buku pertama ) dan 397 halaman ( total semua )
Harga buku : Rp. 80.000,00

Sinopsis

Dukuh paruk merupakan sebuah dukuh yang kecil dan menyendiri. Dukuh paruk

mempunyai seorang moyang yang dulunya sebagai bromocorah tetapi setelah

meninggal orang-orang dukuh paruk pun memuja kuburanya. Bahkan kuburanyapun

menjadi kiblat kebatinan mereka. Serintil merupakan seorang gadis kecil yang

berumur sebelas tahun yang mempunyai masa lalu yang menyedihkan, akan tetapi

Serintil mempunyai suatu kelebihan yang tak jarang dimiliki oleh orang-orang yaitu

menari selayaknya seorang ronggeng. Suatu ketika ada tiga anak laki-laki sedang
mencabut sebatang singkong di tanah kapur mereka adalah Rasus, Warta dan Dasun

setelah singkongnya telah tercabut mereka pun sibuk mengupasinya dengan gigi

mereka, seketika itu mereka melihat Serintil yang sedang asik menari sambil

mendendang beberapa buah lagu kebangsaan Ronggeng lalu mereka pun menghampiri

serintil dan ikut menari bersamanya.

Sakarya adalah kakeknya Serintil beliau sangat menyangi Serintil apalagi semenjak

meninggalnya orang tua Serintil, kakeknyalah yang merawatnya. Pada waktu itu

Sakarya pun mengikuti gerak-gerik Serintil ketika menari, sungguh sangat bangganya

ketika melihat Serintil menari. Dan kakeknya pun berpendapat bahwa serintil telah

dirasuki oleh Indang Ronggeng.

Lalu keesokan harinya Sakarya menemui Kertareja seorang dukun Ronggeng didukuh

Paruk. Mereka pun membicarakn kepandaian Serintil dalam menyanyi dan menari

Ronggeng. Namun beberapa hari kemudian Sakarya dan Kartareja selalu mengintip

Serintil ketika menari dibawah pohon nangka. Lalu Sakarya pun menyerahkan Serintil

kepada Kertareja itu merupakan salah satu syarat dukuh paruk yang mengatur perihal

seorang calon Ronggeng .

Sudah dua belas tahun Ronggeng Dukuh Paruk telah mati adapun perkakas-perkakas

yang selama ini mengiringi pementasan Ronggeng pun hampir rusak akan tetapi masih

bisa digunakan, dan kini mulai mempersiapkan pementasan Ronggeng lagi setelah dua

belas tahun telah hilang dan kini yang menjadi penari adalah Serintil, Serintil pun

didandani oleh Nyi Kertareja selayaknya seorang Ronggeng dan tidak lupa Nyi

Kertareja meniup matera pekasi keubun-ubun Serintil matera yang berkasiat

memberikan suatu aura kecantikan dari yang sebenarnya. Dan beberapa susuk emas

dipasang oleh Nyai Sakarya di tubuh Serintil.


Bukan main senangnya hati masyarakat Dukuh Paruk ketika mendengar Kertareja

bersuara akan melakukan pertunjukan Ronggeng. Lalu Serintil pun mulai melenggak-

lenggok di atas panggung selayaknya apa yang dilakukan para Ronggeng dipentas

pertunjukan bahkan Serintil pun mempertunjukan kemampuan menarinya yang

sangat propesional dan melantunkan gerak-gerik yang secara umum sulit dilantunkan

oleh penari-penari Ronggeng lainnya.      Kini pun Rasus menyadari bahwa dia pun kini

semakin kurang diperhatikan oleh Serintil, akhirnya beberapa cara pun dilakukanya

untuk mendapatkan kembali perhatianya Serintil, Rasus pun mencoba memberikan

buah pepaya hasil curian dari ladang tetangganya, akan tetapi Serintil pun hanya

memberikan sebuah ucapan terimakasih itu pun sangat menyakitkan. Lalu Rasus pun

memberikan sebuah keris kyai jaran Guyang.

Di desa Dawuan, tempat pemuda Rasus mengasingkan diri, dia banyak merenung.

Bayangan Srintil sebagai orang bayang-bayang Emaknya yang melebur dalam diri

Srintil memintanya untuk menjadi suaminya, maka dengan tegas Rasus menolak.

Karena rasus sudah memutuskan bahwa biarlah dia mengalah dan biarlah serintil

menjadi milik orang banyak, menjadi ronggeng kebanggaan Dukuh Paruk.

Unsur Intrinsik

1)      Tema

Tema yang terdapat dalam novel ini adalah kebudayaan. Sebuah budaya Ronggeng

yang dimiliki sebuah kampung bernama Dukuh Paruk.

2)   Tokoh dan Penokohan

a)        Tokoh Utama
Srintil adalah perempuan cantik berperawakan menarik digambarkan sebagai simbol

perempuan yang seumpama fisiknya yang dianggap sebagai titisan dari Ki

Secamanggala.

Rasus seorang pemuda tentara yang mencoba mengangkat harkat dan martabat rakyat

dukuh paruk. Walaupun dia seorang tentara yang semestinya memiliki sifat kuat,

kokoh, jauh dari melankolisme. Tapi ini sebaliknya di balik baju lorengnya sebenarnya

dia itu rapuh dan hatinya rapuh.

b)       Tokoh Bawahan

·      Nenek Rasus, memiliki sifat penyayang, sabar dan pikun.

·      Sakarya, (kakek srintil) sifat kolot, keras, dan penyayang.

·      Nyai Sakarya, (nenek srintil) yang mempunyai sifat penyayang, penyabar dan

peduli kepada orang lain (tetangga), namun dia tetap tunduk pada nasibnya sebagai

rakyat kecil.

·      Ki Kertareja, sifat kolot, keras, penyayang, dan licik.

·      Nyai Kertareja, materialistis, pandai membujuk dan licik.

·      Goder, anak angkat srintil.

·      Tamir, laki-laki hidung belang yang datang dari jakarta dalam pekerjaannya

pengukuran tanah untuk pembuatan jalan di Dukuh Paruk Pecikalan. Dia seorang

petualang perempuan yang patah hati oleh srintil.

·      Bajus, bujang tua yang baik kepada srintil namun jauh dari perkiraan. Srintil

sempat akan dijadikannya umpan demi proyek tendernya lolos.


·      Darman, aparat kepolisian yang membantu maksud dan tujuan Marsuni kepada

Srintil demi satu truk kayu bakar.

·      Pak Blengur, bos besar pemegang tender pembuatan jalan, jembatan dan gedung

bupati (majikan Bajus), lelaki petualang cinta dari satu perempuan ke perempuan

lainnya namun terketuk hati dan kesadarannya karena Srintil.

·      Lurah Pecikalan (kepala desa), bijaksana dan peduli akan penduduknya.

·      Kepala Bangsal Rumah Sakit Jiwa, orang yang menerima Srintil saat masuk ke

rumah sakit jiwa.

·      Babah Gemuk, orang yang membagikan uang ganti rugi kepada masyarakat

Dukuh Paruk karena terkena gusuran pembuatan jalan.

 Latar

a)      Latar Tempat

·      Dukuh Paruk. Hal ini dibuktikan dengan petikan berikut “ Dua puluh tiga rumah

berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang seketurunan. Konon, moyang semua

orang Dukuh Paruk adalah Ki Secamenggala,…..”.

·      Pasar Dawuan terlihat dari petikan berikut “ Dawuan, tempatku menyingkir dari

Dukuh Paruk, terletak di sebelah kota kecamatan. Akan terbukti nanti, pasar Dawuan

merupakan tempat melarikan diri yang tepat.

b)     Latar Waktu

·      Musim kemarau pada petikan berikut “ Namun kemarau belum usai. Ribuan

hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah tujuh bulan kerontang.
·      Tahun 1946 terlihat pada petikan “ Seandainya ada seorang Dukuh Paruk yang

pernah bersekolah, dia dapat mengira-ira saat itu hampir pukul dua belas tengah

malam, tahun 1946,….”.

·      Tahun 1960 terlihat pada petikan “ Tahun 1960 wilayah Kecamatan Dawuan tidak

aman. Perampokan dengan kekerasan senjata sering terjadi,….”.

·      Sore hari : “ Demikian, sore itu Srintil menari dengan mata setengah tertutup”.

·      Malam hari : “Pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk keluar

halaman.

Alur

Alur yang digunakan dalah alur campuran. Ceritanya terkadang melaju ke masa

depan, namun juga mengulas masa lalu. Menurut saya alur dalam novel ini meloncat-

loncat.

Sudut Pandang

Sudut pandang pengarang dalam novel ini adalah sebagai orang pertama serba tahu,

karena tokoh Rasus yang dibuat seolah tahu semua hal yang terjadi pada semua tokoh

lainnya yang terdapat dalam novel ini.  Amanat

a)      Sebagai seorang wanita harus dapat menjaga kesuciannya atau keperawanannya

sebelum menikah.

b)      Manusia hendaknya percaya akan adanya Tuhan dan jangan percaya pada hal-

hal yang negatif atau tahayul.

c)      Keterbatasan hanya pada satu pemahaman tidak akan membuat kemajuan yang

lebih pada kehidupan.


d)     Selalu tabah dalam menjalani hidup dengan ikhlas.

Kelebihan dan Kekurangan

1)   Kelebihan

a)    Kisah novel ini tentang nilai kemanusiaan dan penghormatan pada perempuan.

Tokoh utama adalah Srintil merupakan simbol tokoh yang dijadikan sebagai semangat

keperempuanan yang berjuang untuk keluar dari hitamnya zaman, diman perempuan

saat itu harus diperbudak oleh lelaki sebagai memenuhi hawa nafsu dan selalu

dikekang dalam memilih kehidupannya sendiri.

b)   Sangat erat dengan HAM, terutama lebih menekankan hak pribadi yang juga harus

dimiliki seseorang (terutama perempuan).

c)    Novel ini juga mengajarkan kita untuk selalu sadar dan ingat sejarah. Sejarah

dikaji sebagai suatu pedoman arah agar sejarah tak terulang di masa depan.

2)   Kekurangan

a)    Penceritaan yang tertele-tele dengan sisipan suasana desa yang begitu detail namun

keluar dari alur cerita, sehingga cerita seolah menjadi tak konsisten dan terlalu jenuh

untuk dibaca.

b)   Yang paling kental adalah banyaknya kata-kata yang sangat seronok dan kasar,

seperti Asu Buntung, Bajul Buntung, dan sebagainya. Kata-kata seperti itu seharusnya

ditiadakan saja.

c)    Karena merupakan novel yang sudah lama maka kertas yang digunakan kurang

bagus. Tetapi itu, tidak menggangu kejelasan dari tulisan itu.

  
Kesimpulan

Menurut saya novel ini sudah sangat layak untuk dibaca para pelajar, khususnya para

mahasiswa. Karena dengan membaca novel ini, kita akan lebih memahami budaya-

budaya diluar lingkungan kita dan kita juga bisa memiliki gambaran tentang apa saja

yang terjadi ketika orang-orang komunis menyerang rakyat kita.

Identitas Buku

Judul Buku : Layar Terkembang

Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana (STA)

Tahun Terbit : 2006 (Cetakan pertama tahun 1936)

Penerbit : Balai Pustaka

Harga Buku : Rp 45.000,00

Tebal Buku : 201 halaman


SINOPSIS

Raden Wiriaatmaja memiliki dua anak perempuan bernama Tuti dan Maria yang

mempunyai perangai bertolak belakang. Tuti adalah seorang wanita yang aktif

berorganisai dan tidak mudah kagum dengan hal yang baru. Tuti menjadi guru pada

sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Sedangkan Maria, sang adik, adalah murid H.B.S

Carpentier Alting Stichting kelas penghabisan. Maria bersifat lebih ceria dan berseri-

seri.

Pada Hari Minggu, Tuti dan Maria pergi ke Pasar Ikan dan melihat-lihat akuarium.

Ketika keluar dari pintu hendak pulang, mereka bertemu dengan pemuda yang

bernama Yusuf, seorang mahasiswa Sekolah Mulo, A.M.S. Mereka pun berjalan

bersama sembari menuntun sepeda dan berbincang. Yusuf mengantar Maria dan Tuti

sampai ke rumah.

Yusuf adalah putra Demang Munaf dari Martapura, Sumatra Selatan. Sejak

pertemuan itu, Yusuf terus terbayang Tuti dan Maria. Terutama kepada sang adik,

Maria, yang terlihat lebih ceria dan luwes. Tidak heran, sejak itu ia sering

mengunjungi rumah Tuti dan Maria. Yusuf sering menjemput Maria untuk berangkat

bersama menuju sekolah. Ia akan mengantar Maria sampai sekolah gadis itu, sembari

menuntun sepeda dan bercakap. Sesudah ujian doktoral, Yusuf pulang kampung ke

rumah orang tuanya di Martapura. Selama berlibur, Yusuf dan Maria saling bertukar

surat. Tidak bisa menahan kerinduannya, akhirnya Yusuf menemui Maria yang sudah

berpindah ke Bandung. Ia mengajak Tuti dan Maria untuk pergi ke air terjun Dago,

tetapi karena Tuti sibuk berorganisasi, akhirnya hanya Yusuf dan Maria yang pergi. Di

sanalah Yusuf mengungkapkan perasaannya kepada Maria.


Merasa dimabuk cinta, hampir setiap hari Maria menceritakan tentang Yusuf,

terkadang hanya melamun sepanjang hari. Membuat Tuti khawatir akan hubungan

Yusuf dan Maria. Saat itulah ia menasihati adiknya agar tidak terlalu diperbudak

cinta, tetapi Maria tidak mendengarkan. Terjadilah pertentangan dan

perbedaan pendapat. Mereka berdua berselisih.

Suatu hari, ada pemuda yang ingin melamar Tuti, tetapi ia menolak walaupun sempat

galau. Pemuda yang melamarnya adalah orang baik-baik, teman kantornya, tetapi ia

tidak bisa menerima. Ia terlalu sibuk dengan organisasinya. Ia tidak mau perkawinan

hanya sebagai bahan pelarian karena kesepian.

Selang waktu beberapa lama, Maria sering muntah darah. Saat dilarikan ke rumah

sakit Pacet, ternyata Maria terkena penyakit malaria dan TBC. Selama Maria sakt,

Tuti dan Yusuf-lah yang menjaganya. Hubungan Tuti dan Maria sudah semakin akur

lagi karena Maria merasa berutang budi dengan kakaknya yang selalu emnjaganya.

Semakin hari, keadaan Maria semakin parah. Sebelum Maria meninggal, ia berpesan

kepada Yusuf dan kakaknya untuk saling terbuka dan menerima. Setelah itu, Maria

mengembuskan naaps terakhir.

Tuti dan Ysuuf berziarah ke makam Maria, meminta izin untuk menikah. Diakui,

Yusuf mulai nyaman dengan kedekatannya bersama Tuti, pun sebaliknya.

Kelebihan Buku

- Alur yang ditulis sudah runtut mulai dari pengenalan,klimaks,antiklimaks,hingga

penyelesaian.

- Cerita uang disuguhkan kepada pembaca sangat menarik.

- Isi dari bahasanya tersirat kata-kata yang penuh makna.


- Banyak berisi nilai estetika atau moral yang sangat mendidik

Kekurangan Buku 

- Bahasa yang digunakan susah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa

Melayu.

- Pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah kurang efektif.

- Tatanan kalimatnya tidak efektif.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

Setelah membaca buku ini kita mendapatkan banyak pengetahuan baru. Buku ini

memberikan banyak inspirasi dan membuka mata kita tentang kegigihan dalam

berjuang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

Saran :

Buku ini harus direvisi ulang tatanan bahasanya sesuai EYD terbaru saat ini. Sehingga

menarik minat para pembaca khususnya para remaja dengan isi novel Layar

Terkembang.

2. Jelaskan menurut pendapat kalian mengapa membaca resensi itu penting sebelum

kita menikmati sebuah karya sastra?

Menurut saya nih pak , karena Resensi merupakan suatu tulisan yang berisi tentang

pertimbangan dari buku atau wawasan tentang baik dan kurang baiknya dari kualitas

suatu tulisan. Tulisan tersebut tentunya terdapat di dalam buku yang sedang diulas.

Jadi membaca resensi itu penting pak sebelum kita menikmati karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai