Anda di halaman 1dari 8

Tugas Bahasa Indonesia

Menjawab Pertanyaan Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya:


Ahmad Tohari

Nama : Rahmah Nabilla


Kelas : 12 MIPA 2
No : 26

1. Siapakah tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?

1. Rasus (Tokoh Utama) 2. Rasus (Tokoh Utama)


3. Srintil 4. Srintil
5. Santayib 6. Santayib
7. Istri santayib 8. Istri santayib
9. Dower 10. Dower
11. Darsun 12. Darsun
13. Warta 14. Warta
15. Salam 16. Salam
17. Kartareja 18. Kartareja
19. Nyai Kartareja 20. Nyai Kartareja
21. Nenek Rasus 22. Nenek Rasus
23. Sakarya 24. Sakarya
25. Nyai sakarya 26. Nyai sakarya
27. Sersan Slamet 28. Sersan Slamet
29. Marsusi 30. Marsusi
31. Siti 32. Siti
33. Wirsiter dan ciplak 34. Wirsiter dan ciplak
35. Sakum 36. Sakum
37. Tampi 38. Tampi
2. Bagaimana karakter tokoh-tokoh dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
1. Rasus : bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani
a. Bukti bahwa Rasus bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.”
b. Bukti bahwa Rasus penyayang “ Suatu saat ku bayangkan emak ingin pulang
ke Dukuh Paruk.”
c. Bukti bahwa Rasus pendendam “ Nenek menjadi korban balas dendamku
terhadap Dukuh Paruk......”
d. Bukti bahwa Rasus pemberani “ Aku mengutuk sengit mengapa kopral Pujo
belum juga muncul. Karena tidak sabar menunggu, maka timbul
keberanianku”

2. Warta : bersahabat, perhatian dan penghibur


a. Bukti bahwa Warta bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.”
b. Bukti bahwa Warta perhatian dan penghibur “Rasus, kau boleh sakit hati.
Kau boleh cemburu. Tetapi selagi kau tak mempunyai sebuah ringgit emas,
semuanya menjadi sia-sia.”

3. Dursun : Bersahabat
a. Bukti bahwa Dursun bersahabat Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.”

4. Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewasa


a. Bukti bahwa Srintil bersahabat “ Sebelum berlari pulang. Srintil minta
jaminan besok hari Rasus dan dua orang temannya akan bersedia kembali
bermain bersama.”
b. Bukti bahwa Srintil seorang Ronggeng “ ......., Srintil mulai menari. Matanya
setengah terpeja. Sakarya yang berdiri di samping Kartsreja memperhatikan
ulah cucunya dengan seksama. Dia ingin membuktikan bahwa dalam tubuh
Srintil telah bersemayam indang ronggeng.”
c. Bukti bahwa Srintil agresif “ aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil
merangkulku, menciumiku. Nafasnya terdengar begitu cepat.”
d. Bukti bahwa Srintil dewasa “ dia tidak mengharapkan uang. Bahkan suatu
ketika dia mulai berceloteh tentang bayi, tentang perkawinan.”

5. Sakarya (Kakek Srintil) : Penyayang, tega


a. Bukti bahwa Sakarya penyayang “dibawah lampu minyak yang bersinar
redup. Sakarya, kamitua di pedukuhan kecil itu masih merenungi ulah
cucunya sore tadi.”
b. Bukti bahwa Sakarya tega “Jangkrik!” sahutku dalam hati. “kamu si tua
bangka dengan cara memperdagangkan Srintil.”

6. Ki Secamenggala : nenek moyang asal Dukuh Paruk


a. Buktinya adalah “hanya Sakarya yang cepat tanggap. Kakek Srintil itu
percaya penuh Roh Ki Secamenggala telah memasuki tubuh Kartareja.....”

7. Kartareja dan Nayi Kartareja : mistis, egois


a. Bukti bahwa Kartareja dan Nyai Karateja mistis “Satu hal disembunykan oleh
Nyai Kartareja terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniuokan mantra pekasih
ke ubun-ubun Srintil.”

8. Sakum : hebat
a. Bukti bahwa Sakum hebat “ Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti
secata seksama pagelaran ronggeng.”

9. Nenek Rasus : linglung


a. Bukti bahwa Nenek Rasus pikun “ Ah, semakin tua nenekku. Kurus dan
makin bungkuk. Kasian, Nenek tidak bisa banyak bertanya kepadaku.
Linglung dia.”

10. Santayib (Ayah Srintil) : bertanggungjawab, keras kepala


a. Bukti bahwa Santayib bertanggungjawab “ Meski Santayiborang yang paling
akhir pergi tidur, namun dia pulalah pertama kali terjaga di Dukuh Paruk.....”
b. Bukti bahwa Santayib keras kepala “Kalian, orang Dukuh Paruk. Buka
matamu, ini Santayib! Aku telah menelan seraup tempe bongrek yang kalian
katakan beracun. Dasar kalian semua, asu buntung! Aku tetap segar bugar
meski perutku penuh tempe bingrek. Kalian mau mampus, mampuslah!
Jangan katakan tempeku mengandung racun......”

11. Istri Santayib : Keibuan, prihatin


a. Bukti bahwa Istri Santayib keibuan “ Srintil bayi yang tahu diri. Rupanya dia
tahu aku harus melayani sampean setiap pagi.”
b. Bukti bahwa Istri Santayib prihatin “Srintil kang. Bersama siapakah nanti
anak kita, kang?”
12. Dower : mengusahakan segala macam cara
a. Bukti bahwa Dower mengusahakan “ pada saja baru ada dua buah perak.
Saya bermaksud menyerahkannya kepadamu sebagai panjar. Masih ada
waktu satu hari lagi. Barangkali besok bisa kuperoleh seringgit emas.”

13. Sulam : penjudi dan berandal, sombong


a. Bukti bahwa Sulam penjudi dan berandal “ Dia juga kenal siapa Sulam
adanya; anak seorang lurah kaya dari seberang kampung. Meski sangat
muda, Sulam dikenal sebagai penjudi dan berandal.”
b. Bukti bahwa Sulam sombong “ Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali
engkau belum mengenalku. Tentu saja aku membawa sebuah ringgit emas.
Bukan rupiah perak, apalagi kerbau seperti anak pecikalan ini.”

14. Siti : alim


a. Bukti bahwa Siti alim “hw, jangan samakan Siti dengan gadis-gadis di Dukuh
Paruk. Dia marah karena kau memperlakukannya secara tidak senonoh.”

15. Sersan Slamet : penyuruh, tegas


a. Bukti bahwa Sersan Slamet penyuruh “Pekerjaan dimulai.peti-prti logam
serta barang lainnya diangkat ke atas pundak dan kubawa ke sebuah
rumah....”
b. Bukti bahwa Sersan Slamet tegas “Katakan; ya! Kami tentara. Kami
memerlukan ketegasan dalam setiap sikap,” kata Sersan Slamet tegas

16. Kopral Pujo : penakut


a. Bukti bahwa Kopral Pujo penakut “ mengecewakan. Ternyata Kopral Pujo
tidak lebih berani daripada aku......”

3. Apa pesan yang disampaikan pada novel Ronggeng Dukuh Paruk?


Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel
“Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang
itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Jangan pula mudah dihasut
dan dibodohi orang lain. Ikuti perkembangan jaman agar tidak mudah dibodohi. Jangan
gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi jika tidak ingin ada penyesalan dikemudina
hari.
4. Tema apa yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
Tema dari novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah budaya, adat istiadat. Dimana ada
seorang ronggeng yang hidup di sebuah desa yang sangat kental dengan kepercayaan
terhadap leluhur, serta masyarakat yang sangat taat akan hukum adat, dengan krisis
ekonomi yang sangat menyedihkan.

5. Bagaimana alur yang tergambar dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?


Alur yang digunakan dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” menggunakan alur maju yang
disertai dengan “flash back” atau kembali ( alur mundur ) kemasa lalu, baik yang dialami
oleh tokoh utama atau pemeran lainya.

• Bukti alur Maju : “ Jadi pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk
keluar halaman. Setelah menghabiskan sepiring nasi gaplek mereka lebih senang
bergulung dalam kain sarung, tidur di atas balai-balai bambu. Mereka akan bangun
esok pagi bila sinar matahari menerobos celah dinding dan menyengat diri mereka.”

Sudah dua bulan Srintil menjadi ronggeng. Namun adat Dukuh Paruk mengatakan
masih ada dua tahapan yang harus dilaluinya sebelum Srintil berhak menyebut
dirinya seorang ronggeng yang sebenarnya.

• Bukti alur mundur : “ Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh
Paruk yang kecil basah kuyup tersiram hujan lebat. Dalam kegelapan yang pekat,
pemukiman terpencil itu lengang, amat lengang.”

6. Di manakah latar tempat, latar waktu, dan latar suasana yang tergambar dalam novel
Ronggeng
Dukuh Paruk

Latar Tempat
a. Di tepi kampung
Pada latar tempat ini merupakan tempat terjadinya kegiatan yang dilakukan oleh
Rasus dan dua orang temannya yang ingin mencabut singkong.
b. Di bawah pohon Nangka
Pada latar ini merupakan tempat terjadinya kegiatan Srintil yang sedang membuat
sebuah mahkota dari daun nagka sambil berdendang, dan kemudian Rasus dan dua
temannya melihat Srintil, lalu datang menghampiri Srintil.
c. Di balik onggokan singkong
Latar ini merupakan tempat dimana Rasus menjualkan singkong milik majikannya di
Pasar Dawuan.
d. Di hutan
Latar ini merupakan tempat dimana Sersan Slamet beserta bawahannya dan juga
Rasus berburu binatang yang akan dijadikan sebagai persedian makanan.
e. Di bukit pekuburan Dukuh Paruk
Latar ini merupakan tempat berlangsungnya Srintil merenungi akan kehidupannya
saat itu.
f. Di sebuah warung di Pasar Dawuan
Latar ini merupakan tempat dimana Srintil mencoba untuk beristirahat setelah
berjalan menjauh dari Dukuh Paruk.
g. Di rumah Tarim di Kampung Laut
Latar ini merupakan tempat dimana Marsusi mencoba meminta bantuan Tarim
untuk membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Srintil.
h. Di lapangan sepak bola dekat kantor Kecamatan
Latar ini merupakan tempat digelarnya acara Agustusan, dimana Srintil memulai
untuk menari ronggeng lagi.
i. Di rumah Srintil
Latar ini merupakan tempat dimana Sentika mencoba menyampaikan maksudnya
untuk meminta Srintil menari ronggeng di rumahnya Alaswangkal serta meminta
Srintil untuk menjadi seorang gowok untuk putra semata wayangnya.
j. Di rumah Sentika
Latar ini merupakan tempat dimana Srintil dan rombongannya yang datang dari
Dukuh Paruk tiba di rumah Sentika di Alaswangkal.
k. Di gardu jaga
Latar ini merupakan tempat dimana Rasus bermenung memikirkan bahwa dirinya
harus pulang ke Dukuh Paruk untuk melihat neneknya.
l. Di penjara kota Eling-eling
Latar ini merupakan tempat dimana Rasus mencoba untuk bertemu dengan Srintil
yang ditahan di sebuah ruangan kecil berpagar besi.
m. Di hutan jati
Latar ini merupakan tempat dimana Srintil mencoba kabur dari Marsusi yang
mengejar Srintil.
n. Di balai desa
Latar ini merupakan tempat dimana Srintil diminta oleh Lurah Pecikalan untuk
datang ke balai desa perihal membahas mengenai ganti rugi tanah Goder.
2. Latar Waktu
1) Sore hari
Waktu ini tergambar dari kutipan berikut.
“Ketiganya patuh. Ceria di bawah pohon nagnka itu belanjut sampai
matahari menyentuh garis cakrawala “

Kutipan diatas menceritakan tentang Rasus, Darsun, dan warta ketika mengiringi
srintil menari hingga sore hari. Pengarang menggambarkan waktu ini dengan
bahasa yang sederhana yaitu “matahari menyentuh garis cakrawala”.

2) Tengah malam
Waktu tengah malam tergambar dari kutipan berikut
“Seandainya ada seorang di Dukuh Paruk yang pernah bersekolah, dia dapat
mengira-ngira saat itu hampir pukul dua belas tengah malam, tahun 1946”

Kutipan diatas mengambarkan malam sebelum terjadinya keracunan tempe


bongkrek yang dialami masyarakat Dukuh Paruk. Waktu yang ditegaskan dalam
kutipan di atas adalah tengah malam, yang mana waktu tersebut menjadi latar
waktu dalam novel ini

3) Tengah hari (Siang)


Latar waktu tengah hari terlihat dalam kutipan berikut.
“Namun semuanya berubah menjelang tengah hari. Seorang anak berlari-lari dari
sawah sambil memegangi perut “

Kutipan di atas menegaskan bahwa racun dalam tempe bongkrek mulai bereaksi
ketika tengah hari dimana setelah masyarakat Dukuh Paruk selesai melakukan
aktivitas di sawah. Dalam kutipan tersebut latar waktu yang terjadi tengah hari.

4) Pagi
Latar waktu pagi digambarkan dalam kutipan berikut.
“Matahari mulai kembali pada lintasannya di garis khatulistiwa. Angin tenggara
tidak lagi bertiup“

Kutipan di atas merupakan salah satu latar dalam novel RDP ketika waktu pagi,
yang menggambarkan waktu pagi telah terasa.

5) Malam hari
Waktu malam hari tergambar dari kutipan berikut.
“Karena gelap aku tak dapat melihat dengan jelas.”
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa waktu terjadinya ketika malam hari.
Dengan adanya kata gelap yang memperjelas latar waktu tersebut.

3. Latar Suasana
1. Tenang, tentram
“Sakarya merasa hawa dingin bertiup di kuduknya. Suara hiruk-pikuk bergalau
dalam telinga. Dan tiba-tiba Sakarya terkejut oleh sinar menyilaukan yang
masuk matanya. Matahari pagi muncul di balik awan. “Ah, boleh jadi benar,
kematianku sudah dekat,” gumam Sakarya. Aneh, Sakarya merasakan
ketentraman dalam hati setelah bergumam demikian.”

2. Gembira, bangga, bahagia


“Kegembiraan itu lahir dan berkembang dari Dukuh Paruk. Berita cepat tersiar
bahwa pada malam perayaan Agustusan nanti Srintil akan kembali
meronggeng. Kurang dua hari lagi, tetapi sudah banyak orang bersiap-siap.
Anka-anak mulai bertanya tentang uang jajan kepada orangtua mereka. Para
pedagang, dari pedagang toko sampai pedagang pecel bersiap dengan modal
tambahan. Juga tukang lotre putar yang selalu menggunakan kesempatan
ketika banyak orang berhimpun.”

3. Tegang, genting
“Kenapa Jenganten?”
“Pusing, Nyai, pusing! Oh, hk. Napasku sesak. Dadaku sesak!”
Nyai Kartareja merangkul Srintil. Dia langsung mengerti masalahnya genting
karena Srintil tidak lagi menguasai berat badannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai