Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hanifa Sukma Novriana Bahasa Indonesia

Kelas : XII IPS 5


Absen : 13

ANALISIS UNSUR INTRINSIK


NOVEL “BUMI MANUSIA”

UNSUR INTRINSIK

A. Tema

Percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa dengan seorang gadis keturunan
Belanda dan perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia di awal abad ke-20

B. Tokoh dan Penokohan

1. Minke : tokoh utama, cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa HBS, baik,
penyayang.(hlm 33)

2. Annelies : putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi (Nyai Ontosoroh),
pendiam, manja, labil.

3. Nyai Ontosoroh : istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri, tegas, bijaksana, pandai,
dan tegar.

4. Herman Mellema : kaku dan kasar

5. Robert Mellema : egois, tidak bermoral

6. Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah, keras dalam
mendidik Minke.

7. Ibu Minke : bijaksana, penyayang

8. Robert Surhorf : pengecut

9. Jean Marais : penyayang (ayah may marais)

10. May Marais : manja

11. Darsam : seorang Madura yang berwatak keras, patuh kepada tuannya.

12. Ah Tjong : licik

13. Maiko : seorang pelacur dari Jepang, egois dan tidak jujur
14. Amelia Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius

15. Ir. Maurits Mellema : ambisius,

16. Magda Petters : baik

17. Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) (“memvrom telinga telah beberapa
kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang merah”)

18. Miriam de la Croix : senior Minke di HBS

19. Sarah de la Croix : senior Minke di HBS

20. Herbert de la Croix : ayah Sarah dan Miriam

C. Latar

a) Latar tempat : Indonesia, Surabaya, Wonokromo


b) Latar waktu : Tahun 1889 pada masa pemerintahan belanda
c) Latar suasana : Menegangkan dan gentin

D. Sudut Pandang
Dalam novel Bumi Manusia pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama
pelaku utama.

E. Alur
Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur maju, tetapi ditengah cerita terdapat
kilas balik atau alur mundur.

F. Amanat
Pengarang menyerukan agar pemuda-pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat
juang dan terus belajar meskipun sekarang sudah tidak pada masa penjajahan. “Seorang
terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”.
Nama : Hanifa Sukma Novriana Bahasa Indonesia
Kelas : XII IPS 5
Absen : 13

ANALISIS UNSUR INTRINSIK


NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK”

UNSUR INTRINSIK

A. Tema

Tema yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu bertemakan cinta,
budaya, dan adat istiadat. Di mana novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang adat
istiadat dan kebudayaan dari sebuah dukuh yang ada di Banyumas yang bernama Dukuh
Paruk yang kondang dengan ronggengnya. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga
diselipkan kisah cinta asmara sang ronggeng Srintil yang merupakan tokoh utama dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menjalin kisah cinta dengan pemuda bernama Rasus.

B. Tokoh dan Penokohan

1. Srintil

Srintil kecil : centil

Srintil dewasa : pemilih, penyayang, suka menolong, mudah percaya

2. Rasus

Rasus kecil : tidak sabaran, cerdik, emosional

Rasus dewasa : pendendam, pemberani

3. Warta (Teman Rasus Kecil) : Pamrih

4. Darsun (Teman Rasus Kecil) : suka meremehkan

5. Sakaraja ( Kakek Srintil) dan Nyi Sakaraja (Nenek Srintil) : penyayang


6. Kartareja (Dukun Ronggeng) : licik

7. Nyi Kartareja : licik

8. Sakum (Penabuh calung yang buta) : hebat

9. Santayib (Ayah Srintil) : tidak bertanggung jawab dan tidak ingin disalahkan

10. Istri Santayib (Ibu Srintil) : setia

11. Dower : gigih

12. Sulam : perasa

13. Sersan Slamet : baik hati & tidak memandang rendah orang lain

14. Kopral Pujo : penakut

15. Waras : seperti anak kecil

16. Sentika (Ayah Waras) : penyayang

17. Nyi Sentika (Ibu Waras) : penyayang

18. Pak Bakar : jahat

19. Marsusi : pendendam, licik

20. Pak Bajus (Orang proyek dari Jakarta) : licik, pembohong, dan penipu

21. Pak Blegur (Atasan Pak Bajus) : baik, tidak tegaan

C. Latar Tempat

1. Dukuh paruk “berderit baling-baling bambu yang dipasang anak gembala di tepian Dukuh
Paruk”
2. Lading/kebun “di tepi kampong, tiga anak bersusah payah mencabut sebatang singkong.”
3. Dibawah pohon nangka “ dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka, srintil
menari dan bertembang”
4. Rumah Nyai Kartareja “didalam rumah, Nyai Kartareja sedang menghias Srintil”
5. Perkuburan “rombongan bergera menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan
paing depan membawa pedupan”
6. Markas Tentara “rasus meminta izin kepada komandan untuk kembali ke dukuh paruk, di
markas ternyata rasus dipukul sampai pingsan”
7. Di hutan “sampai dihutan, perburuan langsung dimulai”
8. Rumah Sakarya “kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu dibelakang,
dan lainnya di halaman. Sakarya terkejut langsung mengerti”
9. Pasar dawuan “perkenalanku dengan pedagang singkong dipasar Dawuan memungkinkan
aku mendapat upah”
10. Rumah nenek “selagi orang mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan
dengan Srintil diberanda rumah nenekku sendiri”
11. Rumah Sakum “ketika rasus lewat rumah sakum lalu sakum memanggilnya dan meminta
supaya rasus dapat menolong srintil yang ditahan
12. Lapangan Bola kantor Kecamatan “malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat
dilapangan sepak bol dekat kantor kecamatan”
13. Alaswangkal “hampir tengah hari rombongan dukuh paruk memasuki kampung
alaswangkal”
14. Kantor polisi “rasus ingin menemui srintil yang ditahan di kantor polisi”
15. Penjara/tahanan “ketika rasus dan srintil bertemu di ruang tamu dipenjara mereka
menangis”
16. Sawah “ditengah sawah, seratus meter disebelah barat dukuh paruk bajus memimpin”
17. Pantai “sampai dipantai, bajus memilih tempat terpencil untuk memarkirkan mobil jip
nya”
18. Villa “bajus membelokan mobilnya ke sebuah villa yang sudah disewanya”
19. Rumah sakit “ketegangan dihatiku hamper berakhir ketika becak berhenti di gerbang
rumah sakit tentara”

D. Latar Suasana

1) Haru : “Seorang perempuan mengisak. Rasa harunya setelah melihat Srintil menari
menyebabkan air matanya menetes”
2) Tegang : “Kang, orang-orang itu geger. Banyak tetangga yang sakit dan pingsan. Ini
bagaimana, Kang?”
3) Sedih : “Laki-laki itu menangis seorang diri di sana. Dalam kesedihan nya yang amat
sangat, Sakarya mengadukan malapetaka yang terjadi kepada moyang orang Dukuh
Paruk”
4) Tegang dan mencekam : “Irama calung kembali menggema. Tetapi suasana jadi
mencekam. Semua orang percaya akan kata Sakarya bahwa Kartareja sedang di rasuki
arwah leluhur. Maka mereka mundur dalam suasana tegang”
5) Kecewa : “Dalam wawasan ini, Srintil tidak bisa melihat beda antara dua wajah laki-
laki itu. Semuanya mengecewakanya, semua merangsang Srintil membuat suatu
perhitungan

E. Latar Waktu

1. Musim Kemarau : “Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang
kecil basah kuyup tersiram hujan lebat”
2. Agustus Tahun 1963 : “Perayaan Agustussan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi
hari di lapangan kecamatan Dawuan”
3. Tahun 1964 : “Tetapi pada tahun 1964 itu, ketika paceklik merajalela di mana-mana,
ronggeng Dukuh Paruk malah sering naik pentas”
4. Februari Tahun 1966 : “Tengah malam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut
tenggara Jawa Tengah. Kegelapan yang mencekam telah berlangsung setengah tahun
lamanya”
5. Tahun 1970 : “Memasuki tahun 1970 kehidupan di wilayah Kecamatan Dawuan berubah
gemuruh oleh deru truk-truk besar berwarna kuning serta buldoser dari berbagai jenis dan
ukuran”

F. Sudut Pandang

Novel ini menggunakan sudut pandangan orang pertama pelaku utama, karena
memakai kata “aku” dan sudut pandang pengganti orang ketiga karena adanya kata “dia, –
nya, dan nama tokoh”
G. Alur

Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan alur maju tetapi sesekali
disertai flashback atau menceritakan masalalu. Seperti cerita tempe bongkrek yang menimpa
dukuh paruk dahulu ketika Srinti bayi. Dalam novel ini menggunakan alur klimaks, karena
masalah yang dialami pemeran utama semakin memuncak dan tidak mengalami penyelesaian
yang bahagia pada akir cerita.

H. Amanat

Kita tidak boleh melihat seseorang dari luarnya saja, melainkan dari hatinya. Jangan
mau tertinggal dengan perkembangan zaman, dan jangan dihasut oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Jangan mau diperbodoh orang lain.
Nama : Hanifa Sukma Novriana Bahasa Indonesia
Kelas : XII IPS 5
Absen : 13

ANALISIS UNSUR INTRINSIK


NOVEL “HARIMAU-HARIMAU”

A. Tema

Tema utama dari novel tersebut adalah novel ini mengisahkan masalah takhayul dan ilmu
kebatinan yang berkembang pada masyarakat Indonesia . Namun, diatas semua itu, tetap ada
Tuhan dengan segala kekuasaan-Nya.

B. Tokoh dan Penokohan

1) Haji Rakhmad : sombong, sabar, perhatian.


2) Wak Katok : keras kepala, pengecut, mementingkan diri sendiri.
3) Wak Hitam : kejam dan keras kepala.
4) Sutan : sopan dan baik.
5) Talib : sopan dan baik.
6) Sanif : sopan, baik, periang dan pemaaf.
7) Buyung : pemberani, jujur, baik penurut dan pemaaf.
8) Pak Balam : baik dan jujur
9) Siti Rubiyah : baik,dan sabar,penurut.

C. Latar/ Setting
1) Tempat : hutan, ladang , sungai, kampung , rumah Wak Hitam.
2) Waktu : pagi, siang, sore, malam dan tengah malam.
3) Suasana : mencekam, menegangkan.
D. Alur
Adapun alur yang terdapat dalam novel Harimau! Harimau! adalah alur maju
(progresif), hal ini dikarenakan cerita menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa
adanya unsur kejadian masa lampau

E. Amanat

1) Kita sebagai umat manusia janganlah pernah merasa kalau kita hidupsendiri didunia
ini karna kita tidak bisa hidup sendirian, kita pasti membutuhkan orang yang ada di sisi kita.
2) Tuhan itu ada. Tapi jangan pernah kita memaksakan Tuhan kita pada orang lain,
seperti juga jangan paksakan kemanusiaanmu pada orang lain.
3) Kita umat manusia harus selalu bersedia mangampuni dan memaafkan kesalahan dan
dosa-dosa orang lain.Dan juga kita harus selalu memaafkan dan mengampuni orang-orang
yang berdosa terhadap diri kita sendiri, karna Tuhan mengampuni segala dosa jika yang
berdosa dating padanya dengan kejujuran dan penyesalan yang sungguh.
4) Janganlah menyombongkan diri kita maupun menghendaki kita adalah makhluk
paling sempurna karna kemanusiaan hanya dapat dibina dengan mencinta, dan bukan dengan
membenci.

Anda mungkin juga menyukai