Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AHMAD YUNAN MIHARJO

KELAS : XII IPA 1


ABSEN : 04
TEKS NOVEL SEJARAH “PARA PRIYAYI”
1. UNSUR INTRISIK
 Tema : Kehidupan seorang priyayi yang menghadapi berbagai macam masalah
kehidupan.
 Tokoh dan watak
Tokoh utama :
- Lantip/ Wage : memiliki wataky ang rajin, penurut, suka menolong orang lain,
terampil, tahu diri, rendah hati,dan cerdas.
Tokoh tambahan utama :
-  Sastrodasono/ Soedasono : Keras, bijaksana
- Dik Ngaisah/ Aisah : sabar, penuh kasih sayang, murah senyum
Tokoh tambahan tidak utama :
- Hardojo : cerdas
- Soemini : pintar, mengutamakan pendidikan
- Harimurti : cinta akan kesenian
- Harjono : penghianat
 Latar waktu : Sore hari, pagi hari, tahun 1910,1940.
 Latar tempat : Kota wanagalih, Kota Wonogiri, Kota Solo, Madiun .
 Amanat : Kita harus menyelesaikan semua masalah dengan sabar, juga berusaha
untuk menghormati siapa pun terutama ke orang yang lebih tua dari kita.
 Sudut pandang: Orang pertama, karena dalam novel terdapat posisi pengarang
sebagai ‘aku’ yaitu sebagai tokoh Lantip itu sendiri.
 Alur :
 Dalam novel karya Umar Kayam ini diceritakan anak bernama lantip sebagai
pemeran utama, ia merupakan anak angkat dari keluarga petani, juga disebut
keluarga priyayi, yaitu keluarga Sastrodarsono. Keluarga Sastrodarsno
mendidik lantip dengan harapan agar kelak Lantip menjadi seorang anak yang
cerdas.
Keluarga Sastrodarsono ternyata mampu mendidik Lantip, sehingga
Lantip dapat tumbuh besar menjadi anak yang sesuai harapan Sastrodarsono.
Lantip tumbuh sebagai anak yang baik, penurut, cerdas, sabar,dan cekatan.
Lantip selalu mendapat nasihat dari keluarga Sastrodarsono dan menerapkan
semuanya pada kehidupan sehari-harinya. Hingga pada akhirnya Lantip
menunjukkan makna priyayi itu dengan menggunakan caranya sendiri.
 Termasuk alur campuran karena peristiwa yang terjadi kadang tidak runtun
dan sering loncat loncat jalan ceritanya.
2. UNSUR EKSTRINSIK

 Nilai Sosial : yang terkandung dalam novel ini adalah seorang priyayi tidak
seharusnya hanya mementingkan kedudukan saja, para priyayi harus juga
memikirkan kehidupan rakyat kecil, dan selalu berusaha untuk memecahkan
suatu permasalahan dengan jalan bermusyawarah. “
 Nilai moral : seorang priyayi harus dapat menjadi contoh yang baik untuk
masyarakat kecil, seorang priyayi harus dapat menjaga nama baiknya serta
menjaga nama baik keluarganya.
 Nilai agama : masyarakat yang masih menganut ajaran islam abangan,
masyarakat masih sangat teguh pendirian pada keyakinan masing-masing.
 Nilai budaya : adanya budaya slametan yang dilakukan masyarakat Jawa setiap
kali ada hajat, kebiasaan oran Jawa untuk mengganti nama anak ketika anak itu
telah mendapatkan kedudukan, selai itu adanya kebiasaan untuk menundukkan
kepala kepada Nippong.
 Biografi penulis : mar Kayam lahir dan besar di Ngawi. Ia mendapatkan gelar
sarjana muda dari Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada pada tahun
1955. Di Gadjah Mada, ia dikenal sebagai salah seorang pelopor dalam
terbentuknya kehidupan teater kampus; salah satu muridnya adalah Rendra.
Kayam kemudian mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya ke
Amerika Serikat. Ia meraih gelar M.A. dari Universitas New York (1963),
dan Ph.D. dari Universitas Cornell (1965). Disertasi doktoralnya
berjudul Aspects of Inter-Departemental Coordination Problems in Indonesia
Community Development.[1]

3. UNSUR KEBAHASAAN

 Dalam novel ini Gaya bahasa yang mdigunakan adalah bahasa Indonesia
dipadukan dengan bahasa jawa . karena mereka hidup pada zaman Belanda
sehingga merekan juga mahir berbahasa Belanda dan sedikit Bahasa Jepang.

Anda mungkin juga menyukai